Rencana Teknis Reklamasi Pada Lahan Timb
Rencana Teknis Reklamasi Pada Lahan Timb
SKRIPSI
Oleh :
ALDRIN FEBRIANSYAH
112142002
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Oleh :
ALDRIN FEBRIANSYAH
112142002
SKRIPSI
Oleh :
ALDRIN FEBRIANSYAH
112142002
Disetujui untuk
Pembimbing I Pembimbing II
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul Rencana Teknis Reklamasi
Pada Lahan Bekas Timbunan Tanah Area Parak Kopi PT. Semen Padang
(Persero), Indarung, Provinsi Sumatera Barat.
Skripsi ini disusun sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik pada Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan, Jurusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2017 hingga 17 April 2017.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti K, M.Sc. Rektor UPN “Veteran”
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Suharsono, MT. Dekan Fakultas Teknologi Mineral.
3. Bapak Dr. Edy Nursanto, ST, MT. Ketua Jurusan Teknik Pertambangan.
4. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT. Koordinator Program Studi Sarjana
Teknik Pertambangan.
5. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah,. MT. Pembimbing I Skripsi.
6. Bapak Ir. Ketut Gunawan,. MT. Pembimbing II Skripsi.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan umumnya dan ilmu pertambangan khususnya.
Aldrin Febriansyah
vii
DAFTAR ISI
Halaman
viii
IV. HASIL PENELITIAN ............................................................................................... 44
4.1. Areal Lahan Reklamasi ......................................................................................... 44
4.2. Ketersediaan Tanah Pucuk ................................................................................... 47
4.3. Tingkat Bahaya Erosi ............................................................................................. 47
V. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 48
5.1. Tingkat Bahaya Erosi ............................................................................................. 48
5.2. Penataan Areal Reklamasi .................................................................................... 48
5.3. Penebaran Tanah Pucuk ........................................................................................ 51
5.4. Revegetasi.................................................................................................................. 52
5.5. Pembuatan SPA ....................................................................................................... 52
5.6. Penurunan Tingkat Bahaya Erosi ....................................................................... 53
VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................... 54
6.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 54
6.2. Saran............................................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 57
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Kode Struktur Tanah Untuk Menghitung Nilai K dengan
Nomograf ................................................................................................ 35
3.2. Kode Permeabel Tanah Untuk Menghitung Nilai K dengan
Nomograf ................................................................................................ 35
3.3. Faktor Erodibilitas (K) dari Departemen Kehutanan RI......................... 36
3.4. Indeks pengelolaan tanaman (nilai C) untuk pertanaman tunggal .......... 38
3.5. Nilai P untuk Berbagai Tindakan Konservasi......................................... 39
3.6. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi ........................................................... 40
3.7. Tipikal harga koefisien kekasaran saluran .............................................. 42
4.1. Tabel geometri timbunan area Parak Kopi ............................................. 46
4.2. Volume Tanah pada Geometri Jenjang Sebenarnya ............................... 46
5.1. Hasil Akhir Penataan Pada Jenjang ........................................................ 50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
A. SPESIFIKASI ALAT ................................................................................................. 58
B. DATA CURAH HUJAN TAHUN 2007-2016 ................................................... 60
C. PETA TOPOGRAFI ................................................................................................... 71
D. PETA LOKASI REKLAMASI PENELITIAN .................................................. 72
E. PETA REVEGETASI DAN SPA ........................................................................... 73
F. PETA DAERAH TANGKAPAN HUJAN .......................................................... 74
G. PERHITUNGAN TINGKAT BAHAYA EROSI .............................................. 75
H. PERHITUNGAN DIMENSI DAN PEMBUATAN SPA................................ 78
I. PERHITUNGAN TANAH PUCUK ....................................................................... 90
J. PERHITUNGAN WAKTU PEMBUATAN DAN PENGISIAN
LUBANG TANAM ..................................................................................................... 98
K. PERHITUNGAN WAKTU PENATAAN LAHAN .......................................... 101
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang timbul pada lahan timbunan tanah PT. Semen Padang,
Indarung, Sumatera Barat adalah kondisi lahan timbunan tanah yang berada di
area Parak Kopi belum tertata dengan baik dan relatif curam, sehingga rawan
terjadinya erosi.
1
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1. Penelitian untuk menentukan tingkat bahaya erosi.
2. Penelitian untuk penataan area reklamasi
3. Penelitian untuk menghitung volume tanah pucuk dan waktu yang dibutuhkan
untuk menebar tanah pucuk.
4. Penelitian untuk revegetasi area reklamasi
5. Pembuatan saluran pembuangan air
6. Mengurangi dampak bahaya erosi yang dapat merugikan PT. Semen Padang,
dikarenakan terdapat beberapa aset berharga yang berdekatan dengan lokasi
penimbunan tanah.
1.4. Batasan Masalah
Batasan dari penelitian ini adalah :
1. Luas area penelitian sebesar 3,2 Ha yang berada pada koordinat 00 58’ 43,2”
LS dan 00 58’ 49,2” LS hingga 1010 28’ 19,6” BT dan 1010 28’ 24,6” BT.
Berlokasi ± 40 m disebelah barat proyek Crusher Indarung VI.
2. Tanah pucuk yang tersedia digunakan dari ketersediaan periode april 2017.
3. Penelitian ini hanya membahas teknis penataan lahan dan tidak
mempertimbangkan masalah biaya.
4. Rencana penataan lahan meliputi penentuan sistem yang digunakan, penentuan
alat dan waktu yang dibutuhkan.
1.5. Metode Penelitian
Pelaksanaan rencana teknis pengelolaan reklamasi pada lahan bekas
timbunan tanah area Parak Kopi PT. Semen Padang, Indarung, Padang adalah
sebagai berikut:
1. Studi literatur
Studi literatur ini dilakukan dengan cara mempelajari literatur, peraturan
perundangan dan buku hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan daerah
kajian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui data yang akan diambil yang dapat
bersumber dari hasil penelitian sebelumnya, buku atau arsip daerah. Adapun data
yang dibutuhkan seperti data iklim dan curah hujan, peta lokasi kesampaian
daerah serta peta kondisi morfologi lahan bekas tambang. Peraturan perundangan
2
yang dipelajari adalah peraturan yang sesuai dan bersangkutan dengan daerah
penelitian yaitu Propinsi Sumatera Barat.
2. Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan pengamatan secara langsung
terhadap proses yang terjadi dan mencari informasi pendukung yang terkait
dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun data yang dibutuhkan antara
lain kemiringan lereng, jenis vegetasi yang ada, serta keadaan sosial dan budaya
masyarakat setempat.
3. Pengambilan Data
Penelitian ini sebagian besar bersumber dari data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian atau penyelidikan sebelumnya
(pihak lain), meliputi data curah hujan, peta topografi, profil lingkungan daerah,
dan peraturan setempat yang berlaku mengenai penambangan rakyat. Selain data
sekunder, data primer yang diambil antara lain vegetasi sekitar, kemiringan
lereng, pengelolaan tanah pucuk, dan lainnya.
5. Kesimpulan
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan koreksi antara hasil pengolahan
data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini
merupakan suatu hasil akhir dari semua aspek yang telah dibahas. Pada penelitian
ini kesimpulan berupa rencana reklamasi yang akan dilakukan di lahan timbunan
tanah PT. Semen Padang, yang selanjutnya dapat dijadikan masukan bagi
perusahaan yang bersangkutan.
3
1.7. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini akan didapatkan manfaat sebagai berikut :
1. Masukan bagi PT. Semen Padang untuk mempersiapkan kegiatan reklamasi
lahan timbunan tanah area Parak Kopi.
2. Sebagai bahan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan kegiatan reklamasi.
4
Mulai
Identifikasi Masalah
Timbunan Tanah Area Parak Kopi
Rawan Terjadi Erosi
Studi Literatur
Gambar 1.1
Diagram Alir Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN UMUM
6
7
Sumber : PT. Semen Padang
Gambar 2.1
Peta Kesampaian Lokasi
2.3 Keadaan Geologi Daerah Penelitian
2.3.1 Fisiografi Daerah Penelitian
Menurut Tobbler (1992) di dalam Van Bemmelen (1949) daerah Sumatera
dapat dibagi menjadi 7 zona fisiografi, yaitu Daratan Alluvial Pantai Utara
Sumatera, Dataran Rendah Bergelombang, Zona Depresi Sub-Barisan Sumatera
Tengah, Pegunungan Barisan Depan, Sekis Barisan, Pegunungan Barisan dan
Dataran Alluvial Pantai Barat Sumatera. Derah penelitian termasuk ke dalam zona
Pegunungan Barisan. Sedangkan Van Bemmelen (1949), membagi fisiografi
Sumatera menjadi 4 bagian, yaitu Pegunungan Barisan, Zona sesar semangko,
Pegunungan Tiga Puluh Kota, serta Dataran Rendah bergelombang. Daerah
penelitian termasuk ke dalam zona Pegunungan Barisan. Secara umum morfologi
daerah Bukit Karang Putih termasuk ke dalam perbukitan lemah - kuat dan karst
dengan kemiringan lereng 200 sampai dengan 650. Daerah Bukit Karang Putih
adalah perbukitan yang terjal, terletak pada ketinggian 150 m hingga 560 m dari
permukaan laut, yang didominasi oleh litologi batu lempung yang telah
mengalami perubahan menjadi batu lempung tufa (batu lempung kersikan)
terdapat di Tenggara – Selatan daerah penelitian, secara menjadi diendapkan
batuan vulkanik. Disamping itu dijumpai batuan terobosan yang berkomposisi
basaltis.
8
b. Formasi Barsan : Filit, sabak, batugamping, hornfels, dan greywacke berumur
perm.
c. Formasi Siguntur: Kuarsit, serpih dan sabak dijumpai di daerah siguntur
berumur Trias.
Peta geologi lembar padang dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.
9
2.3.3 Stratigrafi
Struktur yang berkembang di Provinsi Sumatera Barat adalah struktur
perlipatan (antiklinorium) dan struktur sesar dengan arah umum barat laut –
tenggara, yang mengikuti struktur regional Pulau Sumatera. Kondisi stratigrafi
dari struktur geologi sumatera barat adalah sebagai berikut :
10
j. Kelompok transisi Tersier – Kwarter (Plio-Plistosen) dapat dipisahkan menjadi
kelompok batuan sedimen; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan
terobosan.
k. Kelompok batuan sedimen Plio-Plistosen disusun oleh konglomerat polimik,
batupasir, batulanau dan perselingan antara napal dan batupasir.
l. Kelompok batuan gunungapi Plio-Plistosen disusun oleh batuan gunungapi
andesitik-basaltik, tufa, breksi dan endapan lahar sedangkan kelompok batuan
terobosan Plio-Plistosen terdiri dari riolit afanitik, retas basalt dan andesit
porfir.
m. Kelompok Kwarter dipisahkan menjadi kelompok batuan sedimen; batuan
gunungapi dan aluvium.
11
2.4 Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan batugamping dan silika di Bukit Karang Putih PT.
Semen Padang menerapkan sistem penambangan terbuka. Metode penambangan
yang digunakan adalah penambangan side hill quarry yang merupakan metode
penambangan bahan galian pada daerah perbukitan. Kegiatan penambangan
batugamping di PT. Semen Padang dimulai dari kegiatan pembersihan lahan atau
land clearing, pemboran dan peledakan, pemuatan dan pengangkutan, dilanjutkan
dengan crushing dan conveying.
2.4.1 Pembersihan Lahan
Kegiatan penambangan batugamping dan silika di PT. Semen padang
dimulai dari pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan ini bertujuan sebagai
penyiapan area penambangan.
