CEDERA KEPALA
NIM : 1711011017
CEDERA KEPALA
A. Definisi
traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan
B. Etiologi
raya
2. Jatuh
tanah
3. Kekerasan
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) ada dua macam cedera kepala
yaitu:
1. Trauma Tajam
2. Trauma Tumpul
C. Patofisiologi
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
diantara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membran
kepala.
satu dari arteri, perdarahan arteri yang diakibatkan tertimbun dalam ruang
suatu benda atau serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan
otak oleh pengaruh kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan oleh
tertentu dan disebabkan oleh benda atau fragmen tulang yang menembus
yaitu rambut, kulit kepala dan tengkorak, tetapi pada trauma hebat
penyerapan ini tidak cukup untuk melindungi otak. Bila kepala bergerak
tidak hanya terjadi akibat cedera setempat pada jaringan saja tetapi juga
Cedera
Kepala
Hematoma
Trauma Trauma
subdural kronis
Tajam Tumpul
Kerusakan
Rupture vena hematoma dan Fraktur tulang
dalam srebral sel darah merah tengkorak
Gangguan
pernafasan
a. Disorientai ringan
d. Sakit kepala
g. Gangguan pendengaran
a. Oedema pulmonal
b. Kejang
c. Infeksi
e. Hemiparise
E. Pemeriksaan Penunjang
1. X-Ray/CT-Scan
3. EEG
4. BAER (Brain Auditory Evoked Respons) : menentukan fungsi
F. Penatalaksanaan
1. Non-Bedah
intracranial
2. Pembedahan
terkontrol
c. Mengobati hidrosefalus
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CEDERA KEPALA
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
mencerna/menelan makanan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan motorik
h. Kebutuhan dasar
i. Pengkajian fisiologis
7. Pemeriksaan Penunjang
a. X-Ray/CT-Scan
B. Diagnosa
(TIK).
E. Evaluasi
untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa
macam evaluasi.
Daftar Pustaka
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan panduan lengkap menjadi
perawat profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Ristanto, R., Indra, M. R., Poeranto, S., & Rini, I. S. (2016). Akurasi revised
trauma score sebagai prediktor mortality pasien cedera kepala. Jurnal
Kesehatan Hesti Wira Sakti, 4(2), 76–90.
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. J Suami / Istri / Orang tua :
Umur : 16 th Nama : Ny. N
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam Alamat :
Suku / Bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa/Indonesia Penanggung jawab :
Pendidikan : SD Nama :…………………..
Pekerjaan : Petani Alamat :…………………..
Status : Belum Kawin
Alamat : Kampung Parik Korong Galoro Pasaman
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengalami penurunan kesadaran sejak 6 jam sebelum masuk RS, sebelumnya pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas sepeda motor, pasien mengalami muntah proyektil dan keluar
darah dari telinga
Genogram :
16 th
3. Pola eliminasi
• BAK
SMRS : BAK lancar 4-5x setiap hari
MRS : pasien dipasang kateter dengan BAK 200-500 cc
• BAB
SMRS : BAB 1x sehari rutin
MRS : pasien belum BAB
4. Pola aktifitas
SMRS : Bekerja sebagai petani untuk membantu orang tua
MRS : Hanya terbaring diatas tempat tidur
3. Leher
Inspeksi : tidak kelainan pada bagian leher
Palpasi : tidak ada nyerei tekan
4. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada benjolan Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : sonor Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas stridor Auskultasi : tidak terdapat bunyi tambahan
5. Abdomen
Inspeksi : terdapat luka bekas goresan
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 17x/menit
6. Tulang belakang
Tidak terdapat kelianan lordosis(-), kifosis(-), skoliosis(-)
7. Ekstrimitas
Terdapat luka gores pada kaki sebelah kiri. Pada tangan
Sebelah kanan terdapat selang infus.
8. Integumen
Nadi 114x/menit, CRT ˃ 3 detik, akral teraba dingin
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil
30 Mei 2017 Hemoglobin 14,0
Leukosit 17.610
Trombosit 299.000
Hematokrit 40
K. TERAPI
Nama Obat Rute Dosis Efek Samping Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
1 ceftriaxone Inj 2x1 gr 6
2 ranitidine Inj 2x1 amp 7
3 luminal Inj 2x1 amp 8
4 PCT infus Inj 3x1 amp 9
5 10
……………., …………………
Mahasiswa,
NIM : …………………….
