Anda di halaman 1dari 11

Menatap birunya langit dan dinginnya hembusan angin, tidak terasa Aku melewati sebuah rumah

yang sudah tidak berpenghuni sejak 50 tahun lalu, melihat rumah yang telah tidak terawat selama
50 tahun tersebut. Hal itu mengingatkan Aku akan masa lalu yang dulu pernah terjadi dirumah
tersebut. Freddy Irwans atau yang biasa dipanggil dengan nama Firwan, seorang anak kecil yang di
berkahi oleh tuhan untuk memiliki sebuah kelainan yang benar - benar murni dari lahir, hal itu baru
disadari oleh kedua orangtua Firwan. Ketika Ia sudah berumur 5 - 7 tahun. Pada umumnya
seseorang yang menjadi seorang Psikopat adalah orang yang terkena sebuah penyakit misterius,
namun apa jadinya jika seseorang tersebut menjadi pembunuh berantai murni dari lahir. Firwan
yang sejak kecil dikenal oleh para tetangga merupakan anak yang introvert atau tertutup tapi Ia
hanya Introver terhadap orang yang baru Dia kenal, setiap para tetangga pasti selalu menanyakan
kabar Firwan setiap kali Ia pergi bermain keluar, para tetangga terpukau akan ekspresi Firwan jika
bertemu orang baru, yakni Firwan berubah menjadi sebuah Es. Firwan dikenal juga oleh para
tetangga karena sifatnya yang dingin. Dan juga Firwan tidak terlalu suka banyak bicara, tentu hal
tersebut diidamkan oleh para tetangga yang ada dikomplek tersebut untuk memiliki anak seperti
Firwan, tetapi semua itu berubah ketika Firwan berumur 5 – 7 tahun.
Firwan telah membunuh Kakak Perempuannya yang bernama Nurhaliza, hal itu membuat seluruh
para Tetangga terheran heran kenapa anak sekecil itu melakukan hal keji tersebut. Kejadian itu
Dimulai pada saat Tengah Malam sekitar pukul 12:00, tepat dimana redupnya sebuah hingar bingar
aktifitas kota, Pada malam itu Firwan dan Kakaknya hanya sedang berdua karena kedua
orangtuanya sedang pergi ke sebuah kota karena ada sebuah Meeting bersama klien nya.
Sebelum kejadian tersebut terjadi. Awalnya Firwan dan Nurhaliza hanya bercerita tentang Tokoh -
tokoh Pahlawan super dan bermain – main layaknya kakak beradik bermain, kalo gak bercanda
rasanya kebersamaan itu menghilang dari kamus besar kakak beradik, ketika mulai bosan bercerita
tentang Pahlawan super Firwan dan Nurhaliza pun akhirnya bermain Petak Umpet atau bahasa
inggris nya Hide and Seek, mungkin karena Firwan yang jaga dalam permainan petak umpet dan
harus menemukan Nurhaliza, alhasil si Firwan begitu kesal karena Kakaknya Mengumpat begitu luar
biasa bersihnya. Kemungkinan besar Hal itulah yang membuat Firwan kesal dan pada akhirnya
membuat Hawa Nafsu Firwan begitu membara, akhirnya Firwan pun menyerah dan tanpa pikir
panjang Firwan begegas ke dapur, tanpa diketahui oleh sang Kakak
dengan menggunakan baju piyama lengkap dengan Topeng dan sebilah pisau dapur yang biasa
digunakan oleh Ibunya untuk memotong daging. Kemudian Firwan melangkah kan kakiknya
perlahan - lahan, naik ke atas, naik ke bawah, masuk ke dalam, lalu keluar lagi, hingga akhirnya, Dia
berhasil menemukan Kakak Perempuannya yang sedang kebingungan, sambil berkata dalam hati
"dimana yah si Firwan, ini Aku yang ngumpat atau dia yang ngumpat sih!?", kata si Kakaknya dalam
hati sambil kesal dicampur bingung
lalu ia melihat sesosok anak kecil yang menggunakan piyama yang biasa digunakan oleh Firwan,
tapi Kakaknya bingung kenapa anak kecil itu menggunakan Topeng, dan topeng nya tersebut
berbentuk sebuah muka seseorang tanpa ekspresi, Kakaknya pikir bahwa sesosok anak kecil
tersebut adalah sebuah hantu yang jail dan berniat untuk menakut - nakutinya. Ternyata benar ia
adalah Firwan, kemudian Ia bertanya.
"Firwan itu kamu?, jika itu kamu ada masalah apa?", namun Firwan tidak menjawab pertanyaan
Kakaknya tersebut bahkan tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Firwan.
Beberapa detik kemudian, Kakak Perempuannya mulai panik dengan mencoba menghubungi
kedua orangtuanya beberapa kali, namun hasilnya nihil. Hal itu membuat Nurhaliza begitu panik,
ketika Kakak Perempuannya beberapa kali mencoba menghubungi Kedua Orangtuanya, Firwan
secara diam diam tanpa Nurhaliza sadari, Ia berhasil mengarahkan Sebilah Pisau tersebut ke bagian
perut Kakak Perempuannya,
"Tusuk - Cabut, Tusuk - Cabut", Firwan Terus melakukan hal tersebut di bagian perut Kakak
Perempuannya dengan begitu Dramatis.
setelah Kakak Perempuannya mulai kehabisan Darah dan Kesadarannya perlahan menghilang,
akhirnya Kedua Orangtua mereka mengangkat panggilan yang tidak terjawab tersebut melalui
ponsel, Ketika Kedua Orangtua mereka Menelpon mereka, kemungkinan Firwan lah yang
mengangkat Telpon tersebut dengan merampas nya dari sang Kakak, lalu Kedua Orangtuanya
berkata.