Pembersihan lahan pada penambangan batugamping dan silika PT. Semen
Padang terdapat di lokasi 242 atau area pengembangan. Kegiatan pembersihan
lahan pada lokasi tersebut dimulai dengan pembersihan tanaman, pengupasan
tanah pucuk dan tanah penutup, dan dilakukan perataan permukaan kerja agar
memudahkan pada saat penggalian, pemuatan, dan pengangkutan. Lokasi area
pengembangan 242 dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4
Lokasi area pengembangan 242 di Bukit Karang Putih
12
2.4.2 Pemboran
Pengeboran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membuat lubang
ledak sesuai dengan kedalaman, posisi dan pola geometri peledakan yang telah
direncanakan. Adapun tahapan pemboran yang dilakukan di tambang
batugamping PT Semen Padang yaitu sebagai berikut :
a. Marking
Marking merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum pengeboran.
Kegiatan ini bertujuan untuk mendesain dimensi peledakan, menentukan pola
pengeboran, dan menandakan lokasi dan titik yang akan dilakukan pengeboran.
Marking dilakukan oleh bagian perencanaan dan pemetaan evaluasi tambang
dengan menggunakan berbagai macam alat, seperti meteran yang berfungsi untuk
menentukan ukuran spacing dan burden, beberapa batu dan pita untuk
menandakan titik titik yang akan dibor. Aktivitas Marking dapat dilihat pada
Gambar 2.5
Gambar 2.5
Aktivitas marking
b. Pemboran
Pemboran bertujuan untuk membuat lubang ledak sesuai dengan geometri
yang telah ditentukan dalam proses marking. Kedalaman lubang ledak dibuat
sesuai dengan kondisi geometri dan kondisi lahan yang ada.
13
Pemboran di PT Semen Padang dilakukan oleh kontraktor, dalam hal ini
dikerjakan oleh PT. Fajar Rawayan Utama dengan menggunakan mesin bor
Furukawa HCR 1500 D-II, yang merupakan mesin bor hidrolik dengan jenis top
hammer drilling dengan diameter alat bor sebesar 4,5 inch.
Operasi pemboran dilakukan 3 shift (24 jam) dengan rata-rata jam efektif
18 jam/hari, sehingga untuk menunjang kebutuhan produksi batugamping sebesar
± 30.000 ton/hari dan pekerjaan pengembangan, maka dibutuhkan jumlah lubang
ledak rata-rata 45-70 lubang/hari. Proses pemboran menggunakan alat bor
Furukawa HCR 1500 D-II dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6
Pemboran
2.4.3 Peledakan
Kegiatan peledakan dilakukan setiap hari yaitu pada jam istirahat siang
antara pukul 12:00 hingga pukul 13:00 WIB. Jarak aman tenaga kerja yang
direkomendasikan ±500 m dan peralatan ±300 m, sebagai acuan standar nasional
yang diberlakukan di PT. Semen Padang.
Adapun peledakan di PT. Semen Padang meliputi berbagai proses berikut
ini :
14
a. Inspeksi lubang ledak
Kegiatan ini bertujuan untuk mengecek kembali hasil pengeboran sesuai
dengan geometri yang telah ditentukan.
b. Mendesain pola rangkaian peledakan
PT. Semen Padang menggunakan surface delay 25 ms, 42 ms, dan 67 ms pada
proses peledakan nonel. Geometri peledakan yang digunakan yaitu dengan
Burden 5,5 m, Spacing 6,5 m, kedalaman rata-rata lubang 11 m, dan diameter
lubang ledak 5,5 inchi.
c. Persiapan bahan peledak
PT. Semen Padang bekerja sama dengan PT. Dahana sebagai kontraktor dalam
pembuatan bahan peledak. Bahan peledak yang digunakan adalah bahan
peledak Dabex ( Dahana Bulk Emulsion Metric ). Pembuatan Dabex dilakukan
dengan melakukan pencampuran antara emulsion dan Anfo dengan
perbandingan 70 : 30.
d. Persiapan peralatan dan perlengkapan peledakan
Peralatan peledakan merupakan komponen dalam peledakan yang dapat
dipakai berulang kali, seperti : blasting machine, blasting ohmmeter, dan lead
wire.
Perlengkapan peledakan adalah komponen dalam peledakan yang hanya
dipakai sekali setiap peledakan, seperti : booster, detonator, bahan peledak,
inhole delay, dan surface delay.
e. Pelaksanaan peledakan
Pelaksanaan peledakan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : pengisian
primer, pengisian bahan peledak, penutupan lubang ledak, pemasangan seluruh
rangkaian peledakan, melakukan pengecekan, dan melakukan peledakan.
f. Analisa hasil peledakan
Setelah peledakan dilakukan selanjutnya dilakukan analisa hasil peledakan.
Analisa yang dilakukan yaitu pemeriksaan terhadap gas-gas beracun dan
memeriksa kemungkinan adanya lubang yang gagal meledak (missfire).
Peledakan bertujuan untuk memberaikan batugamping agar mempermudah
proses penggalian, pemuatan dan pengangkutan.
15
2.3.4 Pemuatan dan Pengangkutan
Kegiatan penggalian dan pemuatan material di PT. Semen Padang
menggunakan alat muat Excavator Hitachi tipe Ex-1800, Ex-2500 dan Ex-3500.
Pada kegiatan pengangkutan menggunakan Dump Truck type HD (Hauling
Dump) dengan jumlah 7 unit Komatsu tipe 785 dan 3 unit Caterpillar tipe 777.
Material batuan yang telah diledakan dimuat dengan Excavator kemudian
diangkut dengan menggunakan HD untuk dibawa ketempat peremukan Crusher
Plant atau Stock pile.
2.3.5 Peremukan
Peremukan merupakan tahap lanjutan setelah proses pemuatan dan
pengangkutan. Bahan galian yang telah di tambang akan ditumpahkan ke unit
crusher untuk direduksi.
PT. Semen Padang memiliki 2 unit mobile crusher (mosher), 1 unit
bertenaga listrik dan 1 unit bertenaga diesel. Kapasitas mobile crusher masing-
masing memiliki produktivitas 2000 ton/jam. Umpan untuk mobile crusher adalah
batugamping dan silika.
PT. Semen padang juga memiliki 3 unit Hammer Crusher, yaitu LSC
(Limestone Crusher) 2 dan LSC 3A yang memiliki produktivitas 1400 ton/jam,
dan LSC 3B yang memiliki produktivitas 1800 ton/jam. Umpan untuk hammer
crusher adalah batugamping.
Setelah bahan galian di reduksi, maka proses selanjutnya adalah proses
pengiriman menuju pabrik pengolahan dengan menggunakan belt conveyor untuk
diolah lebih lanjut.
16
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang usaha pertambangan
untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem
agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukkannya. Pengertian reklamasi dalam
bidang pertambangan adalah setiap pekerjaan yang bertujuan untuk
mengembalikan fungsi tanah yang terganggu akibat usaha pertambangan. Untuk
memperbaiki dan memanfaatkan lingkungan yang telah ditambang semaksimal
mungkin dapat dilakukan dengan cara menanami kembali areal yang telah
ditambang menjadi kawasan hijau dan menjadi lahan lain yang lebih bermanfaat.
Secara umum reklamasi dilakukan dengan tujuan untuk menata guna dan
memperbaiki kondisi lahan yang rusak pada suatu tambang untuk beberapa
kegunaan tertentu sesuai yang direncanakan, diantara tujuannya adalah :
1. Mengupayakan keadaan seimbang serasi, dan berkesinambungan serta
mempertahankan kelestarian lingkungan.
2. Mengurangi adanya kerusakan dan pencemaran lingkungan setelah kegiatan
penambangan berakhir.
3. Mengembangkan alternatif bentuk penataan lingkungan pasca penambangan
yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan rencana tata ruang wilayah
tersebut.
4. Mengembalikan dan meningkatkan daya dukung tanah terhadap lingkungan.
17
3. Permenhut Nomor : P.32/Menhut-II/2009 tentang rencana teknik rehabilitasi
hutan dan daerah aliran sungai.
4. Permenhut Nomor : P.4/Menhut-II/2011 tentang pedoman reklamasi hutan
(Pasal 30-39, Lampiran 1,4 dan 5).
5. Permen ESDM no 7 tahun 2014 tentang pelaksanaan reklamasi dan pasca
tambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara (Pasal 2).
18
4. Reklamasi untuk Peruntukan Tertentu
Reklamasi untuk peruntukan tertentu dilakukan apabila lahan bekas
tambang berada pada lokasi yang sudah mempunyai rencana peruntukan yang
pasti berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) misalnya hutan,
kawasan perumahan, kawasan industri, dan lain sebagainya.
19
pucuk teraduk-aduk, dan rusaknya bentang alam. Untuk menanggulangi dampak
tersebut, reklamasi berperan besar dalam pelaksanaannya dengan berbagai macam
metodenya. Pekerjaan persiapan lahan merupakan tahapan awal kegiatan
reklamasi yang dilakukan. Pekerjaan persiapan lahan yang dilakukan adalah
menata bentuk lahan bekas tambang yang tidak teratur menjadi lahan yang tertata
sesuai dengan penggunaan lahan kedepannya. Kegiatan penyiapan lahan yang
dilakukan meliputi menentukan penimbunan tanah hasil pengupasan tanah pucuk
dan tanah penutup untuk penataan lahan.
20
3.3.1 Cara Penataan Lahan
Tanah hasil pembersihan lahan terdiri dari tanah pucuk (top soil) dan tanah
penutup. Tanah pucuk (top soil) merupakan lapisan tanah bagian atas yang
merupakan lapisan tanah yang relatif subur karena mengandung unsur-unsur hara
berbentuk humus organik serta variabel zat-zat mineral yang mengandung unsur-
unsur hara berbentuk humus organik serta variabel zat-zat mineral yang sangat
diperlukan oleh tanaman.
Menurut Sitanala Arsyad (1989), alternatif yang dapat digunakan dalam
kegiatan penimbunan tanah pucuk (top soil) adalah sebagai berikut :
1. Sistem perataan tanah
Dilakukan dengan menata timbunan tanah kembali dengan lapisan tanah
penutup dan tanah pucuk yang telah diratakan sesuai permukaan tanah. Cara ini
diterapkan apabila jumlah tanah pucuk dan tanah penutup cukup untuk menutupi
seluruh permukaan lahan bekas tambang (covering). Tebal perataan lapisan tanah
pucuk disesuaikan dengan kriteria tebal tanah pucuk untuk tanaman revegetasi
untuk tumbuh.
2. Sistem guludan
Sistem guludan berfungsi sebagai penahan aliran permukaan dan pertikel-
partikel tanah sebelum tererosi ke bagian hilir, dengan demikian partikel-partikel
tanah akan terhenti di bagian guludan tersebut.
3. Sistem pot / lubang tanam
Sistem ini dilakukan apabila jumlah hasil pengupasan tanah pucuk yang
tersedia relatif kecil atau terbatas. Kegiatan yang dilakukan ialah membuat lubang
tanam/pot dengan dimensi dan jarak tanam disesuaikan dengan kriteria tanam
revegetasi untuk tumbuh.
21
akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia. Hilangnya sumber daya alam yang
ada, khususnya tanah dan berkurangnya kesuburan tanah akibat dari lahan yang
longsor hasil dari bekas penambangan akan merugikan manusia. Dengan tera
sering dapat menghambat terkikisnya tanah oleh aliran air hujan dan memperkecil
terjadinya longsor. Adapun Fungsi terasering :
1. Menambah stabilitas lereng
2. Memudahkan dalam konservasi lereng
3. Memperpanjang daerah resapan air
4. Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng
5. Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off)
6. Dapat digunakan untuk land scaping.
22
luar sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Di atas pematang sebaiknya
ditanami tanaman penguat teras berupa rumput makanan ternak.