A. Analisa Data
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala d.d GCS 10
2. Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d terdapat luka di kepala
C. Intervensi Keperawatan
menunjukan proses
perkembangan
3. Pengetahuan yang ade kuat
merupakan modal sehat yang
permanen
D. Implementasi Keperawatan
Tgl/Jam DX Rencana Tindakan Paraf
30 Mei 2017 2 Membersihkan luka dengan cairan NaCl
14.00
30 Mei 2017 2 Menganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan
14.00 drainase
E. Evaluasi
A. Judul
Hubungan Respiratory Rate (RR) dan Oxygen Saturation (SpO2) Pada Klien Cedera Kepala
B. Penulis
Riki Ristanto, Amin Zakaria
C. Abstrak
Latar Belakang. Evaluasi fungsi respirasi pada pasien cedera kepala merupakan intervensi
penting saat penatalaksanaan pasien cedera kepala. Evaluasi fungsi respirasi dilakukan melalui
pengukuran RR dan SpO2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara
RR dan SpO2 pada klien yang mengalami cedera kepala. Metode. Penelitian observasional
analitik dengan pendekatan desain cohort retrospektif ini dilaksanakan di Rumah Sakit dr. Iskak
Tulungagung pada bagian Rekam Medis. Data diambil dari semua rekam medis pasien bulan
Januari 2016 hingga Juli 2017 berjumlah 150 rekam medis. Variabel yang digunakan adalah
jumlah RR dan Kadar SpO2 saat pasien masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit. Data
yang didapatkan kemudian diolah dengan SPSS 20.0 menggunakan Uji Korelasi Spearman’s
Rho. Hasil. Berdasarkan hasil analisis Uji Korelasi Spearman’s Rho didapatkan p= 0,002, r= -
0,247. Kesimpulan. Pada pasien cedera kepala, komponen RR memiliki hubungan yang
bermakna dengan kadar SpO2 dengan kekuatan lemah dan arah korelasi negatif.
D. Telaah Jurnal
VALIDITY
NO PENILAIAN KETERANGAN
1 Apakah rancangan penelitian Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
yang dipilih sesuai dengan menganalisis hubungan antara RR dan SpO2 pada klien
pertanyaan penelitian ? yang mengalami cedera kepala.
Metode Penelitian: Penelitian observasional analitik
dengan pendekatan desain cohort retrospektif ini
dilaksanakan di Rumah Sakit dr. Iskak Tulungagung pada
bagian Rekam Medis
2 Apakah dijelaskan cara Data diambil dari semua rekam medis pasien bulan Januari
menentukan sampel ? 2016 hingga Juli 2017 berjumlah 150 rekam medis.
3 Apakah dijelaskan mengenai kriteria inklusi adalah data rekam medis dengan nilai ISS ≥
kriteria inklusi & eksklusi? 15, memiliki data RR, dan SpO2 pada lembar triage, dan
data dengan rentang usia pasien 20-65 Tahun. Kriteria
ekslusinya adalah data rekam medis dengan luka bakar
serius, intoksikasi dan PPOK, dan data pasien rujukan.
4 Apakah dijelaskan kriteria Data diambil dari semua rekam medis pasien bulan Januari
pemilihan sampel ? 2016 hingga Juli 2017 berjumlah 150 rekam medis dengan
kriteria inklusi adalah data rekam medis dengan nilai ISS ≥
15, memiliki data RR, dan SpO2 pada lembar triage, dan
data dengan rentang usia pasien 20-65 Tahun. Kriteria
ekslusinya adalah data rekam medis dengan luka bakar
serius, intoksikasi dan PPOK, dan data pasien rujukan.
5 Apakah dalam pemilihan sampel Tidak. Karena kriteria inklusi adalah data rekam medis
dilakukan randomisasi ? dengan nilai ISS ≥ 15, memiliki data RR, dan SpO2 pada
lembar triage, dan data dengan rentang usia pasien 20-65
Tahun. Kriteria ekslusinya adalah data rekam medis dengan
luka bakar serius, intoksikasi dan PPOK, dan data pasien
rujukan.
