Disusun oleh :
Khoirul Ulfa
SN201154
1. Biologis: penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau jaringan tubuh.
3. Fisiologi
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas
ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera
jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri :
tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
a) Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe
serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta,
dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non
noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor.
Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam
proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon
terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
b) Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu
dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak.
Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal
elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis
dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal.
c) Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related
neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula
spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor
opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis.
Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks
frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan
medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses
inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok)
sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
d) Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi
merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek
psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ
tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari
syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2011).
4. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut :
4.1 Nyeri berdasarkan tempatnya
Menurut Irman (2010) dalam Handayani (2015) dibagi menjadi :
a) Pheriperal pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk
nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk
menimbulkan nyeri dikulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu,
kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering
dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar.
b) Deep pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
(nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri somatis mengacu pada
nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligament, tulang, sendi dan arteri.
Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi
sering tidal jelas.
c) Reffered pain
Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/ struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda
bukan dari daerah asalnya misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang
berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung.
d) Central pain
Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf pusat seperti spinal cord, batang otak, thalamus, dan
lain-lain.
4.2 Nyeri berdasarkan sifatnya
Meliala (2011) dalam Handayani (2015) menyebutkan bahwa nyeri
ini digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a) Incidental pain
Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. Nyeri ini
biasanya sering terjadi pada pasien yang mengalami kanker tulang.
b) Steady pain
Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam jangka
waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal akut
merupakan salah satu jenis.
c) Proximal pain
Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya menetap selama kurang lebih 10-15 menit, lalu
menghilang kemudian timbul lagi.
4.3 Nyeri berdasarkan ringan beratnya
Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian (Wartonah, 2010 dalam
Handayani 2015) sebagai berikut :
a) Nyeri ringan
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan. Nyeri ringan
biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik.
b) Nyeri sedang
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Nyeri
sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri dan mendiskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
c) Nyeri berat
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri berat secara
obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
4.4 Nyeri berdasarkan waktu serangan
a) Nyeri akut
Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan intervensi dan
penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan
dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak
menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan)
dan menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang merangsang
reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut berkaitan dengan faktor
penyebabnya dan umumnya dapat diperkirakan (Asmadi, 2013).
b) Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau
lebih. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau
cedera spesifik. Nyeri kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan
menunjukkan masalah baru, nyeri ini sering mempengaruhi semua aspek
kehidupan penderitanya dan menimbulkan distress, kegalauan emosi dan
mengganggu fungsi fisik dan sosial (Potter & Perry, 2011 dalam
Handayani, 2015).
4.5 Nyeri berdasarkan pengukuran
1. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah divalidasi. Berat dan
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol)
hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2011 dalam Handayani, 2015).
Skala 0 : Tanpa nyeri
Skala 1-3 : Nyeri ringan
Skala 4-6 : Nyeri sedang
Skala 7-9 : Nyeri berat
Skala 10 : Nyeri sangat berat
Tidak
Sangat
ada rasa _______________________________
Nyeri
nyeri
5. Stimulus
Neuroregulator atau substansi yang berperan dalam transmisi stimulus
saraf dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu neurotransmitter dan
neuromodulator. Neurotransmitter mengirimkan impuls-impuls elektrik
melewati rongga sinaps antara dua serabut saraf, dan dapat bersifat sebagai
penghambat atau dapat pula mengeksitasi. Sedangkan neuromodulator dipercaya
bekerja secra tidak langsung dengan meningkatkan atau menurunkan efek
partokular neurotransmitter. (Anas Tamsuri, 2011). Beberapa neuroregulator
yang berperan dalam penghantaran impuls nyeri antara lain adalah:
1. Neurotransmiter
a) Substansi P (Peptida)
Ditemukan pada neuron nyeri di kornu dorsalis (peptide eksitator) berfungsi
untuk menstranmisi impuls nyeri dari perifer ke otak dan dapat
menyebabkan vasodilatasi dan edema.
b) Serotonin
Dilepaskan oleh batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat
transmisi nyeri.
c) Prostaglandin
Dibangkitkan dari pemecahan pospolipid di membran sel dipercaya dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap sel.
2. Neuromodulator
a) Endorfin (morfin endogen)
Merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Diaktivasi
oleh daya stress dan nyeri. Terdapat pada otak, spinal, dan traktus
gastrointestinal. Berfungsi memberi efek analgesik.
b) Bradikinin
Dilepaskan dari plasma dan pecah disekitar pembuluh darah pada daerah
yang mengalami cedera. Bekerja pada reseptor saraf perifer, menyebabkan
peningkatan stimulus nyeri.Bekerja pada sel, menyebabkan reaksi berantai
sehingga terjadi pelepasan prostaglandin.
6. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri
Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Taylor (2011) diantaranya :
a. Budaya
Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai fakto-
faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri dan skspresi nyeri tersebut. Perilaku
yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah bagian dari proses sosialisasi.
(Kozier, 2010).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelain merupakan perbedaan yang telah dikodratkan tuhan. Perbedaan
antara laki- laki dengan perempuan tidak hanya dalam faktor biologis tetapi
aspek sosial kultural juga membentuk berbagai karakter sifat gender. Karakter
jenis kelamin dan hubungannya dengan sikap keterpaparan dan tingkat
kerentanan memegang peranan tersendiri (Syamsuhidayat, 2010).
c. Usia
Usia dalam kamus bahasa indonesia adalah waktu hidup atau ada sejak
dilahirkan semakin bertambah usia, semakin bertambah pula pemahaman
terhadap suatu masalah yang diakibatkan oleh tindakan dan memilikimusaha
untuk mengatasinya. Umur lansia lebih siap melakukan dengan menerima
dampak, efek dan komplikasi nyeri (ADHA, 2014).
d. Makna nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan klien lain,
bergantung pada keadaan dan interpretasi kien mengenai makna nyeri tersebut.
Mereka dapat berespon dengan putus asa, ansietas dan depresi karena mereka
tidak dapat menghubungkan makna positif atau tujuan yeri (Kozier, 2010)
7. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d cedera traumatis (D.0077)
b) Gangguan pola tidur b.d nyeri (D.0055)
c) Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh (D.0056)
8. Intervensi Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d cedera traumatis (D.0077)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil : Tingkat Nyeri (L.08066)
1. Adanya penurunan intensitas nyeri
2. Ketidaknyaman akibat nyeri berkurang
3. Tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri
3. Catat tanda vital sebelum dan sesudah Mengkaji sejauh mana perbedaan
aktivitas. peningkatan selama aktivitas
DAFTAR PUSTAKA