Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU BUNUH DIRI

Disusun Oleh :
KHOIRUL ULFA
SN201154

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU BUNUH DIRI

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perilaku bunuh diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Bunuh diri menurut Maris (2007) merupakan tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya, bunuh diri
memiliki 4 pengertian, antara lain:
- Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional,
- Bunuh diri dilakukan dengan intense,
- Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri dan
- Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak
langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang
menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel
kereta api.
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala (Keliat, 2014) yang ditemui seperti:
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut
jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya: ini tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan
mengkritik diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan
3. Penyebab Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik dan Teori Biologi
Faktor genetik mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada
keturunannya.Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat
menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh
diri.
b) Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu
Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok sosial) ,
atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat ) dan
anomik (suicide karena kesulitan dalam berhubungan dengan
orang lain dan beradaptasi dengan stressor ).
c) Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.
Sedangkan Menurut Stuart dan Sundeen ( 2007 ), faktor
predisposisi bunuh diri antara lain :
1) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan
besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan,
implisif dan depresi.
2) Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan
berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor
penting yang berhubungan dengan bunuh diri
3) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh
diri merupakan faktor resiko penting untuk perilaku
destruktif.
4) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik,
apatengik, dan depominersik menjadi media proses
yang dapat menimbulkan perilaku destruktif diri
b. Faktor presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah
a) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan
hubunganinterpersonal/ gagal melakukan hubungan yang
berarti.
b) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi
stress
c) Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
d) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
4. Akibat
Klien dengan resiko bunuh diri dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya atau mencederai dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah,
dll.
Tanda dan gejala yang ditemui seperti:
a. Memperlihatkan permusuhan.
b. Keras dan menuntut.
c. Mendekati orang lain dengan ancaman.
d. Memberi kata-kata ancaman.
e. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan.
f. Rencana melukai diri sendiri dan orang lain
C. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain, dan lingkungan

Perilaku bunuh diri (suicide)


Core problem

Harga diri rendah

D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Resiko bunuh diri
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Data yang perlu dikaji
a. Resiko bunuh diri
Data subyektif:
Menyatakan ingin bunuh diri/ ingin mati saja, tak ada gunanya
hidup.
Data obyektif:
Ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba
bunuhdiri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Data subjektif:
- Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
- Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
- Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
- Mengungkapkan dirinya tidak berguna
- Mengkritik diri sendiri
Data objektif:
- Merusak diri sendiri
- Merusak orang lain
- Menarik diri dari hubungan sosial
- Tampak mudah tersinggung
- Tidak mau makan dan tidak tidur
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Data subyektif:
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin
membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Data obyektif:
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah (HDR)
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa 1
Resiko bunuh diri
Tujuan umum:
Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
- Perkenalkan diri dengan klien
- Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
- Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
- Bersifat hangat dan bersahabat.
- Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan:
- Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
- Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
- Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
- Dengarkan keluhan yang dirasakan.
- Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
- Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
- Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
- Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
- Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
- Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
- Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
- Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal: berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
- Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan
tentang kegagalan dalam kesehatan.
- Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif.

Diagnosa 2
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan umum:
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
- Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan:
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
- Utamakan pemberian pujian yang realitas
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Tindakan:
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan:
- Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
- Beri pujian atas keberhasilan klien
- Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Kliendapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
- Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa 3
Resiko mencederai diri sendiri, orang laindan lingkungan
Tujuan umum:
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus:
- Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
- Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
- Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
- Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
- Meningkatkan harga diri pasien dengan cara:
o Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
o Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
o Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting.
o Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien.
o Merencanakan yang dapat pasien lakukan.
- Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara:
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
o Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara
penyelesian masalah.
o Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2009, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Ed 8, EGC,


Jakarta.
Keliat. B. A, 2014, Modul MPKP Jiwa UI, EGC, Jakarta.
Maris, R. W, Berman, A. L, Silverman, M. M, Bongar, B. M, 2007,
Comprehensive Textbook of Suicidology, Guilford Press Carpenito,
Belmont.
Tim Direktorat Keswa.(2014). Standart Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1.
Bandung: RSJP Bandung
Townsend M C. (2009). Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri:
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: ECG
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
KLIEN DENGAN MASALAH PERILAKU BUNUH DIRI
(SP 1 PASIEN)

Masalah :
Hari / tanggal :
Jam :

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien

2. Tujuan khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengenali masalah bunuh diri.
3. Tindakan
a. Sapa kliendengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Membantu klien mengenali masalah bunuh diri.

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. ORIENTASI (PERKENALAN)
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum. Selamat pagi”
“Saya Siti, perawat disini,siapa nama Bapak? Senang dipanggil
siapa?”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaanBapak hari ini?”
c. Kontrak Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang Bapak
rasakan selama ini? Dimana kita duduk? Berapa lama? Bagaimana
jika 20 menit?”
2. KERJA
”Bagaimana perasaan Bapak setelah bencana ini terjadi? Apakah
dengan bencana ini Bapak merasa paling menderita di dunia ini?Apakah
Bapak kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak merasa tak
berharga atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah Bapak sering
merasakan kesulitan berkonsenterasi? Apakah Bapak berniat untuk
menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri, atau berharap bahwa Bapak
mati? Apakah bapak pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?
Bagaimana caranya? Apa yang Bapak rasakan?”
“Baiklah, tampaknya Bapak membutuhkan pertolongan segera karena
ada keinginan untuk mengakhiri hidup.”“Saya perlu memeriksa seluruh
isi kamar Bapak untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan Bapak.”
“Nah Bapak, karena Bapak tampaknya masih memiliki keinginan yang
kuat untuk mengakhiri hidup Bapak, maka saya tidak akan membiarkan
Bapak sendiri.”
“Apa yang Bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul maka untuk mengatasinya Bapak harus langsung
minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang besuk. Jadi,Bapak jangan sendirian ya, katakan pada
perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan.”
“Saya percaya Bapak dapat mengatasi masalah.”

3. TERMINASI
a. Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan Bapak sekarang setelah mengetahui cara
mengatasi perasaan ingin bunuh diri? Coba bapak sebutkan lagi”
b. Evaluasi Objektif
“Bapak terlihat lebih tenang.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Saya akan menemani Bapak terus sampai keinginan bunuh diri
hilang.”
d. Kontrak
- Topik
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk berbincang
tentang topik yang sama?”
- Waktu
”Besok pagi jam 8 saya akan datang kesini lagi. Bagaimana,
Bapak mau kan?”
- Tempat
”Tempatnya disini saja ya Pak. Assalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai