Bencana bukan merupakan istilah yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun,
bencana sebagai sistem pengetahuan (epistimologi) tidak mudah dipahami secara
menyeluruh (komprehensif). Dalam kamus pengetahuan, istilah bencana begitu semarak
dan mengemuka saat beberapa peristiwa bencana melanda wilayah Indonesia. Bencana
gempa yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya, menjadi momentum bagi masyarakat
dalam menumbuhkan kesadaran pengetahuannya tentang hal ihwal seputar bencana. Di
samping istilah bencana begitu lekat di benak pikiran masyarakat, terlebih masyarakat
yang secara langsung mengalami musibah itu, pengetahuan tentang bencana ini diliput
secara luas oleh media massa, baik cetak maupun elektronik. Dengan demikian, secara
epistimologis, bencana kiranya dapat dimaknai secara luas sebagai suatu kajian
mendalam tentang peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dan berakibat terhadap
kerusakan material maupun immaterial baik ditinjau dari aspek sosial, budaya, politik,
dan seterusnya.
- Makna Bencana
Disaster atau bencana dapat dipahami sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia dan/atau keduanya yang mengakibatkan korban penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan
fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan.
Dalam perspektif ekologi, bencana dapat didefinisikan sebagai suatu proses fenomena
alam yang terjadi dalam kerangka kausalitas ilmiah, contoh bencana ini misalnya gempa
bumi,tanah longsor, letusan gunung, dan tsunami. Sedangkan dalam perspektif teologi,
bencana adalah suatu kemutlakan kekuasaan Tuhan menjadi dasar dalam memahami
bencana. Dalam konteks ini orang memahami bencana sebagai: musibah, ujian keimanan,
teguran dan azab. Selanjutnya dalam perspektif eko-teologi, bencana adalah kerangka
memahami bencana dengan menggabungkan pendekatan ekologis dan teologis. Dalam
rangka memecahkan problem sosial-kemanusiaan, terutama yang telah terkait dengan alam
dan lingkungannya, para ulama telah merumuskan prinsip-prinsip ajaran sebagai
berikut:memelihara agama (hifdz ad-din), memelihara jiwa (hifdz an-nafs),memelihara akal
(hifdz al-aql), memelihara harta (hifdz al-mal), memelihara keturunan (hifdz al-nasl),
memelihara martabat (hifdz al-‘irdh), memelihara lingkungan (hifdz al-alam).Di bawah akan
dipaparkan beberapa konsep terkait dengan pengertian, fenomena dan peristiwa gempa bumi.
a. Gempa Bumi
Di antara sekian banyak jenis bencana alam, gempa bumi termasuk yang paling dahsyat.
Gempa bumi adalah getaran permukaan bumi atau sentakan asli dari bumi yang bersumber di
dalam bumi yang merambat melalui permukaan bumi dan menembus bumi. Gempa bumi
terjadi karena pergesekan antara lempeng-lempeng tektonik yang berada jauh di bawah
permukaan bumi.
Gempa bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh pergeseran
atau pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak bumi) secara tiba-tiba. Penyebab gempa
bumi yang selama ini disepakati antara lain dari proses tektonik akibat pergerakan
kulit/lempeng bumi, aktifitas sesar di permukaan bumi, pergerakan geo-morfologi secara
lokal, dan aktifitas gunung berapi serta ledakan nuklir.
Gempa bumi bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun, siang atau malam, dengan dampak
buruk yang terjadi secara mendadak dan hanya memberikan sedikit isyarat bahaya. Gempa
dapat menghancurkan bangunan hanya dalam kurun waktu beberapa detik saja, menewaskan
dan melukai orang-orang yang berada di dalamnya. Gempa bumi bukan hanya mampu
meluluh-lantakkan kota-kota sampai hampir tak tersisa lagi, namun juga bisa menggoyahkan
kestabilan pemerintahan, perekonomian, dan struktur sosial suatu negara.
Untuk mengetahui kapan bencana alam akan terjadi merupakan pekerjaan yang sulit. Hal
ini dikarenakan bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba di mana pun dan kapan pun. Oleh
karena itu, penting dilakukanpemantauan resiko bencana dan sistem peringatan dini (early
warning system) yang berfungsi sebagai “alarm” darurat sewaktu-waktu bencana alam datang
secara tidak terduga. Untuk itu, penting dilakukan usaha pengurangan resiko bencana dengan
melibatkan anak usia sekolah agar pada situasi bencana, anak-anak memahami terhadap apa
yang harus dilakukan.
Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwa
Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman bencana. Karena itu,
Indonesia disebut sebagai “super market” bencana. Istilah ini menunjukkan kondisi Indonesia
rentan terhadap bencana. Keterpautan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya
membuat besara resiko yang mengena pada situasi bencana juga akan berbeda. Semakin
mampu untuk mengenali dan memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka manusia
akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas
pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil resiko bencana. Kehancuran
dahsyat yang terjadi akibat gempa dan Tsunami yang tejadi di Aceh dan Sumatera Utara,
serta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga memunculkan kebingungan
bagaimana harus mensikapinya; hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa
menunjukkan betapa bangsa Indonesia belum mampu menghadapi ancaman bahaya yang
terus datang bertubi-tubi.
Sesuai UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, ancaman bencana ialah
suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Ancaman bencana merupakan
suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, dalam lingkungan alam atau lingkungan binaan,
yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga dapat
menimbulkan bencana.
