Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun Oleh :
KHOIRUL ULFA
SN201154

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
HALUSINASI

A. MASALAH UTAM
Halusinasi
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa
stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera
tersebut (Izzudin, 2005).
2. Tandagejala
a Subjektif
1) Pasien mengatakan mendengar suara/ kegaduhan
2) Pasien mengatakan mendengar suara yang mendorong
melakukan hal yang berbahaya
3) Pasien mengatakan melihat bayangan, sinar, hantu dan lain-lain
4) Pasienmengatakanmenciumbau-bauansepertibaudarah,
urindanlain-lain
b Objektif
1) Berbicara dan tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Menutup telinga dan hidung
4) Sering meludah dan muntah
3. Penyebab Terjadinya Masalah
a Faktor Prediposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi
adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai
dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang
berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan
otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi
pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin
neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah
pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks
bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-
mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau
keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi,
perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
4. Akibat Yang Ditimbulkan
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat
beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko
mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/
membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
C. POHON MASALAH

(Nita, 2009)
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1 Masalah keperawatan
a Perubahan sensori perseptual : halusinasi
b Isolasi social menarikdiri
2 data yang perlu dikaji
a Perubahan sensori perseptual : halusinasi
1)Data subjektif
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata, klien mengatakan mencium bau dan
mendengar suara tanpa stimulus nyata
2)Data objektif
Klien berbicara dan tertawa sendiri, klien bersifat seperti
mendengar/ melihat sesuatu, klien berhenti bicara ditengah
kalimat untuk mendengarkan sesuatu
b Isolasi social menarik diri
1) Data subjektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, klien menolak
komunikasi kadang hanya dijawab (ya/tidak)
2) Data objektif
Apatis, ekspresi sedih, menyendiri, menghindari orang lain,
kontak mata kurang dan menolak hubungan dengan orang lain
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien
dengan halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:
1. Resiko Perilakukekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.

F. RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWA
TAN
Resikoperilak TUM: Selama perawatan diruangan, pasien tidak TindakanPsikoterapi
ukekerasan memperlihatkan perilaku kekerasan, dengan criteria Pasien
hasil (TUK): 1 BHSP
1. Dapat membina hubungan saling percaya 2 Ajarakan SP I:
2. Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan  Diskusikan penyebab, tanda dan
gejala, bentuk dan akibat PK yang sering gejala, bentuk dan akibat PK yang
dilakukan dilakukan pasien serta akibat PK
3. Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK  Latih pasien mencegah PK dengan
dengan cara : cara: fisik (tarik nafas dalam &
Fisik memeukul bantal)
Social dan verbal  Masukkan dalam jadwal harian
Spiritual 3 Ajarkan SP II:
Minum obat teratur  Diskusikan jadwal harian
4. Dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan  Latih pasien mengntrol PK dengan
cara mencegah PK yang sesuai cara sosial
5. Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif  Latih pasien cara menolak dan
dan sesuai meminta yang asertif
6. Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk  Masukkan dalam jadwal kegiatan
mengontrl PK harian
7. Memasukan cara yang sudah dipilih dalam 4 Ajarkan SP III:
kegitan harian  Diskusikan jadwal harian
8. Mendapat dukungan dari keluarga untuk  Latih cara spiritual untuk mencegah
mengontrol PK PK
9. Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan  Masukkan dalam jadawal kegiatan
harian
5 Ajarkan SP IV
 Diskusikan jadwal harian
 Diskusikan tentang manfaat obat
dan kerugian jika tidak minum obat
secara teratur
 Masukkan dalam jadwal kegiatan
harian
6 Bantu pasien mempraktekan cara yang
telah diajarkan
7 Anjurkan pasien untuk memilih cara
mengontrol PK yang sesuai
8 Masukkan cara mengontrol PK yang
telah dipilih dalam kegiatan harian
9 Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan
pasien dirumah sakit
Keluarga
1 Diskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien PK
2 Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK
yang dialami pasien serta proses
terjadinya
3 Jelaskan dan latih cara-cara merawat
pasien PK
4 Latih keluarga melakukan cara merawat
pasien PK secara langsung
5 Discharge planning : jadwal aktivitas
dan minum obat
Tindakanpsikofarmako
1 Berikan obat-obatan sesuai program
pasien
2 Memantau kefektifan dan efek samping
obat yang diminum
3 Mengukur vital sign secara periodic
Tindakan manipulasilingkungan
1 Singkirkan semua benda yang
berbahaya dari pasien
2 Temani pasien selama dalam kondisi
kegelisahan dan ketegangan mulai
meningkat
3 Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik
dengan melakukan pengikatan/restrain
atau masukkan ruang isolasi bila perlu
4 Libatkan pasien dalam TAK konservasi
energi, stimulasi persepsi dan realita

