Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 | PENELITIAN

Kajian Model Revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan


Dwi Lindarto Hadinugroho
dwilindarto@gmail.com

Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Kawasan Heritage Kesawan Medan sejatinya tengah menghadapi degradasi vitalitas dengan
maraknya residential flight, activity flight dan demolition. Kajian ini bertujuan mengungkap peluang
posisi strategis kawasan Kesawan yang dilingkupi oleh pusat perekonomian kota Pajak Ikan Lama,
Lapangan Merdeka, Masjid Bengkok dan Perniagaan Katamso guna revitalisasi dengan model linkage
visual dan linkage struktural (Bacon, 1978). Dengan pendekatan metode deskriptif kualitatif strategi
eksplanatoris sekuensial (Creswell,2014) serta analisis dengan metoda kritik interpretatif evocatif
(Attoe, 1978) dilakukan pengungkapan unsur potensi penyatu dalam imaji line (garis), corridor
(lorong), edge (tepian), axis (sumbu), rhythm (irama). berupa genius locus tangible (arsitektur)
ataupun intangible (event, celebration, activity support, character of place). Hasil kajian
mengungkap arcade, street furniture, local event-celebration, street market, infrastruktur dan
bangkitan activity support merupakan unsur pembentuk linkage potensial. Hasil kajian selayaknya
dimanfaatkan sebagai konsep bagi model revitalisasi kawasan dan perekonomian wilayah kota
Medan khususnya kawasan Kesawan Medan.

Kata-kunci : kawasan Heritage Kesawan, Medan, revitalisasi

Pendahuluan

Keberhasilan pengembangan wilayah kota ditandai dengan berfungsinya suatu kawasan dalam
peningkatan ekonomi wilayah dan pemerataan hasil pembangunan. Kawasan niaga kota lama sering
tidak mampu mempertahankan eksistensinya sebagai suatu penggerak roda ekonomi dimana
perkembangan keragaman jenis perniagaan tidak sejalan dengan fasilitas arsitekturnya. Hal ini
memunculkan kemunduran perwajahan urban economics berupa penurunan vitalitas kawasan
Vitalitas menunjuk kepada kondisi keefektifan suatu tempat dalam fungsinya sebagai utilitas
pendukung kegiatan masyarakat kota (Lynch, 1981). Kondisi degradasi vitalitas dan ketidak efektifan
kawasan niaga ditunjukkan oleh suasana sprawl pemanfaatan ruang kawasan, residential flight dan
activity flight.
Salah satu kawasan kota lama yang cukup terkenal sebagai Central Business District adalah Kawasan
Kesawan Medan. Kawasan ini berada di posisi strategis pengembangan wilayah kota Medan sebagai
edge district di tepian Esplanade (sekarang Lapangan Merdeka) di pusat kota Medan. Ditengah
kepopuleran Kawasan Kesawan sebagai Warisan Cagar Budaya Arsitektur Kolonial sekaligus destinasi
wisata andalan kota Medan ternyata Kawasan Kesawan mengalami demolition arsitektur menyisakan
hanya 17,14% warisan budaya yang masih dapat diketengahkan (Lindarto,2016). Citra Kawasan
Heritage Kesawan telah sampai pada titik memprihatinkan hingga sangat diperlukan tindak
revitalisasi kawasan untuk menunjang pengembangan wilayah kota Medan. Model revitalisasi
kawasan perkotaan dewasa ini salah satunya adalah retrofitting suburban (Dunham, 2009) suatu
pendekatan revitalisasi yang berbasis kearifan lokal. Model ini berkepentingan terhadap

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 45


Kajian Model Revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan
pengungkapan potensi local wisdom (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) dengan
penekanan terhadap penggalian potensi kearifan lokal yang disebut genius loci atau esensi/jiwa
tempat (Norberg-Schulz,1991). Potensi lokal demikian merupakan modal urban catalyst bagi
revitalisasi kawasan. Penelitian ini bertujuan mengkaji dan mengungkap potensi pengembangan
wilayah serta kearifan tempat di Kawasan Kesawan Medan yang berguna bagi desain model
revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan.

Metode Kajian

Untuk mengungkap potensi unsur kearifan tempat serta warisan budaya bagi kegiatan revitalisasi
digunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi eksplanatoris sekuensial (Creswell,2014).
Tahap pengumpulan data dengan teknik observasi, rekaman gambar dan pemetaan terhadap obyek
heritage yang memiliki cultural significancy kuat di Kawasan Kesawan. Sejalan dengan arahan teori
perancangan kota (Zahnd, 1999) yang memperhatikan makna tempat, dari segi konteks, citra,
estetika perilaku kegiatan lokal, sosio-ekonomi-spatial maka dilakukan pencandraan langsung
terhadap potensi unsur linkage visual (line, corridor, edge, axis, rhythm) serta unsur linkage
struktural (tambahan, sambungan, tembusan). Potensi kearifan tempat tersebut akan dianalisis
dengan metoda kritik interpretatif evocatif (Attoe, 1978), menggugah pemahaman intelektual atas
makna yang dikandung pada suatu pengalaman atau fenomena. Validasi partisipatif dilakukan
sekuensial melalui model in depth interview terhadap dua belas nara sumber (purposive sampling)
kalangan pemerintahan dan akademisi.

Kawasan Kesawan berada di jalan Ahmad Yani, Kecamatan Medan Barat Kota Medan berupa koridor
bentuk ruko fungsi komersil, tempat tinggal dan kantor. Kawasan Kesawan dilingkungi oleh pusat
ekonomi kota di Jalan Perniagaan (dikenal sebagai kawasan Pajak Ikan Lama), pertokoan Jalan
Masjid (Masjid Bengkok), Lapangan Merdeka (populer sebagai Pusat Kuliner Merdeka Walk) dan
perkantoran Jalan Katamso. Gambaran kondisi Kawasan Kesawan Medan yang diunggulkan sebagai
warisan Heritage Medan saat ini beserta lingkungan sekitar adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Lokasi kajian Kawasan Kesawan Medan

46 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017


Dwi Lindarto H

Gambar 2. Kawasan Kesawan Tempo Doeloe


Sumber: Collectie TropenMuseum De Kesawan te Medan
Sumber: tipsiana.com/dl.jan2017

Gambar 3. Kawasan Kesawan Masa Kini


Sumber: tipsiana.com/dl.jan2017

Beberapa fragmen pemanfaatan ruang di sekitar kawasan Kesawan yang memerlukan olahan
linkage untuk disatukan dengan koridor Kesawan sehingga dapat meningkatkan vitalitas
kawasan Kesawan adalah aktivitas Lapangan Merdeka, Pajak Ikan Lama, Kawasan Katamso ,
Masjid Niaga Bengkok ditunjukkan pada Gambar 4 berikut:

(d) (a)

(c) (b)

Gambar 4. Lingkungan Sekitar Kawasan Kesawan


a). Esplanade (Merdeka Walk)- b).Pajak Ikan lama- c).Niaga Katamso Street- d).Niaga Masjid Bengkok
(survey, 2017)
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 47
Kajian Model Revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan

Analisis dan Interpretasi

Analisis Potensi Linkage Visual

Model linkage visual (Bacon, 1978) digunakan untuk menegaskan hubungan dan sirkulasi gerakan
dinamis suatu kegiatan di perkotaan sebagai suatu urban fabric. Fragmentasi pusat kegiatan kota
ditengarai menjadi salah satu penyebab penurunan vitalitas kota sehingga diperlukan adanya
penghubung antar pusat kegiatan sehingga terjadi pemerataan kegiatan. Tindakan penghubungan
linkage visual terbagi atas linkage yang menghubungkan dua daerah secara berimbang atau linkage
yang menghubungkan dua daerah dengan pengutamaan pada satu daerah yang potensial. Unsur
Linkage Visual merupakan unsur potensi penyatu kutub pertumbuhan (growth centre) kawasan
dalam imaji line (garis), corridor (lorong), edge (tepian/sisi), axia (sumbu), rhythm (irama). Unsur
pembentuk linkage visual tersebut dapat berupa genius locus tangible (misalnya arsitektur) ataupun
intangible (misalnya event, celebration, activity support, character of place) (Schultz, 1980; Shirvani,
1985).

Gambar 5. Pembentukan Linkage Visual (Bacon,1978)

Potensi unsur pembentuk linkage tangible

Potensi unsur imaji line pembentuk linkage visual berupa rangkaian arcade yaitu teritis yang
menaungi pedestrian sepanjang jalan Ahmad Yani. Deretan arcade teduh dan artistik di depan ruko
haritage Kesawan menjadi garis pengarah yang efektif bagi para pejalan kaki menjelajah sepanjang
Kesawan. Arcade ini menghubungkan antar pusat kegiatan dari kawasan niaga Katamso sampai ke
Lapangan Merdeka sebagai main corridor. Adapun jalur Kesawan menuju Pajak Ikan Lama
dihubungkan jalan dengan model naungan teritis (yang terbentuk oleh set back lantai satu
bangunan ruko). Model teritis demikian lebih memungkinkan pedagang kaki lima untuk eksis di
wilayah tersebut sementara model arcade lebih tertata rapi sebagai toko.

Gambar 6. Model Arcade dan Teritis Kawasan Kesawan


(survey, 2017)

48 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017


Dwi Lindarto H
Arcade dan teritis tersebut juga merupakan potensi unsur imaji edge / sisi tepian pembentuk linkage
visual di Kawasan Kesawan. Dengan ramainya kegiatan di tepian antara rumah-toko dengan jalan
kendaraan menjadikan wilayah di bawah teduhan arcade/teritis menjadi koridor menarik
menjelaskan hubungan sirkulasi yang jelas antar pusat kegiatan. Dalam hal ini potensi pengaliran
kegiatan event atau activity support dari kawasan Pajak Ikan Lama dan Kawasan niaga Masjid
Bengkok dapat dialirkan menghidupkan kegiatan koridor Kesawan (retrofitting sub-urban). Kekuatan
sifat celebration perdagangan internasional Pajak Ikan Lama dapat diduplikasi menjadi kegiatan
yang menjalar di Kawasan Kesawan dengan imbuhan pengaturan aksen pada edge (trotoar), jenis
kegiatan khas di trotoar (street market) dan berbagai outdoor activity support (festival kuliner,
bazaar dsb).

Gambar 7. Event dan Celebration Kawasan Kesawan


(Survey, 2013)
Suatu koridor merupakan potensi bagi pembentukan linkage kawasan. Apitan ruko dengan
ketinggian lebih dari 2 lantai menghasilkan kesan koridor yang kuat utamanya di jalan Ahmad Yani
(walaupun beberapa terlihat demikian kacau/sprawl). Koridor yang terbentuk oleh massa bangunan.
Pada kawasan Pajak Ikan Lama koridor justru terbentuk oleh sekumpulan kegiatan perdagangan
formal dan informal. Sifat kesesakan (crowding) menjadi pembentuk koridor yang menghasilkan
suasana pasar tradisional egaliter yang khas. Koridor kesesakan alih-alih menjadi potensi local
genius activity support .

