Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Pengurangan Resiko Bencana (PRB)

Bencana bukan merupakan istilah yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun,
bencana sebagai sistem pengetahuan (epistimologi) tidak mudah dipahami secara
menyeluruh (komprehensif). Dalam kamus pengetahuan, istilah bencana begitu semarak
dan mengemuka saat beberapa peristiwa bencana melanda wilayah Indonesia. Bencana
gempa yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya, menjadi momentum bagi masyarakat
dalam menumbuhkan kesadaran pengetahuannya tentang hal ihwal seputar bencana. Di
samping istilah bencana begitu lekat di benak pikiran masyarakat, terlebih masyarakat
yang secara langsung mengalami musibah itu, pengetahuan tentang bencana ini diliput
secara luas oleh media massa, baik cetak maupun elektronik. Dengan demikian, secara
epistimologis, bencana kiranya dapat dimaknai secara luas sebagai suatu kajian
mendalam tentang peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan berakibat terhadap
kerusakan material maupun immaterial baik ditinjau dari aspek sosial, budaya, politik,
dan seterusnya.

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu


kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa
terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan
gangguan kegiatan masyarakat. beberapa pengurangan resiko akibat bencana antara lain:

a. Minimnya upaya-upaya pengurangan resiko bencana dinilai sebagai penyebab


besarnya kerugian dan kerusakan ekonomi akibat bencana.

b. Pengurangan resiko bencana harus menjadi investasi dalam pembagunan

c. Dampak bencana cukup besar dibandingkan dengan sumbangan ekonomi akibat


pemanfaatan ruang dan lahan di daerah-daetah rawan bencana.

- Makna Bencana

Disaster atau bencana dapat dipahami sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia dan/atau keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan
fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan.

Dalam perspektif ekologi, bencana dapat didefinisikan sebagai suatu proses fenomena
alam yang terjadi dalam kerangka kausalitas ilmiah, contoh bencana ini misalnya gempa
bumi,tanah longsor, letusan gunung, dan tsunami. Sedangkan dalam perspektif teologi,
bencana adalah suatu kemutlakan kekuasaan Tuhan menjadi dasar dalam memahami
bencana. Dalam konteks ini orang memahami bencana sebagai: musibah, ujian keimanan,
teguran dan azab. Selanjutnya dalam perspektif eko-teologi, bencana adalah kerangka
memahami bencana dengan menggabungkan pendekatan ekologis dan teologis. Dalam
rangka memecahkan problem sosial-kemanusiaan, terutama yang telah terkait dengan alam
dan lingkungannya, para ulama telah merumuskan prinsip-prinsip ajaran sebagai
berikut:memelihara agama (hifdz ad-din), memelihara jiwa (hifdz an-nafs),memelihara akal
(hifdz al-aql), memelihara harta (hifdz al-mal), memelihara keturunan (hifdz al-nasl),
memelihara martabat (hifdz al-‘irdh), memelihara lingkungan (hifdz al-alam).Di bawah akan
dipaparkan beberapa konsep terkait dengan pengertian, fenomena dan peristiwa gempa bumi.

a. Gempa Bumi

Di antara sekian banyak jenis bencana alam, gempa bumi termasuk yang paling dahsyat.
Gempa bumi adalah getaran permukaan bumi atau sentakan asli dari bumi yang bersumber di
dalam bumi yang merambat melalui permukaan bumi dan menembus bumi. Gempa bumi
terjadi karena pergesekan antara lempeng-lempeng tektonik yang berada jauh di bawah
permukaan bumi.

Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh pergeseran
atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba. Penyebab gempa
bumi yang selama ini disepakati antara lain dari proses tektonik akibat pergerakan
kulit/lempeng bumi, aktifitas sesar di permukaan bumi, pergerakan geo-morfologi secara
lokal, dan aktifitas gunung berapi serta ledakan nuklir.

Gempa bumi bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun, siang atau malam, dengan dampak
buruk yang terjadi secara mendadak dan hanya memberikan sedikit isyarat bahaya. Gempa
dapat menghancurkan bangunan hanya dalam kurun waktu beberapa detik saja, menewaskan
dan melukai orang-orang yang berada di dalamnya. Gempa bumi bukan hanya mampu
meluluh-lantakkan kota-kota sampai hampir tak tersisa lagi, namun juga bisa menggoyahkan
kestabilan pemerintahan, perekonomian, dan struktur sosial suatu negara.

- Resiko Bencana; Konstruksi antara Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas

Untuk mengetahui kapan bencana alam akan terjadi merupakan pekerjaan yang sulit. Hal
ini dikarenakan bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba di mana pun dan kapan pun. Oleh
karena itu, penting dilakukanpemantauan resiko bencana dan sistem peringatan dini (early
warning system) yang berfungsi sebagai “alarm” darurat sewaktu-waktu bencana alam datang
secara tidak terduga. Untuk itu, penting dilakukan usaha pengurangan resiko bencana dengan
melibatkan anak usia sekolah agar pada situasi bencana, anak-anak memahami terhadap apa
yang harus dilakukan.

Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwa
Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman bencana. Karena itu,
Indonesia disebut sebagai “super market” bencana. Istilah ini menunjukkan kondisi Indonesia
rentan terhadap bencana. Keterpautan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya
membuat besara resiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakin
mampu untuk mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka manusia
akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas
pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil resiko bencana. Kehancuran
dahsyat yang terjadi akibat gempa dan Tsunami yang tejadi di Aceh dan Sumatera Utara,
serta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga memunculkan kebingungan
bagaimana harus mensikapinya; hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa
menunjukkan betapa bangsa Indonesia belum mampu menghadapi ancaman bahaya yang
terus datang bertubi-tubi.

Sesuai UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, ancaman bencana ialah
suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Ancaman bencana merupakan
suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau lingkungan binaan,
yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan bencana.

Hal lain yang dapat dikategorikan sebagai ancaman benacana adalah suatu fenomena
alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau
mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan
permukiman, kegiatan budi daya atau industri.

Disaster risk bisa diartikan sebagai besarnya kerugian yang mungkin terjadi (kehilangan
nyawa, cedera, kerusakan harta dan gangguan terhadap kegiatan ekonomi) yang disebabkan
oleh suatu fenomena tertentu.10 Resiko bencana bergantung kepada besarnya kemungkinan
kejadian-kejadian tertentu dan besarnya kerugian yang diakibatkan oleh masing-masing
keadian tersebut.

Adapun kerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau
suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu,
bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang
berbahaya atau rawan bencana. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerentanan adalah:

a. Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan serta penegakan
kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan
resiko bencana, termasuk di dalamnya adalah lemahnya aparat penegak hukum.

b. Kurangnya penyebaran informasi mengenai kebencanaan, baik melalui penyuluhan,


pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam upaya-upaya pengurangan resiko
bencana.

- Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat.

Fakta di tanah air menunjukkan kerentanan cukup tinggi dari masyarakat, infrastruktur
serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang beresiko bencana. Karena kurangnya
pemahaman tentang bahaya, masyarakat mengalami kerentanan terhadap bencana. Bangunan
di bantaran sungai, bangunan tepat di lereng tempat mengalirnya lahar gunung berapi,
bangunan di tepi pantai, bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain
merupakan gambaran dari kerentanan suatu keadaan lingkungan. Dari penjabaran di atas
dapat disimpulkan bahwa resiko bencana dapat diartikan sebagai tingkat kemungkinan
bahaya bencana (hazard) ditambah dengan kondisi kerentanan (vulnerability) masyarakat.

Jika dirumuskan akan berbunyi sebagai berikut:


Resiko Bencana = Ancaman Bencana (hazard) x Kerentanan (vulnerability). Hal lain
yang perlu dikaji adalah kapasitas. Kapasitas dapat dimaknai sebagai kemampuan masyarakat
dalam menghadapi bencana. Misalnya pengetahuan rendah, maka kapastitasnya rendah,
contohnya, tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor, tidak tahu
kalau membangun di bantaran kali dapat menyebabkan banjir, tidak tahu kalau mengikis
tebing untuk diambil tanahnya dapat menyebabkan longsor, tidak tahu kalau menebang
pohon tanpa mengganti dengan pohon baru dapat menyebabkan banjir dan tanah longsong,
tidak memiliki keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa, tidak memiliki
keterampilan bagaimana mengevakuasi ketika terjadi gempa, tidak memiliki keterampilan
bagaimana menyelamatkan diri dan orang lain ketika terjadi bencana, dan lain sebagainya.

- Pencegahan Bencana dan pencegahan penyakit dalam bencana

a. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi


atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun
kerentanan pihak yang terancam bencana.

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin


kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga
yang berwenang.

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan respons terhadap Bencana.