Gangguanpers Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x Tindakan Psikoterapeutik


epsisensori: 24 jam klien mampu mengontrol halusinasi dengan 1 Klien
halusinasi kriteria hasil:  Bina hubungan saling percaya
1 Klien dapat membina hubungan saling percaya  Adakan kontak sering dan singkat
2 Klien dapat mengenal halusinasinya; jenis, isi, secara bertahap
waktu, danfrekuensihalusinasi,  Observasi tingkah laku klien terkait
responterhadaphalusinasi, dantindakan yang halusinasinya
sudahdilakukan  Tanyakan keluhan yang dirasakan
3 Kliendapatmenyebutkandanmempraktekancara klien
mengntrolhalusinasiyaitudenganmenghardik,  Jika klien tidak sedang
bercakap-cakapdengan orang lain, terlibat/ berhalusinasi klarifikasi tentang
melakukankegiatan, danminumobat adanya pengalaman halusinasi,
4 Klien dapat dukungan keluarga dalam diskusikan dengan klien tentang
mengontrol halusinasinya halusinasinya meliputi :
5 Klien dapat minumobatdenganbantuan minimal SP I
6 Mengungkapkanhalusinasisudahhilangatauterko  Identifikasi  jenis halusinasi Klien
ntrol  Identifikasi isi halusinasi Klien
 Identifikasi waktu halusinasi Klien
 Identifikasi frekuensi halusinasi
Klien
 Identifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
 Identifikasi  respons Klien terhadap
halusinasi
 Ajarkan Klien menghardik
halusinasi
 Anjurkan Klien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
SP II
 Evaluasi jadwal kegiatan harian
Klien
 Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
 Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP III
 Evaluasi jadwal kegiatan harian
Klien
 Latih Klien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan Klien di rumah)
 Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
 Evaluasijadwal kegiatan harian
Klien
 Berikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur
 Anjurkan Klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
 Beri pujian jika klien menggunakan
obat dengan benar.
 MenganjurkanKlienmendemonstras
ikancara control yang
sudahdiajarkan
 MenganjurkanKlienmemilihsalahsa
tucara control halusinasi yang
sesuai
2 Keluarga
 Diskusikan masalah yang dirasakn
keluarga dalam merawat Klien
 Jelaskan pengertian tanda dan
gejala, dan jenis halusinasi yang
dialami Klien serta proses
terjadinya
 Jelaskan dan latih cara-cara
merawat Klien halusinasi
 Latih keluarga melakukan cara
merawat Klien halusinasi secara
langsung
 Discharge planning : jadwal
aktivitas dan minum obat

TindakanPsikofarmako
 Berikan obat-obatan sesuai program
Klien
 Memantau kefektifan dan efek samping
obat yang diminum
 Mengukur vital sign secara periodic

Tindakan Manipulasi Lingkungan


 Libatkan Klien dalam kegiatan di
ruangan
 Libatkan Klien dalam TAK halusinasi

DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana. 2008. Proses  Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta :
EGC
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
Nita Fitria.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta : Salemba Medika
Rasmun. 2011. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan
Keluarga. Konsep Teori Asuhan Keperawatan Analisa Proses Interaksi
(API). Jakrta : Fajar Interoratama
Stuart dan Sundeen . 2009 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

A. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum. Selamat pagi.”

”Saya Siti, perawat di sini,Siapa nama Bapak? Senang di panggil


siapa?”

b. Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa keluhan Bapak hari
ini?”

c. Kontrak Waktu
”Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama
ini Bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Dimana kita duduk?
Berapa lama? Bagaimana jika 15 menit?”

2. KERJA
”Apakah Bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang
dikatakan suara itu?Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-
waktu? Kapan yang paling sering Bapak dengar suara? Berapa kali
sehari Bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
waktu sendiri?”

”Apa yang Bapak rasakan saat mendengar suara itu? Apa yang Bapak
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?”

“Bapak, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,


dengan menghardik suara itu. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Keempat,
minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan


menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul,
langsung Bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, ... saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba Bapak peragakan! Nah begitu, ... bagus! Coba
lagi! Ya bagus Bapak sudah bisa.”

3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak setelah peragaan latihan tadi? Kalau
suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut.”

b. Evaluasi Obyektif
”Ya Bapak sudah bisa memperagakan latihan tadi.”

c. Rencana Tindak Lanjut


”Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa
saja latihannya?”

d. Kontrak
- Topik
”Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara kedua?”

- Waktu
”Besok pagi jam9 saya akan datang kesini. Bagaimana, Bapak
bersedia?”

- Tempat
”Besok saya akan ke ruangan ini lagi. Sampai jumpa ya.”

Anda mungkin juga menyukai