"Hallo Firwan, Nurhaliza apakah semua baik baik saja?, apakah ada sebuah masalah?, kalau ada
katakan saja pada kami berdua", namun tidak ada jawaban sama sekali dari Firwan maupun
Nurhaliza.
Karena tidak mendengar sama sekali suara baik dari Firwan maupun Nurhaliza, Akhirnya Kedua
Orangtuanya merasa ada yang sangat janggal dari tidak didengarnya suara dari anak laki lakinya
maupun anak perempuannya, sambil kebingungan mereka sedikit adu mulut karena Suaminya lebih
mementingkan Bisnisnya dibanding Keselamatan Anak - anaknya.
"Pa, apa Papa tidak merasakan sesuatu hal aneh terjadi di rumah kita? ",kata si Istrinya, dengan
gelisah.
"tentu saja tidak, ayolah Honey bersikaplah Profesional, kita sedang Meeting dengan Clien" kata si
Suami dengan nada suara yang datar karena takut didengar oleh cliennya.
Karena Istrinya begitu cemas terhadap Keselamatan Kedua Anaknya, dan benar saja, beberapa
detik setelah mereka berdua beradu mulut, Clien mereka juga mengalami sebuah kesalahan teknis,
dan mengharuskan batalnya meeting tersebut, alhasil moment tersebut dimanfaatkan oleh Istrinya
untuk Bergegas kembali ke rumah Mereka, karena hal aneh tentang kedua anaknya selalu saja
muncul dari awal meeting hingga dibatalkannya meeting tersebut.
karena tahu Kedua Orangtuanya akan segera Pulang. Firwan pun meninggalkan Kakak
Perempuannya tersebut yang sudah tidak bernyawa dengan kondisi yang begitu mengerikan,
secara perlahan - lahan dengan perasaan yang begitu santai dan polos seakan tidak pernah terjadi
apa - apa didalam rumah tersebut, ketika kedua Orangtua Mereka Keluar dari Mobil yang
ditumpanginya, Firwan pun menghampiri kedua Orangtuanya dengan ekspresi yang begitu
misterius, Kedua Orangtua Firwan pun bertanya kepada Firwan.
"Apa yang telah terjadi Firwan?, dimana Kakak Perempuan Kamu?, apakah dia baik baik saja?,
kenapa kamu memebawa sebilah Pisau yang berlumuran darah?", Kata kedua Orangtuanya dengan
begitu panik dan dihantui rasa cemah yang luar biasa, tetapi Firwan hanya terdiam seperti orang
bisu seakan Ia tidak mendengar dan tidak peduli terhadap Kakak Perempuannya.
Hal itu semakin membuat Kedua Orangtuanya begitu cemas adalah, Firwan menghampiri Mereka
dengan Sebilah Pisau yang berlumuran darah dan masih terbilang segar. Alhasil Kedua Orangtua
Firwan mencoba masuk ke rumah mereka dengan begitu cemas dan panik, mereka mencari
Nurhaliza, Kakaknya Firwan dengan begitu Khawatir kalau ada sesuatu yang terjadi oleh Nurhaliza.
"Masuk kedalam, lalu keluar lagi, turun ke bawah, naik kembali", begitulah yang dilakukan oleh
Kedua Orangtuanya dalam mencari anak perempuannya.
Tidak lama kemudian, sekitar 15 menit mencari Nurhaliza, akhirnya mereka berhasil menemukan
Nurhaliza dengan ekspresi yang begitu sedih, karena Nurhaliza telah meninggal dengan cara yang
mengerikan serta dilumuri oleh aliran darah dari dalam tubuh Nurhaliza. Karena tidak terima oleh
kematian Nurhaliza yang mengenaskan, Kedua Orangtua Firwan Menelpon Polisi setempat atau
yang biasa dipanggil 911 untuk datang ke rumah mereka karna telah terjadi sebuah pembunuhan
berencana. Beberapa saat kemudian, 911 akhirnya datang ke tempat kejadian perkara. Namun
mereka hanya datang dengan 1 buah mobil patroli, yeah 1 buah mobil terbilang sudah cukup
karena hari sudah berganti jadi Polisi setempat telah pulang.
Ketika para polisi setempat menghampiri tempat kejadian perkara, polisi setempat pun terheran
heran dengan sebuah pelaku pembunuhan berencana. Karena pada umumnya pelaku pembunuhan
berencana adalah orang dewasa, sementara di tempat kejadian perkara adalah seorang anak kecil
yang masih terlihat polos dan luguh. Akhirnya Firwan dan Kedua Orangtuanya diangkut menuju Pos
Polisi setempat, setelah beberapa lama diidentifikasi oleh Polisi setempat, Firwan dinyatakan tidak
boleh dimasukkan ke penjara, karena umurnya yang masih begitu muda. Karena Firwan tidak
dipenjarakan karena umurnya yang masih begitu muda, Polisi setempat menyarankan kepada
Kedua Orangtuanya untuk memasukkannya ke sebuah Sanitarium, atau Rumah Sakit Jiwa.
