Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau, dan dapat dipertanggung
jawab kan serta mempunyai batas waktu pencapaian. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana
upaya kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran
strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai tujuan
pembangunan kesehatan, oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan
yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
(SPM-RS) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal, alat ukur mutu layanan rumah
sakit yang dapat mendukung pencapaian indikator kinerja rumah sakit. Juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan
Umum kepada masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 2/2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, telah diatur tentang Standar Pelayanan Minimal yang di
dalamnya memuat dimensi kualitas, pemerataan dan kesetaraan, biaya dan kemudahan, khusus
untuk Rumah Sakit, Pemerintah menerbitkan Kepmenkes No.228/2002 yang menyebutkan
bahwa Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit harus memuat standar penyelenggaran
pelayanan medik, pelayanan penunjang, pelayanan keperawatan, pelayanan bagi keluarga miskin
dan standar manajemen Rumah Sakit, yang terdiri dari manajemen sumber daya manusia,
keuangan, sistem informasi Rumah Sakit, sarana prasarana dan manajemen mutu pelayanan.
Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan , terlebih lagi
pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah Rumah Sakit di mata
masyarakat, sehingga menuntut adanya profesionalisme perawat pelaksana maupun perawat
pengelola dalam memberikan dan mengatur kegiatan asuhan keperawatan kepada pasien.
Di Rumah Sakit, sumberdaya yang paling banyak menyumbang sebagai pendukung
kepuasan kepada pasien, salah satunya adalah perawat. Perawat memberikan pengaruh besar
untuk menentukan kualitas pelayanan. Perawat sebagai ujung tombak pelayanan terhadap pasien
dan Keluarganya di Rumah Sakit, karena frekuensi pertemuannya dengan pasien yang paling
sering. Dalam perawat memberikan pelayanan pasien , terkadang pengaruh karakteristik yang
dimiliki oleh pasien, mulai dari umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan atau pekerjaan, dan
lain sebagainya mungkin akan membuat situasi pelayanan yang diberikan oleh perawat berbeda
karena pasien bisa saja mempunyai harapan yang berbeda berdasarkan karakteristik yang mereka
miliki.
Perawat diharapkan mampu memahami karakteristik pasien berdasarkan hal-hal yang
bersifat pribadi sampai pada jenis penyakit yang diderita pasien, sebagai suatu referensi perawat
dalam melakukan pendekatan kepada pasien.Namun pada saat ini muncul paradigma masyarakat
bahwa pelayanan yang diberikan oleh perawat kurang maksimal, sehingga pasien dan keluarga
pasien kurang puas dengan pelayanan yang diberikan. Mengenai jumlah komplain yang masuk di
kotak saran selalu meningkat pertahun 10 % untuk rawat inap karena pelayanan yang dilakukan
oleh perawat di ruang rawat inap bekerjanya lamban disebabkan banyak perawat yang hamil,
perawat terbatas, sehingga mereka sering sibuk dan melakukan kerja rangkap, dan perawat masih
bekerja di luar kompetensinya. Perawat memberikan pengaruh paling besar dalam menentukan
kualitas pelayanan kepadapasien. Pelayanan optimal dan kenyamanan berdampak pada
kesembuhan pasien. Berdasarkan observasi awal tanggal 3 Februari 2009, Perawat di RS
Tugurejo yang berjumlah kurang lebih 150 orang diambil 15 orang yang mewakili ruangan
perawatan berpendapat bahwa pasien tetap akan datang kembali ke RS Tugurejo, dikarenakan
tarif yang ditetapkan RSUD Tugurejo terjangkau bagi pasien, ditambah pernyataan perawat yang
menyampaika ada atau tidaknya pasien, rumah sakit Negeri tetap akan berjalan, karena RSUD
adalah rumah sakit milik Pemerintah dan menjadi sumber rujukan bagi kab/kota yang lain,
tentunya biaya operasional didukung sepenuhnya oleh anggaran Pemerintah melalui dukungan
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Tk I. Pernyataan tersebut sebagai sebuah
alasan sehingga perawat cenderung mengabaikan pelayanan prima sesuai harapan pasien yang
mengakibatkan ketidakpuasan terhadap pasien, sehingga pasien tidak akan merekomendasikan
RSUD Tugurejo sebagai salah satu Rumah Sakit rujukan terbaik di Jawa Tengah.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 129/Menkes/SK/II/2008
TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Otonomi Daerah, maka kesehatan merupakan


salah satu bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Hal
ini berarti bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab sepenuhnya
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajad
kesehatan masayarakat diwilayahnya;
b. bahwa Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada mayarakat memiliki peran yang sangat strategis
dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu
Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat;
c. dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal, maka perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan standar pelayanan
minimal Rumah Sakit yang wajib dimiliki oleh Rumah Sakit.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b, dan c di
atas diperlukan Suatu Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (lembaran negara RI


Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4502);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4585);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
10.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
749a/Menkes/SK/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis / Medical Report;
11.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/SK/Per/I/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT
Kedua : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam
lampiran ini.
Ketiga : Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada Diktum
Kedua agar digunakan sebagai pedoman bagi Rumah Sakit dalam menjamin
pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Keempat : Setiap Rumah Sakit agar menyesuaikan dengan Standar Pelayanan Minimal ini
dalam waktu 2 (dua) tahun sejak Keputusan ini ditetapkan.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 6 Februari 2008
MENTERI KESEHATAN RI,

DR. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Standar Minimal


A. Standar
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
1. Standar adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.
2. Standar adalah sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai
sebagai ukuran.
b. Menurut Kepmenkes RI No 129/Menkes/SK/II/2008
1. Standar adalah nilai tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan sesuatu yang
harus dicapai.
2. Standar adalah ukuran pencapaian mutu atau kinerja yang diharapkan bisa
dicapai.
c. Menurut Katz & Green (1997)
Standar adalah pernyataan tertulis tentang harapan spesifik.
d. Berbagai pengertian dan pendapat
1. Standar diartikan sebagai kewenangan wajib.
2. Standar diartikan sebagai batasan nilai yang harus dicapai.
3. Standar diartikan sebagai tolok ukur (indicators).
4. Standar diartikan sebagai prosedur.
5. Standar diartikan sebagai persyaratan (requirement).
6. Standar diartikan sebagai standar teknis (practice guidelines).
Dari data yang didapatkan di atas dapat disimpulkan bahwa, standar adalah
kesepakatan yang telah didokumentasikan yang di dalamnya terdiri dari spesifikasi teknis
atau kriteria yang akurat yang digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi tertentu
untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai dengan yang telah
dinyatakan.
B. Pelayanan
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.
1. Pelayanan adalah perihal atau cara dalam melayani kebutuhan orang lain.
2. Pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh
imbalan berupa uang atau jasa.
3. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang
atau jasa.
b. Menurut Kotler (1985)
Pelayanan adalah setiap kegiatan yang manfaatnya dapat diberikan dari satu pihak
kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak berakibat
pemilikan sesuatu.
c. Menurut Sugiarto (2002)
Pelayanan adalah upaya maksimal yang diberikan oleh petugas pelayanan dari
sebuah perusahaan industri untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan
sehingga tercapai kepuasan.
d. Menurut Cravens (1998)
Pelayanan adalah upaya dalam memenuhi permohonan untuk menspesifikasikan
produk-produk seperti data kinerja, permohonan untuk rincian, pemrosesan pesanan
pembelian, penyelidikan status pesanan, dan layanan garansi.
e. Menurut Tunggal (1996)
Pelayanan sering disebut sebagai jasa yang diberikan oleh perusahaan, artinya
bahwa adanya suatu perbuatan yang dilaksanakan suatu pihak terhadap pihak lain.
Dari sumber definisi yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah
suatu upaya yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain baik itu mengharapkan
suatu imbalan atau tidak.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga secara minimal. Standar Pelayanan Minimal (SPM) juga merupakan spesifikasi
teknis tentang tolok ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan layanan
Umum terhadap masyarakat. Dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 PP RI No 58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Standar Pelayanan Minimal adalah tolok ukur kinerja dalam menentukan capaian jenis
dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008). Di bawah ini
merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai standar, pelayanan,dan kinerja
(performances).

2.2 Standar Keperawatan


Berdasarkan surat keputusan DPP PPNI No. 03/DPP/SK/I/1996, maka standar
keperawatan di Indonesia di kategorikan menjadi empat jenis standar, yaitu : staandar
pelayanan keperawatan, standar praktik keperawatan, standar praktik keperawatan dan
standar pendidikan berkelanjutan.

