CONTOH
CONTOH
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan dan Manfaat Perancangan.............................................................3
1.3. Urgensi Permasalahan...............................................................................4
1.4. Batasan Perancangan.................................................................................4
1.5. Luaran yang diharapkan............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Terminologi...............................................................................................4
2.1.1. Defenisi Photograhpy........................................................................4
2.1.2. Definisi Wedding Center....................................................................5
2.1.3. Definisi Pusat Photograhpy dan Wedding Center.............................6
2.2. Standart Perancangan................................................................................6
2.3. Studi Banding Proyek Sejenis...................................................................7
2.3.1. Studi Presedent...................................................................................7
2.3.2. Perancangan Yang Sudah Pernah Ada (Jurnal Mahasiswa).................8
2.4. Studi Tema Sejenis..................................................................................11
2.5. Kerangka Teoritik Pusat Photography dan Wedding Center..................12
BAB III. METODE PERANCANGAN.................................................................12
3.1. Lokasi Perancangan.................................................................................12
3.2. Tahapan Perancangan..............................................................................16
BAB IV. JADWAL PERANCANGAN.................................................................16
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan fotografi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan
yang pesat baik dari segi ekonomis dan pertumbuhan komunitasnya.
Perkembangan fotografi di Indonesia juga erat hubungannya di Kota Medan.
Salah satu bukti bahwa kota Medan memiliki perkembangan perkembangan yang
pesat adalah dengan diadakannya event pameran fotografi bernama “SALON
FOTO INDONESIA” yang ke 35 di Indonesia. Event ini diadakan pada tanggal
04 Desember 2014 di Kota Medan oleh komunitas yang bernama FPSI ( Federasi
Perkumpulan Senifoto Indonesia ). Dalam sesi wawancara yang dilakukan oleh
wartawan koran “Sinar Indonesia Baru”, Ketua FPSI Solichin Margo
menjelaskan, pihak penyelenggara Salonfoto Indonesia ke 35 tahun 2014 telah
menyeleksi lebih dari 2.700 foto. Jumlah ini termasuk tinggi dan menunjukkan
bahwa peminatan fotografi di Kota Medan sudah tinggi. Di sesi wawancara lain
yang di lakukakan oleh Koran “Tribun Medan” kepada ketua panitia pameran
Salon Foto Indonesia, Petros Loe, 05 November 2014, menyatakan bahwa ia
selaku panitia penyelenggara foto bangga dikarenakan jumlah peminat fotografi di
Kota Medan tinggi dan adanya event ini ia ingin memperkenalkan budaya local
kota Medan. (Harian Sinar Indonesia, dan Tribun Medan, 2014)
Selain itu seiring dengan perkembangan fotografi di Kota Medan, banyak
terdapat komunitas-komunitas fotografi di Medan, diantaranya adalah Medan
Photography Club, Toba Photographer Club, Shutter 1.8 Photo Club, Sendaljepit,
Kutu Kupret, Penggila Foto, Mata Kamera, Djaman Jepret, Karo Photographer
Club, FORSAMI, Photographer dan Model Medan, Insyaf Jepret, Rumah Tustel,
Jendela Bumi, Levitasi Hore Medan, Lensa Manual Medan, Medan Street
Hunting. Selain nama-nama komunitas fotografi di atas, masih banyak komunitas
fotografer lainnya yang bersifat UKM di Universitas-universitas di Kota Medan.
Berbicara mengenai fotografi tak lepas kaitannya dengan pernikahan
(Wedding). Pernikahan (wedding) adalah suatu perjanjian suci dan kokoh untuk
hidu bersama secara sah antara seorang laki – laki dengan seorang perempuan
1
untuk membentuk keluarga yang kekal. (Thalib 1980, dalam Nisa, 2013).
Pernikahan tak lepas juga dengan suatu wadah/tempat untuk melangsungkan
sebuah resepsi pernikahan untuk diperlihatkan dan dipertontonkan kepada
khalayak ramai. Pernikahan juga saling berkaitan dengan fotografi karena melalui
fotografi mampu mengabadikan setiap moment sakral dalam sebuah pernikahan,
yang nantinya hasil dari fotografi tersebut dapat menghasilkan sebuah karya
berupa gambar yang dapat dijadikan kenangan. Karena keterkaitan tersebut,
fotografi dan wedding center dapat di gabungkan dalam satu lingkungan yang
sama namun masih saling berkaitan.
Seiring dengan berkembangnya modernisasi di tengah kehidupan
masyarakat Indonesia, pernikahan tidak hanya dipandang sebagai upacara
pengikatan janji perkawinan saja, namun juga menjadi moment sekali seumur
hidup yang harus dirayakan secara terencana , mewah dan besar-besaran untuk
meninggalkan kesan bagi pengantin, keluarga maupun tamu yang hadir. Sebagai
kota metropolitan di Indonesia, kota Medan juga memiliki masyarakat dengan
pemikiran modern seperti di kota-kota besar lainnya. Dalam hal pernikahan, tidak
sedikit dari masyarakat kota Medan yang melangsungkan pernikahannya secara
mewah dan bergaya modern. Bagi masyarakat dengan kelas ekonomi menengah
atas, biasanya menggunakan ballroom hotel mewah ataupun gedung serbaguna
untuk dijadikan tempat resepsi pernikahan.
Perancangan ini sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh Ambasari
(2014) mengusung konsep combined methaphors (Metafora Kombinasi) yaitu
memiliki dua karakter baik visual maupun non visual. Untuk karakter visual yaitu
mengajak pengamat untuk dapat melihat suatu karya arsitektural dari sudut
pandang yang berbeda guna menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif. Untuk
karakter non visual yaitu konsep yang akan diaplikasikan terhadap rancangan.
Konsep tersebut yaitu “Complexity in Unity”. Complexity in Unity adalah suatu
kerumitan yang memiliki satu kesatuan baik dari segi fungsi, interior, maupun
eksteriornya. Sehingga diperoleh perancangan yang sesuai dengan fungsi.
Perancangan lainnya pernah dilakukan oleh Surentu, Egam, Rompas (2017)
mengusung konsep simbolis yaitu mengambil bentukan dari simbol – simbol
2
sebuah pernikahan yang diekspreikan kedalam suatu bangunan, guna
menyampaikan pemahaman fungsi – fungsi bangunan atau ruang – ruang dalam
bangunan. Perancangan lainnya juga pernah dilakukan oleh Rahayu, Sasmito,
Yulitriani (2017) mengusung konsep city walk dam street walk yang diseusaikan
dengan prinsip – prinsip pada gaya arsitektur modern.
Masalah yang terjadi saat ini adalah Fasilitas kegiatan fotografi masih
sangat sedikit khususnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan berupa pameran
fotografi. Biasanya apabila ada kegiatan berupa pameran fotografi dilakukakan
dengan cara menyewa tempat atau mengadakan pameran tersebut di dalam Hall
pusat perbelanjaan dan di Hotel-hotel yang ternama di Kota Medan. Sementara itu
galeri fotografi yang tersedia di Kota Medan saat ini hanyalah milik komunitas
Fotografi bernama “Klub Fotografi Andi Lubis” yang bertujuan untuk
memamerkan hasil karya komunitasnya bukan untuk keperluan komersil.
Dari fenomena dan permasalahan di atas dapat kita simpulkan bahwa Kota
Medan sudah mengalami perkembangan fotografi yang pesat. Namun dari
permasalahan yang ada Kota Medan belum memliki wadah khusus untuk
melakukan kegiatan-kegiatan fotografi seperti pameran fotografi, workshop, dan
seminar yang dilengkapi dengan gedung wedding indoor dan area wedding
outdoor.
Terkait hal tersebut maka ditegaskan rumusan masalah dalam perancangan ini
yaitu:
1. Seperti apa penataan lansekap dan desain bangunan pusat Photograhpy
dan Wedding Center dengan konsep kontemporer ?
3
Indonesia, khususnya Kota Medan. 2) Meningkatkan kualitas dan
mengembangkan pengetahuan fotografer di medan. 3) Menyalurkan ilmu
pengetahuan yang bertujuan memberikan informasi melalui pameran, sharing dan
gathering. 4) Sebagai saran wadah khusus untuk retail shop kamera di Kota
Medan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terminologi
5
2.1.2. Definisi Wedding Center
Menurut (Ristandi, 2009) Wedding Center merupakan wadah dan
pusat pelayanan usaha jasa pernikahan, yang menyediaakan seluruh
kebutuhan dan pelaksanaan pesta resepsi pernikahan.
6
Toilet
Restoran
Musholla
ATM center
Pengelolaan Ruang direksi
administrasi Ruang staf
Pengelolaan Resepsionis
teknis Ruang
Kegiatan Pelayanan Bangunan administrasi
Pengelolaan terhadap Pelayanan dan Ruang konsultasi
customer Pengelolaan Ruang rapat
Publikasi Ruang arsip
terhadap Ruang genset
masyarakat Pos penjagaan
Toilet
7
1. Resepsi 1. Aula 1. Pengelolaan
Pernikahan 2. Parkir administrasi
(indoor) 2. Pengelolaan
teknis
8
“Complexity in Unity”. Complexity in Unity adalah suatu kerumitan yang
memiliki satu kesatuan baik dari segi fungsi, interior, maupun
eksteriornya. Sehingga diperoleh perancangan yang sesuai dengan fungsi.
Perancangan lainnya pernah dilakukan oleh Surentu, Egam, Rompas
(2017) mengusung konsep simbolis yaitu mengambil bentukan dari simbol
– simbol sebuah pernikahan yang diekspreikan kedalam suatu bangunan,
guna menyampaikan pemahaman fungsi – fungsi bangunan atau ruang –
ruang dalam bangunan. Perancangan lainnya juga pernah dilakukan oleh
Rahayu, Sasmito, Yulitriani (2017) mengusung konsep city walk dam
street walk yang diseusaikan dengan prinsip – prinsip pada gaya arsitektur
modern.
9
Aplikasi Konsep Pada Perancangan Gedung Industri Kreatif
Gubahan Massa Bangunan Elemen Ruang Luar dan Orientasi Bangunan
Uraian
Vegetasi
Studi Kasus
Wedding
Center di
Manado
(Serentu,
Egam, Wedding chapel diletakkan
Konsep gubahan massa mengambil
dekat dengan laut agar
bentuk lingkaran. Berdasarkan
Rompas, mendapatkan viex laut yang
pengembangan tapak pertimbangan
2017) Penataan vegetasi juga bagus. Tempat penginapan
bentuk lingkaran berdasarkan tema
mengikuti konsep yaitu ditata diletakkan di belakang agar
simbolisasi sebuan cincin. Secara
mengikuti bentuk lingkaran mendapat tingkat privasi yang
spesifik bentukan dasar mengambil
seperti konsep dasar, sehingga tinggi. Wedding hall
bentuk lingkaran untuk selanjutnya
memberikan kesan tidak kaku, diletakkan berdampingan
mengadopsi prinsip pengurangan
relax, mengalir, dan dengan wedding service, agar
menjadi bentuk lingkaran menyerupai
memberikan pemandangan posisi massa terlihat jelas dan
cincin sehingga nilai astetika diperoleh
yang menarik dengan nilai simbolisasi cincin terlihat
melalui kolaborasi tema dan bentuk
estetika yang indah. nyata dari depan tapak.
cincin sebagai simbol.
Uraian Bentuk Bangunan Simetris Kolom yang Terlihat Material Modern
Studi Kasus
Perancangan
Semarang
Wedding
Center
dengan
Tema Material yang digunakan pada
Kolom pada bangunan bangunan ini mendominasi
Arsitektur dibiarkan terlihat guna material modern seperti kaca,
Modern menambah kesan gagah, kayu playwood, dan ACP.
maskulin, dan modern.
(Rahayu,
Bentuk bangunan simetris, yaitu terlihat
Sasmito,
pada denah dan tampak banguan yang
Yulistriani, apabila ditarik garis lurus pada titik
tengah, maka sisi bagian kanan dan kiri
2017)
sama besar. Kemudian fasade sisi kanan
dan kiri sama (cerminan)
10
(Sumber : Dikontruksikan oleh Ambasari 2014, Serentu, Egam, Rompas 2017, Rahayu,
Sasmito, Yulistriani 2017)
Kualitas ruang menerapkan dua karakteristik Pengolahan bentuk massa menerapkan Bentuk massa bangunan disesuaikan
arsitektur kontemporer yaitu kenyamanan dua karakteristik arsitektur kontemporer dengan fungsi dari masing-masing
hakiki pengguna, serta penggunaan material yaitu gubahan massa yang ekspresif dan fasilitas (wedding hall, wedding shop,
dan teknologi baru. Pada wedding hall kenyamanan hakiki pengguna. Maka, pengelola, dan fasilitas penunjang) dan
kenyamanan hakiki pengguna dari segi audio bentuk dasar massa keseluruhan memerhatikan alur kegiatan serta
dan visual diwujudkan pada sistem akustika bangunan menggunakan bentuk geometri peletakan ruang sehingga terbentuk
dan pencahayaan ruangan. Penyelesaian persegi karena sifatnya yang efisien ruangan-ruangan yang universal untuk
akustika difokuskan pada ruang resepsi. dalam segi fungsi dan terkesan simple berbagai gaya pernikahan. Tampilan
Suara yang ada di dalam ruangan diolah namun kokoh dengan penambahan atau bangunan didominasi oleh penggunaan
sehingga tidak menimbulkan cacat akustik pengurangan massa merupakan penerapan material baru seperti kayu, kaca, batu
dengan sistem pemasangan dinding double- gubahan massa yang ekspresif pada alam dengan permainan warna dan
leaf membuat suara tidak mudah keluar dari bangunan. Kenyamanan pengguna pada tekstur yang muncul dari material
dalam ruangan. Selain itu, lantai ruangan tata massa diwujudkan dengan tersebut diterapkan pada wedding hall,
dilapisi karpet agar dapat menyerap suara penggunaan tata massa pola cluster yang wedding shop, serta guest house
secara optimal. Sistem akustika pada dikelompokkan berdasarkan zona
11
bangunan ini menggunakan sistem menyebar kegiatan dan penzoningan pada site.
(desentralisasi), dimana penempatan speaker Bentuk massa bangunan sesuai dengan
berada pada titik tertentu sehingga kegiatan yang diwadahi serta mampu
menghasilkan suara yang merata. Pusat jasa menampilkan karakteristik arsitektur
pernikahan ini memiliki aktivitas yang kontemporer, maka didapat tata massa
berlangsung baik di dalam (indoor) maupun bangunan pada pusat jasa pernikahan
di luar (outdoor), untuk itu kenyamanan seperti di bawah ini
pengguna perlu diperhatikan dengan sistem
pencahayaan ruangan yang optimal.
12
pada kawasan kota dengan jalur transportasi yang mampu memberikan akses yang
baik. Berikut alternatif lokasi yang direncanakan.
Alternatif 1
13
Gambar : Alternatif Lokasi 1
14
Gambar : Alternatif Lokasi 2
JUMLAH 33 28
Tabel Penilaian
0 : Buruk 1 : Kurang 2 : Cukup 3 : Baik 4: Sangat
Baik
(Sumber : Anlisis Pribadi, 2020)
15
3.2. Tahapan Perancangan
16
8. Pengerjaan DED Tahap-2
9. Sidang Akhir
10 Perbaikan Laporan dan Gambar DED
11 Persetujuan Perbaikan
DAFTAR PUSTAKA
17
18