Langkah demi langkah telah aku lewati, hingga tak sadar kalau telah memasuki rumah ini yang
begitu terlantar, hembusan angin diiringi alunan suara jangkrik, mengingatkan ku kembali akan
cerita Firwan 15 tahun setelah sekian lama Ia di Rehabilitas diSanitarium, Ia mulai merencanakan
sebuah pelarian diri untuk kabur dari Sanitarium, Kejadian itu dimulai sebelum tanggal 15 5 1995,
tepat seperti kejadian 15 tahun yang lalu, Ia melarikan diri dengan mencuri sebuah mobil dan
mengambil sebuah baju terusan seorang tukang daging yang berwarna Indigo dengan cara
mencekik leher sang pemotong daging tersebut secara diam - diam dari arah belakang. Dengan
langkah seribu yang begitu sunyi Firwan bergegas memakai Pakaian yang Ia ambil tadi, kemudian
langsung tancap gas sehingga hanya meninggalkan jejak seorang tukang daging yang ia temui tadi,
beberapa saat kemudian, seorang psikiater Firwan, atau biasa dipanggil Dr. Alguero baru menyadari
kalau Firwan Melarikan diri dari Sanitarium dan begitu khawatir kalau Firwan akan kembali
membunuh lagi. Setelah 15 tahun mendalami psikologi Firwan, Dr Alguero sudah paham betul
bahwa di dalam tubuh Firwan bersemayam jiwa setan yang murni. Dugaan terkuat Dr. Alguero
adalah Firwan kembali ke rumahnya di kota kecil untuk mengambil kembali topeng yang Ia gunakan
dahulu.
Rumah keluarga Irwans, tempat dimana Firwan membantai Kakaknya sendiri, telah kosong selama
15 tahun. Kedua Orangtuanya pindah setelah insiden tersebut terjadi, dan tak ada seorangpun yang
mau membeli bahkan menyewanya, karena semua orang tahu bahwa Rumah tersebut telah
menjadi saksi dari pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Anak kecil berusia 5 -7 tahun. Bahkan
para anak kecil yang biasa melewati rumah tersebut, percaya kalau rumah tersebut Berhantu.
Akhirnya banyak para tetangga yang kecewa akan sifat Firwan yang dingin namun disalah gunakan
sehingga menyebut kalau rumah itu adalah rumah kesialan.
Seorang babysister yang ada diseberang rumah keluarga Irwans sama sekali tidak percaya kalau
rumah itu berhantu, dia adalah Seorang Perempuan berumur tidak jauh berbeda dari Firwan, yakni
Melda adalah seorang gadis muda yang masih sekolah dan bekerja paruh waktu menjadi seorang
pengasuh anak setiap malam. Melda mulai merasakan ada sesuatu yang janggal ketika pindah
bekerja ke rumah ini, karena setiap Melda berangkat sekolah selalu ada seorang Pria yang sama
menggunakan baju Tukang daging dan Topeng tanpa ekspresi setiap harinya. Firwan selalu
mengikuti Melda kemana saja Ia pergi, ntah dia sedang sendiri maupun sedang bersama teman
temannya.
Usut punya usut Melda dan Firwan merupakan saudara kembar tetapi berbeda tempat dan tahun.
Alasan Firwan mengintai Melda mungkin saja karena Firwan yakin kalau melda itu adalah adik
perempuannya, sehingga membuat Firwan untuk melakukan kembali kejadian yang dahulu telah
terjadi. Dan Melda pun mulai curiga kalau Pria yang selalu mengikutinya itu adalah Abangnya,
bahkan saat Melda sedang Belajar di sekolah. Firwan selalu mengintainya dari kejauhan, awalnya
Melda tidak peduli dengan hal itu dan mencoba mengganti topik tersebut, setelah pulang dari
sekolah Melda tiba tiba teringat oleh cerita Kedua Orangtua dahulu
"Melda, jika suatu saat nanti kamu bertemu dengan seorang Pria dan dia selalu mengintai mu dari
kejauhan, Ingatlah bahwa itu adalah saudara jauh mu yakni Firwan".
Melda pun berusaha untuk tidak mengingat kata kata terakhir kedua Orangtuanya. Akhirnya Melda
setelah mengingat pesan kedua Orangtuanya, Melda pun mengunjungi Makam Kedua
Orangtuanya, tapi Melda berkunjung ke makam kedua Orangtuanya tidak hanya sendirian. Rupanya
ada seseorang yang mengintai nya dari kejauhan, ternyata Firwan lah yang mengintainya dari jauh.
Sepertinya, Melda menyadari akan kehadiran Firwan yang mengintainya dari kejauhan. Tapi Ia tidak
mempedulikannya karena Ia hanya fokus untuk mengunjungi makam kedua Orangtuanya, setelah
Ia selesai mengunjungi Makam kedua Orangtuanya, Ia langsung bergegas pulang ke Rumah karena
Khawatir akan terjadi sesuatu hal yang buruk. Dr Alguero dengan pikiran yang positif, sangat yakin
kalau Firwan akan berkeliaran mencari mangsanya pada malam ini, sehingga Dr Alguero meminta
kepada Polisi setempat untuk berjaga - jaga pada malam hari nanti.