Faktor yang berperan dalam kesiapsiagaan bencana adalah Masyarakatdan pihak pengambil
keputusan. Masyarakat memiliki Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude), dan Perilaku
(Behaviour) untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan adalah bagian yang
integral dari pembangunan berkelanjutan. Jika pembangunan dilaksanakan dengan baik,
upaya kesiapsiagaan terhadap bencana akan lebih ringan tugasnya (Kharisma, 2009).

- Mitigasi

Mitigasi (mitigation) adalah langkah-langkah struktural dan non struktural yang diambil
untuk membatasi dampak merugikan yang ditimbulkan bahaya alam, kerusakan lingkungan
dan bahaya teknologi (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007). Mitigasi dapat dilakukan secara
struktural yaitu pembangunan infrastruktur sabo, tanggul, alat pendeteksi atau peringatan
dini, dan dapat dilakukan secara non struktural seperti pelatihan dan peningkatan kapasitas di
masyarakat.Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian,
yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi
pasif antara lain adalah:

1) Penyusunan peraturan perundang-undangan

2) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.

3) Pembuatan pedoman/standar/prosedur

4) Pembuatan brosur/leaflet/poster
5) Penelitian/pengkajian karakteristik bencana

6) Pengkajian/analisis risiko bencana

7) Internalisasi penanggulangan bencana dalam muatan lokal pendidikan

8) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana

9) Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum

10) Pengarusutamaan penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan

Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:

1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki

daerah rawan bencana dan sebagainya.

2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan ruang, ijin

mendirikan bangunan (IMB), danperaturan lain yang berkaitan dengan pencegahan

bencana.

3) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.

4) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman.

5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.

6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi

- Langkah-langkah mengurangi resiko bencana

Risiko bencana diartikan sebagai besarnya potensi kerusakan, baik langsung maupun
tidak langsung, jika suatu bencana terjadi. Pertanyaannya adalah upaya-upaya apa yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko bencana banjir dan longsor tersebut? Berikut ini tiga
langkah untuk mengurangi risiko bencana banjir dan longsor.

1. Mengenali lokasi rawan banjir dan longsor


Mengenali lokasi-lokasi yang rawan banjir dan rawan longsor di suatu wilayah
merupakan tahap paling awal untuk mengurangi risiko bencana alam. Kondisi lingkungan
fisik alami perlu dipahami oleh masyarakat yang bertempat tinggal di suatu kawasan.
Identifikasi kawasan rawan bencana banjir dan longsor memegang peran penting dalam
mengurangi risiko bencana banjir dan longsor tersebut.
2. Mitigasi bencana
Mitigasi merupakan upaya jangka menengah dan jangka panjang untuk mengurangi
atau menghilangkan dampak bencana sebelum kejadian bencana. Mitigasi dapat dilakukan
secara struktural maupun nonstruktural. Mitigasi struktural dilakukan dengan membuat atau
memperkuat sarana untuk mengurangi dampak banjir atau longsor, baik itu secara alami
maupun dengan rekayasa teknis.

Mitigasi struktural untuk banjir, misalnya, dengan membangun tanggul penahan


banjir, meninggikan fondasi bangunan (rumah), membuat sumur resapan, dan menanam
pohon-pohon di tebing-tebing sungai. Mitigasi struktural untuk longsor dapat dilakukan,
antara lain, dengan membuat tanggul penahan longsor, mengurangi beban pada lereng,
penguatan lereng, memperlancar drainase di lereng, dan penghijauan kawasan lereng
perbukitan.
Adapun mitigasi non-struktural dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran
maupun kapasitas masyarakat menghadapi ancaman bencana. Mitigasi non-struktural untuk
banjir dan longsor dilakukan, antara lain, dengan regulasi penataan ruang kawasan, sosialisasi
kebencanaan, dan simulasi bencana.
3. Siap mengantisipasi bencana dengan skenario kasus terburuk
Untuk keperluan ini, analisis evolusi risiko bencana dapat dilakukan dengan
memadukan informasi potensi banjir atau longsor terbesar dan potensi dampak yang
dihasilkannya. Evolusi risiko bencana dianalisis dengan mengidentifikasi perkembangan
proses alamiah yang terjadi dan elemen berisiko (misalnya bangunan, penduduk, dan lahan
produktif) secara temporal.

b. Pencegahan penyakit

Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh Pemerintah,


Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dan/atau masyarakat untuk
menghindari atau mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk
akibat penyakit baik penyakit menular maupun tidak menular.
Penyakit menular
Permasalahan penyakit menular ini terutama disebabkan oleh:
1. Kerusakan lingkungan dan pencemaran.
2. Jumlah pengungsi yang banyak, menempati suatu ruangan yang sempit, sehingga harus
berdesakan.
3. Pada umumnya tempat penampungan pengungsi tidak memenuhi syarat kesehatan.
4. Ketersediaan air bersih yang seringkali tidak mencukupi jumlah maupun kualitasnya.
5. Diantara para pengungsi banyak ditemui orang-orang yang memiliki risiko tinggi, seperti
balita, ibu hamil, berusia lanjut.
6. Pengungsian berada pada daerah endemis penyakit menular, dekat sumber pencemaran,
dan lain-lain.
B. Promosi kesehatan dalam bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu


kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis (UU No. 24/2007).

Bencana dapat merusakkan kehidupan keluarga dan melumpuhkan tatanan sosial.


Terlebih lagi jika terjadi pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah, potensial terjadi
diskriminasi, kejahatan dan tindak kekerasan lainnya. Selain hal tersebut bencana juga akan
menyebabkan masalah kesehatan seperti diare, influensa, tifus dan penyakit yang lainnya.

Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak dan
lanjut usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses terhadap pelayanan kesehatan dan
pangan menjadi semakin berkurang. Air bersih sangat langka akibat terbatasnya persediaan
dan banyaknya jumlah orang yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak
tidak terurus karena ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti ini risiko dan
penularan penyakit meningkat.

Sehubungan dengan kondisi tersebut maka perlu dilakukan promosi kesehatan agar:

a. Kesehatan dapat terjaga


b. mengupayakan agar lingkungan tetap sehat
c. memanfaatkan pelayanan kesehatan yangada
d. Anak dapat terlindungi dari kekerasan
e. Mengurangi stres

- Kegiatan promosi kesehtan yang dilakukan:

1. Kajian dan analisis data yang meliputi:

a. Sarana dan prasarana klaster kesehatan meliputi sumber air bersih,jamban, pos
kesehatan klaster, Puskesmas, rumah sakit lapangan, dapur umum, sarana umun
seperti mushola, posko relawan, jenis pesan dan media dan alat bantu KIE, tenaga
promkes/tenaga kesmas, kader, relawan dan lain sebagainya
b. Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, lansia/ orangtua,
orang dengan berkebutuhan khusus dan orang sakit
c. Jumlah titik pengungsian dan hunian sementara
d. Jumlah pengungsi dan sasaran di setiap titik pengungsian
e. Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya yang memiliki
kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
f. Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif dan preventif.
2. Perencanaan

Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai program dan
kegiatan, dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada.

3. Implementasi kegiatan, yang mencakup:

a. Rapat koordinasi klaster kesehatan termasuk dengan pemerintah setempat, NGOs, dan
mitra potensial lainnya untuk memetakan programdan kegiatan yang dapat
diintegrasikan /kolaborasikan.
b. Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker
c. Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi pesan kesehatan,
d. Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia
e. Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan berbagai pesan
kesehatan (PHBS di pengungsian)
f. Penyelenggaraan Posyandu (darurat) integrasi termasuk Posyandu Lansia di
pengungsian atau di tempat hunian sementara.
g. Advokasi pelaksanaan gerakan hidup sehat kepada pemerintah setempat.
h. Pendekatan kepada tokoh agama/tokoh masyarakatuntuk menyebarluaskan informasi
kesehatan.
i. Penguatan kapasitas tenaga promkes daerah melalui kegiatan orientasi promosi
kesehatan paska bencana.
j. Kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha melalui program CSR,
LSM kesehatan, kelompok peduli kesehatan, donor agency
k. Monitoring dan evaluasi program

- Sasaran promosi kesehatan adalah:

1) Petugas kesehatan
2) Relawan 
3) tokoh masyarakat, tokoh agama
4) guru
5) Lintas sektor
6) Kader
7) Elompok rentan: ibu hamil, anak-anak, lanjut usia
8) Masyarakat
9) Organisasi masyarakat
10) Dunia usaha
- Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan pemahaman keluarga dan
masyarakat untuk melakukan PHBS di pengungsian , yaitu:

1) ASI terus diberikan pada bayi


2) Biasakan cuci tangan pakai sabun
3) Menggunakan air bersih
4) Buang air besar dan kecil di jamban
5) Buang sampah pada tempatnya
6) Makan makanan bergizi
7) Tidak merokok
8) Memanfaatkan layanan kesehatan
9) Mengelola strees
10) Melindungi anak
11) Bermain sambil belajar
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/presentation/431099059/7-Pengurangan-Resiko-Pencegahan-Penyakit-
Dan-Promosi-Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai