Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan dan Manfaat Perancangan.............................................................3
1.3. Urgensi Permasalahan...............................................................................4
1.4. Batasan Perancangan.................................................................................4
1.5. Luaran yang diharapkan............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Terminologi...............................................................................................4
2.1.1. Defenisi Photograhpy........................................................................4
2.1.2. Definisi Wedding Center....................................................................5
2.1.3. Definisi Pusat Photograhpy dan Wedding Center.............................6
2.2. Standart Perancangan................................................................................6
2.3. Studi Banding Proyek Sejenis...................................................................7
2.3.1. Studi Presedent...................................................................................7
2.3.2. Perancangan Yang Sudah Pernah Ada (Jurnal Mahasiswa).................8
2.4. Studi Tema Sejenis..................................................................................11
2.5. Kerangka Teoritik Pusat Photography dan Wedding Center..................12
BAB III. METODE PERANCANGAN.................................................................12
3.1. Lokasi Perancangan.................................................................................12
3.2. Tahapan Perancangan..............................................................................16
BAB IV. JADWAL PERANCANGAN.................................................................16

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan fotografi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan
yang pesat baik dari segi ekonomis dan pertumbuhan komunitasnya.
Perkembangan fotografi di Indonesia juga erat hubungannya di Kota Medan.
Salah satu bukti bahwa kota Medan memiliki perkembangan perkembangan yang
pesat adalah dengan diadakannya event pameran fotografi bernama “SALON
FOTO INDONESIA” yang ke 35 di Indonesia. Event ini diadakan pada tanggal
04 Desember 2014 di Kota Medan oleh komunitas yang bernama FPSI ( Federasi
Perkumpulan Senifoto Indonesia ). Dalam sesi wawancara yang dilakukan oleh
wartawan koran “Sinar Indonesia Baru”, Ketua FPSI Solichin Margo
menjelaskan, pihak penyelenggara Salonfoto Indonesia ke 35 tahun 2014 telah
menyeleksi lebih dari 2.700 foto. Jumlah ini termasuk tinggi dan menunjukkan
bahwa peminatan fotografi di Kota Medan sudah tinggi. Di sesi wawancara lain
yang di lakukakan oleh Koran “Tribun Medan” kepada ketua panitia pameran
Salon Foto Indonesia, Petros Loe, 05 November 2014, menyatakan bahwa ia
selaku panitia penyelenggara foto bangga dikarenakan jumlah peminat fotografi di
Kota Medan tinggi dan adanya event ini ia ingin memperkenalkan budaya local
kota Medan. (Harian Sinar Indonesia, dan Tribun Medan, 2014)
Selain itu seiring dengan perkembangan fotografi di Kota Medan, banyak
terdapat komunitas-komunitas fotografi di Medan, diantaranya adalah Medan
Photography Club, Toba Photographer Club, Shutter 1.8 Photo Club, Sendaljepit,
Kutu Kupret, Penggila Foto, Mata Kamera, Djaman Jepret, Karo Photographer
Club, FORSAMI, Photographer dan Model Medan, Insyaf Jepret, Rumah Tustel,
Jendela Bumi, Levitasi Hore Medan, Lensa Manual Medan, Medan Street
Hunting. Selain nama-nama komunitas fotografi di atas, masih banyak komunitas
fotografer lainnya yang bersifat UKM di Universitas-universitas di Kota Medan.
Berbicara mengenai fotografi tak lepas kaitannya dengan pernikahan
(Wedding). Pernikahan (wedding) adalah suatu perjanjian suci dan kokoh untuk
hidu bersama secara sah antara seorang laki – laki dengan seorang perempuan

1
untuk membentuk keluarga yang kekal. (Thalib 1980, dalam Nisa, 2013).
Pernikahan tak lepas juga dengan suatu wadah/tempat untuk melangsungkan
sebuah resepsi pernikahan untuk diperlihatkan dan dipertontonkan kepada
khalayak ramai. Pernikahan juga saling berkaitan dengan fotografi karena melalui
fotografi mampu mengabadikan setiap moment sakral dalam sebuah pernikahan,
yang nantinya hasil dari fotografi tersebut dapat menghasilkan sebuah karya
berupa gambar yang dapat dijadikan kenangan. Karena keterkaitan tersebut,
fotografi dan wedding center dapat di gabungkan dalam satu lingkungan yang
sama namun masih saling berkaitan.
Seiring dengan berkembangnya modernisasi di tengah kehidupan
masyarakat Indonesia, pernikahan tidak hanya dipandang sebagai upacara
pengikatan janji perkawinan saja, namun juga menjadi moment sekali seumur
hidup yang harus dirayakan secara terencana , mewah dan besar-besaran untuk
meninggalkan kesan bagi pengantin, keluarga maupun tamu yang hadir. Sebagai
kota metropolitan di Indonesia, kota Medan juga memiliki masyarakat dengan
pemikiran modern seperti di kota-kota besar lainnya. Dalam hal pernikahan, tidak
sedikit dari masyarakat kota Medan yang melangsungkan pernikahannya secara
mewah dan bergaya modern. Bagi masyarakat dengan kelas ekonomi menengah
atas, biasanya menggunakan ballroom hotel mewah ataupun gedung serbaguna
untuk dijadikan tempat resepsi pernikahan.
Perancangan ini sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Ambasari
(2014) mengusung konsep combined methaphors (Metafora Kombinasi) yaitu
memiliki dua karakter baik visual maupun non visual. Untuk karakter visual yaitu
mengajak pengamat untuk dapat melihat suatu karya arsitektural dari sudut
pandang yang berbeda guna menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif. Untuk
karakter non visual yaitu konsep yang akan diaplikasikan terhadap rancangan.
Konsep tersebut yaitu “Complexity in Unity”. Complexity in Unity adalah suatu
kerumitan yang memiliki satu kesatuan baik dari segi fungsi, interior, maupun
eksteriornya. Sehingga diperoleh perancangan yang sesuai dengan fungsi.
Perancangan lainnya pernah dilakukan oleh Surentu, Egam, Rompas (2017)
mengusung konsep simbolis yaitu mengambil bentukan dari simbol – simbol

2
sebuah pernikahan yang diekspreikan kedalam suatu bangunan, guna
menyampaikan pemahaman fungsi – fungsi bangunan atau ruang – ruang dalam
bangunan. Perancangan lainnya juga pernah dilakukan oleh Rahayu, Sasmito,
Yulitriani (2017) mengusung konsep city walk dam street walk yang diseusaikan
dengan prinsip – prinsip pada gaya arsitektur modern.
Masalah yang terjadi saat ini adalah Fasilitas kegiatan fotografi masih
sangat sedikit khususnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan berupa pameran
fotografi. Biasanya apabila ada kegiatan berupa pameran fotografi dilakukakan
dengan cara menyewa tempat atau mengadakan pameran tersebut di dalam Hall
pusat perbelanjaan dan di Hotel-hotel yang ternama di Kota Medan. Sementara itu
galeri fotografi yang tersedia di Kota Medan saat ini hanyalah milik komunitas
Fotografi bernama “Klub Fotografi Andi Lubis” yang bertujuan untuk
memamerkan hasil karya komunitasnya bukan untuk keperluan komersil.

Dari fenomena dan permasalahan di atas dapat kita simpulkan bahwa Kota
Medan sudah mengalami perkembangan fotografi yang pesat. Namun dari
permasalahan yang ada Kota Medan belum memliki wadah khusus untuk
melakukan kegiatan-kegiatan fotografi seperti pameran fotografi, workshop, dan
seminar yang dilengkapi dengan gedung wedding indoor dan area wedding
outdoor.
Terkait hal tersebut maka ditegaskan rumusan masalah dalam perancangan ini
yaitu:
1. Seperti apa penataan lansekap dan desain bangunan pusat Photograhpy
dan Wedding Center dengan konsep kontemporer ?

1.2. Tujuan dan Manfaat Perancangan


Perancangan ini bertujuan untuk penyewaan studio fotografi, penyewaan
gedung untuk acara pernikahan (indoor) dan penyewaan tempat pernikahan
outdoor, menaungi kegiatan - kegiatan fotografi berupa seminar, workshop, dan
wadah berkumpul bagi komunitas - komunitas fotografi. Adapun manfaat dari
perancangan ini yaitu 1) Berguna untuk memajukan perkembangan fotografi di

3
Indonesia, khususnya Kota Medan. 2) Meningkatkan kualitas dan
mengembangkan pengetahuan fotografer di medan. 3) Menyalurkan ilmu
pengetahuan yang bertujuan memberikan informasi melalui pameran, sharing dan
gathering. 4) Sebagai saran wadah khusus untuk retail shop kamera di Kota
Medan.

1.3. Urgensi Permasalahan


Perancangan ini perlu dilakukan mengingat bahwa Kota Medan sudah
mengalami perkembangan fotografi yang pesat, namun belum ada wadah untuk
untuk melakukan kegiatan – kegiatan fotografi tersebut.

1.4. Batasan Perancangan


Perancangan ini membidik segment pemuda hingga professional yang tidak
membedakan strata social. Dengan detail peruntukan pelayanan pangsa pasar
fotografer di Medan serta masyarakat umum. (Khususnya eksekutif yang tertarik
dengan karya fotografi). Sehingga mereka juga dapat mengapresiasi secara
terbuka, dapat memperoleh informasi, dan dapat juga mempelajari lebih dalam
tentang fotografi.

1.5. Luaran yang diharapkan


Perancangan Pusat Photograhpy dan Wedding Center di Medan ini terdiri
atas tiga luaran, yaitu 1) Konsep desain kontemporer pada perancangan Pusat
Photograhpy dan Wedding Center 2) Gambar desain Photograhpy dan Wedding
Center dengan konsep kontemporer 3) Maket desain Photograhpy dan Wedding
Center

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terminologi

2.1.1. Defenisi Photograhpy


Fotografi (Photography, Inggris) berasal dari 2 kata, yaitu photo
yang berarti cahaya dan graph yang berarti tulisan atau lukisan. Dalam
seni rupa, fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan
menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti
proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek
dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada
media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini
adalah kamera. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti
tidak ada foto yang bias dibuat. (Rangga, 2011). Pendapat lain dikemukan
oleh (Gani, 2014). Fotografi sebagai teknik adalah mengetahui cara-cara
memotret dengan benar, mengetahui cara-cara mengatur pencahayaan,
mengetahui cara-cara pengolahan gambar yang benar, dan semua yang
berkaitan dengan fotografi sendiri. Sedangkan fotografi sebagai karya seni
mengandung nilai estetika yang mencerminkan pikiran dan perasaan dari
fotografer yang ingin menyampaikan pesannya melalui gambar/foto.
Fotografi tidak bisa didasarkan pada berbagai teori tentang bagaimana
memotret saja karena akan menghasilkan gambar yang sangat kaku,
membosankan dan tidak memiliki rasa. Fotografi harus disertai dengan
seni.

Pusat Fotografi adalah suatu tempat yang mewadahi berbagai


bentuk kegiatan fotografi, baik komersial seperti pusat penjualan,
penyewaan, dan layanan servis kamera, penjualan alat-alat fotografi, serta
menyediakan jasa advertising, wedding photography, theme photo studio,
dan studio foto yang bersifat non komersial, seperti kegiatan Pameran
Fotografi, kegiatan Workshop/Seminar Fotografi dan kegiatan Pendidikan
kursus Fotografi. (Aulia,2015)

5
2.1.2. Definisi Wedding Center
Menurut (Ristandi, 2009) Wedding Center merupakan wadah dan
pusat pelayanan usaha jasa pernikahan, yang menyediaakan seluruh
kebutuhan dan pelaksanaan pesta resepsi pernikahan.

2.1.3. Definisi Pusat Photograhpy dan Wedding Center


Pusat Photograhpy dan Wedding Center adalah dua buah bangunan
dengan dua fungsi yang berbeda tetapi berada dalam lingkungan yang
sama. Difungsikan untuk mewadahi kegiatan – kegiatan yang berkaitan
dengan per fotografian dan pernikahan, baik dalam bidang bisnis, maupun
non bisnis.

2.2. Standart Perancangan

Tabel 1. Standart Perancangan


Program Kegiatan & Program Ruang
Program Kegiatan Program Ruang
Resepsi Ruang resepsi
Kegiatan pernikahan (indoor)
Utama (indoor) Ruang resepsi
Resepsi (outdoor)
pernikahan Bangun Utama Ruang pengantin
(outdoor) Gudang peralatan
Pantry
Ruang control
Toilet
Penginapan Penginapan
Cetak undangan Ruang percetakan
Catering undangan
Wardrobe Ruang
gallery perlengkapan
Photo studio Ruang catering
Kegiatan Spa & salon Bangunan Ruang gaun
Penunjang Souvenir Penunjang pengantin
market Ruang laundry
Restoran Ruang photo
Musholla studio
ATM center Ruang spa
Parkir Ruang souvenir
Taman market
Retail

6
Toilet
Restoran
Musholla
ATM center
Pengelolaan Ruang direksi
administrasi Ruang staf
Pengelolaan Resepsionis
teknis Ruang
Kegiatan Pelayanan Bangunan administrasi
Pengelolaan terhadap Pelayanan dan Ruang konsultasi
customer Pengelolaan Ruang rapat
Publikasi Ruang arsip
terhadap Ruang genset
masyarakat Pos penjagaan
Toilet

2.3. Studi Banding Proyek Sejenis


2.3.1. Studi Presedent
Presedent adalah salah satu analisis yang digunakan untuk melihat
prinsip – prinsip desain dari bangunan yang sudah pernah ada / sudah
pernah di bangun untuk dijadikan pembandingan dengan proyek yang akan
dirancang. Di indonesia, terdapat beberapa bangunan pusat photography
dan wedding center yang terbangun dan beroperasi, nantinya bangunan –
bangunan tersebut dapat dijadikan presedent proyek studi banding.
Diantaranya bangunan tersebut adalah:

Tabel 2. Studi Presedent


Analisis Objek Rancangan
Studi Banding Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Utama Penunjang Pengelolaan
1. Resepsi 1. Aula 1. Pengelolaan
Pernikahan 2.Penginapan administrasi
(indoor) 3. Parkir 2. Pengelolaan
teknis

Burlington Convention Centre,


Toronto

7
1. Resepsi 1. Aula 1. Pengelolaan
Pernikahan 2. Parkir administrasi
(indoor) 2. Pengelolaan
teknis

Integrity Convention Centre,


Jakarta

1. Ballroom 1. Private 1. Pengelolaan


untuk room untuk administrasi
pernikahan, metting, 2. Pengelolaan
konser, birthday teknis
seminar, party, arisan
ghatering keluarga
2. Indoor
playground
3. Lounge &
café
Regale International 4. Mushalla
Convention Center, Medan 5. Restaurant
6. Parkir

2.3.2. Perancangan Yang Sudah Pernah Ada (Jurnal Mahasiswa)

Studi proyek sejenis dari perancangan yang sudah ada yaitu


menggunakan jurnal-jurnal mahasiswa yang judul perancangannya sekolah
fotografi dan modeling untuk dijadikan pembandingan dengan
perancangan yang akan dibuat, sehingga hasil desain dan fungsi nya
sesuai. Perancangan ini sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh
Ambasari (2014) mengusung konsep combined methaphors (Metafora
Kombinasi) yaitu memiliki dua karakter baik visual maupun non visual.
Untuk karakter visual yaitu mengajak pengamat untuk dapat melihat suatu
karya arsitektural dari sudut pandang yang berbeda guna menghasilkan
arsitektur yang lebih ekspresif. Untuk karakter non visual yaitu konsep
yang akan diaplikasikan terhadap rancangan. Konsep tersebut yaitu

8
“Complexity in Unity”. Complexity in Unity adalah suatu kerumitan yang
memiliki satu kesatuan baik dari segi fungsi, interior, maupun
eksteriornya. Sehingga diperoleh perancangan yang sesuai dengan fungsi.
Perancangan lainnya pernah dilakukan oleh Surentu, Egam, Rompas
(2017) mengusung konsep simbolis yaitu mengambil bentukan dari simbol
– simbol sebuah pernikahan yang diekspreikan kedalam suatu bangunan,
guna menyampaikan pemahaman fungsi – fungsi bangunan atau ruang –
ruang dalam bangunan. Perancangan lainnya juga pernah dilakukan oleh
Rahayu, Sasmito, Yulitriani (2017) mengusung konsep city walk dam
street walk yang diseusaikan dengan prinsip – prinsip pada gaya arsitektur
modern.