Detik demi detik berlalu, Arah jarum jam perlahan begerak, tidak terasa malam telah menyingsing,
pada malam itu Melda mendapatkan sebuah tugas menjadi babysister bersama teman - temannya
yang bernama Carley dan Maria, tetapi disayangkan Carley bertugas di rumah yang berbeda namun
jaraknya hanya berseberangan dari rumah tempat bertugasnya Maria dan Melda.
Carley yang sedang menjaga anak asuhan majikannya, tiba - tiba Ia dan anak majikannya
mendengar sebuah suara "Kreekk..." dari pintu belakang rumah majikannya. "Apakah itu
Expressionless face?" kata Anak majikannya yang dihiasi ketakutan. Karena Carley panik, Ia
membawa anak majikannya ke tempat tidurnya dan meminta untuk menunggu disini "Dek, kamu
tunggu disini dulu ya?, Kakak mau melihat kebelakang rumah dulu. " kata Carley yang berusaha
menenangkan Anak majikannya.
Setelah menenangkan Anak majikannya, Carley turun dari atas secara perlahan -lahan. Ketika Ia
sampai di bagian dapur, Ia membuka pintu belakang secara perlahan dan hati - hati, dan...
"Booom!", tidak ada siapapun disana kecuali kain putih yang sengaja dijemur oleh sang majikan.
Carley pun bisa bernafas lega karena apa yang dibilang oleh Anak majikannya tidak ada.
“Expressionless face” adalah nama panggilan untuk Firwan karena perbuatan yang telah Ia lakukan
15 tahun silam. Sambil bernafas lega diiringi oleh rasa bahagia, Carley kembali ke kamar Anak
majikannya dan ketika Ia tiba di kamar Anak majikannya, Ia melihat kalau Anak majikannya tersebut
telah tertidur dengan pulas. Karena melihat Anak majikannya tertidur akhirnya Carley keluar dari
kamar Anak majikannya. Ketika Carley melangkahkan kakinya untuk turun tangga, secara spontan
Handphonenya Carley berdering, ternyata Ia adalah pacarnya Carley yang bernama Jhason. Jhason
menelfon dan berkata akan datang kerumah tempat Ia bekerja dan jangan kaget kalau Ia akan
memberikan kejutan untuk Carley
Ternyata, Jhason yang datang ke rumah bukanlah Jhason, Ia adalah Firwan yang sebelum datang
kerumah Jhason, Ia berhasil membunuh Jhason dengan cara mencekik dan mengangkatnya ke
langit - langit. Alhasil Jhason kehabisan Nafas dan Meninggal. Setelah berhasil membunuh Jhason
Firwan datang ke rumah tempat Carley bertugas dengan berpakaian tertutup kain putih dengan
menggunakan kacamata milik Jhason.
Carley pun percaya kalau itu adalah Jhason yang mencoba menakut - nakuti Carley dengan Kain
Putih yang tebal lengkap dengan kacamata yang dimilikinya,
"Ayolah Jhes, jangan mencoba menakut - nakuti ku, dan cepat berikan minumannya pada Ku", kata
Carley yang sedang tidak mood bercanda dengan Jhason.
Tetapi Carley mulai kebingungan karna Jhason hanya terdiam kaku bagaikan sebuah patung yang
berpakaian kostum hantu. Carley pun mendekati Jhason yang diam terbujur kaku bagaikan patung,
"Tap, tap, tap, tap" langkah kaki Carley yang bergerak perlahan mendekati Jhason yang sedang
diam terbujur kaku.
Ketika Ia melihat kearah bawah atau bagian kaki, Carley bernafas lega kalau itu adalah Jhason.
"Pfheewww...,ternyata itu Jhason syukurlah", kata Carley dalam hati. Ketika Ia membelakangi
Jhason, Carley lengah kalau Jhason perlahan mendekati Carley secara perlahan. "Prekkk...." bunyi
kepala Carley yang berhasil diputar 180 derajat oleh Firwan yang menyamar menjadi Jhason.
Firwan pun menyeret - nyeret mayat Carley Keluar rumah. Dan tanpa sengaja Anak asuhan yang
sedang bersama Melda melihat Expressionless face menyeret mayat Carley kedalam Mobil yang
ada disebrang. "The things goes Skrrrra!", tiba - tiba telpon genggam Maria berbunyi. Lalu Melda
bertanya kepada Maria.
"Siapa yang menelepon Mu Malam - malam begini Maria?"
"Maaf Melda Pacarku menelpon, maaf ya mengganggu kamu, Pacarku mengajak ku jalan - jalan
sebentar saja" kata Maria yang mencoba menjauh agar tidak kedengarang oleh Melda.
Akhirnya Melda membolehkan Maria keluar sebentar bersama pacarnya, tidak lama kemudian
beberapa saat setelah Maria keluar dari rumah Melda melihat Anak majikannya yang sedang serius
melihat kearah jendela sepertinya Anak majikannya melihat seseorang yang berada disebrang
rumah, lalu Ia bertanya kepada Anak majikannya
" Apa yang kamu lihat dek? ", kata Melda dengan wajah yang kebingungan.
