Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKITIS
A. PENGERTIAN

Bronkitis adalah sebuah inflmasi pada bronkus. Bronkitis akut merupakan


kejadian terpisah, biasanya merupakan infeksi primer virus sebagai komplikasi dari
penyakit selesma, influenza, batuk rejan, campak atau rubela.infeksi skunder
merupakan akibat bakteri, yang umumnya bakteri haemophilus influezae atau
streptococcus pnemoniae. Pada bronkitis kronik, kelenjar mukus bronkial mengalami
hipertrofi akibat asap rokok dan polutan atmosfer yang membuat iritasi,dan keluhan
pasien satu-satunya adalah batuk pruduktif serta sputum mukoid yang terjadi sepanjang
hari (Arya J, 2012)
Bronkitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit pernafasan
lainya. Namun bronkitis dapat juga merupakan penyakit tersendiri.sebagai penyakit
tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih kontroversi dan ketidak-jelasan di
antara para klinikus dan para penyidik.bronkitis sering merupakan dignosa yang di
tegakkan,baik di luar maupun di dalam negeri,walaupun dengan patokan diagnosis yang
tidak sama.bahkan stern (1983) meragukan adanya bronkitis kronik pada anak sebagai
penyakit tersendiri.Mengapa hal ini sampai terjadi kesimpang siuran karena masih
belum ada konsensus tentang bronkitis pada anak ini Ikawati, 2011)
Jadi bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Peradangan ini menyebabkan penghasilan mukus yang banyak dan beberapa perubahan
pada saluran pernafsan
B. KLASIFIKASI

1. Bronchitis akut merupakan suatu perandangan dari bronchiole, bronchus, dan trakea
oleh berbagai sebab dan mendadak atau tiba-tiba berlangsung sementara.
2. Bronchitis kronis merupakan suatu sindrom dimana terdapat batuk kronis produktif
selama paling sedikit 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi berulang kali dalam jangka 2
tahun
C. ETIOLOGI
Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus,
Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie
virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbilli,
pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae (Junadi, 2015)
Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphylokokus,
streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan
oleh parasit seperti askariasis dan jamur (Junadi, 2015)
Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik atau kimia.
Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi
udara dan infeksi saluran nafas atas kronik memudahkan terjadinya bronkitis (Junadi,
2015)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda toksemi :
Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat “Diaphoresis”, tachycardia,
tachypnoe.
2. Tanda iritasi :
Batuk, ekspektorasi/peningkatan produksi sekret, rasa sakit dibawah sternum
3. Tanda obstruksi : Sesak nafas, rasa mau muntah.
4. Gejala bronkitis berupa:
- Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
- Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
- Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
- Lelah
- Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
- Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
- Pipi tampak kemerahan
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan.

