Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN RASA AMAN DAN


NYAMAN (NYERI)
Dosen Pengampu : Noerma Shovie Rizqiea S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
Khoirul Ulfa
SN201154

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the Study of
Pain) (Nanda, 2018-2020). Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual dan potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan IASP (Potter & Perry, 2011).
Menurut Handayani (2015) nyeri adalah kejadian yang tidak
menyenangkan, mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu. Menurut
Andarmoyo (2013) nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh
efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera. Sedangkan menurut
Kozier & Erb dalam Nurrahman (2010) mengatakan bahwa nyeri adalah sensasi
yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan
orang lain.
2. Etiologi
Menurut SDKI (2016), etiologi nyeri antara lain:

1. Biologis: penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau jaringan tubuh.

2. Zat kimia: penyebab nyeri karena bahan kimia.

3. Fisik: penyebab fisik karena trauma fisik.

4. Psikologi: penyebab nyeri yang bersifat psikologi seperti kelainan organic,


nekrosis traumatic, eulzofronia.

3. Fisiologi
Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu
nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas
ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera
jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri :
tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
a) Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga tipe
serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta,
dan C. Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non
noksius dikelompokkan sebagai serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor.
Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam
proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon
terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
b) Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu
dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak.
Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal
elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medula spinalis
dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal.
c) Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related
neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula
spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya. Serangkaian reseptor
opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu dorsalis.
Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks
frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan
medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses
inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok)
sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
d) Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi
merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek
psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah organ
tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari
syaraf aferen. (Anas Tamsuri, 2011).
4. Klasifikasi
Klasifikasi nyeri berdasarkan beberapa hal adalah sebagai berikut :
4.1 Nyeri berdasarkan tempatnya
Menurut Irman (2010) dalam Handayani (2015) dibagi menjadi :
a) Pheriperal pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk
nyeri pada kulit dan permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk
menimbulkan nyeri dikulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu,
kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit yang terlibat, nyeri sering
dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar.
b) Deep pain
Merupakan nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
(nyeri somatik) atau pada organ tubuh visceral. Nyeri somatis mengacu pada
nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligament, tulang, sendi dan arteri.
Struktur-struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi
sering tidal jelas.
c) Reffered pain
Merupakan nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/ struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda
bukan dari daerah asalnya misalnya, nyeri pada lengan kiri atau rahang
berkaitan dengan iskemia jantung atau serangan jantung.
d) Central pain
Merupakan nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi
primer pada sistem saraf pusat seperti spinal cord, batang otak, thalamus, dan
lain-lain.
4.2 Nyeri berdasarkan sifatnya
Meliala (2011) dalam Handayani (2015) menyebutkan bahwa nyeri
ini digolongkan menjadi tiga, yaitu :
a) Incidental pain
Merupakan nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang. Nyeri ini
biasanya sering terjadi pada pasien yang mengalami kanker tulang.
b) Steady pain
Merupakan nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam jangka
waktu yang lama. Pada distensi renal kapsul dan iskemik ginjal akut
merupakan salah satu jenis.
c) Proximal pain
Merupakan nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya menetap selama kurang lebih 10-15 menit, lalu
menghilang kemudian timbul lagi.
4.3 Nyeri berdasarkan ringan beratnya
Nyeri ini dibagi ke dalam tiga bagian (Wartonah, 2010 dalam
Handayani 2015) sebagai berikut :
a) Nyeri ringan
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas ringan. Nyeri ringan
biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik.
b) Nyeri sedang
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang. Nyeri
sedang secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri dan mendiskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
c) Nyeri berat
Merupakan nyeri yang timbul dengan intensitas berat. Nyeri berat secara
obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
4.4 Nyeri berdasarkan waktu serangan
a) Nyeri akut
Merupakan nyeri yang mereda setelah dilakukan intervensi dan
penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya mendadak dan berkaitan
dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak
menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan)
dan menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang merangsang
reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut berkaitan dengan faktor
penyebabnya dan umumnya dapat diperkirakan (Asmadi, 2013).
b) Nyeri kronis
Merupakan nyeri yang berlangsung terus menerus selama 6 bulan atau
lebih. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau
cedera spesifik. Nyeri kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan
menunjukkan masalah baru, nyeri ini sering mempengaruhi semua aspek
kehidupan penderitanya dan menimbulkan distress, kegalauan emosi dan
mengganggu fungsi fisik dan sosial (Potter & Perry, 2011 dalam
Handayani, 2015).
4.5 Nyeri berdasarkan pengukuran
1. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan tellah divalidasi. Berat dan
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numeric dari 0 (nol)
hingga 10 (sepuluh) (Potter & Perry, 2011 dalam Handayani, 2015).
Skala 0 : Tanpa nyeri
Skala 1-3 : Nyeri ringan
Skala 4-6 : Nyeri sedang
Skala 7-9 : Nyeri berat
Skala 10 : Nyeri sangat berat

2. Visual Analog Scale (VAS)


Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa bebas
mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan
sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri sedang (Potter &
Perry, 2011 dalam Handayani, 2015).

Tidak
Sangat
ada rasa _______________________________
Nyeri
nyeri

3. Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini untuk menggambarkan rasa nyeri, efektif untuk menilai nyeri
akut, dianggap sederhana dan mudah dimengerti, ranking nyerinya
dimulai dari tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan
(Khoirunnisa & Novitasari, 2015).
4. Skala Wajah dan Barker
Skala nyeri enam wajah dengan eskpresi yang berbeda,menampilkan
wajah bahagia hingga wajah sedih. Digunakan untuk mengekspresikan
rasa nyeri pada anak mulai usia 3 (tiga) tahun (Potter & Perry, 2011
dalam Handayani, 2015).

5. Stimulus
Neuroregulator atau substansi yang berperan dalam transmisi stimulus
saraf dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu neurotransmitter dan
neuromodulator. Neurotransmitter mengirimkan impuls-impuls elektrik
melewati rongga sinaps antara dua serabut saraf, dan dapat bersifat sebagai
penghambat atau dapat pula mengeksitasi. Sedangkan neuromodulator dipercaya
bekerja secra tidak langsung dengan meningkatkan atau menurunkan efek
partokular neurotransmitter. (Anas Tamsuri, 2011). Beberapa neuroregulator
yang berperan dalam penghantaran impuls nyeri antara lain adalah:
1. Neurotransmiter
a) Substansi P (Peptida)
Ditemukan pada neuron nyeri di kornu dorsalis (peptide eksitator) berfungsi
untuk menstranmisi impuls nyeri dari perifer ke otak dan dapat
menyebabkan vasodilatasi dan edema.
b) Serotonin
Dilepaskan oleh batang otak dan kornu dorsalis untuk menghambat
transmisi nyeri.
c) Prostaglandin
Dibangkitkan dari pemecahan pospolipid di membran sel dipercaya dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap sel.
2. Neuromodulator
a) Endorfin (morfin endogen)
Merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Diaktivasi
oleh daya stress dan nyeri. Terdapat pada otak, spinal, dan traktus
gastrointestinal. Berfungsi memberi efek analgesik.
b) Bradikinin
Dilepaskan dari plasma dan pecah disekitar pembuluh darah pada daerah
yang mengalami cedera. Bekerja pada reseptor saraf perifer, menyebabkan
peningkatan stimulus nyeri.Bekerja pada sel, menyebabkan reaksi berantai
sehingga terjadi pelepasan prostaglandin.
6. Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri
Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Taylor (2011) diantaranya :
a. Budaya
Latar belakang etnik dan warisan budaya telah lama dikenal sebagai fakto-
faktor yang mempengaruhi reaksi nyeri dan skspresi nyeri tersebut. Perilaku
yang berhubungan dengan nyeri adalah sebuah bagian dari proses sosialisasi.
(Kozier, 2010).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelain merupakan perbedaan yang telah dikodratkan tuhan. Perbedaan
antara laki- laki dengan perempuan tidak hanya dalam faktor biologis tetapi
aspek sosial kultural juga membentuk berbagai karakter sifat gender. Karakter
jenis kelamin dan hubungannya dengan sikap keterpaparan dan tingkat
kerentanan memegang peranan tersendiri (Syamsuhidayat, 2010).
c. Usia
Usia dalam kamus bahasa indonesia adalah waktu hidup atau ada sejak
dilahirkan semakin bertambah usia, semakin bertambah pula pemahaman
terhadap suatu masalah yang diakibatkan oleh tindakan dan memilikimusaha
untuk mengatasinya. Umur lansia lebih siap melakukan dengan menerima
dampak, efek dan komplikasi nyeri (ADHA, 2014).
d. Makna nyeri
Beberapa klien dapat lebih mudah menerima nyeri dibandingkan klien lain,
bergantung pada keadaan dan interpretasi kien mengenai makna nyeri tersebut.
Mereka dapat berespon dengan putus asa, ansietas dan depresi karena mereka
tidak dapat menghubungkan makna positif atau tujuan yeri (Kozier, 2010)
7. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d cedera traumatis (D.0077)
b) Gangguan  pola tidur b.d nyeri (D.0055)
c) Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh (D.0056)

8. Intervensi Keperawatan
a) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d cedera traumatis (D.0077)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,masalah   nyeri teratasi dengan kriteria hasil : Tingkat Nyeri (L.08066)
1. Adanya penurunan intensitas nyeri
2. Ketidaknyaman akibat nyeri berkurang
3. Tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri

No. Intervensi Rasional


1. Identifikasi skala nyeri Mengetahui daerah  nyeri, kualitas, kapan
nyeri dirasakan, faktor    pencetus, berat
ringannya nyeri yang dirasakan.
2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk Meningkatkan relaksasi pada pasien
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tekhnik relaksasi kepada Membantu mengurangi rasa nyeri pasien
pasien
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian Mengurangi rasa nyeri pasien
obat analgetik

b) Gangguan  pola tidur b.d nyeri (D.0055)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,kebutuhan
tidur tercukupi dengan KH sebagai berikut : Pola tidur (L.05045)
1. Kebutuhan tidur tercukupi
2. Pasien tampak segar
3. Tidak sering terbangun pada saat tidur

No. Intervensi Rasional


1. Kaji pola tidur pasien Untuk mengetahui kebutuhan tidur pasien
2. Ciptakan lingkungan nyaman dan Dengan lingkungan yang nyaman akan
tenang meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur
pasien
3. Batasi pengunjung Agar pasien tidur lebih nyaman dan
nyenyak
4. Monitor kebutuhan tidur pasien setiap Mengetahui perkembangan pola tidur
hari dan jam pasien

c) Intoleransi Aktifitas b.d nyeri pada tubuh (D.0056)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,masalah
dapat teratasi dengan KH sebagai berikut: Toleransi aktivitas (L.05047)
1.Pasien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri
2. Pasien tanda – tanda vital normal

No. Intervensi Rasional


1. Monitor keterbatasan aktivitas dan Merencanakan intervensi dengan tepat
kelemahan saat aktivitas.

2. Bantu pasien dalam melakukan Pasien dapat memilih dan


aktivitas sendiri. merencanakannya sendiri

3. Catat tanda vital sebelum dan sesudah Mengkaji sejauh mana perbedaan
aktivitas. peningkatan selama aktivitas

4. Kolaborasi dengan dokter dan Meningkatkan kerjasama tim dan


fisioterapi dalam latihan aktivitas. perawatan holistik

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2013. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan
Dasar Klien.  Jakarta: Salemba Medika

Handayani. 2015. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Khoirunisa, Novitasari. 2015. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Kozier. 2010. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperwatan. SalembaMedika.


Jakarta.
Nanda International. 2018. Nanda International Nursing Diagnoses : Definitions and
Classification 2018 – 2020. 11th Edition. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Syamsudin. 2010. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Salemba
Medika.Jakarta.Judith M.

Tansumri, Anas. 2011. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC

Taylor, 2011. Buku ajar : Kebutuhan dasar manusia. EGC. Jakarta.


.

Anda mungkin juga menyukai