6 Apakah dijelaskan jenis uji Analisis Uji Korelasi Spearman’s Rho didapatkan p= 0,002,
hipotesis yang dilakukan dalam r= -0,247
penelitian ?
IMPORTANCE
NO PENILAIAN KETERANGAN
1 Subyek Penelitian Data diambil dari semua rekam medis pasien bulan Januari
2016 hingga Juli 2017 berjumlah 150 rekam medis.
2 Analisa Analisis Uji Spearman’s Rho pada Tabel 4.5 dapat
diketahui bahwa p value = 0,002 dan nilai r = -0.247
3 Nilai P Hasil analisis Uji Spearman’s Rho pada Tabel 4.5 dapat
diketahui bahwa p value = 0,002 dan nilai r =
-0.247, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara RR dan SpO2
4 Intervensi Kepercayaan Tidak tertulis dalam penelitian ini
APPLICABILITY
NO PENILAIAN KETERANGAN
1 Apakah subjek penelitian sesuai Ya
dengan karakteristik penelitian
yang akan dihadapi ?
2 Apakah Setting lokasi penelitian Tidak
dapat diaplikasikan di situasi
kita ?
3 Apakah hasil penelitian dapat Ya
diaplikasikan pada pasien di
institusi kita?
4 Apakah terdapat kemiripan Ya
pasien di tempat praktek/institusi
dengan hasil penelitian ?
Cedera kepala merupakan cedera yang terjadi karena adanya tekanan mekanik eksternal yang mengenai
kranium dan komponen intrakanial sehingga menimbulkan kerusakan sementara atau permanen pada
otak. Klasifikasi kepala dibagi menjadi beberapa bagian. Yang pertama berdasarkan patologi. ada
cederea kepala primer yaitu cedera awal yang dapat menyebabkan gangguan integritas fisik, fisik, kimia,
dan listrik dari sel di area tersebut. Lalu ada cedera kepala sekunder yaitu cedera yang terjadi setelah
trauma sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak TIK yang tidak terkendali seperti respon fisiologis,
cedera otak, edema serebral, dan infeksi lokal. Berdasarkan jenis cedera yang pertama ada cedera terbuka
yaitu cedera yang menembus tengkorak dan jaringan otak sehingga dapat menyebabkan fraktur tulang
tengkorak dan laserasi diameter. Lalu yang kedua ada cedera kepala tertutup yaitu cedera gagar otak
ringan dengan cedera serebral yang luas. Berdasarkan GCS cedera kepala dibagi menjadi 3. Pertama
cedera kepala ringan dengan ciri-ciri GCS 14-15, dapat terjadi hilang kesadaran kurang dari 30 menit,
dan tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusia serebral dan hematoma. Kedua cedera kepala sedang
dengan ciri-ciri GCS 9-13, kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit namun tidak lebih dari 24 jam, dan
dapat mengalami fraktur tengkorak, contusia serebral, laserasia, dan hematoma intrakanial. Yang ketiga
cedera kepala berat dengan ciri-ciri GCS 3-8, kehilangan kesadaran lebih dari 24 jam, mengalami
https://www.youtube.com/watch?v=DoaIADB-1ZM&t=303s
ABSTRAK
Latar Belakang. Evaluasi fungsi respirasi pada pasien cedera kepala merupakan intervensi penting saat
penatalaksanaan pasien cedera kepala. Evaluasi fungsi respirasi dilakukan melalui pengukuran RR dan
SpO2. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara RR dan SpO2 pada klien yang
mengalami cedera kepala. Metode. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan desain cohort
retrospektif ini dilaksanakan di Rumah Sakit dr. Iskak Tulungagung pada bagian Rekam Medis. Data diambil
dari semua rekam medis pasien bulan Januari 2016 hingga Juli 2017 berjumlah 150 rekam medis. Variabel
yang digunakan adalah jumlah RR dan Kadar SpO2 saat pasien masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah
sakit. Data yang didapatkan kemudian diolah dengan SPSS 20.0 menggunakan Uji Korelasi Spearman’s
Rho. Hasil. Berdasarkan hasil analisis Uji Korelasi Spearman’s Rho didapatkan p= 0,002, r= -0,247.
