Skema NRS :
Tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri sangat berat
(dikutip dari buku Keperawatan Medikal Bedah vol 1, 2002)
Skema VDS :
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi nyeri farmakologis
Terapi Analgesik merupakan metode yang paling umum mengatasi
nyeri. Ada tiga jenis pengobatan yang bisa digunakan untuk
mengendalikan nyeri, yaitu:
1) Analgesik nonopioid, asetaminofen dan aspirin adalah dua jenis
analgesic nonopioid yang paling sering digunakan. Obat-obatan
ini bekerja terutama pada tingkat perifer untuk mengurangi nyeri.
2) Opioid, analgesic opioid bekerja dengan cara melekat diri pada
reseptor-reseptor nyeri speripik di dala SSP.
3) Adjuvant. Adjuvan bukan merupakan analgesik yang sebenernya,
tetapi zat tersebut dapat membantu jenis-jenis nyeri tertentu,
terutama nyeri kronis.
Efek samping tanda-tanda dari reaksi yang tidak diinginkan
mungkin tidak dikenali karena tanda-tanda tersebut menggambarkan
tanda-tanda gangguan pada lansia seperti konfusi, tremor, depresi,
konstipasi, dan hilangnya nafsu makan
b. Terapi nyeri nonfarmakologi
1. Kompres panas dan dingin
Reseptor panas dan dingin mengaktivasi serat-serat A-beta
ketika temperatur mereka berada antara 4°-5° C dari temperatur
tubuh. Reseptor-reseptor ini mudah beradaptasi, membutuhkan
temperatur untuk disesuaikan pada interval yang sering berkisar
tiap 5-15 menit.
Pemberian panas merupakan cara yang baik dalam
menurunkan atau meredakan nyeri sehingga disetujui termasuk
kedalam otonomi keperawatan. Kompres panas dapat diberikan
dengan menghangatkan peralatan (seperti bantal pemanas, handuk
hangat).
Kompres dingin juga dapat menurunkan atau meredakan
nyeri, dan perawat dapat mempertimbangakan metode ini. Es dapat
digunakan untuk mengurangi atau mengurangi nyeri dan untuk
mencegah atau mengurangi edema dan inflamasi (M. Black &
Hokanson Hawks, 2014).
4. Akupresur
Akupresur memungkinkan alur energi yang terkongesti
untuk meningkatkan kondisi yang lebih sehat. Perawat ahli terapi
mempelajari alur energi atau meridian tubuh dan memberikan
tekanan pada titik-titik tertentu disepanjang alur.
5. Nafas dalam
Napas dalam untuk relaksasi mudah dipelajari dan
berkontribusi dalam menurunkan atau meredakan nyeri dengan
mengurangi tekanan otot dan ansietas (M. Black & Hokanson
Hawks, 2014).
6. Distraksi
Perhatian dijauhkan dari sensasi nyeri atau rangsangan
emosional negatif yang dikaitkan dengan episode nyeri. Penjelasan
teoritis yang utama adalah bahwa seseorang mampu untuk
memfokuskan perhatiannya pada jumlah fosi yang terbatas.
Dengan memfokuskan perhatian secara aktif pada tugas kognitif
dianggap dapat membatasi kemampuan seseorang untuk
memperhatikan sensasi yang tidak menyenangkan (M. Black &
Hokanson Hawks, 2014).
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar Nyeri
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dimana
dilakukan pengumpulan data, pengelompokan data, serta analisa data yang
menghasilkan suatu masalah keperawatan yang dikumpulkan melalui
wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan diagnostic, dan review catatan sebelumnya.
a. Pengumpulan data
1. Identitas pasien
Identitas pasien yang terdiri dari, Nama, Umur, Jenis
kelamin, status perkawinan, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomer telepon, nomer register dan tanggal
masuk rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama masuk rumah sakit
Keluhan yang membuat pasien datang untuk memeriksakan
kesehatannya ke rumah sakit. Misalnya, saat masuk rumah sakit
pasien mengeluh nyeri di bagian femur saat kecelakaan.
b) Keluhan utama saat pengkajian
Keluhan yang disampaikan oleh pasien pada saat dilakukan
pengkajian.Misalnya, klien mengeluh nyeri, badannya merasa
lemas, klien merasa cemas karena nyeri yang dirasakan tidak
berkurang dan merasa tidak nyaman dengan kondisinya.
c) Riwayat penyakit sekarang
Pengakjian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
- P (Provocing) : Provoking atau pemicu, yaitu faktor
yang memicu timbulnya nyeri.
- Q (Quality) :Kualitas nyeri seperti tersayat/ tertusuk.
- R (Region) : Daerah perjalanan nyeri ke daerah lain.
- S (severity) : keparahan atau intensitas nyeri
- T (time) : Lama/waktu serangan atau frekuensi
Nyeri.
d) Riwayat penyakit sebelumnya
Kaji tentang riwayat kesehatan yang pernah dialami klien.
Apakah klien pernah mengalami nyeri sebelumnya.Bagaimana
penanggulangannya jika terjadi nyeri.
e) Riwayat penyakit keluarga
Kaji riwayat kesehatan keluarga.Apakah ada keluarga yang
menderita penyakit seperti klien.
7. Pola Kebiasaan
a) Gerak dan aktivitas
Kaji kemampuan gerak dan aktivitas klien.Aktivitas klien
terbatas akibat nyeri yang dirasakan.
b) Istirahat dan tidur
Kaji pola istirahat dan tidur klien, klien dengan keluhan nyeri
biasanya susah untuk beristirahat ataupun tidur akibat nyeri
yang dirasakan
c) Rasa nyaman
Kaji kenyamanan klien. Adanya nyeri yang dirasakan klien akan
mengganggu kenyamanan klien
d) Rasa aman
Kaji rasa aman klien, Klien merasa cemas, gelisah akibat nyeri
yang dirasakan
8. Pemeriksaan Fisik
Meliputi :- inspeksi, palpasi, perkus, dan auskultasi.
- TTV
- Prilaku
- Ekspresi wajah
b. Data fokus
1) Data Subjektif
Data yang berasal dari ungakapan pasien ataupun keluarga pasien
seperti :
a) Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur.
b) Pasien cemas karena nyerinya tidak berkurang.
c) Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan kondisinya
2) Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan.
a) Observasi perilaku :
Pasien tampak gelisah, menangis keras, berteriak.
b) Observasi perubahan musculoskeletal :
Pasien tampak mengalami kekakuan otot seperti mengatupkan
tangan, menggertakan gigi, mengkontraksikan tungkai, kekakuan
tubuh.
c) Observasi perubahan kulit :
kemerahan,
d) Observasi jantung dan pernafasan :
Denyut jantung meningkat, tekanan darah, pernafasan meningkat.
e) Perubahan sensoris :
Peka terhadap rangsangan
f) Perubahan proses berfikir :
Merasa bersalah, menganggap penyakitnya sebagai suatu hukuman
2) Diagnosa Keperawatan
Keberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan masalah keperawatan
lainnya.
Diagnosa-diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul pada klien
dengan gangguan nyeri :
1. Nyeri akut berhubungan dengan :
a) Cedera fisik/trauma
b) Penurunan suplai darah ke jaringan
c) Proses melahirkan
2. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan :
a) Nyeri musculoskeletal
b) Nyeri insisi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive
3) Perencanaan
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur operasi)
b) Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan proses insisi
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
d) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
2. Rencana Asuhan Keperawatan
Hambatan Setelah diberikan asuhan a. Kaji kemampuan pasien dalam a. Untuk mengetahui
mobilisasi kemampuan pasien dalam
mobilisasi fisik keperawatan 3 x 24 jam di
harapkan rasa nyeri yang di b. Kaji adanya atau tingkat nyeri melakukan ativitas
berhubungan terkait olahraga dan perubahan b. Memeriksa perkembangan
rasakan pasien dapat hilang atau
mobilitas sendi atau resesi komplikasi.
dengan proses insisi berkurang dengan kriteria hasil :
c. Kaji pemahaman pasien tentang Mungkin perlu menunda
a. Klien meningkat dalam imobilitas dan implikasinya latihan tambahan
aktivitas fisik terhadap pasien c. Perlu dipertimbangkannya
b. Mengerti tujuan dari d. Pantau kebutuhan nutrisi terkait efek imobilitas seperti
peningkatan mobilitas dengan imobilisasi kelemahan otor, kerusakan
c. Memverbalisasikan e. Evaluasi kebutuhan alat bantu kulit
perasaan dalam f. Monitoring vital sign d. Nutrisi yang baik juga
meningkatkan kekuatan sebelum/sesudah latihan dan lihat memberi energy yang
dan kemampuan
berpindah respons pasien saat latihan dibutuhkan
d. Memperagakan g. Ajarkan pasien dan keluarga e. Penggunaan alat bantu
penggunaan alat bantu tentang tehnik mobilisasi dini yang benar akan
untuk mobilisasi (walker) sesuai tahapan meningkatkan aktivitas dan
h. Latih pasien dalam pemenuhan mengurangi bahaya jatuh
ADLs secara mandiri sesuai f. Untuk mengetahui kondisi
kemampuan kesehatan pasien
i. Ajarkan pasien cara merubah g. Untuk meningkatkan
posisi dan berikan bantuan jika proses penyembuhan dan
diperlukan kemampuan koping
emosional pada pasien
h. Untuk mempercepat proses
penyembuhan
i. Untuk memberikan
pengetahuan kepada pasien
mengenai perubahan posisi
Gangguan pola Setelah diberikan asuhan a. Kaji pola tidur pasien a. Untuk mengetahui
b. Kaji faktor yang menyebabkan kesulitan tidur pasien
tidur berhubungan keperawatan 3 x 24 jam di
harapkan rasa nyeri yang di gangguan tidur b. Untuk mengidentifikasi
dengan nyeri yang c. Jelaskan pentingnya tidur yang penyebab actual dari
rasakan pasien dapat hilang atau
adekuat gangguan tidur
dirasakan berkurang dengan kriteria hasil : d. Berikan obat yang dapat c. Pemberian informasi yang
a. Jumlah jam tidur dalam membantu pasien tidur tepat dapat memotivasi
batas norma 6-8 jam/hari pasien agar berusaha
b. Pola tidur, kualitas dalam memperbaiki kualitas
batas normal tidurnya
c. Perasaan segar sesudah d. Untuk membantu
tidur atau istirahat mempermudah tidur pasien
d. Mampu mengidentifikasi
hal – hal yang
meningkatkan tidur
Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan a. Monitoring karakteristik, warna, a. Untuk mengetahui keadaan
keperawatan 3 x 24 jam di ukuran, cairan dan bau luka luka dan perkembangannya
berhubungan
harapkan rasa nyeri yang di b. Rawat luka dengan konsep steril b. Agar menghindari infeksi
dengan efek c. Ajarkan klien dan keluarga untuk dan terpapar kuman atau
rasakan pasien dapat hilang atau
melakukan perawatan luka bakteri
prosedur invasif berkurang dengan kriteria hasil : d. Berikan penjelasan kepada klien c. Untuk memandirikan
a. Klien terbebas dari tanda dan keluarga mengenai tanda dan pasien dan keluarga
dan gejala infeksi gejala dari infeksi d. Agar pasien dan keluarga
b. Mendeskripsikan prises e. Kolaborasi pemberian antibiotic mengetahui tanda dan
penularan penyakit, gejala infeksi
faktor yang e. Pemberian antibiotic untutk
mempengaruhi penularan mencegah timbulnya
serta penatalaksanaannya. infeksi
c. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
d. Menunjukan prilaku
hidup bersih dan sehat.
4) Pelaksanaan/implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas
yang telah dicatatat dalam rencana keperawatan pasien. Agar implementasi
atau pelaksanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu
mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Eko dan Andi,2014)
5) Evaluasi
Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan
dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri,
diantaranya: klien melapor adanya penurunan rasa nyeri, mampu
mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki, mampu
menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri
6) Daftar Pustaka
Eko,dan Andi.2014. Asuhan Keperawatan . Yogyakarta: Nusa Medika.
Bahrudin, M. 2017. Patofisiologi Nyeri.
http://ejournal.umm.ac.id/index .php/ sainmed/article/view/5449/5246
NANDA Internasional Inc. 2017. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017 edisi : 10.Jakarta. EGC.
Tim POKJA SDKI DPP PPN. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta. Dewan Pengurus Pusat
7) WOC nyeri