Menurut Schwab et al (1966), tujuan utama dari teras datar ini adalah
konservasi air / kelembaban tanah, sedangkan pengendalian erosi adalah tujuan
sekunder. Karena itu teras tipe ini dibangun di daerah dengan curah hujan rendah
sampai sedang untuk menahan dan meresapkan air ke lapisan tanah. Di daerah
yang permeabilitasnya tinggi, teras tipe ini dapat digunakan untuk tujuan yang
sama di daerah dengan curah hujannya tinggi.
2. Teras Gulud
Gulud atau guludan yang dimaksud adalah tumpukan tanah yang dibuat
memanjang memotong kemiringan lereng. Fungsinya adalah untuk menghambat
aliran permukaan, menyimpan air di bagian atasnya, dan untuk memotong
panjang lereng. Bentuk teras gulud seperti yang terlihat pada gambar 3.1.
a. Persyaratan
1) Cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40%, dapat juga digunakan pada
kemiringan 40-60%, namun kurang efektif.
2) Dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal (> 20 cm). Tetapi mampu
meresapkan air dengan cepat.
b. Pembuatan dan pemeliharaan
1) Buat garis kontur sesuai dengan interval tegak (IV = interval vertikal) yang
diinginkan.
2) Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut ke bagian
bawahnya.
3) Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1- 0,5% dengan
garis kontur menuju ke arah saluran pembuangan air.
4) Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng
dijadikan guludan.
5) Tanami guludan dengan rumput penguat seperti Paspalum notatum, bebe
(Brachiaria brizanta), bede (Brachiaria decumbens), atau akarwangi
(Vetiveria zizanioides) agar guludan tidak mudah rusak.
6) Diperlukan SPA yang diperkuat rumput Paspalum notatum agar aman.
23
Sumber : Lampiran Permenhut P.4/Permenhut-II/2011
Gambar 3.1
Teras Guludan
Teras guludan adalah suatu teras yang membentuk guludan yang dibuat
melintang lereng dan biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10
hingga 15 %. Sepanjang guludan sebelah dalam terbentuk saluran air yang landai
sehingga dapat menampung sedimen hasil erosi. Saluran tersebut juga berfungsi
untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah menuju saluran pembuang
air. Kemiringan dasar saluran 0,1%. Teras guludan hanya dibuat pada tanah yang
bertekstur lepas dan permeabilitas tinggi. Jarak antar teras guludan 10 meter tapi
pada tahap berikutnya di antara guludan dibuat guludan lain sebanyak 3 – 5 jalur
dengan ukuran lebih kecil. (Sukartaatmadja, 2004)
Sedangkan menurut Priyono et. al. (2002), teras guludan adalah bangunan
konservasi tanah berupa guludan tanah dan selokan / saluran air yang dibuat
sejajar kontur, dimana bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan asli.
Di antara dua guludan besar dibuat satu atau beberapa guludan kecil. Teras ini
dilengkapi dengan SPA sebagai pengumpul limpasan dan drainase teras.
Tata cara pembuatan teras guludan adalah sebagai berikut :
a. Persiapan lapangan dengan pemancangan patok-patok menurut garis kontur
dengan menggunakan ondol-ondol dan atau waterpass sederhana. Jarak patok
dalam baris 5 m dan jarak antar baris rata-rata 10 m (sama dengan jarak antara
dua guludan).
24
b. Pembuatan selokan teras dilakukan dengan menggali tanah mengikuti arah
larikan patok. Ukuran selokan teras: dalam 30 cm, lebar bawah 20 cm, dan
lebar atas 50 cm.
c. Tanah hasil galian pada pembuatan selokan teras ditimbunkan di tepi luar
(bagian bawah saluran) sehingga membentuk guludan dengan ukuran: lebar
atas 20 cm, lebar bawah 50 cm dan tinggi 30 cm. Guludan dan selokan dibuat
tegak lurus garis kontur. Pembuatan teras dimulai dari bagian atas lereng.
d. Penanaman tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa jenis kayu-
kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm bila menggunakan stek / stump, atau
ditabur jika menggunakan benih/biji, dan jarak tanam 30 – 50 cm jika
menggunakan jenis rumput.
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang dibuat
adalah:
a. Mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan teras untuk digunakan
memperbaiki guludan.
b. Memperbaiki guludan dan memelihara tanaman penguat teras.
3. Teras Kredit
Teras Kredit dengan standar teknis sebagai berikut :
a. Kemiringan lereng 8-40%
dan untuk tanaman semusim <15%
b. Guludan ditanami legum atau rumput dan dipangkas secara reguler
c. Guludan ditutup dengan mulsa hasil pangkasan
d. Beda tinggi antar guludan + 1,25 m
e. Solum tanah dangkal dan berpasir
f. Kemiringan bidang olahan diusahakan tetap
g. Permeabilitas tanah cukup tinggi
Teras kredit biasanya dibuat pada tempat dengan kemiringan lereng antara
3 sampai 10 persen, dengan cara membuat jalur tanaman penguat teras (lamtoro,
kaliandra, gamal) yang ditanam mengikuti kontur. Jarak antara larikan 5 sampai
12 meter. Tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah
akibat erosi dari sebelah atas larikan. Lama kelamaan permukaan tanah bagian
25
atas akan menurun, sedangkan bagian bawah yang mendekat dengan jalur
tanaman akan semakin tinggi. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga
bidang olah menjadi datar atau mendekati datar. (Sukartaatmadja, 2004). Lebih
lanjut dijelaskan, untuk mempercepat proses tersebut dapat ditempuh dengan
beberapa jalan yaitu: (a) menarik tanah dari sebelah atas larikan ke arah larikan
tanaman penguat teras, (b) pembuatan guludan sepanjang tanaman sehingga
sedimentasi diperbesar, (c) pemberian serasah atau limbah pertanian atau batu-
batuan sepanjang tanaman dan sebagainya sehingga sedimentasi diperbesar.
Bentuk teras kredit seperti yang terlihat pada gambar 3.2.
4. Teras Kebun
Teras jenis ini adalah jenis teras yang sering digunakan untuk perkebunan
dengan kemiringan lereng yang relatif sedang. Lebar teras yang digunakan
biasanya disesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanam. Selain itu, adanya
kemiringan lahan olahan ke dalam adalah dimaksudkan supaya air dapat terarah
menuju Saluran Air.
Berikut adalah standar teknis teras kebun :
a. Kemiringan lereng 10-30 %
b. Solum tanah > 30 cm
c. Lebar teras ± 1,5 m
26
d. Teras miring kedalam ± 1 %
e. Di luar teras ditanami tanaman penutup teras
f. Cocok untuk ditanami tanaman perkebunan/tahunan
g. Cocok untuk tanah dengan daya serap lambat.
Bentuk teras kebun dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah ini.
27
tanah. Teras ini dibuat pada lahan dengan kemiringan 10 – 30 %, tetapi dapat
dilakukan sampai kemiringan 50 % jika tanah cukup stabil / tidak mudah longsor.
5. Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan
meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga.
Ada 3 jenis teras bangku : datar, miring ke luar, miring ke dalam, dan teras
irigasi. Teras bangku datar adalah teras bangku yang bidang olahnya datar
o
(membentuk sudut 0 dengan bidang horizontal). Teras bangku miring ke luar
adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng asli, namun
kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli. Teras bangku miring
ke dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah
yang berlawanan dengan lereng asli.
a. Persyaratan
1) Tanah mempunyai solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah lebih
90 cm untuk lereng 60% dan lebih 40 cm kalau lereng 10%.
2) Tanah stabil, tidak mudah longsor.
3) Tanah tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan
konsentrasi tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang
berwarna merah atau kuning (podsolik merah kuning) biasanya
mengandung aluminium dan atau besi tinggi.
4) Ketersediaan tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras.
5) Memerlukan kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA.
b. Cara pembuatan teras bangku
1) Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan
untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran
permukaan bila terjadi hujan.
2) Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga
terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring, membentuk
sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras
bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).
28
Air aliran permukaan dari setiap bidang olah mengalir dari bibir teras ke
saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir tidak pernah terjadi pengiriman
air aliran permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya.. Selain itu bagian
bidang olah di sekitar saluran teras merupakan bagian yang kurang/tidak subur
karena merupakan bagian lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap di
permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir kampak
sangat efektif mengurangi erosi. Bentuk teras bangku seperti yang terlihat pada
gambar 3.4.
29
6) Untuk mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, pembuatan rorak bisa
dilakukan dalam saluran teras atau saluran pengelak.
7) Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, bisa dibuat teras bangku
miring ke dalam.
8) Perlu mengarahkan air aliran permukaan ke SPA yang ditanami rumput
Paspalum notatum dan bangunan terjunan air.
6. Teras Individu
Teras individu yang dimaksud adalah pembuatan satu guludan untuk satu
tanaman seperti yang terlihat pada Gambar 3.5.
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30%
hingga 50% yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di
daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga
memungkinkan pembuatan teras individu.
30
Teras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman (pohon) sebagai tempat
pembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu disesuaikan dengan kebutuhan
masing – masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan teras individu
cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana lubang
tanaman dan menimbunnya ke lereng sebelah bawah sampai datar sehingga
bentuknya seperti teras bangku yang terpisah. Tanah di sekeliling teras individu
tidak diolah (tetap berupa padang rumput) atau ditanami dengan rumput atau
tanaman penutup tanah. (Sukartaatmadja, 2004).
3.4 Erosi
Erosi adalah penggerusan lapisan tanah bagian atas atau top soil yang
disebabkan oleh air dan angin (Nurpilihan, 2000). Top soil atau lapisan bagian
paling atas tanah merupakan media tumbuh tanaman yang amat subur. Tebal
lapisan tanah pucuk ini sangat bervariasi. Bila tanah pucuk atau top soil terus
menerus tergerus oleh proses erosi maka dipermukaan tanah akan timbul sub soil.
Lapisan tanah sub soil ini tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman sehingga
pada gilirannya akan menurunkan produktivitas lahan dan produksi tanaman.
Menurut David K. Norman (1997), erosi dipengaruhi oleh empat faktor
utama, yaitu :
1. Iklim, yang menentukan berapa banyak hujan dan salju akan turun pada sebuah
tempat.
2. Karakteristik tanah, yang menentukan erodibilitas dan infiltrasi.
3. Topografi atau kemiringan, yang menentukan kecepatan limpasan air yang
menyebabkan erosi.
4. Vegetasi, yang memperlambat limpasan dan mencegah erosi pada tanah.
31
3. Sedimentation yaitu sedimen/pengendapan tanah tererosi, tanah tererosi akan
terendapkan pada cekungan-cekungan atau pada daerah-daerah bagian bawah.
Cekungan-cekungan yang menampung partikel-partikel tanah akibat top soil
yang tergerus kan menjadi area pertanian yang subur.
Nurpilihan (2000) berpendapat dilihat dari tekstur tanah maka tekstur pasir
lebih mudah terhancurkan oleh butiran-butiran hujan dibandingkan dengan
terkstur lainnya, karena daya ikat antar partikel tanah yang lemah atau sedikitnya
tekstur liat (yang berfungsi sebagai semen diantara partikel-parikel tanah).
Sedangkan tekstur liat paling mudah diangkut (transportasi) dibandingkan tekstur
lainnya karena ukuran partikel tanah yang kecil dibandingkan dengan tekstur
lainnya.
32
dihancurkan oleh butiran-butiran hujan sehingga menyebabkan perbedaan
bentuk yang ditimbulkannya.
4. Erosi tebing sungai (streambank erosion)
yaitu erosi yang terjadi pada tebing sungai. Air sungai yang mengalir akan
menghantam tebing sungai sehingga lahan yang berada di tebing sungai
semakin lama semakin tergerus oleh erosi tebing sungai yang pada giilirannya
lahan pertanian sekitar tebing sungai akan mengecil sementara lebar sungai
akan menjadi lebih lebar. Biasanya petani menanam tanaman bambu di sekitar
tebing sungai untuk menahan erosi yang terjadi.
5. Longsor
Ada beberapa pakar teknik tanah dan air yang berpendapat bahwa longsor ini
masuk pada proses erosi, namun bila dilihat teori dai erosi yang menyebutkan
bahwa erosi adalah proses penggerusan lapisan tanah bagian atas oleh air atau
angin, maka longsor ini perlu dikaji apakah termasuk proses erosi atau tidak.
A = R x K x LS x C x P…………………………………………………(Pers. 3.1)
Keterangan :
A = jumlah tanah hilang (ton/ha/tahun)
R = erosivitas curah hujan tahunan rata-rata (biasanya dinyatakan sebagai
energi dampak curah hujan (MJ/ha) x intensitas hujan Maksimal (mm/jam)
K = indeks erodibilitas tanah
LS = indeks Panjang dan kemiringan lereng
C = indeks pengelolaan tanaman
P = indeks upaya konservasi tanah
33
Rincian bagaimana menentukan indeks-indeks tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
A. Indeks erovitas curah hujan (R)
Indeks erovitas curah hujan ditentukan untuk setiap satuan lahan. Data
curah hujan jarang didapat didaerah tangkapan air, terutama data tentang
intensitas dan lam hujan, serta frekuensi terjadinya hujan. Timnbul permasalahan
dalam ekstrapolasi data curah hujan dari stasiun cuaca di daerah hilir dan
penerapan data tersebut sehubungan dengan perbedaan curah hujan didaerah hulu.
Metode perhitunga erosivitas curah hujan tergantung pada jenis data curah hujan
yang tersedia. Disarankan agar menggunakan rumus Bols jika diketahui jumlah
curah hujan bulanan rata-rata, jumlah hari hujan dalam bulan tertentu dan curah
hujan harian rata-rata maksimal pada bulan tertentu. Rumus indeks erosivitas
curah hujan adalah :
( ) ( ) ( ) …………(Pers. 3.2)
Keterangan :
Rm = Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata ( )
(Rain)m = Jumlah curah hujan bulanan rata-rata maksimum (cm)
(Days)m = Jumlah hari hujan bulanan rata-rata maksimum (hari)
(Max P) = Curah hujan harian rata-rata maksimal maksimum (cm)
34
( ) ( ) ( ) ( )
K= ………(Pers. 3.3)
Keterangan :
K : Erodibilitas tanah
M : (%debu + %pasir sangat halus)(100-%lempung)
a : Bahan organik (%C organik x 1,724)
b : Harkat struktur tanah
c : Harkat tingkat permeabilitas tanah
Tabel 3.1
Kode Struktur Tanah Untuk Menghitung Nilai K Dengan Nomograf
Tabel 3.2
Kode Permeabel Tanah Untuk Menghitung Nilai K Dengan Nomograf
Lambat 0.5-2.0 5
Sedang 6.3-12.7 3
Cepat >25.4 1
Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)
35
Apabila kandungan debu dan pasir sangat halus lebih dari 70 % maka
faktor erodibilitas tanah ditetapkan menggunakan nomograf erodibilitas tanah
Wischmeier et.al (1971), seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6.
36
Lanjutan Tabel 3.3
No. Jenis Tanah Nilai K
5. Grumusol 0,20
6. Aluvial 0,47
7. Regusol 0,40
Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)
Gambar 3.7
Nomograf penentuan nilai LS
37
Cara penggunaan nomograf LS adalah sebagai berikut :
1. Panjang lereng (L) ditetapkan pada titik yang sesuai pada sumber horisontal
nomograf
2. Ditarik garis vertikal hingga memotong garis yang menunjukan kemiringan
lereng (S)
3. Dari titik perpotongan ini tarik garis horisontal hingga memotong sumbu
vertikal dimana nilai LS dapat dibaca.
Tabel 3.4
Indeks pengelolaan tanaman (nilai C) untuk pertanaman tunggal
38
Lanjutan Tabel 3.4
21 Hutan alam
Serasah banyak 0,001
Serasah sedikit 0,005
22 Hutan produksi
Tebang habis 0,5
Tebang pilih 0,2
23 Semak belukar, padang rumput 0,3
Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)
Tabel 3.5
Nilai P untuk Berbagai Tindakan Konservasi
39
Tabel 3.6
Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (The classification of erosion danger level)
Kehilangan Tanah
Kelas TBE Keterangan
Ton/Ha/Thn
I ≤ 15 Sangat Ringan
II > 15-60 Ringan
III > 60-180 Sedang
IV > 180-480 Berat
V > 480 Sangat Berat
Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)
40
Volume top soil = Luas (L) x Tebal top soil.…………………………(Pers. 3.4)
2. Sistem guludan
a. Jumlah guludan per Ha
= 10.000 m2 / (spasi guludan + lebar) x panjang).…………………(Pers. 3.5)
b. Volume kebutuhan top soil
= Luas area x jumlah guludan/ha x volume topsoil per guludan. ...(Pers. 3.6)
41
R = jari – jari hidrolis (m)
S = kemiringan dasar saluran (%)
Gambar 3.8
Bentuk Saluran Terbuka
Tabel 3.7
Tipikal harga koefisien kekasaran saluran (n)
(Sumber : Gautama, 1999)
42
Lanjutan Tabel 3.7
No. Tipe saluran Harga n
Minimum Normal Maksimum
2 Tanah, lurus dan seragam
a) Bersih baru 0,016 0,018 0,02
b) Bersih telah melapuk 0,018 0,022 0,025
c) Berkerikil 0,022 0,025 0,03
d) Berumput pendek, sedikit tanaman 0,022 0,027 0,033
pengganggu
3 Saluran alam
a) Bersih lurus 0,025 0,03 0,033
b) Bersih berkelok-kelok 0,033 0,04 0,045
c) Banyak tanaman pengganggu 0,05 0,07 0,08
d) Dataran banjir berumput pendek – 0,025 0,03 0,035
tinggi
e) Saluran di belukar 0,035 0,05 0,07
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
44
lereng. Kegiatan pengukuran dan rona lereng timbunan Parak Kopi dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Kegiatan pengukuran dan rona lereng timbunan Parak Kopi
Dari hasil sayatan peta topografi Parak Kopi pada Lampiran D, didapatkan
rona timbunan tanah yang akan dilakukan kegiatan reklamasi. Hasil sayatan
timbunan tanah dan Crusher VI, dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2
Hasil sayatan geometri dilapangan
Geometri timbunan tanah sebelum dilakukan kegiatan reklamasi dari hasil
sayatan timbunan tanah dan crusher VI, dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Tabel
4.1.
45
Gambar 4.3
Geometeri Timbunan Tanah Parak Kopi
Tabel 4.1
Tabel geometri timbunan area Parak Kopi
Tinggi Bank Panjang
Elevasi Lebar
Jenjang Jenjang Width kemiringan
(mdpl) Teras (m)
(m) (m) Lereng (m)
1 411-381 30 37,89 9 48,33
2 381-347 34 35,32 12 49,03
3 347-342 5 3,32 10 6
4 342-338 4 4,47 10 6
5 338-331 7 8,22 0 10,8
Dari data panjang, lebar dan tinggi geometri timbunan tanah Parak Kopi,
diketahui volume tanah yang ada pada kondisi sebenarnya adalah 1.254.773 m3,
perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Volume timbunan tanah Parak Kopi
Luas Sebenarnya (tinggi x Panjang Volume,
Jenjang
lebar), m² Teras, m m³
1 563,0455 242 136.257
2 2183,95 251 548.171
3 478,92 306 145.937
4 438,5 306 134.181
5 882,15 329 290.227
Jumlah 1.254.773
46
4.2 Ketersediaan Tanah Pucuk
Pemilihan sistem penanaman didasarkan pada jumlah tanah pucuk yang
tersedia dilapangan, berkaitan dengan hal itu diketahui jumlah tanah pucuk yang
tersedia hingga periode april 2017 sebanyak 840 m3 (sumber : Dept. Perencanaan
PT. Semen Padang). Ketersediaan tanah pucuk tersebut didapatkan dari volume
tanah pucuk hasil pembukaan lahan area Pengembangan yang sedang dalam
proses pembersihan lahan.
Sistem penebaran tanah pucuk yang dipilih pada kegiatan penelitian ini
adalah menggunakan sistem pot. Alasan dipilihnya sistem tersebut dikarenakan
tanah pucuk yang tersedia tidak cukup untuk sistem perataan tanah maupun sistem
guludan.
Metoda sistem pot ini dilakukan dengan cara membuat pot/lubang tanam
pada area timbunan tanah area Parak Kopi yang telah diratakan, kemudian diisi
dengan menggunakan tanah pucuk.
47
BAB V
PEMBAHASAN
48
Teras bangku dipilih dikarenakan cocok dengan Slope atau kemiringan (10 hingga
65) % timbunan tanah area Parak Kopi.
Gambar 5.1
Penataan Geometri Jenjang Rencana
Gambar 5.2
Geometri Jenjang Rencana
Rona atau bentuk timbunan tanah rencana dapat diketahui dari hasil
sayatan peta zona reklamasi. Hasil sayatan timbunan tanah rencana dapat dilihat
pada Gambar 5.3
49
Gambar 5.3
Hasil sayatan geometri rencana
Tabel 5.1
Hasil Akhir Penataan pada Jenjang
Panjang Lebar
Elevasi
Jenjang Lereng Teras Isi Teras Slope
(mdpl)
(m) (m)
411- Bidang Penguat, SPA, dan
1 45°
396 21,20 6 Lubang tanam
396- Bidang Penguat, SPA, dan
2 38°
381 24,10 7 Lubang tanam
381- Bidang Penguat, SPA, dan
3 51°
364 21,78 6 Lubang tanam
364- Bidang Penguat, SPA, dan
4 44°
347 24,49 10 Lubang tanam
347- Bidang Penguat, SPA, dan
5 57°
342 6 10 Lubang tanam
342- Bidang Penguat, SPA, dan
6 42°
338 6 10 Lubang tanam
338- Bidang Penguat, SPA, dan
7 41°
331 10,77 - Lubang tanam
50
Dari hasil akhir penataan jenjang tersebut dapat digambarkan dimensi isi
terasering, contoh gambar dimensi isi terasering RL 364 dan RL 347 dapat dilihat
pada gambar 5.4.
Gambar 5.4
Contoh gambar dimensi isi terasering RL 364 dan RL 347
51
5.3.2 Rancangan Pembuatan dan Pengisian Lubang Tanam / Pot
Setelah penentuan sitem penataan lahan dipilih maka selanjutnya
dilaksanakan rancangan pembuatan lubang tanam/pot. Rancangan lubang
tanam/pot ini dibuat agar mempermudah pelaksanaan penataan lahan dengan total
lahan 3,2 Ha. Pembuatan lubang tanam/pot dilakukan dengan bantuan tenaga
manusia 5 orang pekerja. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang tanam
keseluruhan sebanyak 90.288 lubang ialah 39 hari dengan waktu kerja 8 jam per
hari. (Perhitungan waktu pembuatan lubang pada lampiran J).
5.4 Revegetasi
Tanaman yang menjadi pilihan pada teras dalam kegiatan reklamasi adalah
tanaman Jabon Merah. Dipilihnya tanaman jabon merah karena :
a. Adanya kesesuaian iklim yaitu iklim tropis, kesesuaian suhu yaitu 20-30o C,
dan kesesuaian ketinggian daerah yaitu 0-1000 mdpl.
b. Jabon merah mudah ditanam pada tanah yang kurang gembur
c. Cepat tumbuh
d. Teknik budidaya relatif mudah
e. Kebutuhan biaya relatif sedikit
f. Kebutuhan tenaga kerja sedikit
Tanaman yang menjadi pilihan pada lereng dalam kegiatan reklamasi adalah
tanaman Rumput gajah. Dipilihnya tanaman jabon merah karena :
a. Tanaman rumput-rumputan dapat tumbuh dengan cepat sehingga dalam waktu
pendek tanah telah dapat tertutupi oleh tanaman tersebut secara rapat dan tebal.
b. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0 – 3000 dpl).
c. Bagian atas dari tanaman (daun-daunan) mampu melindungi permukaan tanah
dari percikan air hujan dan memperlambat aliran permukaan.
d. Bagian bawah tanaman (perakaran) dapat memperkuat resistensi tanah dan
membantu melancarkan infiltrasi air kedalam tanah.
5.5 Pembuatan SPA
Pembuatan SPA ditentukan berdasarkan jumlah debit curah hujan rencana
yang dihasilkan oleh masing-masing DTH. DTH (daerah tangkapan hujan) yang
digunakan adalah DTH 15. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui jumlah debit
saluran untuk DTH 15.
52
Pembuatan saluran dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia.
Perhitungan dimensi saluran dan waktu yang diperlukan untuk membuat saluran
yang berada pada keseluruhan jenjang ialah 8 hari. Dimensi saluran terbuka
berbentuk trapesium dengan lebar penampang atas masing-masing jenjang 1,5 m,
lebar penampang bawah 1 m, kedalaman 1 m dengan kemiringan sisi 60o
(perhitungan Lampiran H).
(Kategori Sangat Berat). Setelah penataan lahan dilakukan, maka didapatkan nilai
tingkat bahaya erosi sebesar 44,92 ( Kategori Ringan) perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran G. Nilai tersebut didapatkan dengan catatan pada
kegiatan penataan lahan dilakukan pembuatan terasering dengan isi teras berupa
bidang penguat, saluran pembuangan air (SPA), dan lubang tanam yang nantinya
akan ditanami tanaman Jabon merah dan Rumput gajah. Perhitungan tingkat
bahaya erosi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan setelah
lahan tersebut digunakan, dan menjadi dasar penataan terhadap lahan.
Penurunan nilai tersebut dikarenakan air yang berperan besar dalam
penyebab terjadinya erosi telah berkurang, dengan adanya saluran pembuangan air
dan tanaman pada lereng dan jenjang timbunan. Air tidak langsung jatuh menuju
lantai jenjang. Air yang jatuh pada lereng akan ditahan dan diperlambat oleh
tanaman yang tumbuh di lereng, yang kemudian mengalir menuju saluran
pembuangan air. Sedangkan air yang jatuh pada lantai jenjang terkumpul dan
diserap oleh tanaman.
53
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan dari hasil kegiatan penataan lahan pada lahan bekas
penambangan Batu kapur PT. Semen Padang, Indarung, Sumatera Barat sebagai
berikut :
1. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) sebelum penataan lahan 2.018,47
54
6. Penurunan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dari 2.018,47 (Kategori
6.2 Saran
Saran dari hasil kegiatan penelitian ini, antara lain :
1. Perlu adanya pengelolaan dan penyimpanan tanah pucuk (top soil), agar pada
saat kegiatan reklamasi lebih mudah dilaksanakan.
2. Penelitian ini belum mengkaji tentang aspek ekonomi, untuk meneruskan
penelitian ini diharapkan ditambahkan mengenai aspek ekonomi agar lebih
lengkap.
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
2. Bafdal, Nurphilan, Kharistya Amaru, dan Edy Suryadi. 2011. Buku Ajar Teknik
Pengawetan Tanah dan Air. Bandung. Jurusan Teknik dan Manajemen Industri
Pertanian Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran
3. David K. Norman. 1997. Best Management Practices for Reclaiming Surface
Mines in Washington and Oregon.
4. R. Hariyanto, dan Sudaryanto. 2015. Praktek Tambang Terbuka. Yogyakarta:
UPN Veteran Yogyakrata.
5. Rudy S. Gautama. 1999. Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang. Institut
Teknologi Bandung.
6. Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta.
7. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI.
Yogyakarta.
8. Waterman Sulistyana B. 2016. Perencanaan Tambang 1. Yogyakarta: UPN
Veteran Yogyakarta.
9. Yanto Indonesianto. 2014. Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik
Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta.
10. ______, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta.
11. ______, 2009, Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.
12. ______, 2010, PP no 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang.
Jakarta.
13. ______, 2011, P.4/Menhut-II/2011 tentang pedoman reklamasi hutan. Jakarta.
14. ______, 2014, Permen ESDM no 7 tahun 2014 tentang pelaksanaan reklamasi
dan pasca tambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan
batubara. Jakarta.
56
LAMPIRAN A
SPESIFIKASI ALAT
Gambar A.1
Dimensi Cat 320D
58
Gambar A.2
Dimensi Cat 320D
59
LAMPIRAN B
DATA CURAH HUJAN TAHUN 2007-2016
Tabel B.1
Data Curah Hujan Harian Tahun 2007 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 10,6 0 47,7 2 15,5 3,2 0 0 0 0 0 2
2 75,6 0 0 0,3 0 1,4 0 1,4 0 64,9 0 0
3 49,1 0 0 14,8 0 0 0 0 42,3 0 39 0
4 100,3 0 10,1 7,8 7,7 7,2 0 0 26,8 0 0,5 0
5 0,5 0 5,6 6 3 2,7 0 0 0 0 2 0
6 1,8 0 0 0 0 32 0 0 0 0 27,1 0
7 0 0 0 0 0 8,5 28 0 39,2 1,3 6,6 33
8 1,9 0 0 0 8,2 5 0 16 84,3 127,6 8 0,3
9 0 0 0 63 0 0 14,8 12,8 21,5 1,9 9,5 20,4
10 0 0 0 6 0 4,8 0 0,2 0 12,6 37,2 4,9
11 54,8 0 0 16 0 91,6 0 0 0 0,3 9,9 56,4
12 71,5 0 0 0,5 0 0 0 0 5,9 0,2 0 36
13 0 11,5 60 5 0 0 0 0 0 2,7 0 2,9
14 2,7 10,4 30,5 11,8 38,5 1,4 0 58 0 12,3 6,4 120
15 5,4 17 21,8 0,9 19 34,8 0 0 9,3 1,4 0 44,3
16 0 17,8 12,5 4 0 15,7 0 1,7 0 26,4 0 1
17 0 0 10 0 0 84 0 0 4,9 2,2 0 0
18 40 0,5 0 34 7 15,2 24,4 0,5 0 88,2 0 8,2
19 0 111,8 19,3 67,6 0 13,7 75,8 13,5 0,7 9,2 0 0
20 0 4,5 90 0 0 29,5 0 29,6 1,2 14,4 7,6 0,6
21 60,5 0 11,1 0 4,4 0 17 3,8 0 27 48,8 0
22 48,1 0 0 36 0,5 0 1,4 6,2 45,6 43,5 0 0
23 230 0 0 5,7 0 35,3 59,1 0 0 49,2 0 0
24 0 0 0 101,1 0 0,5 2,2 3,6 0 8 1,8 24,4
25 0 92,3 5,2 4 1,7 0 1 0 0 0,8 0 97
26 16,2 21 24,4 1,2 10,3 0 0 18,7 2 0 0 100,7
27 0 1,8 0 0 6 0 68,8 0 15 0 17 0,5
28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
29 0 - 0 4,1 38,6 0 0 0,6 0 12,5 0,8 20
30 0 - 0 21,3 2,1 0 0 1,8 37,8 57 0 11,6
31 0 - 0,5 - 4,5 - 5,1 0,6 - 8,5 - 0
Jumlah Hari hujan 16 10 14 22 15 18 11 16 14 23 16 19
Hujan Tertinggi 230,00 111,80 90,00 101,10 38,60 91,60 75,80 58,00 84,30 127,60 48,80 120,00
Hujan Terendah 0,50 0,50 0,50 0,30 0,50 0,50 1,00 0,20 0,70 0,20 0,80 0,30
Jumlah Curah Hujan 769,00 288,60 348,70 413,10 167,00 386,50 297,60 169,00 336,50 572,10 223,20 584,20
Curah Hujan Rata-Rata 48,06 28,86 24,91 18,78 11,13 21,47 27,05 10,56 24,04 24,87 13,95 30,75
60
Tabel B.2
Data Curah Hujan Harian Tahun 2008 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 0 163 0,5 0 0 1,8 11 0 0,6 80,8 0 0
2 0 1,8 13 0 0 23 0 0 29,2 0 2,5 4,5
3 0 0 34,9 2 0 0 0 0 0,8 0 28,7 0,4
4 0 36,1 0 2,5 0 32,5 81 0 37 7,6 37,1 2,7
5 0 0 0 0 0 19,7 0 0 43,1 3,8 0 15,1
6 0 0 1,1 0 0 81,7 0 0 0 2 9 11
7 0 0 0 0 0 39 0 0 3,8 66 61,5 39,9
8 0 0 0 0,8 0 60,7 40,1 2,5 0 4 0,2 125,9
9 9,3 0 40 9,6 3,4 0 0 0 7,4 0,3 18,5 26,7
10 0 0 4,6 8,4 0 0 1,8 7,2 1 25,2 0 0
11 0 11,8 11,3 16 6 0 20,4 1 9,8 8,3 14,3 0
12 0 0 144,6 0,2 0 0 0 0 0 3,7 2 1,7
13 0 0 43 0 0 0 0,8 0 3,5 44,6 0 2,7
14 3,5 0 4,2 0 0 0 79 0 11,9 5,6 1 14,2
15 2 0 1,4 0 0 0 3 59,5 8 0 0 26,8
16 0 0 3,1 0 0 0 0,9 0 1,2 0,3 69,5 0,2
17 0 0 0 76,5 0 0,4 4 0 0 24,2 0 0
18 0 0 130 0 0 0 49,3 10,2 0 20,4 100 0
19 12,3 0 21,6 25,7 0 75,9 0 1,5 0 9,8 4,2 0
20 0 17 0 0,3 0 0 0 0 0 26,1 2,9 0
21 0 25,1 0 4,5 0 0 18,1 20 48 4,9 0 78,3
22 14,1 68 60 75,3 0 0 118,3 20,1 0 3,5 0 83,6
23 0 0 9,5 11,4 0,7 0 0 1 0 10,7 0 7,5
24 0 0 0 2 0,9 0 0 39,8 26 0 2,5 14,8
25 0 30 4,3 18,4 61 0 0,2 0,9 0 0 12,9 114,6
26 11,5 18,1 10,1 0 46,5 1,8 1,7 16,5 32 0 2,2 2,8
27 1,2 0 0 0 0 0,7 0 7,9 11,3 0 1,8 1,2
28 14,5 17,3 0 0 0 107,3 0 5,8 0 0 27 4,2
29 19,3 17,8 0 5 29,5 0 0 2,9 0 0 0 85
30 0 - 0 5,5 25,5 41 0 2,4 30,7 0 0 4,1
31 2,8 - 10,1 - 9,5 - 0 27,9 - - 0 0,7
Jumlah Hari hujan 10 11 19 17 9 13 15 17 18 20 19 24
Hujan Tertinggi 19,3 163 144,6 76,5 61 107,3 118,3 59,5 48 80,8 100 125,9
Hujan Terendah 2,8 1,8 0,5 0,2 0,7 0,4 0,2 0,9 0,6 0,3 0,2 0,2
Jumlah Curah Hujan 90,5 406 547,3 264,1 183 485,5 429,6 227,1 305,3 351,8 397,8 668,6
Curah Hujan Rata-Rata 9,05 36,91 28,81 15,54 20,33 37,35 28,64 13,36 16,96 17,59 20,94 27,86
61
Tabel B.3
Data Curah Hujan Harian Tahun 2009 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2,4 1 15 24,8 0 3,5 14,3 0 0 44 0 56
2 35,6 21,5 0 40,5 1 0,2 0 0 1 19,2 0 0
3 4,2 43,6 12,7 0 7,1 0,3 0 0 2,8 0 2,6 0
4 19,6 0,3 0 7,8 30,2 23,4 0 0 0 0 18,1 9,2
5 0 0 0,6 0 0,4 0 0 0 0,6 52,2 1 8,3
6 65,7 0 42,2 100,6 4,7 0 0 11,8 0 4,7 16,7 0,7
7 0 0 19 4,2 4,6 0 0,5 0 0 0 83,5 6,2
8 0 0 0 0 0 3,2 1,4 12,1 0 0 6,2 5,9
9 0 0 0 0,3 25,2 0 2,6 12,6 53 0 0,2 0,1
10 1,2 0 0 32,3 1,3 0 0,2 0 0 0 48,4 0
11 0 0 0 2,6 0 0 172,4 3,7 0 0 23,5 0
12 0 0 2 15,8 10,4 0 24,8 3,8 0 0 18,8 0
13 4,7 0 15,2 4,5 0 0 0 14,5 0 0 4,2 0
14 0 0,2 70 0 39 0 0 44 0 0 30,9 21
15 0 2,2 8,5 1,1 3,2 0 0 6,1 123,3 0,8 3 62,6
16 0 0 0 5,2 6,4 48,7 33,5 0 66,5 4,6 87,5 0
17 0 0 0 0 16 2,6 0 32 0,7 0 6 2,7
18 0 0 0 0 0 0 0 0 19,6 0 24,2 2,8
19 0 8,3 0 0,5 0 0 1,4 3,9 0 2,4 9 38,5
20 22 19,5 0 0 0 0 0 0 0 0 19,5 0
21 0 0 0 1,2 0 0 0 1 0 63 14 0
22 0 43,7 0,7 2,9 0 13 0 25,4 0 16,2 25 0
23 0 1,5 1,1 5 0 0 8,3 10,1 0 0 30,5 0,1
24 0,3 55,3 0 0 0 7,3 9,4 0 0 0 6,9 1,5
25 17,5 0 0 0 0 0 57 0 3,7 86 0 30,2
26 0 0 23,2 0 0 2,2 0,7 1,2 0 0 7,7 10,3
27 6,8 11,4 20,8 0 0 2,8 7,9 4,6 0 0 24,5 0,2
28 3 2 0 0 0 6,1 0 36,5 44,1 94,7 6,7 6,2
29 19,8 - 0 0 0 6,3 101,6 0 2,7 1 33,5 80,1
30 40 - 5 2,5 0 14,3 0,1 0 0 2,8 10 24
31 29 - 0 0 0 20,4 - 54,2 0
Jumlah Hari hujan 15 12 14 17 13 14 16 17 11 14 27 21
Hujan Tertinggi 65,70 55,30 70,00 100,60 39,00 48,70 172,40 44,00 123,30 94,70 87,50 80,10
Hujan Terendah 0,30 0,20 0,60 0,50 0,40 0,20 0,20 1,00 0,60 0,80 0,20 0,10
Jumlah Curah Hujan 271,80 210,50 236,00 251,80 149,50 133,90 436,10 243,70 318,00 445,80 562,10 366,60
Curah Hujan Rata-Rata 18,12 17,54 16,86 14,81 11,50 9,56 27,26 14,34 28,91 31,84 20,82 17,46
62
Tabel B.4
Data Curah Hujan Harian Tahun 2010 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 5,7 0 0 10,2 0 3 45,8 0 0 28,6 41,6 12
2 0 75,2 74,7 3,8 66,4 28,1 3,6 0 7,4 90 68,9 13,8
3 11,6 0 5,5 78,5 0 0 5,7 1,2 17 56,3 44,2 0
4 4,1 5,6 7 33,5 11,2 21 0 2 41,2 0 41,1 12,7
5 0 1 0 0 0 186,2 0 0 0,5 11,3 0 18,2
6 0 34,5 10 0,7 0 9,4 0 0 0 11,8 0 0
7 0 0 91,5 1,5 0 3 0 0 3 0 14,3 0
8 47,5 0 25,6 2,6 53,2 34,8 93,2 0 19 0 14 0
9 0 0 233,6 3,5 0 0 0 59,3 0 0 19,2 0
10 0 0 10 11 0 0 0,2 0 0 40,5 24,2 0
11 13,6 18,5 1,6 1,2 0 0 1 0 0 11,8 44,6 0
12 0,9 0 0 0 0 0 3 0 0 8,2 14 0
13 36 21,5 0 0 0 0 16,8 0 0 168,5 6 9,9
14 45,2 13,3 15,3 0 4 0 0,4 32 0 10,2 0 21,4
15 0 7 63,6 1,4 91,4 4,4 5,6 16,5 0 0 0 22
16 0 31,2 6,7 57,7 14,6 0 93 7 0,5 0 10,2 0
17 25,1 5 18,5 0 0 0 30,3 0,9 16 0 30,1 4
18 31 4,8 3,9 2,3 0 0 0 74,5 4,2 0 20,5 0
19 29,2 0 0 0 0 0 8 20,2 0,2 0 0 0
20 3,2 1,9 3 3,7 0 28,5 0 55,5 39 1,5 7,5 0
21 0 45 7,2 0 0 0 1 0 102,5 0 9 0
22 2,3 34 2,9 0 0 0 37,4 0 18 0 0 0
23 0 0 3,4 4,9 0 2,5 0 0 100 0 0,8 0
24 0 24,5 0 5 0 0,8 1,3 0 3 17,7 0 0
25 0 0 0 0 0 0 0 0 64,5 14 0 5,5
26 9 0 137,1 1,6 0 0 16 0,2 0 47,5 6,9 7,8
27 0 103,8 0,5 10,6 0 0 0 0 93,7 4,5 7,2 41,5
28 0 0 92,6 0 0 4,5 6 3 0 0 109 1,7
29 0 - 0 0 0 20 0 18,7 8 22,2 20,1 35,1
30 0,4 - 0,8 0 34,2 0 4 0 1,5 16 26,6 0,3
31 0 - 0 - 5,7 - 0 17,8 - 41,6 - 0
Jumlah Hari hujan 15 16 22 19 7 13 19 14 19 18 22 14
Hujan Tertinggi 47,50 103,80 233,60 78,50 91,40 186,20 93,20 74,50 102,50 168,50 109,00 41,50
Hujan Terendah 0,40 1,00 0,50 0,70 4,00 3,00 0,20 0,20 0,20 4,50 0,80 0,30
Jumlah Curah Hujan 264,80 426,80 815,00 233,70 280,70 346,20 372,30 308,80 539,20 602,20 580,00 205,90
Curah Hujan Rata-Rata 17,65 26,68 37,05 12,30 40,10 26,63 19,59 22,06 28,38 33,46 26,36 14,71
(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)
63
Tabel B.5
Data Curah Hujan Harian Tahun 2011 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 0 0 0 0,2 0 1,8 0 0 35,2 0 6,1 7,5
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 63,5 94,5
3 10 31,1 0 2,5 0 0,8 0 6,8 0 0 127,3 15,3
4 2,8 53,2 0 7,5 0 15,2 0 0 0 0 111,2 9,6
5 12,5 0 3,5 0 8,5 99,4 0 8 0 0 35,3 0
6 49 0 0 0 2 5 0 0 0 11 32,3 0
7 7 0 0 0 0,5 0 0 0 29,9 0 3,4 0
8 0 0 5,4 13 0 0 0 0 0 3 96 12
9 0 0 0 19 0 0 0 0 0 30,5 11,5 0
10 47,5 0 6 39 0 28,5 0 0 22,9 0 0 0
11 0 0 7,3 1 0 1,5 7,8 11,4 0 10,2 0 0
12 0 0 0 0 0 0 176,3 0 0 0 21,5 8,5
13 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 2,3 3,2
14 0 0 0 0 0 0 0 3 33,6 5,8 0 0
15 0 2 0 31,5 0 0 0 16 1 0 25 12
16 0 0 0 5 0 0 4,4 0 5 0 0 68,8
17 0 0 0 1,4 6 0 0 12,6 10 0 0 5,5
18 0 0 0 17,7 0 10 0 0 0,3 0 83 0,2
19 0 1,5 11 2,5 0 0 0 0,4 5,3 18 2 9,5
20 0 0 10,2 0 7,5 0 0 1 74 34,2 0 33,7
21 0 0,6 0 26,8 2 0 0 2,8 15,2 17,3 0 0
22 0 20,3 8 0 9 33,3 0 0 0 30,5 0 0
23 0 0 15,5 0 0 46 0 0 0 2 67 27,5
24 0 0 14,3 1,5 0 3 0 0 7 1 41 16,4
25 5,6 0 17 2 0 20,2 0 44 0 5,1 5,5 2,5
26 0 0 46 5,5 0 0 0 7,8 27,3 0,2 9,8 0
27 0 54,5 12,3 1,5 7 0 0 0 0 37,4 11,9 0
28 1,3 76,9 5 0 9,6 3,5 0 0 0 10,1 136 2,5
29 13,6 - 36 0 0 125 0 0 0 4,6 3,4 0
30 0 - 19 149,5 0 27 0 0 0 0 0 0
31 6,7 - 3 - 21 - 0 0 - 17,3 - 0
Jumlah Hari hujan 10 8 16 18 10 15 4 11 13 17 21 17
Hujan Tertinggi 49,00 76,90 46,00 149,50 21,00 125,00 176,30 44,00 74,00 37,40 136,00 94,50
Hujan Terendah 1,30 0,60 3,00 0,20 0,50 0,80 4,40 1,00 0,30 0,20 2.,3 0,20
Jumlah Curah Hujan 156,00 240,10 219,50 327,10 73,10 420,20 199,50 113,80 266,70 238,20 895,00 329,20
Curah Hujan Rata-Rata 15,60 30,01 13,72 18,17 7,31 28,01 49,88 10,35 20,52 14,01 42,62 19,36
64
Tabel B.6
Data Curah Hujan Harian Tahun 2012 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 0 0 0 43,5 0 0 0 0 0 0 46 54
2 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 3 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 20 0
4 0 0 0 0 0 0 0 53 0 0 52 0
5 0 0 60 0 0 0 0 2,5 91 1,5 53 4
6 0 0 16,5 0 0 0 0 0 0 0 47 0
7 0 0 19,5 0 0 0 0 52,5 29 0 6,5 0
8 0 0 165 0 0 0 0 0 0 0 25 37,5
9 0 0 2,5 36,5 0 0 0 0 0 0 30,5 0
10 0 0 4 0 0 0 0 0 12 1,5 26 36
11 0 0 22 0 0 0 0 0 0 0 18,5 48
12 0 0 0 61 0 0 0 0 16,5 0 10 82,5
13 0 0 0 18 0 0 0 0 108,5 0 0 0
14 0 0 0 2 0 0 0 11,5 0 0 0 0
15 0 0 0 0 0 0 0 33,5 0 133,5 40,5 0
16 0 0 0 6 0 0 0 34,5 13 10 0 0
17 0 0 0 9 0 0 0 15,5 0 28,5 16 0
18 0 0 0 8,5 0 0 0 6 0 5 30 0
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 18,5 0
20 0 0 14 6,5 0 0 0 3 55,5 6 0 0
21 0 0 0 4 0 0 0 0 87 43 0 0
22 0 99 0 0 0 0 0 24 21,5 23 0 0
23 0 36 0 0 0 0 0 22 0 66 0 0
24 0 13,1 0 54 0 0 0 34,5 45 0 81 0
25 0 12,5 0 0 0 0 0 3 29 0 0 0
26 0 14 0 1,5 0 0 0 0 0 0 0 0
27 0 0 0 20 0 0 0 26 0 0 33 0
28 0 65,5 0 0 0 0 0 15,5 0 0 0 0
29 0 89,5 4 0 0 0 0 7,5 0 0 0 0
30 0 - 23 0 0 0 0 0 0 50 35 0
31 0 - 53,5 - 0 0 0 36,5 - 23 - -
Jumlah Hari hujan 0 7 12 13 0 0 0 16 11 14 19 6
Hujan Tertinggi 0,00 99,00 165,00 61,00 0,00 0,00 0,00 53,00 108,50 133,50 81,00 82,50
Hujan Terendah 0,00 12,50 2,50 1,50 0,00 0,00 0,00 2,50 12,00 1,50 3,00 4,00
Jumlah Curah Hujan 0,00 329,60 397,00 283,50 0,00 0,00 0,00 397,00 519,00 419,00 610,50 268,00
Curah Hujan Rata-Rata 0,00 47,09 33,08 21,81 0,00 0,00 0,00 24,81 47,18 29,93 32,13 44,67
65
Tabel B.7
Data Curah Hujan Harian Tahun 2013 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 32 0 0 0 21 0 5 34 0 0 9 2
2 6 0 0 69 0 0 0 38 5 0 44 2
3 0 0 0 66 0 0 0 0 0 0 9 130