Tabel 3. Perancangan yang Sudah Pernah Ada


Aplikasi Konsep Pada Perancangan Gedung Industri Kreatif
Desain Fasade Zoning Bangunan Penggunaan Vegetasi
Uraian
Studi Kasus
Perancangan
Photography
Center di
Surabaya
dengan
pendekatan Bentukan massa bangunan
Pada perancangan ini zoning
Combined photography center
disesuaikan juga dengan konsep Penataan eksterior juga
diimplementasikan dari konsep
Methapors complexity in unity, yaitu zoning didasari dari konsep
“complexity in unity” yang
dibagi menjadi 3 bagian. Zoning complexity in unity dengan
(Ambasari, didasarkan pada pendekatan
horizontal tapak, vertical pendekatan combined
metafora, yaitu bentukan elemen
2014) bangunan dan horizontal methaphors yaitu menyatukan
horizontal vertical terhadap elemen
bangunan. Zoning horizontal dengan lingkungn sekitar
lengkung yang berirama
tapak terdiri dari area parker, dengan penambahan elemen
(complexity) yang menciptakan
bangunan utama, bangunan ruang luar seperti gazebo,
kesatuan (unity).
pendukung, dan exhibition taman, dan strres furniture
outdoor. Zoning vertical dengan kombinasi elemen soft
bangunan terdiri dari area bisnis, material seperti vegetasi guna
studio, edukasi, kantor, dan area menyatukan dengan
pameran. lingkungan sesuai dengan
konsep yang diterapkan.

9
Aplikasi Konsep Pada Perancangan Gedung Industri Kreatif
Gubahan Massa Bangunan Elemen Ruang Luar dan Orientasi Bangunan
Uraian
Vegetasi
Studi Kasus
Wedding
Center di
Manado
(Serentu,
Egam, Wedding chapel diletakkan
Konsep gubahan massa mengambil
dekat dengan laut agar
bentuk lingkaran. Berdasarkan
Rompas, mendapatkan viex laut yang
pengembangan tapak pertimbangan
2017) Penataan vegetasi juga bagus. Tempat penginapan
bentuk lingkaran berdasarkan tema
mengikuti konsep yaitu ditata diletakkan di belakang agar
simbolisasi sebuan cincin. Secara
mengikuti bentuk lingkaran mendapat tingkat privasi yang
spesifik bentukan dasar mengambil
seperti konsep dasar, sehingga tinggi. Wedding hall
bentuk lingkaran untuk selanjutnya
memberikan kesan tidak kaku, diletakkan berdampingan
mengadopsi prinsip pengurangan
relax, mengalir, dan dengan wedding service, agar
menjadi bentuk lingkaran menyerupai
memberikan pemandangan posisi massa terlihat jelas dan
cincin sehingga nilai astetika diperoleh
yang menarik dengan nilai simbolisasi cincin terlihat
melalui kolaborasi tema dan bentuk
estetika yang indah. nyata dari depan tapak.
cincin sebagai simbol.
Uraian Bentuk Bangunan Simetris Kolom yang Terlihat Material Modern
Studi Kasus
Perancangan
Semarang
Wedding
Center
dengan
Tema Material yang digunakan pada
Kolom pada bangunan bangunan ini mendominasi
Arsitektur dibiarkan terlihat guna material modern seperti kaca,
Modern menambah kesan gagah, kayu playwood, dan ACP.
maskulin, dan modern.
(Rahayu,
Bentuk bangunan simetris, yaitu terlihat
Sasmito,
pada denah dan tampak banguan yang
Yulistriani, apabila ditarik garis lurus pada titik
tengah, maka sisi bagian kanan dan kiri
2017)
sama besar. Kemudian fasade sisi kanan
dan kiri sama (cerminan)

10
(Sumber : Dikontruksikan oleh Ambasari 2014, Serentu, Egam, Rompas 2017, Rahayu,
Sasmito, Yulistriani 2017)

2.4. Studi Tema Sejenis

Pada perangcangan pusat Photography dan Wedding Center yang akan di


rancang, mengambil tema arsitektur kontemporer. Berikut tabel uraian
pengaplikasian tema yang di terapkan.

Tabel 4. Aplikasi Konsep Arsitektur Kontemporer pada Desain Wedding Center


Prinsip Arsitektur Kontemporer yang akan diterapkan
Kesesuaian dengan Fungsi Penampilan Bangunan Organisasi Ruang

Kualitas ruang menerapkan dua karakteristik Pengolahan bentuk massa menerapkan Bentuk massa bangunan disesuaikan
arsitektur kontemporer yaitu kenyamanan dua karakteristik arsitektur kontemporer dengan fungsi dari masing-masing
hakiki pengguna, serta penggunaan material yaitu gubahan massa yang ekspresif dan fasilitas (wedding hall, wedding shop,
dan teknologi baru. Pada wedding hall kenyamanan hakiki pengguna. Maka, pengelola, dan fasilitas penunjang) dan
kenyamanan hakiki pengguna dari segi audio bentuk dasar massa keseluruhan memerhatikan alur kegiatan serta
dan visual diwujudkan pada sistem akustika bangunan menggunakan bentuk geometri peletakan ruang sehingga terbentuk
dan pencahayaan ruangan. Penyelesaian persegi karena sifatnya yang efisien ruangan-ruangan yang universal untuk
akustika difokuskan pada ruang resepsi. dalam segi fungsi dan terkesan simple berbagai gaya pernikahan. Tampilan
Suara yang ada di dalam ruangan diolah namun kokoh dengan penambahan atau bangunan didominasi oleh penggunaan
sehingga tidak menimbulkan cacat akustik pengurangan massa merupakan penerapan material baru seperti kayu, kaca, batu
dengan sistem pemasangan dinding double- gubahan massa yang ekspresif pada alam dengan permainan warna dan
leaf membuat suara tidak mudah keluar dari bangunan. Kenyamanan pengguna pada tekstur yang muncul dari material
dalam ruangan. Selain itu, lantai ruangan tata massa diwujudkan dengan tersebut diterapkan pada wedding hall,
dilapisi karpet agar dapat menyerap suara penggunaan tata massa pola cluster yang wedding shop, serta guest house
secara optimal. Sistem akustika pada dikelompokkan berdasarkan zona

11
bangunan ini menggunakan sistem menyebar kegiatan dan penzoningan pada site.
(desentralisasi), dimana penempatan speaker Bentuk massa bangunan sesuai dengan
berada pada titik tertentu sehingga kegiatan yang diwadahi serta mampu
menghasilkan suara yang merata. Pusat jasa menampilkan karakteristik arsitektur
pernikahan ini memiliki aktivitas yang kontemporer, maka didapat tata massa
berlangsung baik di dalam (indoor) maupun bangunan pada pusat jasa pernikahan
di luar (outdoor), untuk itu kenyamanan seperti di bawah ini
pengguna perlu diperhatikan dengan sistem
pencahayaan ruangan yang optimal.

2.5. Kerangka Teoritik Pusat Photography dan Wedding Center

Pusat Photography dan Wedding Center di Medan ini memiliki konsep


indoor photo dan studio berkonsep photo outdoor yang sebelumnya di medan
belum banyak. Selain itu di Kota Medan belum ada tempat yang menanampung
fotografer di berbagai kalangan dan antar komunitas untuk melakukan kegiatan
bersama sehingga belum mengenal satu sama lain. Oleh karena itu judul ini di
buat “ Pusat Photografy dan Wedding Center” yang mencoba menggabungkan
semua kegiatan fotografi dengan pernikahan dalam satu lingkungan yang sama,
yang nantinya untuk wedding center sendiri diutamakan untuk acara wedding
outdoor mengingat di Medan belum ada tempat yang menyediakan untuk acara
wedding dengan tema outdoor. Selain itu juga bangunan ini akan direncanakan
memlikiki studio foto indoor dan outdoor yang nantinya bisa disewakan untuk
keperluan bisnis dan pendidikan.

BAB III. METODE PERANCANGAN


3.1. Lokasi Perancangan

Pusat Photography dan Wedding Center di Medan merupakan gedung


yang mengarah pada kegiatan komersil dan community, berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan dalam RUTRK, maka WPP yang tepat untuk membangun Pusat
Photography dan Wedding Center adalah pada WPP C , D dan E, yaitu untuk
peruntukan wilayah perdagangan, permukiman, dan pendidikan. Mengingat
bahwa proyek yang dirancang merupakan pusat dari segala kegiatan yang
berkaitan dengan Photography dan Wedding Center, maka sebaiknya site berada

12
pada kawasan kota dengan jalur transportasi yang mampu memberikan akses yang
baik. Berikut alternatif lokasi yang direncanakan.

