Anda di halaman 1dari 2

HIERARKI DOKUMEN

Oleh : Yusman Tiha, ST

Salah satu Visi pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Buton Tahun 2017-2022 “TERWUJUDNYA KABUPATEN BUTON SEBAGAI KAWASAN BISNIS DAN BUDAYA
TERDEPAN”.

Maka Pemerintah Kabupaten Buton berencana untuk membangun Kawasan Bisnis. Kawasan ini dibangun
untuk mendukung pengembangan Kawasan Perdagangan di Kabupaten Buton dan menampung kegiatan
perekonomian yang terus berkembang di Kabupaten Buton.

Untuk itu, Hierarki Dokumen dalam Pembangunan Kawasan Perdagangan sangat penting untuk kita ketahui
bersama karena bertujuan untuk :
1. Menentukan Desain Tapak Kawasan, sehingga kawasan perdagangan yang direncanakan dapat
menampung seluruh kegiatan pada perencanaan program baru dalam mengatasi permasalahan
yang sudah ada;
2. Menentukan rancangan pencahayaan, penghawaan, pengelolaan sampah dan sirkulasi horisontal
maupun vertikal baik dalam maupun luar kawasan yang sering mengalami over crowded (sesak dan
macet) sehingga terwujud kondisi yang nyaman, lancar dan menyenangkan;
3. Mendapatkan tampilan fisik bangunan dan tata massa Kawasan Perdagangan yang menarik dan
mampu menjadi Landmark bagi Kabupaten Buton;
4. Mendapatkan Desain Bangunan yang penerapan potensi lokal pada bangunan baik bentuk maupun
material lokal sehingga menjadi identitas kawasan perdagangan yang ada di Kabupaten Buton;
5. Menopang peningkatan upaya pengendalian usaha aktivitas yang berdampak negatif pada
lingkungan hidup, memberikan penjelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi antar instansi
dalam penyelenggaraan perizinan serta memberikan ketentuan hukum untuk suatu pembangunan
atau aktivitas.
6. Sinkronisasi terhadap kebijakan pemerintah dalam kaitannya dengan penyediaan prasarana jalan,
khususnya rencana peningkatan prasarana jalan dan persimpangan disekitar pembangunan utama
yang diharapkan dapat mengurangi konflik, kemacetan dan hambatan lalu lintas;
7. Penyediaan solusi-solusi yang dapat meminimumkan kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh
dampak pembangunan baru, serta penyusunan usulan indikatif terhadap fasilitas tambahan yang
diperlukan guna mengurangi dampak yang diakibatkan oleh lalu lintas yang dibangkitkan
pembangunan baru tersebut, termasuk upaya untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana
sistem jaringan jalan yang telah ada.

Tahapan dalam perencanaan pembangunan pada umumnya dilaksanakan secara Hierarki yaitu dimulai dari
Feasibility Study (FS) atau Studi Kelayakan. Didalam Studi Kelayakan ini akan ditentukan satu lokasi yang
paling sesuai untuk suatu pembangunan fisik berdasarkan kriteria kelayakan ekonomi, lingkungan maupun
teknis. Setelah ditetapkannya satu lokasi yang paling layak untuk pembangunan maka kemudian
dilanjutkan dengan DED atau Detail Engineering Design. Didalam DED ini kemudian dilakukan perencanaan
secara detail terkait bangunan yang akan dikerjakan. Tahapan selanjutnya adalah penyusunan dokumen
lingkungan yang merupakan amanat undang-undang terkait pengelolaan lingkungan hidup. Penyusunan
dokumen lingkungan dapat berupa AMDAL, UKL-UPL maupun SPPL tergantung luasan bangunan yang akan
dikerjakan. Data Utama dalam Penyusunan Dokumen Lingkungan adalah DED.
Feasibility Studi (FS), Detail Engineering Desain (DED) dan Dokumen Lingkungan pada dasarnya tidak boleh
disusun secara bersamaan karena antara satu dokumen dengan dokumen lainnya adalah kajian yang
berkesinambungan. Adapun jika dilaksanakan secara bersamaan maka waktu penyelesaiaan DED harus
lebih lama dari FS dan dokumen lingkungan harus lebih lama dari DED. Karena seperti itu tadi, untuk
menyusun DED harus menunggu hasil FS, begitupun untuk menyusun Dokumen Lingkungan harus
menunggu hasil DED.

Oleh karena itu, dalam setiap Rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD Kab. Buton perlu
memperhatikan Hierarki Dokumen tersebut. Dan Jika pelaksanaan DED lebih dahulu dari pada FS maka hal
itu merupakan kesalahan prosedural dalam perencanaan karena DED merupakan dokumen lanjutan dari FS
sehingga tidak bisa dikerjakan secara terbalik begitupun dengan dokumen lingkungan, karena data
dasarnya adalah DED maka tidak bisa menyusun Dokumen Lingkungan terlebih dahulu baru kemudian
menyusun DED. Dan jika hal itu terjadi maka Dokumen Lingkungan yang disusun dinyatakan tidak sah
karena menggunakan data (DED) yang belum disepakati. Dari DED-lah konsultan lingkungan
memperkirakan dampak pembangunan yang terjadi. Wassalam!!!

Anda mungkin juga menyukai