4 0 12 0 27 0 39 0 0 0 0 47 131,5
5 0 27 0 29 0 0 68 54 29 0 57 1
6 0 48,9 0 79 46 0 0 0 3 0 7 0
7 11 0 0 57 24 0 0 0 17 0 18 24
8 8,5 0 0 32 20 0 0 147 0 0 86 15
9 19 0 0 5,5 0 0 59 38 0 0 3 2,5
10 14,5 0 23 0 8 14 0 0 33 4 2 8
11 0 0 0 0 0 92 0 34 18 9 7 14
12 0 38 97 0 0 27,5 48 0 0 9 23 0
13 37 36 0 0 0 0 62 0 0 0 3,5 21
14 0 57 0 0 0 0 5 0 44 0 21 0
15 0 0 61 0 0 0 11 0 0 6 43 0
16 0 0 0 26 0 0 0 0 11 0 24 2
17 0 44 0 89 0 0 0 0 0 24 107 2
18 0 43 28 28 0 0 72 0 0 2 1 0
19 0 52 0 0 0 0 0 19 0 6 1 0,9
20 0 31 9 0 0 60 0 38 0 15 20 3
21 12 41 0 0 0 0 0 0 0 13 1 0
22 0 0 0 0 79 0 0 0 0 2 3 0
23 0 0 41 6 0 0 0 13 0 0 0 0
24 0 0 26 0 0 0 0 0 0 0 3 0
25 40,5 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 21 0 24 71 6 0 0 0 0 15 14 0
27 18,5 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0
28 0 0 73 0 0 0 0 0 0 69 0 0
29 0 - 24 0 0 35 14 84 37 3 2 109
30 54 - 0 0 0 3 26 0 0 6 28 106
31 0 - 9 - 0 - 38 - 0 72 - 0
Jumlah Hari hujan 12 11 12 13 7 7 11 11 9 16 26 17
Hujan Tertinggi 54,00 57,00 97,00 89,00 79,00 92,00 72,00 147,00 44,00 72,00 107,00 131,50
Hujan Terendah 6,00 12,00 6,00 5,50 6,00 3,00 5,00 13,00 3,00 2,00 1,00 0,90
Jumlah Curah Hujan 274,00 429,90 421,00 584,50 204,00 270,50 408,00 499,00 197,00 258,00 583,50 590,90
Curah Hujan Rata-Rata 5,07 7,54 4,34 6,57 2,58 2,94 5,67 3,39 4,48 3,58 5,45 4,49
66
Tabel B.8
Data Curah Hujan Harian Tahun 2014 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 0 0 0 33 0 9 0 2,5 4 0 9 1
2 0 0 0 7 0 28 0 2 9 4 67 31
3 15,5 0 12 4 0 0 1 5 20 28 97 33
4 60 0 17 24 1 18 17 0 0 78 0 0
5 15 0 56 0 2,5 92 31 18 12 3 12 0
6 0 0 37 28 1 2 2 1 18 0 9 0
7 89 34 0 0 14 6 27 4 0 0 4 0
8 24 0 0 3 63 2 32 0 0 0 98 0
9 0 0 0 0 57 3 31 0 0 0 32 7
10 3,5 0 0 0 2 1 1 0 0 18 7 1
11 0 0 0 0 4 0 1,5 45 0 1 6 2
12 14 0 0 20 6 0 62 32 1,5 0 30 3
13 59 0 0 3 30 59 36 46 0 0 7 1
14 0 0 0 0 47 17 1 32 7 0 49 48
15 13 32 0 11 1 16 0 0 3 86 7 4
16 28 0 0 5 1,5 0 0 3 0 30 1,5 2
17 3 0 0 2 1 0 0 17 0 0 3,5 4
18 0 0 17 2,5 9,5 15 16 1 0 28 19,5 0
19 0 0 14 14 12 17 2 5 0 23 21 24
20 0 0 4,5 8 5 1 0 1 6 19 18 1
21 0 0 0 13 10 0 0 11 7 4 22 2
22 12 33 4 1,5 19 0 0 1,5 0 11 1 59
23 0 17 5 0 0 9 0 0 0 0 57 53
24 0 0 0 49 0 7 0 2 6 6 93 4
25 4 0 0 6 0 1 0 30 17 33 7 14
26 0 0 0 54 53 - 0 72 2,5 4 71 69
27 4 0 0 5 102 48 0 22 5 8 114 14
28 2 0 0 12 3 13 0 1 30 41 0 2
29 6 - 0 1 4 0 0 1 0 0 83 2
30 0 - 8 0 5 0 0 0 0 11 3 0
31 0 - 13 - 2 - 10,5 1,5 - 59 - 4
Jumlah Hari hujan 16 4 11 22 25 20 15 24 15 20 28 24
Hujan Tertinggi 89,00 34,00 56,00 54,00 102,00 92,00 62,00 72,00 30,00 86,00 114,00 69,00
Hujan Terendah 2,00 17,00 4,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,50 1,00 1,00 1,00
Jumlah Curah Hujan 352,00 116,00 187,50 328,00 480,50 384,00 286,00 380,50 163,00 515,00 976,50 385,00
Curah Hujan Rata-Rata 22,00 29,00 17,05 14,91 19,22 19,20 19,07 15,85 10,87 25,75 34,88 16,04
(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)
67
Tabel B.9
Data Curah Hujan Harian Tahun 2015 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 0 4 12 24 0 2 0 0 0 0 0 72
2 0 0 25 9 29 0 0 26,0 0 1 0 36
3 0 0 0 0 13 26,5 0 106,0 0 0 25 0
4 0 0 0 0 0 43 0 4,0 0 2 92 26
5 2 0 0 8 0 1,5 0 0 1 7 0 19
6 2 17 0 7 0 3 0 6,0 2 12 9 1
7 0 3 0 0 0 2 0 7,0 0 0 0 0
8 13 1 0 6 18 4 0 4,0 0 0 28 3
9 54 0 0 16 0 27 0 5,0 2 14 32 0
10 3 0 0 2 0 7 6,00 3,0 9 9 0 69
11 4 0 22 0 0 10 0 6,0 10 0 14 63
12 0 0 24 27 4 33 1,00 48,0 0 0 167 28
13 0 0 1 23 1 1 20,00 0 0 0 13 57
14 45 0 1 4 5 0 39,00 3,0 0 1 2 29
15 2 0 48 22 113 1 0 0 5 0 27 53
16 0 0 54 2 1 8 0 4,0 0 0 14 13
17 0 34 2 5 21 0 3,00 26,0 0 0 25 0
18 42 7 1 33 32 0 5,00 0 0 0 0 0
19 0 69 0 1 2 0 16,00 0 0 5 0 0
20 0 0 87 38 4 0 56,00 0 0 0 0 0
21 4 0 0 1 0 0 14,00 2,0 0 0 35 0
22 0 0 0 1 3 0 0 4,0 1 0 53 0
23 0 0 29 13 0 0 0 0 22 0 52 0
24 34 0 0 46 0 0 0 0 0 0 7 0
25 28 0 2 1 4 0 0 1,0 0 0 17 0
26 1 2 1 0 108 0 13,00 1,0 3 0 82 0
27 8 7 0 93 1 0 4,00 0 0 0 0 19
28 1,5 4 0 1 0 0 0 0 23 0 0 1
29 0 - 0 0 10 0 1,00 0 9 0 20 0
30 3 - 0 0 0 0 0 2,0 3 2 17 1
31 7 - 4 - 0 - 0,50 5,0 - 24 - 0
Jumlah Hari hujan 17 10 15 23 17 14 13 19 12 10 20 16
Hujan Tertinggi 54,00 69,00 87,00 93,00 113,00 43,00 56,00 106,00 23,00 24,00 167,00 72,00
Hujan Terendah 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 7,00 1,00
Jumlah Curah Hujan 253,50 148,00 313,00 383,00 369,00 169,00 178,50 263,00 90,00 77,00 731,00 490,00
Curah Hujan Rata-Rata 14,91 14,80 20,87 16,65 21,71 12,07 13,73 13,84 7,50 7,70 36,55 30,63
(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)
68
Tabel B.10
Data Curah Hujan Harian Tahun 2016 (mm)
Tanggal Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 0 51 3 14 0 0 0 18 0 0 0 11
2 0 13 0 0 52 12 0 73 0 4 0 0
3 0 0 0 8 32 48 0 1 0 28 0 0
4 47 0 0 0 1 0 0 0 0 78 0 81
5 0 10 28 10 4 7 0 0 0 3 0 0
6 8 37 1 60 3 0 0 0 0 0 0 0
7 0 47 35 46 0 0 0 0 0 0 28 0
8 0 27 3 2 12 46 0 0 0 0 0 40,1
9 0 1 1 17 47 0 0 0 0 0 14,8 0
10 0 8 68 0 21 0 0 64 0 18 0 1,8
11 0 0 3 12 0 0 0 15 0 1 0 20,4
12 0 0 59 114 4 19 18 0 0 0 0 0
13 15 0 23 1 8 52 0 7 0 0 0 0,8
14 0 0 5 0 16 54 85 30 0 0 0 79
15 16 0 14 0 6 0 111 3 0 86 0 3
16 6 0 9 0 28 2 42 0 0 30 0 0,9
17 0 0 4 35 0 247 5 0 0 0 0 4
18 8 0 23 8 0 57 17 0 0 28 24,4 49,3
19 34 0 2 0 0 0 33 0 0 23 75,8 0
20 54 0 10 0 0 1 44 0 0 19 0 0
21 0 0 4 0 0 0 0 18 0 4 17 18,1
22 0 0 171 9 80 57 45 2 0 11 1,4 118,3
23 0 2 21 5 0 64 8 28 0 0 59,1 0
24 0 18 0 0 86 0 32 171 0 6 2,2 0
25 0 2 31 28 3 20 18 103 0 33 1 0,2
26 0 0 2 8 58 18 0 30 0 4 0 1,7
27 0 0 3 0 0 0 0 0 0 8 68,8 0
28 12 0 27 0 49 0 0 0 0 41 0 0
29 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
30 0 21 7 13 0 0 7 0 11 0 0
31 10 - 0 - 0 - 0 12 59 0
Jumlah Hari hujan 10 11 25 17 20 15 12 16 0 20 10 15
Hujan Tertinggi 54,00 51,00 171,00 114,00 86,00 247,00 111,00 171,00 0,00 86,00 75,80 118,30
Hujan Terendah 8,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 5,00 1,00 0,00 1,00 1,00 0,20
Jumlah Curah Hujan 210,00 216,00 571,00 384,00 525,00 704,00 458,00 582,00 0,00 495,00 292,50 429,60
Curah Hujan Rata-Rata 21,00 19,64 22,84 22,59 26,25 46,93 38,17 36,38 0,00 24,75 29,25 28,64
(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)
69
1. Curah Hujan
a. Data Curah Hujan
Tabel B.11
Data Curah Hujan Tahun 2007 – 2016 (mm)
2. Hari Hujan
a. Data Hari Hujan
Tabel B.12
Data Hari Hujan Tahun 2007 – 2016 (hari)
Hari Hujan Bulanan (hari) Total Hari Hujan
Tahun
januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober november desember Tahunan
2007 16 10 14 22 15 18 11 16 14 23 16 19 194
2008 10 11 19 17 9 13 15 17 18 20 19 24 192
2009 15 12 14 17 13 14 16 17 11 14 27 21 191
2010 15 16 22 19 7 13 19 14 19 18 22 14 198
2011 10 8 16 18 10 15 4 11 13 17 21 17 160
2012 0 7 12 13 0 0 0 16 11 14 19 6 98
2013 12 11 12 13 7 7 11 11 9 16 26 17 152
2014 16 4 11 22 25 20 15 24 15 20 28 24 224
2015 17 10 15 23 17 14 13 19 12 10 20 16 186
2016 10 11 25 17 20 15 12 16 0 20 10 15 171
Jumlah 121 100 160 181 123 129 116 161 122 172 208 173 1766
Rata-Rata 12 10 16 18 12 13 12 16 12 17 21 17
70
LAMPIRAN G
PERHITUNGAN TINGKAT BAHAYA EROSI
Diketahui :
Jumlah curah hujan bulanan rata-rata yaitu 34,9 cm
Jumlah hari hujan bulanan rata-rata yaitu 15 hari
Curah hujan harian rata-rata maksimal yaitu 10,3 cm
Sehingga :
75
Berdasarkan tabel indeks pengelolaan tanaman (C) didapatkan nilai 1,0 yaitu
tanah kosong tidak diolah.
Berdasarkan tabel indeks konservasi tanah didapatkan nilai P senilai 0,35 yaitu
teras bangku dengan konstruksi kurang baik.
Sehingga diketahui :
R =
K = 0,43
LS = 30,5
C =1
P = 0,35
Perhitungan dengan menggunakan rumus USLE :
A = R x K x LS x C x P
Diketahui :
Jumlah curah hujan bulanan rata-rata yaitu 34,9 cm
Jumlah hari hujan bulanan rata-rata yaitu 15 hari
Curah hujan harian rata-rata maksimal yaitu 10,3 cm
Sehingga :
76
Diketahui panjang lereng yang di tinggalkan pada akhir penambangan yaitu
114 m dan tinggi 80 m, dengan S 61,5%. Sehingga dari nomograf dibawah ini
didapatkan nilai LS 29,7.
A = R x K x LS x C x P
77
LAMPIRAN H
PERHITUNGAN DIMENSI SPA DAN WAKTU
PEMBUATAN SPA
Xt = X + k . S (mm/hari)
k = (Yt – Yn) / Sn
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana (mm/hari) k = Reduced variate factor
X = Curah hujan rata – rata (mm/hari) Yt = Reduced variate
Yn = Reduced mean S = Standart deviation
Sn = Reduced standart deviation
L
Pt 1
78
Keterangan :
Tabel H.1
Resiko Hidrologi Pada Periode Ulang Berbeda
Periode
Resiko
Ulang
Hidrogeolgi
Hujan (Tr)
(Pr) %
Tahun
1 100
2 99,902
3 98,266
4 94,369
5 89,263
6 83,849
7 78,594
8 73,692
9 69,205
10 65,132
Tabel H.2
Perhitungan Curah Hujan Rencana
79
1. Perhitungan Curah Hujan Harian Rata-rata
X = = 181,53 mm/hari
Keterangan :
n = jumlah sample
m = urutan sample (1,2,3,…)
(
Yn =
= 0,58
( X)
√
= 42,2
80
5. Perhitungan Reduced Standart Deviation (Sn)
Nilai dari Reduced Standart Deviation dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
√ ( Yn )
Yt = -log[-log{
Keterangan :
T = Periode ulang (tahun)
81
Maka nilai K adalah :
=1
8. Perhitungan Curah Hujan Harian Rencana
Untuk mengetahui besarnya curah hujan harian rencana dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
Xt = X + k . SD
Maka nilai curah hujan harian rencana (Xt) adalah :
Curah Hujan Rencana = 181,53 + (1 x 42,2) = 223,73 mm/hari.
D. Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva
durasi yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan air limpasan di
daerah penelitian. Penentuan intensitas curah huajan dapat dilakukan dengan
beberapa metode, salah satunya dengan persamaan Monnonobe, yaitu:
Harga adalah besarnya curah hujan maksimum (curah hujan rencana) pada
periode ulang hujan 3 tahun yang telah ditentukan yaitu sebesar 198.83 mm/hari.
Nilai t adalah data durasi hujan rata-rata dalam satu bulan di daerah penelitian
yaitu sebesar 1 jam. Maka perhitungan intensitas curah hujan dalam satuan jam
yaitu :
( = 77,56 mm/jam
Tabel H.3
Kategori Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan
82
Berdasarkan hasil perhitungan intensitas curah hujan diatas, daerah
penambangan PT. Semen Padang termasuk dalam kategori hujan sangat lebat
dengan intensitas curah hujan sebesar 77,56 mm/jam.
Tabel H.4
Koefisien Limpasan C
Dimana :
Q = Debit (m3/detik)
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien
A = Luas penampang basah (m2)
83
n = Koefisien kekerasan Manning. Yang menunjukkan kekerasan dinding
saluran
Gambar H.1
Dimensi Saluran Pembuangan Air
C I A Q
Jenjang RL
(m²/detik) (mm/jam) (Km²) (m³/detik)
84
Lanjutan Tabel H.2
C I A Q
Jenjang RL
(m²/detik) (mm/jam) (Km²) (m³/detik)
3 364 0,278 0,6 77,56 0,0158 0,2044
4 347 0,278 0,6 77,56 0,0218 0,2820
5 342 0,278 0,6 77,56 0,0255 0,3299
6 338 0,278 0,6 77,56 0,0297 0,3842
7 331 0,278 0,6 77,56 0,0321 0,4153
2. Ukuran Saluran
Perhitungan dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan rumus
Manning sebagai berikut:
Q =
Z = = 0,58
b = (
= (
=
R =
=
A =(
=(
=
B = (
P = (
= (
=
85
Keterangan :
b = lebar dasar saluran
R = jari-jari hidrolis
A = luas penampang basah saluran
B = lebar permukaan saluran
P = keliling basah saluran
d = kedalaman penampang aliran
Tabel H.6
Koefisien Kekasaran Dinding Saluran (Manning)
Tipe Dinding Saluran n
Besi tulang 0.014
Kaca 0.01
Saluran beton 0.013
Besi dilapisi mortar 0.015
Pasangan batu disemen 0.025
Saluran tanah bersih 0.022
Saluran tanah 0.03
Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput 0.04
Saluran pada galian batu padas 0.04
(Sumber: Rudy Sayoga Gautama, 1999)
86
Lanjutan Tabel H.7
A Q A
Jenjang RL d (m) b (m) B(m)
(Km²) (m³/detik) (m)
2 381 0,0108 0,1397 0,382 0,440 0,883 0,253
3 364 0,0158 0,2044 0,441 0,508 1,019 0,336
4 347 0,0218 0,2820 0,497 0,573 1,149 0,428
5 342 0,0255 0,3299 0,527 0,607 1,219 0,481
6 338 0,0297 0,3842 0,558 0,643 1,291 0,539
7 331 0,0321 0,4153 0,575 0,662 1,329 0,572
Salah satu contoh perhitungan Saluran Pembuangan Air di dasar area timbunan
Parak Kopi adalah sebagai berikut :
= 0,528
d = 0,575 m
b =
=
R =
=
A =
=
B = (
=
87
P =
= 3,464 x 0,787
= 2,72 m
= {( (
= {( (
=( ) m3
= 2.548,75 m3
m3
88
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan saluran air dan tanggul pada
dasar kuari adalah:
=
(
= 7,49 hari
8 hari
89
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN TANAH PUCUK
= 43,827 = 44 pot
Jumlah baris = 1 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 44 pot x 1 = 44 pot
Teras 2
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 242 m x 6,96 m = 1684,32 m2
= 43.27 = 44 pot
Jumlah baris = 1 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 44 pot x 1 = 44 pot
Teras 3
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 251 m x 6 m = 1506 m2
90
=
= 44,9 = 45 pot
Jumlah baris = 1 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 45 pot x 1 = 45 pot
Teras 4
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 251 m x 10 m = 2510 m2
= 44,9 = 45 pot
Jumlah baris = 1 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 45 pot x 1 = 45 pot
Teras 5
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 306 m x 10 m = 3060 m2
= 54,9 = 55 pot
Jumlah baris = 1 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 55 pot x 1 = 55 pot
Teras 6
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 306 m x 10 m = 3060 m2
91
=
= 54,9 = 55 pot
Jumlah baris = 1 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 55 pot x 1 = 55 pot
= 402,5 pot
Jumlah baris = 3 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 403 pot x 35= 1.209 pot
Teras 2
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 242 m x 24,1 m = 5832,2 m2
= 402,5 pot
92
Jumlah baris = 3 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 403 pot x 3 = 1.209 pot
Teras 3
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 251 m x 21,78 m = 5466,78 m2
Teras 4
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 251 m x 24,49 m = 5466,78 m2
Teras 5
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 306 m x 6 m = 1836 m2
= 509 pot
93
Jumlah baris = 3 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 509 pot x 3 = 1.527 pot
Teras 6
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 306 m x 6 m = 1836 m2
= 509 pot
Jumlah baris = 3 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 509 pot x 3 = 1.527 pot
= 402,5 pot
Jumlah baris = 35 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 403 pot x 35= 14.088 pot
94
Lereng 2
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 242 m x 24,1 m = 5832,2 m2
= 402,5 pot
Jumlah baris = 40 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 403 pot x 40 = 16.120 pot
Lereng 3
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 251 m x 21,78 m = 5466,78 m2
Lereng 4
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 251 m x 24,49 m = 5466,78 m2
95
Lereng 5
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 306 m x 6 m = 1836 m2
= 509 pot
Jumlah baris = 10 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 509 pot x 10 = 5090 pot
Lereng 6
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 306 m x 6 m = 1836 m2
= 509 pot
Jumlah baris = 10 baris
Jumlah Pot = Jumlah pot tiap baris x jumlah baris
= 509 pot x 10 = 5090 pot
Lereng 7
Luas Lahan Reklamasi = Panjang lahan x Lebar Lahan
= 329 m x 10,77 m = 3543,33m2
96
= 548 pot x 18 = 9864 pot
97
LAMPIRAN J
PERHITUNGAN WAKTU PEMBUATAN LUBANG TANAM
DAN PENGISIAN LUBANG TANAM
98
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengisi lubang adalah :
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat dan mengisi lubang pot jabon merah
adalah :
= 3,84 jam + 2,88 jam = 6,72 jam = 1 hari kerja.
99
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang adalah :
==
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat dan mengisi lubang pot Rumput
gajah adalah :
= 18,75 hari + 18,75 hari = 38 hari.
Total waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang dan mengisi lubang pada
tanaman Jabon merah dan Rumput gajah adalah
Waktu keseluruhan = Total waktu Jabon merah + total waktu rumput gajah
= 1 hari + 38 hari
= 39 hari
100
LAMPIRAN K
PERHITUNGAN WAKTU PELAKSANAAN
PENATAAN LAHAN
Alat yang digunakan untuk penataan lahan adalah Excavator Cat 320D,
dengan spesifikasi sebagai berikut :
= 82,89 Lcm/jam
Produksi excavator/hari = Lcm/jam 8 jam kerja/hari
= 82,89 Lcm/jam 8 jam kerja/hari
= 663,12 Lcm/hari
101
Perhitungan volume yang akan dikerjakan excavator
Percent Swell =
25% =
25% =
= 39.485 Lcm
= 59,54 hari
60 hari
102