Gambar 8. Koridor Bangunan dan Koridor Activity Support Kawasan Kesawan


(survey, 2017)
Potensi pembentuk linkage antar kawasan diperkuat dengan pengkayaan olahan rhythm/irama
artefak heritage semisal perulangan arcade. Kawasan Kesawan sekarang telah mengalami berbagai
perubahan antara lain terciptanya dominasi bangunan berskala besar (Lindarto, 2016). Dominasi
demikian membentuk kesan landmark (lepas dari elok/tidaknya bangunan tersebut). Peran sebagai
landmark merupakan potensi bagi pembentukan rythme memecah kontinuitas deretan ruko yang
cenderung monoton. Dominasi bangunan skala besar juga merupakan elemen penghentian
sementara (halte) bagi para pedestrian dalam sequensial jelajah Kawasan Kesawan. Jenis activity
support kawasan Kesawan yang beragam antara lain resto Tip Top, kuliner, toko komersial, masjid
Bengkok, museum Tjong A Fie, Hotel dan heritage building menciptakan rythme tersendiri yang
potensial sebagai elemen linkage kawasan.

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 49


Kajian Model Revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan

Gambar 9. Restoran TipTop dan Museum Tjong A Fie potensi rythme linkage
Kawasan Kesawan (survey, 2017)

Posisi Kawasan Kesawan sebagai jalur transportasi kota dari Belawan-Deli Tua menjadikan axis di
Kesawan demikian kuat membujur utara-selatan kota Medan. Axis atau sumbu yang terbentuk oleh
arcade juga menguatkan peran daya tarik kawasan Katamso sampai ke Lapangan Merdeka.
Ketersediaan transportasi di axis ini menjamin aksesibilitas yang tinggi bagi kawasan Kesawan.
Ketersediaan infrastruktur kota juga merupakan pendukung utama bagi terselenggaranya revitalisasi
aktif kawasan ini. Secara keseluruhan pembentuk linkage visual berdasarkan potensi lokal kawasan
dirangkum sebagai berikut:

Tabel 1. Ringkasan pembentuk linkage visual dengan ekspresi unsur tangible kawasan

No Pembentuk Linkage Visual Unsur Tangible Kawasan


1 Line / Garis Arcade, street furniture, pusat kegiatan, jalur linkage
antar pusat kegiatan (jalan penghubung)
2 Edge / tepian, sisi Arcade, pola trotoar, kegiatan street market, outdoor
activity.
3 Corridor Apitan bangunan ruko, arus lalu lintas searah, jalur
linkage antar pusat kegiatan (jalan penghubung),
4 Rhythm Perulangan arcade, dominasi kelompok bangunan,
style bangunan, jenis activity support (commercial,
religy, culiner, hotel, heritage building)
5 Axis / Sumbu Main axis (kawasan Katamso-Esplanade), Secondary
axis-( Kesawan-Pajak Ikan)
Secondary axis-( Kesawan-Masjid Bengkok)
Street furniture, Karakter kegiatan di jalan
Sumber : hasil analisis, 2017

Analisis Potensi Linkage Struktural

Pengembangan wilayah suatu kawasan yang berkualitas tidak terlepas dari konektifitas dengan
potensi lingkungan sekitarnya. Colin Rowe (2007) menyiratkan bahwa kesenjangan hubungan
struktural antar wilayah merupakan suatu krisis vitalitas kawasan yang diragukan kualitasnya. Lebih
lanjut beliau menganjurkan sistem collage sebagai bentuk jejaring antar kawasan penggiat
pemanfaatan ruang kota berkualitas. Analisis dalam gambar berikut mengupas elemen linkage
struktural tambahan, sambungan, tembusan sebagai bahan collage model rancangan revitalisasi di
Kawasan Kesawan Medan.

50 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017


Dwi Lindarto H

Gambar 10. Linkage Struktural Zonasi Revitalisasi Kawasan Kesawan


(analisis, 2017)

Jelajah pengungkapan potensi linkage visual dan linkage struktural ini merupakan upaya kajian yang
mengarah kepada pengungkapan potensi wujud fisik tangible arsitektur kota serta potensi kearifan
tempat. Sebagaimana kajian revitalisasi dengan pangarus utamaan pemanfaatan kearifan lokal
dalam sebutan retrofitting suburbia, adaptive re-use, revitalisasi, penataan kawasan, konservasi
kawasan (Dunham,2004;Antariksa,2005;Ibrahim et.al,2007;Wildana Nur,2010;Plevoets et.al 2011)
maka kajian ini merupakan varian dan pengkayaan model revitalisasi kawasan kota yang mengalami
degradasi vitalitas fungsi dengan model pengaliran activity support yang diangkat dari kearifan
setempat.