Alternatif Pertama berada pada Jl. Gaggak Hitam Kecamatan Medan


sunggal. Dengan kondisi tapak datar dan luas lahan 51.400 m2/5,14 Ha.

 Alternatif 1

13
Gambar : Alternatif Lokasi 1

Alternatif Kedua berada pada Jl. Putri Hijau, Kelurahan Kesawan,


Kecamatan Medan Barat. Dengan kondisi tapak datar dan luas lahan 36.000 m2/
3,6 Ha.
 Alternatif 2

14
Gambar : Alternatif Lokasi 2

Tabel 5. Penilaian Kriteria Tapak


N Kriteria Pemilihan Lokasi 1 Lokasi 2
O Tapak
1 Aksesibilitas 3 3
2 Sumber Daya Air 3 3
3 Sumber Listrik 3 3
4 RURTK/RPJMD 3 3
5 Kepadatan Jalan 4 3
6 Pencapaian Lokasi 4 2
7 Utilitas 3 2
8 Jaringan Komunikasi 3 3
9 Ketersediaan dan Lokasi 4 3
Lahan
10 Potensi Lingkungan 3 3
Sekitar

JUMLAH 33 28
Tabel Penilaian
0 : Buruk 1 : Kurang 2 : Cukup 3 : Baik 4: Sangat
Baik
(Sumber : Anlisis Pribadi, 2020)

Berdasarkan identifikasi dan penilaian terhadap kedua alternatif lahan di


atas, lahan yang sesuai untuk Perencanaan Pusat Photography dan Wedding
Center di Medan adalah alternative 1 ( satu ) yaitu di Jl. Gagak Hitam Kecamatan
Medan Sunggal.

15
3.2. Tahapan Perancangan

Perancangan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu mulai dari mencari


data tentang pusat photography dan wedding center untuk memecahkan
permasalahan, menentukan manfaat dan tujuan dari perancangan, mencari refrensi
data standar pusat photography dan wedding center dari studi banding proyek
sejenis dan perancangan yang sudah pernah dilakukan. Dari pengumpulan data,
studi banding, dan observasi kemudian merumuskan bagaimana desain pusat
photography dan wedding center yang akan di rancang dengan konsep arsitektur
kontemporer selanjutnya menganalisa tapak dan bangunan, dilanjutkan
penyesuaian konsep yang ingin diterapkan baik konsep tapak maupun bangunan
dan tahap terakhir desain dari pusat photography dan wedding center dengan
konsep arsitektur kontemporer.

BAB IV. JADWAL PERANCANGAN

Jadwal perancangan pusat photography dan wedding center ini dilakukan


selama lebih kurang enam bulan dengan rincian jadwal sebagi berikut :

No Uraian Waktu Perancangan (Bulan)


Kegiatan 1 2 3 4 5 6
1. Sidang Judul
2. Penyusunan Laporan Perancangan BAB-1 s/d BAB 5
3. Asistensi dan Responsi Laporan Perangan :
PUSTAKA
4. Asistensi dan Responsi Laporan Perangan :
ANALISA
5. Asistensi dan Responsi Laporan Perangan : KONSEP
6. Pengerjaan DED Tahap-1
7. Sidang Seminar Hasil Review

16
8. Pengerjaan DED Tahap-2
9. Sidang Akhir
10 Perbaikan Laporan dan Gambar DED
11 Persetujuan Perbaikan

DAFTAR PUSTAKA

Ambasari A (2014) Perancangan Photography Center di Surabaya dengan


pendekatan Combined Methapors. Diunduh 15 Juni 2020
Harian Sinar Indonesia dan Tribun Medan (2014) Event Budaya Lokal Kota
Medan Diunduh 15 Juni 2020
Nisa (2013) Pengertian Fotografi dan Wedding Center. Diunduh 16 Juni 2020
Rahayu P, Sasmito W, Yulistriani (2017) Perancangan Semarang Wedding Center
dengan Tema Arsitektur Modern. Diunduh 16 Juni 2020
Serentu N, Egam, Rompas J (2017) Wedding Center di Manado. Diundih 16 Juni
2020

17
18

Anda mungkin juga menyukai