" Bukan apa apa kok Kak Melda", kata Anak majikannya
" lalu kenapa kamu seperti orang ketakutan begitu? " kata Melda yang menatap Anak majikannya
dengan kebingungan
"Yah sudah, Ayo kita ketempat tidur kamu saja, sudah mulai malam juga" kata Melda yang
mencoba mengalihkan pikiran Anak majikannya
Sebelum Melda dan Anak majikannya menuju Tempat tidur Anak majikannya. Maria telah keluar
dari rumah tempat Ia bertugas, dan Maria pun menunggu kedatangan pacarnya, namanya anak
muda apalagi seorang gadis belum afdol kalau belum dandan apalagi jika ingin bertemu dengan
Orang yang dicintainya, Maria pun mengeluarkan make upnya sambil menunggu pacarnya datang,
ketika sedang asik makeupan Maria melihat mobil pacarnya datang menghampirinya. Maria pun
bergegas merapihkan penampilannya dengan mengeluarkan sikap femininnya.
Sang pacarnya langsung membukakan pintu masuknya dan karna mereka kencan saat malam hari
dimana lenyapnya sebuah cahaya matahari, alhasil wajah sang pacarnya terlihat begitu samar -
samar oleh bayang - bayang kegelapan tetapi Maria tidak menghiraukannya dan Maria lebih peduli
terhadap kencan yang akan dijalaninya.
Beberapa saat setelah mereka berdua berada didalam mobil Maria bertanya kepada Pacarnya "Hei
sayang, Kita mau pergi kemana?" kata maria dengan ekspresi yang semangat. Namun Pacarannya
hanya terdiam, kemudian Maria bertanya kembali
" Kamu kenapa hanya diam?, bukannya kamu yang ingin mengajak aku jalan - jalan? ".
Sesaat setelah Maria menanyakan hal tersebut kepada pacarnya, tiba - tiba ponsel Maria berbunyi
kemudian Ia langsung mengangkatnya. Dan " Boom! " ternyata Ia mendengar suara Pacarnya ketika
ia mengangkat ponselnya. Tiba - tiba Maria pun terbujur kaku ketakutan setengah mati sambil
mengarahkan pandangannya kearah pengemudi yang Ia pikir kalau dia adalah Pacarnya yang
mengajaknya pergi kencan.
Ketika Maria melirik perlahan - lahan, ternyata itu bukanlah pacarnya melainkan orang lain yang
memakai topeng putih tanpa ekspresi atau biasa disebut "Expressionless Face" oleh orang orang
sekitar. " Siapa kamu sebenarnya?, katakanlah ", kata Maria dengan ekspresi ketakutan.
Saat Maria bertanya siapa yang ada ditempat kemudi Tiba - tiba, Ia langsung meluruskan
tangannya seperti orang yang ingin meraih sesuatu. Sontak Maria pun sempat melawannya dengan
Tas yang Maria gunakan, namun apa daya Maria berhasil dilumpuhkan oleh Seseorang misterius
yang tadi sempat duduk disamping Maria. Dengan keadaan tidak bernyawa tubuh Maria diseret
keluar mobil dan dimasukkan kedalam Bagasi mobil yang sempat Maria tumpangi.
" Brakk..!!! ", Melda mendengar suara bagasi mobil yang terdengar begitu menggelegarnya. Melda
pun menghampiri arah suara bagasi mobil tersebut dengan menghampiri jendela, dimana jendela
tersebut mengarah kearah depan rumah. Saat Melda menghampiri jendela tersebut namun
hasilnya nihil dia hanya bisa mendegar menggelegarnya suara bagasi mobil yang tertutup. Ketika Ia
mencoba fokus memerhatikan mobil yang ada didepan rumahnya Ada seseorang yang masuk
perlahan lahan dari arah belakang rumah, Melda pun peka akan hal itu, beberapa saat kemudian
ketika Seseorang itu masuk melalui pintu belakang. Beberapa lampu yang ada di luar kamar atau
lorong rumah pun mati sebagian.
Saat itulah kejadian yang menegangkan sesungguhnya akan dimulai. Pertarungan anatara Saudara
jauh, antara abang dan adik, anatara pembunuh dan wanita feminin, anatara burung hantu dan
tupai. Melda begitu terkejut kalau seseorang yang datang adalah saudara jauhnya yakni Firwan,
Melda pun tidak percaya kalau Ia akan bertemu dengan anak kedua orangtuanya yang dulu pernah
dimasukkan kedalam Sanitarium secara empat mata. Namun ada satu hal yang membuat Melda
begitu sedih, Ia teringat kembali akan lanjutan kata yang pernah kedua Orangtuanya ucapakan
sebelum ajal menjemput mereka berdua.

"Melda jika kamu bertemu empat mata dengan Firwan sebaiknya kamu bersembunyi atau meminta
bantuan atau bahkan kamu boleh berteriak sekencang - kencangnya kepada para tetangga karena
kami berdua tahu kalau Firwan akan melakukan hal yang sama kepada Melda seperti yang
dilakukannya dulu kepada kakak perempuannya. Dan hal terpenting yang harus kamu tahu kalau
Firwan membunuh Kakak perempuannya dengan cara yang hampir sama dengan cara burung
Hantu memburu mangsanya. Yakni dengan begitu santai namun ketika sudah pada angle yang tepat
maka tamatlah sudah riwayat kamu".Melda pun mencoba mengulur waktu karna tau akan ada
Polisi yang datang kemari. Satu jam sebelum kejadian ini dimulai.
" Hallo dengan Melda disini? ", kata seseorang psikiater Firwan dengan ekspresi yang tegang
" Iya dengan saya sendiri?, ada apa ya pak? ", kata Melda dengan ekspresi yang kebingungan
" Fheeww... Syukurlah kamu masih selamat" kata seorang psikiater Firwan dengan menarik nafas
lega.
" Memangnya ada apa ya pak? ", kata Melda yang mencoba menekankan pertanyaan yang ia
katakan sebelumnya.
" Kamu kenal saudara laki - laki jauh kamu tidak? , namanya Firwan? ", kata Psikiater Firwan.
" Tentu pak, kedua orangtua saya pernah bercerita kepada saya", kata Melda yang mencoba
meyakinkan kepada seseorang tersebut.
" Ohh iya ngomong - ngomong bapak ini siapa ya?, kenapa bapak menanyakan hal itu kepada saya?,
apakah suatu hal buruk terjadi terhadap saudara jauh saya? "
" Saya adalah seorang Psikiater yang telah lama mengamati dan meneliti Firwan dan Iya, kamu
benar saudara jauh kamu melarikan diri dari Sanitarium tempat dimana saya meneliti saudara jauh
kamu?", kata si Psikiater yang mencoba meyakinkan Melda.
" Hmm.... Saya yakin pasti Ia akan melarikan diri ke tempat yang ada disebrang rumah dari tempat
saya bekerja sekarang. ", kata Melda dengan suara yang datar dan tenang.
" Oke kalau begitu, saya akan memberikan instruksi untuk kamu Melda", kata si Psikiater yang
mencoba memberikan solusi kepada Melda, Melda pun menyimak apa yang dikatakan oleh si
Psikiater.
" Selalu ingat Melda! , Firwan adalah tipikal orang yang gak suka basa basi dalam membunuh dia
hanya akan terdiam mendengarkan ocehan yang akan kamu berikan ketika kamu puas, maka
waktunya Firwan beraksi ", kata si Psikiater dengan serius.
" Firwan hanya akan bergerak saat kamu lengah saja, jadi saat kamu bertemu dengan dia empat
mata usahakan untuk selalu fokus. Dan jangan dekati ruangan yang gelap karna itu akan menjadi
keuntungan untuk Firwan ", kata si Psikiater yang menjelaskan kelemahan Firwan dengan serius.
" Hmmm.... Sudah puas pak menjelaskannya? ", kata Melda yang mencoba mencairkan suasana
yang sempat dingin.
" Hmmmmm.... Sejauh yang saya jelaskan saya pikir sudah cukup, dan ada satu lagi yang saya
jelaskan Melda ", kata si Psikiater yang gak terlalu senang dengan lawakan Melda
" Polisi akan datang dalam waktu 3 jam setelah saya menelpon kamu, jika Firwan muncul usahakan
untuk mengulur waktu dan usahakan untuk tetap hidup karna kamh lah satu - satunya orang yang
bisa saya andalkan Melda ", kata si Psikiater dengan menekankan kembali apa yang barusan Ia
katakan.
" Oke.. Oke. Saya akan lakukan sejauh yang Saya mampu, dan semoga saja saya berhasil bertahan
hidup dari waktu yang bapak berikan "
Ketika sisa waktu yang diberikan oleh si Psikiater tersisa 1 jam 30 menit. Akhirnya Firwan pun
datang dengan menyelinap masuk secara perlahan melalui pintu belakang, tiba - tiba sebagian
lampu padam begitu saja, ternyata Firwan telah merencanakan semua ini yakni dengan cara
mengintai mereka mulai dari siang hingga malam hari, dan semua ini telah masuk dalam rencana
Firwan untuk membunuh saudara perempuannya. Cara yang digunakan Firwan cukuplah tepat
yaitu dengan cara menyingkiran orang - orang yang ada disekitar Melda terlebih dahulu.
Ketika Lampu yang ada dilorong kamar padam. Sontak Melda menghampirinya dengan tenang dan
santai sesuai dengan instruksi dari si Psikiater. Tiba - tiba Firwan datang dari kegelapan dengan
membawa pisau dapur yang besar dan mengkilap, mereka berdua pun bertatapan empat mata
secara jelas namun hanya Firwan yang dapat melihat wajah Melda, dan Melda hanya bisa melihat
topeng tanpa ekspresi dan sebuah baju tukang daging.
Waktu pun terus berjalan detik demi detik, menit demi menit bergerak. Dan saat topeng Firwan
tidak tersorot oleh cahaya Firwan langsung menyerang Melda dengan gerkan yang cepat, "
Brukkk... " suara tubuh Melda yang terpental lumayan jauh karna Firwan melemparnya dengan
kuat. Ternyata Melda bukanlah seperti perempuan pada umumnya, sejak kecil Ia memang tertarik
pada bela diri baik Silat maupun Tinju bahkan Ia juga menguasai Muay Thai, hal ini lah yang
membuat Firwan begitu terobsesi untuk membunuh Melda, namun kedua orangtuanya tidak suka
akan hal itu alhasil Melda pun dilarang melanjutkan bela dirinya, namun siapa sangka hal tersebut
tidak pernah hilang dari tubuh Melda, meskin sudah lama tidak bela diri namun Ia masih memiliki
refleks seperti Ia dulu mengikuti bela diri.
Karena merasa tertantang oleh keahlian yang dimilik Melda, Firwan pun tidak segan menyerang
Melda dengan cara membanting dan melemparnya baik ke langit - langit rumah maupun ke dinding
rumah, namun Melda tidak hanya diam. Melda juga melawan Firwan dengan cara Menendangnya
atau menangkis Pisau dapur yang diarahkan ke Dia. Tidak terasa waktu tersisa 30 menit lagi hingga
sampai nya Polisi ke tempat yang telah si Psikiater berikan. Hingga ketika Melda lengah, Firwan pun
berhasil mengkunci kepala Melda dengan mengangkatnya kelangit - langit rumah. Melda pun
perlahan mulai kehilangan kekuatannya, tetapi saat Melda mulai kehabisan nafasnya Firwan lengah
akan kecantikan Melda.

Kesempatan itu tidak disia - siakan oleh Melda, Ia mengayun - ayunkan kakinya secara perlahan
tanpa diketahui oleh Firwan dan "Bletak...!!" Melda mengarahkan tendangannya ke kelaminnya
Firwan, dan itu membuat Firwan tiba tiba melempar Melda kedinding kembali "Brukk...", Firwan
pun tiba tiba menghilang secara kilat. Melda pun langsung bangkit kembali dan mencari Firwan
disetiap sudut Rumah ini. Tidak terasa waktu yang tersisa adalah 15 menit hingga para Polisi
tersebut datang, ketika Firwan dan Melda saling Hide and seek. Melda pun masuk kedalam kamar
yang lumayan gelap dan hanya diisi oleh cahaya bulan yang samar - samar.
Ketika Melda memasuki kamar tersebut, kamar itu terlihat begitu tenang, padahal Melda yakin
kalau Firwan ada didalam tersebut. "Ayolah Firwan, mau sampai kapan kamu bermain Petak Umpet
Ha?! ", kata Melda yang sedang ada dalam satu kamar bersama seorang pembunuh berantai. Saat
Melda mengejeknya tiba - tiba cahaya Bulannya yang memberi cahaya dikamar tersebut lenyap,
alhasil Firwan mulai bergerak perlahan - lahan seperti Burung Hantu, santai namun pasti itulah
pedoman berburu Burung Hantu.
Ketika Firwan bergerak secara perlahan, Melda pun mendengar jejak kaki yang begitu santai saat
itulah Melda kembali lengah dan Firwan berhasil menangkap leher Melda. saat Firwan ingin
mengangkat dan ingin memutar kepala Melda 180 derajat tiba tiba datanglah seorang Cowboy
Muda yang datang dengan menggunakan Revolver berhasil menembak Firwan tepat pada bagian
kepala dan itu membuat Firwan pingsan seketika. Alhasil itu membuat Melda bergegas
menghampirinya, kemudian Melda memeluknya dengan erat dan Melda bilang " Terimakasih,
karna kau aku masih bisa melihat Matahari terbit hari ini ", kata Melda dengan bernafas dengan
lega.
Ketika mereka berdua asyik berbicara, tiba - tiba mayatnya Firwan berhasil hilang dalam hitungan
detik. Sontak mereka berdua langsung melepaskan pelukannya dan langsung beraksi seperti di film
- film action .
" Melda, apakah kamu bisa mendengar langkah Firwan? ", kata si Cowboy muda yang sudah siap
menghadapi Firwan.
" Akan kuusahakan Edward, sepertinya Firwan bersembunyi di tempat tenang", kata Melda dengan
ekspresi yang tegang.
" Oke, ayo kita perlahan bergerak dan usahakan Kita selalu bersama, karena Firwan akan lebih
mudah bergerak jika Kita berpencar ", kata si Cowboy yang berusaha memberikan instruksi kepada
Melda.
Setiap kamar demi kamar dicek dengan teliti namun hasilnya nihil. Firwan tidak ditemukan oleh
mereka berdua didalam rumah ini, akhirnya Melda meminta Edward untuk berpencar Melda tetap
mencari Firwan diatas dan Edward mencari Firwan dibawah, “ apa kamu yakin, Melda ?”, kata si
Cowboy muda dengan perasaan yang cemas. Saat mereka berdua berpencar saat itulah Firwan
perlahan keluar dari tempat bersembunyinya. Ternyata Firwan keluar perlahan untuk
menyingkirkan si Cowboy muda tersebut, namun Firwan tidak jadi keluar karena Cowboy muda
tersebut berpencar.
Saat Cowboy muda tersebut mengecek setiap kamar yang ada di lantai bawah, hingga ada sebuah
salah satu pintu kamar yang perlahan lahan terbuka. Itu membuat Edward si Cowboy muda
terganggu akan pintu yang hanya terbuka sebagian, saat Edward mencoba mendekati dan menutup
pintu tersebut pintu itu malah tidak mau tertutup.
Ketika Edward mencoba menutup pintunya dengan begitu keras, namun pintu tersebut tidak sama
sekali mau tertutup. Saat Edward membuka pintu tersebut secara perlahan, tiba - tiba Edward
mendapatkan respons dan Terpental kedinding rumah dan kehilangan tenaganya "
Uhukuhuk..akhirnya keluar juga kamu Firwan! ", suara batuk Firwan diikuti keluarnya darah dari
mulut Edward. Hal itu membuat Firwan begitu kesal, akhrinya Firwan mencekiknya dengan
mengakatnya kelangit langit rumah. Saat Firwan mencekik Edward, Melda masih berada diatas.
Melda pun mendengar suara gaduh dari arah bawah, dengan spontan Melda menghampiri arah
suara tersebut.