A. Standar Pelayaan Keperawatan


Standar 1 : Divisi Keperawatan mempunyai falsafah dan struktur yang menjamin
pemberian asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan sarana untuk
menyelesaikan berbagai persoalan praktik keperawatan diseluruh institusi asuhan/
pelayanan keperawatan.
Standar 2 : Divisi keperawatan dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yang
memenuhi persyaratan dan anggota direksi.
Standar 3 : Kebijaksanaan dan praktek divisi keperawatan menjamin pelayanan
keperawatan merata dan berkesinambungan yang mengakui perbedaan agama, sosial
budaya, dan ekonomi diantara klien/pasien di institusi pelayanan kesehatan.
Standar 4 : Divisi keperawatan menjamin bahwa proses keperawatan digunakan
untuk merancang dan memberikan asuhan untuk memenuhi kebutuhan individu
klien/pasien dalam konteks keluarga.
Standar 5 : Divisi keperawatan menciptakan lingkungan yang menjamin efektifitas
praktik keperawatan
Standar 6 : Divisi keperawatan menjamin pengembangan berbagai program
pendidikan untuk menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi
Standar 7 : Divisi keperawatan memprakarsai, memanfaatkan, dan berperanserta
dalam telah atau berbagai proyek penelitian untuk peningkatan asuhan klien/ pasien.

B. Standar Praktik Keperawatan


Standar 1 : Pengumpulan data tentang status kesehatan klien/pasiendilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan.data yang diperoleh dikomunikasikan dan dicatat.
Standar 2 : Diagnosis keperawatan dirumuskan berdaarkan data status kesehatan.
Standar 3 : Rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan
diagnosis keperawatan.
Standar 4 : Rencana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan pendekatan tindakan
keperawatan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang disusun berdasarkan
diagnosis keperawatan.
Standar 5 : Tindakan keperawatan memberi kesempatan klien/pasien untuk
berpartisipai dalam peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan.
Standar 6 : Tindakan keperawatan membantu klien/pasien untuk mengoptimalkan
kemampuannya untuk hidup sehat.
Standar 7 : Ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan ditentukan oleh
klien/pasien dan perawat.
Standar 8 : Ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan memberi arah untuk
melakukan pengkajian ulang, pengaturan kembali urutan prioritas, penetapan tujuan
baru, dan perbaikan rencana asuhan keperawatan.

2.4 Pelayanan Tenaga Perawat


Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawa baik didalam maupun di luar
negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan perawatan di
rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang
sekaligus merupakan tolok ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering
menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi
di rumah sakit yang cukup potensial dalam menyelenggarakan upaya mutu, karena selain
jumlahnya yang dominan juga pelayanannya menggunakan metode pemecahan masalah secara
ilmiah melalui proses keperawatan.
Asuhan keperawatan meliputi :
a. Pelayanan keperawatan (Nursing Service ) adalah seluruh fungsi,tugas, kegiatan dan
tanggung jawab yang dilaksanakan oleh seorangperawat dalam praktek profesinya.
b. Asuhan keperawatan (Nursing Care) adalah suatu pelayanankeperawatan langsung
berupa bantuan, bimbingan, penyuluhan,pengawalan atau perlindungan yang diberikan
oleh seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Menurut Doenges (2000) menyebutkan proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari 5
tahap yang spesifik, yaitu:
a. Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara sistematis, meliputi
fisik, psikologi, sosiokultural, spiritual, kognitif, kemampuan fungsional, perkembangan
ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui
wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan
diagnosa serta melihat kembali catatan sebelumnya
b. Identifikasi Masalah/Diagnosa Keperawatan
Adalah analisa data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko
tinggi.
c. Perencanaan
Adalah proses dua bagian yaitu pertama adalah identifikasi tujuan dan hasil yang
diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah
dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik, dapat diukur, menunjukkan
kerangka waktu yang pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien. Kedua
adalah pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil yang diharapkan.
d. Implementasi
Impelementasi adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses keperawatan
sesuai dengan rencana keperawatan
e. Evaluasi
Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan
respon pasien terhadap keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana
keperawatan jika diperlukan.
Seorang perawat diharapkan memiliki kompetensi meliputi pengetahuan,
ketrampilan, pribadi yang menunjang sebagai perawat yang tercermin dari perilaku,
sesuai prinsip Service Quality, yaitu :
1. Tangible (bukti fisik), meliputi penampilan fisik, kelengkapan atribut, kerapian dan
kebersihan ruang perawatan dan penampilan perawat.
2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
segera, akurat dan memuaskan, tidak bingung dan selalu memberikan penjelasan atas
tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
3. Responsiveness (Daya Tanggap), yaitu keinginan membantu para pasien dan
memberikan pelayanan dengan tanggap dan seksama,dengan siap, cepat, tepat dan selalu
sedia setiap saat.
4. Assurance (Jaminan), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya , bebas dari bahaya resiko atau keragu-raguan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
5. Emphaty (Empati), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang
baik, perhatian pribadi dan memahami pasien.Hal ini terutama berkaitan dengan
karakteristik masing-masing pribadi pasien.
2.5 Pelayanan Tenaga Medis
Tenaga medis merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besar dalam
menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada pasien di Rumah Sakit. Fungsi
utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya ,
menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat
dipertanggungjawabkan kepada pasien dari rumah sakit.
Donabedian (1980), mengatakan bahwa perilaku dokter dalam aspek manajemen,
manajemen lingkungan sosial, manajemen psikologi dan manajemen terpadu, manajemen
kontinuitas dan koordinasi kesehatan dan penyakit harus mencakup beberapa hal, yaitu :
a. Ketepatan diagnosis
b. Ketepatan dan kecukupan terapi
c. Catatan dan dokumen pasien yang lengkap
d. Koordinasi perawatan seccara kontinuitas bagi semua anggota keluarga
2.6 Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di
rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang
masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena
penyakitnya. Menurut Revans (1986) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap
mengalami tingkat proses transformasi, yaitu :
b. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan kenyakinan dirawat tinggal
dirumah sakit.
c.Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.
d. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam program
perawatan dan terapi
e.Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan dibandingkan pengaruh serta
respon pasien atas pengobatan.
f. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan. Pengobatan diubah
atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk didiagnosa ulang. Jadi rawat
inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara menempati tempat tidur
untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi individu dengan keadaan medis,
bedah, kebidanan, penyakit kronis atau rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya
dan memerlukan pengawasan dokter dan perawat serta petugas medik lainnya setiap hari.
 Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Jacobalis (1990) menyampaikan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inap
rumah sakit dapat diuraikan dari beberapa aspek, diantaranya adalah:
a. Penampilan keprofesian atau aspek klinis
Aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga
profesi lainnya
b. Efisiensi dan efektivitas
Aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat
berdayaguna dan berhasil guna.
c. Keselamatan pasien
Aspek ini menyangkut keselamatan dan kemanan pasien
d. Kepuasan pasien
Aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental dan social pasien terhadap lingkungan
rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan, perhatian, biaya yang
diperlukan dan sebagainya
Menurut Adji Muslihuddin (1996), mutu asuhan pelayanan rawat inap dikatakan baik,
apabila :
a. Memberikan rasa tentram kepada pasiennya yang biasanya orang sakit
b. Menyediakan pelayanan yang benar-benar profesional dari setiap strata pengelola
rumah sakit. Pelayanan bermula sejak masuknya pasien ke rumah sakit sampai
pulangnya pasien
Dari kedua aspek ini dapat diartikan sebagai berikut :
a. Petugas menerima pasien dalam melakukan pelayanan terhadap pasien harus mampu
melayani dengan cepat karena mungkin pasien memerlukan penanganan segera
b. Penanganan pertama dari perawat harus mampu membuat menaruh kepercayaan bahwa
pengobatan yang diterima dimulai secara benar
c. Penanganan oleh para dokter dan perawat yang profesional akan menimbulkan
kepercayaan pasien bahwa mereka tidak salah memilih rumah sakit
d. Ruangan yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada rumah sakit
e. Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional f. Lingkungan rumah sakit
yang nyaman.
2.7 Penyediaan Sarana Medik, Non Medik dan Obat-obatan
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh rumah sakit sebaga penunjang untuk
melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan sebagainya tergantung dari tipe rumah sakit, di
samping tersedianya sarana penunjang medik juga tersedia alat-alat keperawatan. Dalam rumah
sakit, obat merupakan sarana yan mutlak diperlukan, bagian farmasi bertanggung jawab atas
pengawasan dan kualitas obat. Persediaan obat harus cukup, penyimpanan efektif, diperhatikan
tanggal kadaluwarsanya, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pelayanan keperawatan merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sudah pasti punya kepentingan untuk menjaga mutu pelayanan , terlebih lagi
pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah Rumah Sakit di mata
masyarakat, sehingga menuntut adanya profesionalisme perawat pelaksana maupun perawat
pengelola dalam memberikan dan mengatur kegiatan asuhan keperawatan kepada pasien.
Ini masih kurang reek…..tolong dibetulin yaa kalau salah :v

Anda mungkin juga menyukai