Kesimpulan

Dari hasil analisis dan interpretasi diperoleh kesimpulan bahwa ditengah degradasi vitalitas ternyata
kawasan Kesawan masih memiliki potensi yang dapat dipergunakan sebagai unsur revitalisasi
dengan cara penyusunan linkage visual dan linkage struktural dari berbagai potensi pusat
pertumbuhan ekonomi kawasan di sekitarnya seperti Pajak Ikan Lama, Kawasan Niaga Katamso,
Merdeka Walk di Lapangan Merdeka dan Kawasan Niaga Masjid Bengkok. Terungkap bahwa potensi
unsur pembentuk linkage tangible adalah arcade, street furniture, local event-celebration on city
walk, street market, infrastruktur dan bangkitan activity support disamping artefak architectural
heritage yang utama.

Pusat kegiatan sekitar kawasan Kesawan yang selama ini ter-alienasi dan terpinggirkan oleh nama
besar Kawasan bersejarah “Kesawan” (padahal sejatinya tengah mengalami degradasi vitalitas yang
memprihatinkan) melalui kajian ini diperoleh kemungkinan penghubungan / pengaliran /
pembangkitan kegiatan pusat ekonomi sekitar untuk menghidupkan kembali vitalitas Kawasan
Kesawan.

Diharapkan dengan adanya aktifitas kegiatan niaga akan mampu menghidupkan kawasan sehingga
eksistensi kawasan Kesawan sebagai pusaka budaya dapat terpelihara baik. Hasil kajian ini
merupakan konsep dasar bagi model perencanaan revitalisasi kawasan bagi Pemerintah Kota Medan.
Kajian ini akan lebih bermakna jika dilengkapkan dengan kajian sosial-ekonomi dan kebijakan publik
sehingga kawasan Kesawan dapat kembali menjadi kebanggaan dan identitas kota Medan.

Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | 51


Kajian Model Revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan
Daftar Pustaka

Antariksa. (2005). Permasalahan Konservasi dalam Arsitektur dan Perkotaan, Jurnal Sains dan Teknologi,
EMAS,15,(1); 64-78
Attoe, W. (1978). Architecture and Critical Imagination, John Wiley & Sons, New York, pp. 89
Bacon, Edmund N. (1978). Design of Cities. New York: Penguin books.
Creswell, J.W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California:
Sage Publications, Inc.
Dunham-Jones, E. & Williamson, J. (2009). Retrofitting Suburbia: Urban Design Solutions for Redesigning
Suburbs. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.
Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc.
Ibrahim, E. et.al (2007), Pelestarian Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon, Jurnal Sains dan Teknologi, EMAS 17
(1);48-66
Krier, R. (1975). Architectural Composition, versi Indonesia oleh Ir. Effendi Setiadharma dkk. , Jakarta: Erlangga
Lynch, K. (1960). The Image of The city. Cambridge, Massachusetts: The M.I.T. Press.
Lynch, K. (1981). The Theory of Good City Form. Cambridge, Massachusetts: The M.I.T. Press.
Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Norberg-Schultz, C. (1991). Genius Loci: Towards a Phenomenology of Architecture. , New York: Rizolli
International Publications
Plevoets. et.al. (2011), Adaptive Reuse as a Strategy Toward Conservation of Cultural Heritage: a Literature
Review, WIT Transactions on The Built Environment, Vol 118, WIT Press
Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design Process, Van Nostand Reinhold, Michigan University.
Wildana, N.K. (2010). Revitalisasi Kawasan Pecinan Sebagai Pusaka Kota (Urban Heritage) Makassar, Magister
Perancangan Kota,ITS, Surabaya.
Zahnd, M. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.

52 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

Anda mungkin juga menyukai