E. PATHOFISIOLOGI
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.
Adanya iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar- kelenjar mensekresi lendir
sehingga lendir yang diproduksi semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan
penurunan fungsi silia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan
pada bronkiolus. Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami
kerusakan dan membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini
menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan
bronkhial lebih lanjut dapat terjadi perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas.
Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang irreversible. Hal tersebut
kemungkinan mangakibatkan emfisema dan bronkiektatis (manurung, 2017)
Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan hidung “dropplet
infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia dengan gejala atau
reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan (Junadi, 2015)
F. PATWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu
siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12
- 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar
paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan
malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa
spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi
sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang
sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70%
(350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus
alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas.
(manurung, 2008 )
2. Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan
asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen,
dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah
secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien
penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat
menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak
dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%. (manurung, 2017 )
3. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat
progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.
(manurung, 2017 )
4. Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan
eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara
makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis paru. Apabila terjadi
infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau,
pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak
terpisah menjadi 3 bagian
a. Lapisan teratas agak keruh
b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang
rusak (celluler debris) (mutaqin, 2008)
G. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Memenuhi intake cairan sampai di atas atau lebih 4000 ml per hari serta dengan
memanipulasi lingkungan di sekitar pasien dengan uap panas atau dengan kabut
dingin. Fungsinya adalah untuk membantu mengencerkan dahak.
2. Medis.
Pada penyebab yang di karenakan oleh virus belum ada obat khusus, anti biotik tidak
ada gunanya. Banyak minum terutama air buah sangat memadahi. Obat penekan
batuk tidak boleh di berikan pada batuk yang berlendir. Bila batuk tidak mereda pada
2 minggu patut dicurigai kemungkinan infeksi skunder dan pemberian anti biotik
dapat di berikan asal telah hilang kemungkinan terjadi pertusis.bakteri yang di
anjurkan adalah Amoxillin, ko-trimoxasol dan golongan mikrolide.anti biotik di
berikan selama dua minggu dan bila tidak berhasil maka dilakukan rongen foto
toraks untuk menyingkirkan adanya kulaps paru segmental dan lober, benda asing
dan tuberkulosis.
Bila bronkitis akut terjadi berulang kali perlu di kaji adanya penyebab lain seperti
kelainan saluran nafas,benda asing, bronkiektasis, defisiensi imonologis,
hiperreaktivitas bronkus, dan ISPA (infeksi saluran nafas atas akut) atas yang belum
teratasi.
Daftar Obat Pada Bronkitis Menurut Respiratori Disosder No. Nama Obat Indikasi
Dosis
1 Hidrocodone bitartrat Antitusif 5 – 10 Mg
2 Codein phospat Antitusif 10 - 20 Mg
3 Dextrometorpan Analgesik nonnarktik 10 - 20 Mg/ 4jam, 30 mg/ 6jam
4 Noscapine Analgesik nonnarktik 15 - 30 Mg
5 Levopropoxyphene Analgesik nonnarktik 50 - 100 Mg
6 Terbutaline Bronkodilator 2,5 – 5 Mg
7 Theophylline Bronkodilator Dosis tinggi di sesuaikan dengan serum
theopillin
8 Doxycyline Antibiotik 250 - 500 Mg PO
9 Terramicin Antibiotik 250 - 500 Mg PO
10 Amphisilin Antibiotik 250 - 500 Mg PO
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Penderita berjenis kelamin laki-laki, usia antara 50-60 tahun,
biasanya pasien menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik bekerja
di pabrik atau merokok.
2. Keluhan utama Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Keluhan utama yang sering pada klien Penyakit Paru Obstruksi
Krinis yaitu: sesak nafas, batuk tak kunjung sembuh, ditemukan
suara nafas wheezing.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita oleh klien mulai
timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien dibawa ke Rumah sakit, dan apakah pernah
memeriksakan diri ketempat lain selain rumah sakit umum serta pengobatan apa yang pernah
diberikan dan bagaimana perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat sebelumnya misalnya bronkitis kronik, riwayat
penggunaan obat-obatan (antitrypsin)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit paru-paru lainnya
6. Pemeriksaan Fisik head totoe
a. Keadaan umum Tampak lemah, sakit berat
b. Tanda – tanda vital : TD menurun, nafas seak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,
sianosis.
c. TB/BB : Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
d. Kulit
Inspeksi : biasanya tampak pucat dan sianosis
Palpasi : biasanya turgor kulit jelek
e. Rambut
Inspeksi : lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau bercabang, halus dan
kasar.
Palpasi : mudah rontok atau tidak
f. Kuku
Inspeksi : lihat kondisi kukunpucat atau tidak, ada sianosis atau tidak Palpasi : CRT <2 dt
g. Kepala
Inspeksi : lihat kesimetrisan, biasanya kliean mengeluh sakit kepala
Palpasi : periksa adanya benjolan atau nyeri
h. Mata
Inspeksi : biasanya konjungtiva dan sclera berwarna normal,
lihat reflek kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak
dan pupil isokor.
i. Hidung
Inspeksi : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung,
terdapat secret berlebih dan terpasang 02.
Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan
j. Mulut dan faring
Pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat
k.Telinga
Inspeksi : adanya kotoran atau cairan dan bagaimana bentuk
tulang rawannya Palpasi : adanya respon nyeri pada daun
telinga
l. Thorax
Inspeksi : biasanya dada simetris, tidak kembung
Auskultasi : adanya stridor atau wheezing menunjukkan tanda bahaya
m. Abdomen
Inspeksi : lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen
Palpasi : adanya nyeri tekan dan abdomen
n. Genetalia
Inspeksi : adanya kelainan genetalia, adanya pembesaran skrotum atau adanya lesi
pada genetalia
Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan
O. Ekstremitas
Inspeksi : adanya oedem, tanda sianosis dan sulit bergerak
Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan
Perkusi : periksa reflek patelki dengan reflek hummer
P. Pola Fungsi Kesehatan
Pola fungsi kesehatan pada klien Penyakit Paru Obstruksi Kronik:
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, dan penanganan kesehatan
q. Pola Nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan.
r. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya
defekasi, masalah nutrisi, dan penggunan kateter.
s. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap
energy, jumlah jam tidur siang dan malam masalah tidur dan
insomnia.
t. Pola aktifitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernafasan, dan
sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama, dan
kedalaman pernafasan.
u. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,
pekerjaan.
v. Pola sensori dan kognitif
Pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan,
pendengaran dan penghidu. Pada klien katarak dapat ditemukan
gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
kerja dengan merasa diruang gelap. Sedang tandanya adalah
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air
mata. Pola persepsi menggambarkan sikap tentang diri sendiri
dan persepsi terhadap kemampuan konsep diri
w. Pola seksual dan reproduksi
Menggambarkan kepuasan/ masalah terhadap seksualitas.
Pola mekanisme/penanggulangan stress.
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.
Pola nilai dan kepercayaan
Menggambarkan dan menjelaskan pola, nilai keyakinan termasuk spiritual.
4. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan Noc Nic


jalan nafas 1.Statuspernafasan: Kepatenan 1.Dampingi pasien
Definisi: jalan nafas untuk bisa duduk
ketidakmampuan
2.Status pernafasn: tanda-tanda pada
untuk
membersihkan sekresi atau vital Kriteria Hasil : posisi kepala
obstruksi dari 1. Suara nafas tambahan sedikit lurus, bahu
saluran 2.Pernafasancupinghidu relaks dan utut
pernafasanuntukmemperta ng ditekukatau posisi
hankan kebersihan jalan 3. Dispnea saat istirahat fleksi
nafas. 4.Dispnea dengan aktivitas 2.Dukung pasien
Batasan Karakteristik :
ringan 5.Penggunaan otot bantu menarik nafas
1.Batuk yang tidak efektif.
2. nafas dalam beberapa
Dis 6. Batuk kali
pne 7. Akumulasi sputum 3. Dukung pasien
a untuk melakukan
3.G
elis
ah
4. Kesulitan verblisasi
5. Mata terbuka lebar 8. Respirasi nafas dalam,
6. Ortopnea agonal TTV: tahan selama 2
7.Penurunan 1.Tekanan darah normal: detik,bungkukkan
bunyi nafas Sitol <120 mmHg kedepan, tahan 2
8. Perubahan fungsi nafas Diastol <80 mmHg detik dan
9. Perubahan pola nafas 2. Nadi normal 60-100 kali batukkan 2-3 kali
10. Sianosis per menit 4.Minta pasien
11.Sputum dalam jumlah 3.Pernafasan dalam batas normal untuk menarik
yang berlebihan 14-20 kali per menit nafas dalam,
12.Suara nafas tambahan 4. Suhu normal bungkukkan ke
13. Tidak ada batuk : Suhu oral: depan, lakukan
Faktor – faktor 37℃ Suhu tiga atau empat
yang rektal: 37,4℃ kali hembusan
berhubungan : Suhu aksila: (untuk membuka
1. Lingkungan 36,5℃ area glotis)Minta
a. Perokok pasien
b. Perokok pasif untuk menarik
c. Terpejan asap nafas dalam
2. Obstruksi jalan beberapa kali,
nafas a.Adanya keluarkan
jalan nafas buatan perlahan dan
batukkan di akhir
b.Benda asing dalam jalan ekshalasi (penghembusan)
nafas Minta pasien untuk batuk dilanjutkan
c. Eksudat dalam alveoli dengan beberapa periode nafas dalam
d.Hiperp Dampingi pasien menggunakan
lasia pada bantal atau selimut yang dilipat untuk
dinding menahan perut saat batuk.
bronkus Monitor fungsi paru, terutama
e. Mukus berlebihan kapasitas vital, tekanan inspirasi
f.Penyakit paru obstruksi maksimal, tekanan volume
kronik
g. Sekresi yang bertahan
h. Spasm
3. Fisiologis
a. Asma
b. Jalan nafas alergi
c. Infeksi
5. Implementasi Keperawatan
Merupakan insiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai- mulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini perawat mengevaluasi hasil
identifikasikan pada tahap perencanaan.
Tahap 2 : Pelaksanaan
Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kegiatan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen, dan
interpenden.
Tahap 3 : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang di sengaja dan terus – menerus dengan melibatkan klien,
perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan
pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi evaluasi. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (Padila, 2012)
Daftar pustaka

Junadi, Purnawan, dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 2016 .lmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.
Manurung, Santa dkk. 2017. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Dhananjaya, Arya J, 2012; Pernafasan (Bronchitis
Hartono. 2015. Peningkatan Kapasitas Vital Paru pada Pasien PPOK
Menggunakan metode Pernapasan Pursed Lips. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan.
Volume 4 Nomor 1
Ikawati Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.
Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai