BAB II
LANDASAN TEORI
Bank dianggap sebagai suatu lembaga keuangan yang aman dalam melakukan
pengiriman uang dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu daerah ke daerah lain
dengan cepat dan aman, serta aktivitas keuangan lainnya (Ismail, 2011: 3). Peran
bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua
jasa, dan perumahan sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan
transaksi keuangan.
nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Rizky, 2008: 94).
Dalam perspektif prinsip “the prudential principle of banking” atau prinsip kehati-
hatian perbankan, maka seluruh keputusan harus dilakukan dengan mengacu pada
pengeluaran uang seperti penyaluran kredit atau penjualan obligasi serta saham. Oleh
karena itu, bank dalam setiap penyaluran kredit, penjualan obligasi maupun saham
serta menerima tabungan deposito, menanggung liability atau kewajiban yang harus
disediakan bank secara tepat waktu. Dengan kata lain, bank harus sanggup
menyediakan dana dengan tepat waktu, sehingga nasabah tidak akan menganggap
bahwa bank tersebut sedang mengalami masalah kekurangan dana jika seandainya
Bank umum dalam pengertiannya dapat disamakan dengan bank komersial, karena
mengumpulkan dana dalam bentuk deposito, disebut juga sebagai lembaga keuangan
bertambah banyak, yang sebagiannya disimpan cukup lama, maka fungsi lain pun
tercipta. Di antaranya adalah fungsi bank sebagai pemberi kredit. Pemberian kredit
untuk berfungsi sebagai tempat penukaran uang atau penukaran benda berharga
tertentu dengan bentuk lainnya, misalnya surat berharga. Fungsi menerima dan
pembiayaan bagi kegiatan investasi yang dilakukan oleh pengusaha, yang pada
gilirannya meningkatkan produksi dan pendapatan masyarakat. Fungsi bank ini biasa
likuiditas bagi masyarakat. Peran yang dilaksanakan bank pada intinya adalah
mengelola dana masyarakat. Mengingat fungsi bank tersebut, bank dijalankan dalam
rangka regulasi ketat yang bertujuan menjaga kepercayaan publik dan integritas
perbankan. Dengan fungsi tersebut, James J Lynch (1994) menyebutkan bahwa bank
sebagai enabling and enforcing institution, yaitu pemberdaya ekonomi dan sekaligus
mengalami kekurangan dana maupun yang mengalami kelebihan dana, agar dapat
mewujudkan keinginan dan tujuan mereka. Di sisi lain, bank juga memastikan bahwa
sumber daya keuangannya telah digunakan menurut tata kelola yang baik dan
Menurut Raharjo (2015: 28), beberapa fungsi lainnya dari bank antara lain sebagai
berikut:
uang yang disimpan di bank aman. Aman berarti uang nasabah dapat diambil
sesuai saldo yang tersedia. Kepercayaan penting untuk ditanamkan pada nasabah
atau masyarakat, karena kepercayaan dapat menjalar dari satu bank ke bank
lainnya, bahkan dapat menyebar pada sistem keuangan suatu negara. Keadaan
ini dapat berlanjut dan menyebabkan krisis ekonomi pada suatu negara, seperti
yang pernah terjadi di Indonesia saat krisis ekonomi. Pada saat itu, banyak bank
yang tidak mampu bertahan sehingga satu per satu mulai ditutup oleh
pemerintah. Hal ini menyebabkan masyarakat khawatir jika bank tempat mereka
bondong menarik dananya dari bank dan mengakibatkan bank mengalami kriris
kejadian itulah maka bank harus menjaga tingkat kepercayaan bank di mata
bantuan dana kepada sektor riil untuk melakukan pembangunan dan juga
penghubung ini sangat penting dalam pembangunan negara, karena sektor riil
Seiring dengan fungsi bank sebagai mediator, maka berkembanglah fungsi bank
sebagai penyedia jasa, di antaranya jasa pengiriman uang, jasa penagihan uang,
jasa penjaminan, jasa penitipan barang berharga, jasa buku tabungan, jasa kartu
10
ATM, jasa kartu kredit, dan berbagai jasa-jasa lainnya. Dalam menghubungkan
sektor riil dan sektor keuangan serta hubungan antara nasabah dengan
Kegiatan utama yang dilakukan oleh bank dapat dikelompokkan menjadi tiga
kegiatan, yaitu (1) menghimpun dana dari masyarakat (funding) berupa giro (demand
deposit), tabungan (saving deposit), deposito berjangka (time deposit), dan sertifikat
kredit (lending); dan (3) memberikan jasa-jasa lainnya dalam bentuk transfer atau
nyaman, seperti sistem pembayaran elektronik dan kartu plastik (Manurung, 2004:
15). Dengan demikian, pada dasarnya bank memiliki peran dalam dua sisi, yaitu
menghimpun dana yang berasal dari masyarakat yang sedang kelebihan dana, dan
kebutuhannya (Ismail, 2011: 8). Oleh karena itu, bank juga disebut sebagai lembaga
Selain menjalankan fungsi dan kegiatannya, bank dalam aktivitas usahanya juga
1. Menyusun rencana usaha, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk
volume kegiatan.
11
Dalam operasinya, bank memperoleh laba jika pendapatan total (total revenue) lebih
besar daripada biaya total (total cost) (Manurung, 2004: 20). Laba atau profit yang
yaitu estimasi yang dipengaruhi oleh berbagai pilihan akuntansi yang dibuat oleh
Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja
manajemen bank selama satu periode (Kasmir, 2007: 10). Dengan membaca laporan
Keuangan Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001 tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank
Umum serta laporan tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia, laporan
keuangan bank umum terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi dan saldo laba,
kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya, transaksi valuta asing dan derivatif,
12
perhitungan rasio keuangan, dan pembelian kredit dari Badan Penyehatan Perbankan
penting tentang kondisi perusahaan dan seberapa baik kinerjanya (Baraja, 2018: 3).
jenis-jenis kekayaan, serta kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta
ekuitas (modal sendiri) yang dimiliki. Informasi ini tercermin dalam neraca. Laporan
keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank
dalam suatu periode tertentu dan biaya atau beban yang dikeluarkan untuk
memperoleh hasil tersebut. Informasi ini termuat dalam laporan laba rugi. Laporan
keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang
Analisis laporan keuangan adalah penerapan alat dan teknik analitis terhadap laporan
keuangan bertujuan umum dan data terkait untuk memperoleh estimasi dan
kesimpulan yang berguna dalam analisis bisnis (Subramanyam, 2017: 4). Laporan
dan seberapa efektif sumber daya tersebut digunakan (profitabilitas operasi). Laporan
Dalam menganalisa laporan keuangan, terdapat sejumlah acuan atas ukuran kinerja
keuangan, seperti margin laba operasi, imbal hasil atas aset (Return on Asset atau
13
ROA) dan imbal hasil atas ekuitas (Return on Equity atau ROE). Terdapat pula acuan
pada beberapa rasio penilaian seperti rasio harga terhadap laba dan rasio harga
dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa
depan. Analisis keuangan terdiri dari tiga bidang utama, yaitu analisis profitabilitas,
analisis risiko, serta analisis sumber dan penggunaan dana. Analisis profitabilitas
merupakan evaluasi terhadap imbal hasil atas investasi perusahaan. Analisis ini
memfokuskan pada sumber daya perusahaan dan tingkat laba serta melibatkan
meliputi evaluasi dua sumber utama profitabilitas, yaitu margin berupa porsi
penjualan yang tidak dikompensasi dengan biaya, dan perputaran penggunaan modal
(Subramanyam, 2017: 6). Tugas utama dalam analisis laporan keuangan adalah
Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan sebagai alat dasar analisis keuangan, di
Analisis rasio adalah salah satu alat yang paling populer dan banyak digunakan untuk
analisis keuangan, karena akan sangat berguna ketika berorientasi masa depan.