Hal lain yang dapat dikategorikan sebagai ancaman benacana adalah suatu fenomena
alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau
mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan
permukiman, kegiatan budi daya atau industri.
Disaster risk bisa diartikan sebagai besarnya kerugian yang mungkin terjadi (kehilangan
nyawa, cedera, kerusakan harta dan gangguan terhadap kegiatan ekonomi) yang disebabkan
oleh suatu fenomena tertentu.10 Resiko bencana bergantung kepada besarnya kemungkinan
kejadian-kejadian tertentu dan besarnya kerugian yang diakibatkan oleh masing-masing
keadian tersebut.
Adapun kerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau
suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu,
bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang
berbahaya atau rawan bencana. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerentanan adalah:
a. Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan dan peraturan serta penegakan
kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan
resiko bencana, termasuk di dalamnya adalah lemahnya aparat penegak hukum.
Fakta di tanah air menunjukkan kerentanan cukup tinggi dari masyarakat, infrastruktur
serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang beresiko bencana. Karena kurangnya
pemahaman tentang bahaya, masyarakat mengalami kerentanan terhadap bencana. Bangunan
di bantaran sungai, bangunan tepat di lereng tempat mengalirnya lahar gunung berapi,
bangunan di tepi pantai, bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain
merupakan gambaran dari kerentanan suatu keadaan lingkungan. Dari penjabaran di atas
dapat disimpulkan bahwa resiko bencana dapat diartikan sebagai tingkat kemungkinan
bahaya bencana (hazard) ditambah dengan kondisi kerentanan (vulnerability) masyarakat.
- Mitigasi
Mitigasi (mitigation) adalah langkah-langkah struktural dan non struktural yang diambil
untuk membatasi dampak merugikan yang ditimbulkan bahaya alam, kerusakan lingkungan
dan bahaya teknologi (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007). Mitigasi dapat dilakukan secara
struktural yaitu pembangunan infrastruktur sabo, tanggul, alat pendeteksi atau peringatan
dini, dan dapat dilakukan secara non struktural seperti pelatihan dan peningkatan kapasitas di
masyarakat.Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian,
yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi
pasif antara lain adalah:
3) Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4) Pembuatan brosur/leaflet/poster
5) Penelitian/pengkajian karakteristik bencana
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif antara lain:
bencana.
4) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang lebih aman.
Risiko bencana diartikan sebagai besarnya potensi kerusakan, baik langsung maupun
tidak langsung, jika suatu bencana terjadi. Pertanyaannya adalah upaya-upaya apa yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko bencana banjir dan longsor tersebut? Berikut ini tiga
langkah untuk mengurangi risiko bencana banjir dan longsor.
b. Pencegahan penyakit
Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak dan
lanjut usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses terhadap pelayanan kesehatan dan
pangan menjadi semakin berkurang. Air bersih sangat langka akibat terbatasnya persediaan
dan banyaknya jumlah orang yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak
tidak terurus karena ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti ini risiko dan
penularan penyakit meningkat.
Sehubungan dengan kondisi tersebut maka perlu dilakukan promosi kesehatan agar:
a. Sarana dan prasarana klaster kesehatan meliputi sumber air bersih,jamban, pos
kesehatan klaster, Puskesmas, rumah sakit lapangan, dapur umum, sarana umun
seperti mushola, posko relawan, jenis pesan dan media dan alat bantu KIE, tenaga
promkes/tenaga kesmas, kader, relawan dan lain sebagainya
b. Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, lansia/ orangtua,
orang dengan berkebutuhan khusus dan orang sakit
c. Jumlah titik pengungsian dan hunian sementara
d. Jumlah pengungsi dan sasaran di setiap titik pengungsian
e. Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya yang memiliki
kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
f. Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif dan preventif.
2. Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai program dan
kegiatan, dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada.
a. Rapat koordinasi klaster kesehatan termasuk dengan pemerintah setempat, NGOs, dan
mitra potensial lainnya untuk memetakan programdan kegiatan yang dapat
diintegrasikan /kolaborasikan.
b. Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker
c. Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi pesan kesehatan,
d. Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia
e. Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan berbagai pesan
kesehatan (PHBS di pengungsian)
f. Penyelenggaraan Posyandu (darurat) integrasi termasuk Posyandu Lansia di
pengungsian atau di tempat hunian sementara.
g. Advokasi pelaksanaan gerakan hidup sehat kepada pemerintah setempat.
h. Pendekatan kepada tokoh agama/tokoh masyarakatuntuk menyebarluaskan informasi
kesehatan.
i. Penguatan kapasitas tenaga promkes daerah melalui kegiatan orientasi promosi
kesehatan paska bencana.
j. Kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha melalui program CSR,
LSM kesehatan, kelompok peduli kesehatan, donor agency
k. Monitoring dan evaluasi program
1) Petugas kesehatan
2) Relawan
3) tokoh masyarakat, tokoh agama
4) guru
5) Lintas sektor
6) Kader
7) Elompok rentan: ibu hamil, anak-anak, lanjut usia
8) Masyarakat
9) Organisasi masyarakat
10) Dunia usaha
- Promosi kesehatan dalam kondisi darurat untuk meningkatkan pemahaman keluarga dan
masyarakat untuk melakukan PHBS di pengungsian , yaitu:
https://id.scribd.com/presentation/431099059/7-Pengurangan-Resiko-Pencegahan-Penyakit-
Dan-Promosi-Kesehatan