Kesimpulan. Pada pasien cedera kepala, komponen RR memiliki hubungan yang bermakna dengan kadar
SpO2 dengan kekuatan lemah dan arah korelasi negatif.
Kata Kunci: Pasien cedera kepala, Respiratory Rate (RR), Saturasi Oksigen (SpO2).
Proposal IPAL
Correlation Respiratory Rate (RR) and Oxygen Saturation (SpO2)
In Head Injury Client
ABSTRACT
Background. Evaluation of respiratory function in patients with head injury is an important intervention
when the management of head injury patients. Evaluation of respiratory function is done by measuring RR
and SpO2. The purpose of this study was to analyze the relationship between RR and SpO2 in clients who
suffered head injury. Method. The observational analytic study with this retrospective cohort design
approach was carried out in dr. Iskak Tulungagung Hospital at the Medical Record section. Data taken from
all patient medical records from January 2016 to July 2017 amounted to 150 medical records. The variables
used were the number of RR and SpO2 levels when the patient entered the Emergency Department. The data
obtained was then processed with SPSS 20.0 using Spearman's Rho Correlation Test. Results. Based on
Spearman's Rho correlation test results obtained p = 0,002, r = -0,247. Conclusion. In head injury patients,
the RR component has a significant relationship with SpO2 levels with weak strength and negative
correlation direction.
Keywords: Head injury patient, Respiratory Rate (RR), Oxygen Saturation (SpO2).
Frekuensi pernafasan merupakan salah satu terutama otak pasca terjadinya cedera kepala
komponen tanda vital, yang bisa dijadikan merupakan tujuan utama yang dilakukan pada
indikator untuk mengetahui kondisi pasien, saat penanganan awal pasien dengan cedera
terutama kondisi pasien kritis (Muttaqin, kepala. Oleh karena itu evaluasi fungsi
2010; Smith & Roberts, 2011). Menurut hasil respirasi merupakan komponen penting yang
penelitian Bruijns et al. (2014), bahwa perlu dilakukan untuk mengetahui adanya
frekuensi pernafasan merupakan prediktor perburukan kondisi sedini mungkin. Tujuan
yang baik untuk mengetahui outcome pasien dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
cedera kepala, bersama dengan tekanan darah hubungan antara RR dan SpO2 pada klien
sistolik. Namun, hasil pengukuran RR yang mengalami cedera kepala.
dipengaruhi oleh banyak faktor, meliputi: METODE
latihan atau olah raga, keadaan emosi Penelitian observasional analitik
(kecemasan/takut), polusi udara, ketinggian, dengan pendekatan desain cohort retrospektif
obat-obatan (narkotik, amfetamin), suhu, ini dilaksanakan di Rumah Sakit dr. Iskak
gaya hidup, usia, jenis kelamin, dan nyeri Tulungagung pada bagaian Rekam Medis.
akut (Muttaqin, 2010) Data diambil dari semua rekam medis pasien
Alat ukur kedua dari fungsi respirasi bulan Januari 2016 hingga Juli 2017
Proposal IPAL
adalah saturasi oksigen (SpO2). Menurut
Brooker (2005) oxygen saturation merupakan
presentase hemoglobin (Hb) yang mengalami
saturasi oleh oksigen. Observasi oxygen
saturation dilakukan untuk mencegah dan
berjumlah 150 rekam medis dengan kriteria
inklusi adalah data rekam medis dengan nilai
ISS ≥ 15, memiliki data RR, dan SpO2 pada
lembar triage, dan data dengan rentang usia
pasien 20-65 Tahun. Kriteria ekslusinya
mengenali risiko terjadinya hipoksia jaringan. adalah data rekam medis dengan luka bakar
Hipoksia jaringan akan menyebabkan risiko serius, intoksikasi dan PPOK, dan data pasien
trauma sekunder pada jaringan otak yang akan rujukan. Dilakukan pengumpulan data dasar
berakibat pada kematian pasien (McMulan et berupa: jenis kelamin, dan mekanisme cedera.
al., 2013). Menurut Brooker (2005), bacaan Data RR dan SpO2 diambil pada data rekam
saturasi oksiegen memiliki beberapa faktor medis saat pasien masuk IGD rumah sakit.
yang mempengaruhi, yaitu hemoglobin (Hb), Data yang didapatkan kemudian diolah
sirkulasi, aktivitas, suhu tubuh, adanya dengan SPSS 20.0 menggunakan Uji Korelasi
hiperbilirubinemia, dan adanya hipoksemia. Spearman’s Rho.
Menurut Wilensky et al. (2009) kondisi HASIL
cerebral ischemic injury terjadi pada 90% Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian
yang meninggal akibat cedera kepala. n %
Jenis Kelamin
Menjaga kecukupan oksigenasi jaringan Laki-laki 107 71,3
Proposal IPAL
usia 40,17 (19-68) tahun. Berdasarkan Menurut Amanda & Marbun (2014),
penilaian Score ISS, diperoleh nilai laki-laki adalah korban kecelakaan yang
mediannya 26 dengan rerata 25,19 (17-38), paling banyak di Indonesia, bahkan
dan terbanyak mengalami cedera kepala jumlahnya termasuk dalam lima besar
sedang dengan rerata GCS 9,06 (3-14). Pada penyebab utama kematian di Indonesia.
data RR responden didapatkan rerata 23,99 Menurut Spesialis Keselamatan Lalu Lintas di
(14-60), SpO2 responden didapatkan rerata Bank Dunia, Jose Luis Irigoyen, negara-
85,96 (50-99). negara berkembang seperti Indonesia
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho. menyumbang 90% jumlah kematian akibat
SpO2 kecelakaan lalu lintas. Setiap hari rata-rata
r -0,247
RR p 0,002 120 orang meninggal akibat kecelakaan lalu
n 150 lintas di Indonesia dengan 60% kematian
Sumber: Data primer hasil penelitian
Berdasarkan hasil analisis Uji berasal dari pengendara roda dua atau tiga dan
Spearman’s Rho pada Tabel 4.5 dapat 80%nya korbannya adalah laki-laki.
diketahui bahwa p value = 0,002 dan nilai r = Dengan Uji Spearman’s Rho didapatkan
terdapat hubungan yang bermakna antara RR bermakna (p= 0,002) dan memiliki arah
dan SpO2 dengan kekuatan hubungan yang korelasi negatif (r= -0.247) dengan kadar
Proposal IPAL
dan metabolisme basal akan
kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari
kondisi normal (Werner & Engelhard, 2007).
Maka secara reflek tubuh akan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan menjaga
memicu pernafasan.
Penggunaan komponen RR juga tidak
dapat dijadikan dasar dalam pemberian berapa
liter O2 yang harus diberikan kepada pasien.
Berbeda dengan SpO2, yang dapat
perfusi jaringan otak dengan cara memberikan gambaran langsung dari jumlah
meningkatkan jumlah RR per menit, total oksigen yang dialirkan darah ke jaringan
harapannya dengan meningkatnya jumlah RR setiap menit atau disebut dengan oxygen
maka FiO2 akan meningkat dan berdampak delivery (McMulan et al., 2013). Sehingga
pula pada peningkatan PaO2 dan saturasi penggunaan dari hasil pengukuran SpO2 dapat
oksigen jaringan. Maka dapat disimpulkan dijadikan acuan dalam penentuan jumlah
bahwa pada kondisi pasien cedera kepala oksigen yang perlu diberikan kepada pasien.
yang masih terkompensasi, maka nilai RR Oxygen saturation memiliki positif korelasi
yang didapatkan belum bisa menggambarkan dengan jumlah oksigen yang diberikan,
kondisi pasien cedera kepala yang dengan artian bahwa semakin tinggi kadar
sebenarnya. oksigen yang diberikan, maka kadar oxygen
Kekuatan hubungan yang lemah saturation juga akan mengalami peningkatan
antara RR dan SpO2 (r= -0.247), (Silvestri, 2011). Nilai normal dari oxygen
Proposal IPAL
merupakan faktor prediktor mortality yang 0.035
kuat pada pasien dengan cedera kepala berat. Brooker, C. (2005). Ensiklopedi
Keperawatan. (Andry Hartono, Brahm
Sehingga dapat disimpulkan bahwa berat U. P, Dwi Widiarti:trans). Jakarta:
ringannya kondisi pasien cedera kepala yang EGC.
tergambar pada GCS maka akan terlihat juga Bruijns, S., Guly, H., Bouamra, O., Lecky, F.,
& Wallis, L. (2014). The value of the
pada nilai SpO2 nya. Komponen SpO2 adalah difference between ED and
gambaran presentase rasio antara jumlah prehospital vital signs in predicting
outcome in trauma. Emergency
oksigen aktual yang terikat oleh hemoglobin Medicine, 31, 579-582
(Djojodibroto, 2007). Maka dengan Djojodibroto, D. (2007). Respirologi:
mengetahui berapa nilai hasil pengukuran Respirasi medicine. Jakarta: EGC
SpO2 akan membantu untuk mengetahui Kondo, Y., Abe, T., Kohshi, K., Tokuda, Y.,
Cook, E.F. and Kukita, I. (2011).
berapa besaran konsentrasi oksigen yang Revised trauma scoring system to
benar-benar bisa dimanfaatkan untuk predict In hospital mortality in the
emergency department:
Glasgow Coma Score, Age, and systolic scoring system in low- and middle-
blood pressure score. Critical Care, 15: income countries: Lessons from
R191. Mumbai. Injury, 46(12), 2491-2497.
doi:
Laytin, Adam D., Kumar, Vineet, Juillard,
http://dx.doi.org/10.1016/j.injury.2015.0
Catherine J., Sarang, Bhakti, Lashoher,
6.029
Angela, Roy, Nobhojit, & Dicker,
Rochelle A. (2015). Choice of injury
McMullan, J., Rodrigues, D., Hart, K. W., Smith, J., & Roberts, R. (2011). Vital signs
Lindsell, C. J., Voderschmidt, K., for nurses an introduction to clinical
Wayne, B., Branson, R. (2013). observations. London: Wiley-
Prevalence of prehospital hypoxemia Blackwell.
and oxygen use in trauma patients. Tjahjadi, M., Arifin, M. Z., Gill, A. S., &
Military Medicine. 178(10): 5. Faried, A. (2013). Early mortality
Merenstein, G. B., & Gardner, S. L. (2002). predictor of severe traumatic brain
Hanbook of nenonatal intensive care. injury: A single center study of
Missouri: Mosby, Inc. prognostic variables based on admission
characteristics. The Indian Journal of
Muttaqin, A. (2008). Pengantar asuhan
Neurotrauma, 10(1), 3-8. doi:
keperawatan klien dengan gangguan
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnt.2013.04.
sistem persyarafan. Jakarta: Salemba
007.
Medika
Warfield, C.A., Bajwa, Z.H. (2004).
Perry & Potter. (2005). Fundamental
Principles and practice of pain
keperawatan: konsep, proses, dan
medicine. 2nd ed. US: McGraw-Hill.
praktik. Jakarta: EGC.
Werner, C., & Engelhard. (2007).
Sharf, M.S., El-Gebali, M.A. (2013).
Pathophysiology of traumatic brain
Correlation between glasgow coma
injury. British Journal of Anaesthesia,
Score and jugular venous oxygen
99(1), 4-9. doi: 10.1093/bja/aem131.
saturation in severe traumatic brain
injury. Egyptian Journal of Anaesthesia. Wilensky, E. M., Gracias, V., Itkin, A.,
29, 267-272. Hoffman, K., Bloom, S., Yang, W.,
http://dx.doi.org/10.1016/j.egja.2013.02 Christian, S., LeRoux, PD. (2009). Brain
Proposal IPAL
.008. tissue oxygen and outcome after severe
traumatic brain injury: A Systematic
Silvestri, Linda Anne. (2011). Saunders Review. Critical Care Medecine Journal.
Comprehensive Review For The NCLEX- 37(6), 2057-2063.
RN Examinatioan. US: Elsevier Inc.