14
Sebuah rasio menyatakan suatu hubungan matematis antara dua kuantitas. Rasio
Seperti halnya perusahaan atau lembaga lain, bank juga harus memiliki kondisi yang
sehat. Kondisi sehat mempunyai arti bahwa bank dapat beroperasi dengan baik,
mempunyai suatu tingkat kinerja tertentu. Tingkat kinerja tersebut yang akan
dijadikan indikator untuk menentukan tingkat kesehatan suatu bank (Raharjo, 2015:
30).
wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain
yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai
Bank Indonesia turut membentuk dan menerapkan aturan tentang kesehatan bank
untuk menjaga sektor perbankan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan
Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 kepada semua bank umum
tingkat kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004
15
tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
bahwa bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan
Tingkat kesehatan bank umum terkait dengan risiko usaha yang dihadapi oleh bank
umum (Manurung: 2004: 36). Setidaknya ada 5 risiko yang dihadapi oleh bank
1. Risiko kredit (credit risk), yaitu risiko yang dihadapi karena ketidakmampuan
nasabah membayar bunga kredit dan mencicil pokok pinjaman. Para debitur
dipersyaratkan oleh kreditur (B. Fahmi, 2014: 48). Risiko ini disebut juga risiko
gagal tagih (default risk). Risiko ini akan membesar jika bank tidak mampu
memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan. Umumnya risiko ini akan semakin
besar bagi bank yang sangat ekspansif dalam menyalurkan kredit, sehingga
mengabaikan kualitas kredit (Manurung, 2004: 54). Risiko kredit dapat menjadi
enforcement, serta ketidakcukupan agunan dari debitur (Riyadi, 2004: 17). Cara
mengatasi risiko ini adalah dengan credit risk assessment (unsur risiko
2. Risiko likuiditas (liquidity risk), yaitu risiko yang terjadi jika bank tidak mampu
menyediakan dana tunai untuk memenuhi kebutuhan transaksi para nasabah dan
16
tahun atau kewajiban pendeknya. Rasio ini berkaitan dengan struktur aktiva dan
pasiva bank. Di sisi aktiva, misalnya sebuah bank umum yang memiliki
sekuritas pasar modal atau aktiva tetap dalam porsi yang sangat besar, akan
semakin potensial menghadapi risiko likuiditas. Di sisi pasiva, jika sumber dana
yang berasal dari pinjaman terlalu besar, maka potensi menghadapi risiko
likuiditas juga akan semakin besar. Risiko likuiditas yang semakin meningkat
pada sebuah bank dapat disebabkan oleh peningkatan aset akibat dari kreasi
harus ideal dengan semakin volatilnya liabilitas (Riyadi, 2004: 19). Cara
mengatasi risiko ini adalah dengan menyebar funding gap pada berbagai
3. Risiko tingkat bunga (interest rate risk), yaitu risiko yang dihadapi bank umum
(Manurung, 2004: 55). Bank umum akan menghadapi risiko tingkat bunga bila
bunga. Risiko tingkat bunga dapat berubah dikarenakan oleh tingginya biaya
dana yang didasarkan atas pergerakan pasar, tingginya tingkat perubahan suku
bunga, dan adanya pertumbuhan dari sumber dana internasional yang semakin
meningkat. Perubahan suku bunga terjadi sebagai akibat mismatch position yang
dilakukan oleh bank, yaitu perbedaan bunga antara sumber dana dengan
17
uang. Cara mengatasi risiko ini adalah dengan interest rate swap, future rate
kemampuan pengelolaan umum yang timbul karena faktor internal bank. Jika
akan semakin banyak dihadapi. Lemahnya kemampuan bank umum antara lain
5. Risiko modal (capital risk atau solvency risk), yaitu ketidakmampuan bank
dengan melihat besarnya nilai ekuitas bersih. Risiko modal ini biasanya dihadapi
oleh bank umum yang terlalu mengandalkan dana dari pihak luar dalam
membiayai aktivanya.
Untuk mengetahui kondisi kesehatan bank umum, dapat dilakukan evaluasi kinerja
2004: 57). Rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah
dengan jumlah yang lainnya. Rasio disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu
nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan bahan kajian untuk
dianalisis dan diputuskan. Penggunaan kata rasio ini sangat fleksibel penempatannya,
dimana itu sangat dipengaruhi oleh apa dan dimana rasio itu dipergunakan yaitu
18
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank,
yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut
yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali
(Riyadi, 2004: 39). Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolak ukur untuk
Rasio keuangan atau rasio finansial sangat berguna dalam melakukan analisa
terhadap kondisi keuangan perusahaan. Investor jangka pendek dan menengah pada
umumnya lebih banyak tertarik pada kondisi keuangan jangka pendek dan
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen yang memadai (P. Fahmi, 2014:
81). Informasi ini dapat diketahui dengan menghitung rasio keuangan. Analisis rasio
keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam mencapai target
memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif (Baraja, 2018: 3). Analisis
rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu neraca (balance sheet),
perhitungan laba rugi (income statement), dan laporan arus kas (cash flow statement).
Rasio keuangan perbankan dapat dilihat dan dijadikan sebagai pengukur kinerja
perbankan termasuk bisa dipakai untuk menilai kesehatan bank tersebut. Rasio
untuk perusahaan manufaktur atau pabrik. Perbankan termasuk kategori bisnis yang
bersifat intangible sementara manufaktur termasuk kategori tangible. Jika dilihat dari
segi risiko, maka jelas intangible memiliki tingkat risiko yang jauh lebih tinggi
19
Rasio-rasio finansial yang paling banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja bank
1. Risiko kredit yang diukur dengan Non-Performance Loan Ratio (NPL) atau
Rasio ini dihitung dengan formula NPL = . Makin kecil rasio
NPL, bank umum dikatakan semakin sehat. Tingginya angka NPL menunjukkan
kredit kepada debitur (Latumaerissa, 2014: 30). Di sisi lain NPL juga akan
menyebabkan tingginya biaya modal (cost of capital) yang tercermin dari biaya
operasional bank umum. Dengan tingginya biaya modal maka akan berpengaruh
a. Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Rasio Kredit Terhadap Dana Pihak Ketiga
LDR adalah perbandingan antara nilai dana yang disalurkan bank kepada
20
Rasio ini menunjukkan berapa besar jumlah dana pihak ketiga dibandingkan
dengan jumlah kredit yang disalurkan (Manurung, 2004: 60), yang dihitung
. Semakin besar nilai LDR maka semakin tinggi pula
risiko yang ditanggung bank untuk mengalami kerugian. Kerugian bank dapat
Angka standar yang disepakati yaitu antara 85% – 110%. Jika angka yang
diperoleh kurang dari 85%, maka bank dinilai memiliki dana pihak ketiga
yang menganggur dan tidak disalurkan dalam bentuk kredit, oleh karena itu
intermediasi. Di samping itu, jika angka yang diperoleh lebih besar dari
110%, maka risiko likuiditas yang dihadapi bank akan semakin besar, karena
Dalam membicarakan masalah LDR maka yang perlu diketahui adalah tujuan
penting dari penghitungan LDR, yaitu untuk mengetahui serta menilai sampai
berapa jauh suatu bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi
atau kegiatan usahanya (Latumaerissa, 2014: 40). Dengan kata lain, LDR
bank.
21
dimiliki. Jika angka LDR semakin mendekati angka 100% maka fungsi
intermediasi bank tersebut sudah baik (Riyadi, 2004: 52). LDR dapat
funds).
Rasio lancar adalah angka perbandingan antara aktiva lancar yang dimiliki
kebutuhan utang ketika jatuh tempo (P. Fahmi, 2014: 86). Rasio ini dihitung
! " # $
dengan formula CL = . Jika angka CL diperoleh lebih besar
% &' # $
dari 1, maka bank dikatakan likuid, karena jumlah aktiva lancar yang dimiliki
lebih besar dari jumlah kewajiban jangka pendeknya (Manurung, 2004: 60).
Tingginya angka rasio ini menunjukkan bahwa bank semakin likuid. Namun,
angka rasio yang terlalu tinggi menunjukkan sangat besarnya dana bank yang
keuangan hanya mampu memberikan analisa secara kasar, oleh karena itu
perlu adanya dukungan analisa secara kualitatif secara lebih komprehensif (P.
22
• Penyangga kerugian
nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuidasi;
3. Risiko tingkat bunga yang diukur dengan Net Interest Margin (NIM) atau Marjin
Bunga Neto
interest expense dibagi dengan average interest earning assets. Rasio ini
( + , )
dihitung dengan formula NIM = . Angka NIM
! "
yang tinggi menunjukkan bahwa profitabilitas bank umum semakin baik, karena
23
selisih antara pendapatan bunga dengan biaya bunga semakin besar. Tetapi jika
angka rasio terlalu besar, bisa jadi bank sangat tidak efisien, karena selisih antara
tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga deposito dan atau pinjaman semakin
besar. Jika sistem perbankan semakin efisien karena skala usaha yang membesar
dan peningkatan kualitas manajemen, maka selisih antara tingkat bunga kredit
dengan tingkat bunga deposito atau pinjaman tidak akan terlampau jauh.
4. Risiko modal yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) atau Rasio
Kecukupan Modal
Definisi dari capital adequacy dapat diartikan sebagai jumlah modal minimum
yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para penitip uang
minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu
(Raharjo, 2015: 47). Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat
2014: 57). Dari perhitungan CAR dapat diketahui apakah bank mampu
Dengan kata lain, CAR mengukur kinerja bank untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
24
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (P. Fahmi, 2014: 88). Rasio
berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yaitu di atas 8%, agar bank umum dapat
5. Risiko operasional yang diukur dengan Assets/Employee Ratio (AER) atau Rasio
! "
Rasio ini dihitung dengan formula AER = 0 . Bila rasio AER
, %
Operasional (Riyadi, 2004: 53). Rasio ini dihitung dengan rumus BOPO =
' 3
(Budisantoso, 2017: 30). Semakin rendah tingkat
3
rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih
rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar
93,52%, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Dari rasio ini dapat diketahui tingkat efisiensi kinerja manajemen suatu bank,
jika angka rasio menunjukkan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti
bahwa kinerja bank tersebut menunjukkan tingkat efisiensi yang sangat rendah.
25
Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini berarti kinerja bank
yang bersangkutan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi (Riyadi, 2004: 53).
Rasio finansial yang digunakan penulis untuk mengevaluasi kinerja bank dalam
penelitian ini hanya lima rasio, yaitu Non-Performing Loan (NPL), Loan to Deposit
Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Biaya
Rasio profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal
inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada periode
tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya,
maka posisi modal atau aset dihitung secara rata-rata selama periode tersebut. Rasio-
rasio yang umumnya digunakan dalam memberikan gambaran tentang prospek usaha
bank umum yaitu Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) (Manurung,
2004: 60).
1. ROA adalah angka yang menunjukkan berapa besar relatif laba bersih (setelah
# ' 4 &
. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan
! "
aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan (Riyadi, 2004: 54). Dilihat
# ' 4 &
bank (Pro7it Margin (PM) = ) dengan tingkat efisiensi
penggunaan aktiva (Assets Utilization (AU) = ) (Manurung,
! "
2004: 60). Bila ROA meningkat berarti tingkat profitabilitas dan atau efisiensi
26
yang dihasilkan dapat memberikan gambaran awal tentang kondisi bank umum
ROA cukup baik bila digunakan untuk menilai tingkat kesehatan atau kinerja
mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2007: 28).
Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya
yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas (P. Fahmi, 2014: 91).
ROE adalah rasio yang menunjukkan berapa persen laba bersih setelah pajak
# ' 4 &
ROE = (Manurung, 2004: 60). Rasio ini penting bagi
yang ditanamkan pada industri perbankan. Angka ROE yang semakin tinggi
menanamkan modal.
Rasio profitabilitas yang digunakan penulis yaitu rasio Return on Assets (ROA),
karena rasio ini dapat memberikan gambaran tentang kondisi dan kemampuan
27
Tidak ada batas tertentu di dalam nilai ROA atau ROE yang dijadikan dasar dalam
penentuan kesehatan bank, namun jika nilai ROA dan ROE cenderung negatif, maka
Bank Indonesia sebagai bank sentral akan mengambil tindakan untuk mencegah bank
Interest Margin, dan Loan Deposit Ratio terhadap Return on Asset bank-bank
swasta yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2008 – 2012.
Metode penelitian yang digunakan yaitu uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Dari
penelitian ini, diketahui bahwa CAR, NIM, dan LDR memiliki pengaruh positif
Capital Adequacy Ratio, Cash Ratio, Loan Deposit Ratio, Biaya Operasional
pada bank yang terdaftar di Bank Indonesia periode tahun 2007 – 2014. Metode
28
penelitian yang digunakan yaitu statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis
regresi berganda, uji hipotesis, dan analisis koefisien determinasi. Dari hasil
penelitian ini, ditemukan bahwa CAR dan NIM memiliki pengaruh positif dan
negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas, serta CR, LDR, dan BOPO
profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah periode tahun 2010 – 2015 yang
analisis regresi berganda. Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa NPF, CAR,
dan FDR tidak berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas, dan hanya BOPO
Pendapatan Operasional, dan Loan Deposit Ratio terhadap kinerja bank yang
bank umum di Indonesia terbesar dalam aset yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2007 – 2011. Metode penelitian yang digunakan
29
yaitu analisis regresi berganda. Dari penelitian ini, diketahui bahwa NPL, NIM,
dan BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja bank, sedangkan CAR
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi
penelitian ini yaitu bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan aset
digunakan yaitu statistik deskriptif, uji asumsi klasik, model regresi linier
berganda, serta uji hipotesis. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Capital Adequacy Ratio, Non-Performing Loan, dan Loan Deposit Ratio. Dari
penelitian ini, diketahui bahwa ketiga rasio tersebut secara parsial memiliki
berupa rasio CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR terhadap tingkat profitabilitas.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
30
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual
H1
31
CAR
H2
BOPO
H3
NPL ROA
H4
NIM
H5
LDR
H6
Return on Assets merupakan angka yang menunjukkan berapa besar relatif laba
bersih setelah pajak terhadap total aktiva bank. Rasio ini menunjukkan tingkat
efisiensi atas pengelolaan aktiva yang dilakukan oleh bank. Jika angka ROA
meningkat. ROA dapat memberikan gambaran awal tentang kondisi bank, juga
gambaran tentang kemampuan pengelolaan bank. Oleh karena itu, ROA merupakan
rasio yang cukup baik untuk digunakan dalam menilai tingkat kesehatan dan kinerja,
jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri di samping
32
sampai sejauh mana kemampuan permodalan suatu bank mampu menyerap risiko
kegagalan kredit yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, semakin tinggi angka rasio
ini, menunjukkan bank semakin sehat, begitu pula sebaliknya. Apabila modal yang
dimiliki oleh bank dapat menyerap kerugian atau default risk, maka bank dikatakan
dapat mengelola kegiatannya dengan efisien. Oleh karena itu, kekayaan bank dan
CAR menjelaskan sampai dimana penurunan aset bank masih bisa ditutupi dengan
ekuitas bank yang dimiliki, sehingga semakin besar nilai CAR maka menunjukkan
kondisi sebuah bank itu semakin baik (Tarmidzi Achmad dalam Nusantara, 2009:
14). Semakin besar CAR, kinerja perbankan semakin baik, karena permodalan yang
ada berfungsi menutup apabila terjadi kerugian pada kegiatan perkreditan dan
perdagangan surat-surat berharga. Oleh karena itu, modal yang dimiliki dapat
digunakan untuk memperluas usaha atau untuk memperoleh tambahan aset yang
Dari penjelasan diatas, secara umum dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Profitabilitas
Rasio BOPO dihitung dengan cara membandingkan total beban operasional terhadap
total pendapatan operasional. Rasio BOPO yang tinggi menunjukkan bahwa beban
33
yang optimal. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dan efektifitas
karena itu, semakin kecil rasio BOPO maka akan semakin baik kinerja manajemen
bank. Kinerja bank yang baik tercermin dalam kemampuan bank dalam
Dari penjelasan diatas, secara umum dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Risiko kredit dapat meningkat jika bank meminjamkan kepada nasabah yang tidak
memiliki pengetahuan yang memadai (Kolapo dalam Luh Putu Fiadevi Wulandari,
2013: 104). Risiko kredit dapat disebabkan oleh debitur yang tidak mampu
memenuhi kewajiban kepada bank, baik pokok hutang maupun bunga ataupun
terhadap total kredit yang diberikan oleh bank. Semakin kecil rasio NPL, bank
dikatakan semakin sehat. Namun sebaliknya, semakin tinggi rasio NPL, semakin
buruk kualitas kreditnya. NPL yang tinggi mengindikasikan tingginya total kredit
yang bermasalah, sehingga akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva
produktif maupun biaya lainnya. Dengan kata lain, semakin tinggi NPL suatu bank,
34
maka hal tersebut akan mengganggu kinerja bank tersebut (Masyhud dalam
Hutagalung, 2013: 124). Tingginya angka NPL menunjukkan bahwa bank tidak
mampu dalam melakukan proses penilaian sampai dengan pencairan kredit kepada
debitur. Purwoko dan Sudiyanto dalam Yudiartini (2016: 1189) menyatakan bahwa
risiko kredit merupakan risiko yang dihadapi bank terhadap besarnya kredit yang
disalurkan kepada nasabah, semakin besar jumlah kredit yang disalurkan akan
Dari penjelasan diatas, secara umum dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Rasio NIM dihitung dengan membandingkan selisih pendapatan bunga dan biaya
bunga bank terhadap total aktiva bank. Semakin besar nilai NIM yang dicapai oleh
bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
oleh bank tersebut, sehingga laba pada bank tersebut akan meningkat (Mahardian
dalam Luh Eprima Dewi, 2015). Besarnya NIM akan memengaruhi laba dan rugi
bank yang pada akhirnya memengaruhi kinerja bank tersebut. Angka NIM yang
pendapatan bunga dan biaya bunganya adalah besar. Namun, angka NIM yang terlalu
besar juga tidak baik, karena bank dapat dinilai tidak efisien. Hal ini dapat dijelaskan
dengan semakin besarnya selisih antara tingkat bunga kredit dengan tingkat bunga
deposito dan/atau pinjaman. Bank dapat dikatakan efisien dalam melakukan usaha
35
serta dalam peningkatan kualitas manajemennya jika selisih antara tingkat bunga
kredit dengan tingkat bunga deposito dan/atau pinjamannya tidak terlampau tinggi.
Dari penjelasan diatas, secara umum dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
LDR adalah perbandingan antara volume kredit dan volume deposit yang dimiliki
oleh bank. LDR digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin tinggi
LDR, laba bank semakin meningkat. Dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja
bank juga meningkat. LDR yang meningkat menandakan bahwa adanya penanaman
dana dari pihak ketiga yang besar ke dalam bentuk kredit (Adriyanti dalam
Yudiartini, 2016: 1190). Dengan demikian, jika angka LDR semakin mendekati
angka 100% maka fungsi intermediasi bank sudah baik. Oleh karena itu, LDR juga
dapat dijadikan tolak ukur kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi, yaitu
lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang
membutuhkan dana. Jika angka LDR kurang dari 85%, maka bank dinilai memiliki
terlalu banyak deposit atau dana pihak ketiga yang menganggur dan tidak disalurkan
dalam bentuk kredit. Namun, jika angka LDR bank lebih besar dari 110%, maka
bank akan menghadapi risiko likuiditas yang semakin tinggi. Saat angka LDR
terlampau tinggi, risiko yang ditanggung bank untuk mengalami kerugian juga
semakin besar. Kerugian bank dapat menyebabkan dana nasabah tidak dapat
dibayarkan kembali kepada nasabah. Hal ini disebabkan bank dinilai terlalu
36
ekspansif dalam menyalurkan kredit dibandingkan dengan sumber dana bank yang
tersedia.
Dari penjelasan diatas, secara umum dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Berdasarkan uraian teori diatas, penjelasan yang mendukung, dan hasil penelitian
Secara simultan
Ho: Rasio keuangan bank (CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR) secara bersama-sama
Asset pada bank-bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode
Secara parsial
37