Ketika Melda menghampiri arah suara tersebut, Melda pun melihat Edward yang mulai kehabisan
nafas karna dicekik oleh Firwan. Saat melihat Edward yang sekarat Melda melihat revolver milik
Edward terjatuh, alhasil Melda pun mengambil revolver tersebut kemudian mengarahkannya
kearah kepala Firwan, lalu Ia memanggil Firwan dengan mengatakan. " Goodbye Firwan,
semoga kamu sadar setelah kejadian yang kamu lakukan ", ucapan Melda dengan lantang kearah
Firwan sambil mengarahkan revolver yang dipegangnya. " Dorr..!!! ", suara revolver yang ditarik
pelatuknya oleh Melda kearah Firwan, dan Firwan pun terkapar kelantai bersama dengan Edward. "
Kerja bagus Melda ", kata Edward yang perlahan pingsan Melda pun bersandar kedinding tangisan
ketakutan dan keberhasilan bercampur dalam ekspresi Melda, karena melihat kengerian dari
Firwan dan Ia berhasil menaklukkan Firwan dibantu oleh berkorbannya jiwa banyak orang yang
tidak bersalah.
Yang satu mati, yang satu pingsan, dan yang satu lagi kelelahan, disaat mereka bertiga sama sama
terkapar dinding maupun lantai. Tiba - tiba Melda mendengar suara patroli Polisi yang suaranya
semakin terdengar. Ternyata Melda ingat akan kata Psikiater yang satu jam lalu berbicara
dengannya, kalau Psikiater tersebut memanggil Polisi setempat dan akan tiba dalam 3 jam, setelah
Ia menelfon Melda. Polisi tersebut datang dengan anggota yang lumayan banyak, sekitar 3 - 5
personil, mereka langsung mendobrak pintu masuk yang ternyata dikunci oleh Edward untk
menghindari kaburnya Firwan.
Polisi tersebut segera menghampiri Melda, Edward, dan Firwan yang telah tergeletak dilantai dan
didinding, mereka menggotong Edward dan Firwan, dan setelah mereka bertiga telah berhasil
dikeluarkan. Ambulan pun datang ketempat yang sebelumnya telah diberi tahu oleh si Psikiater,
saat itu Melda dan Edward diberikan pertolongan pertama didalam Ambulans tanpa terkecuali
Firwan, si Psikiater tersebut menghampiri Firwan yang Melda dan Edward, serta para Polisi tersebut
pikir kalau Firwan telah Meninggal.
Saat Melda sedang diberi pertolongan pertama di Ambulan, Melda melihat si Psikiater tersebut
bukannya membungkusnya dengan kain jenazah, si Psikiater Atau Dr. Alguero tersebut malah
membawa Firwan pergi ke Sanitarium tempat dikirimnya Firwan oleh kedua orangtuanya karena
kejadian 15 tahun yang lalu, saat Melda bertanya kepada Dr. Alguero mau diapakan jenazah Firwan
"Dok, mau dibawa kemana Firwannya? ", kata Melda yang kebingungan.
"Ohh, tidak saya akan membawanya ke Sanitarium tempatnya dahulu ", kata Dr. Alguero dengan
wajah yang panik.
Pada akhirnya Melda tidak peduli akan jenazah Firwan dan Ia membolehkan Dr. Alguero
membawanya pergi ke Sanitarium kembali. Seminggu setelah mimpi buruk yang menjadi kenyataan
tersebut terjadi, akhirnya terror akan "Expressionless face" seakan akan lenyap dari pikiran warga
setempat mau Melda dan Edward. Hari demi hari bergerak, minggu demi minggu terlewati Tahun
demi tahun berganti. Melda pun telah berusia 35 tahun dan Ia pun telah memiliki seorang suami
yang berusia 39 tahun, Melda pu telah dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Cyintia.
Pada saat sore hari saat mereka bertiga bertamasya kesebuah pantai, tiba tiba Melda mendapatkan
sebuah Panggilan dari nomor tersebut. Kemudian Melda pun menerima panggilan tersebut dan
beberapa menit panggilan terus berjalan, Melda pun berusaha meyakinkan apa maksudnya Orang
tersebut menelfon Melda. Ketika Melda mau mengakhiri Telfonnya, tiba - tiba Melda mendengar
suara nafas yang begitu khas. Yakni suara hembusan nafas Firwan dari Telfon genggam yang Ia
dengar.
Pelajaran yang kita dapat dari cerpen diatas adalah, diatas langit masih ada langit jadi jangan
berlagak sombong. Dan pada dasarnya semua manusia dilahirkan kedalam bumi dalam bentuk yang
sama, hanya amal dan pahala yang akan membuat kamu berharga. Lakukan hal baik selama kamu
hidup dimuka bumi ini.
Pelajaran kedua yang kita dapat dari cerpen diatas adalah, untuk pergi meninggalkan tubuh atau
mayat Psycopath ialah, selalu pastikan si Psycopath tersebut benar benar tidak bernyawa jika ingin
meninggalkannya.
Pelajaran ketiga yang kita dapat dari cerpen diatas adalah, untuk mendapatkan sebuah kengerian
bisa diciptakan dengan rumusan yang sangat sederhana. Tak perlu sebuah senjata api, tak perlu
benda tajam yang mahal. Cukup seorang psikopat yang berperawakan tinggi besar, membunuh
membabi buta tanpa sebab, dengan sebilah pisau dapur.

Anda mungkin juga menyukai