HERITAGE2017 B 045 052 Kajian Model Revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan
HERITAGE2017 B 045 052 Kajian Model Revitalisasi Kawasan Heritage Kesawan Medan
Abstrak
Kawasan Heritage Kesawan Medan sejatinya tengah menghadapi degradasi vitalitas dengan
maraknya residential flight, activity flight dan demolition. Kajian ini bertujuan mengungkap peluang
posisi strategis kawasan Kesawan yang dilingkupi oleh pusat perekonomian kota Pajak Ikan Lama,
Lapangan Merdeka, Masjid Bengkok dan Perniagaan Katamso guna revitalisasi dengan model linkage
visual dan linkage struktural (Bacon, 1978). Dengan pendekatan metode deskriptif kualitatif strategi
eksplanatoris sekuensial (Creswell,2014) serta analisis dengan metoda kritik interpretatif evocatif
(Attoe, 1978) dilakukan pengungkapan unsur potensi penyatu dalam imaji line (garis), corridor
(lorong), edge (tepian), axis (sumbu), rhythm (irama). berupa genius locus tangible (arsitektur)
ataupun intangible (event, celebration, activity support, character of place). Hasil kajian
mengungkap arcade, street furniture, local event-celebration, street market, infrastruktur dan
bangkitan activity support merupakan unsur pembentuk linkage potensial. Hasil kajian selayaknya
dimanfaatkan sebagai konsep bagi model revitalisasi kawasan dan perekonomian wilayah kota
Medan khususnya kawasan Kesawan Medan.
Pendahuluan
Keberhasilan pengembangan wilayah kota ditandai dengan berfungsinya suatu kawasan dalam
peningkatan ekonomi wilayah dan pemerataan hasil pembangunan. Kawasan niaga kota lama sering
tidak mampu mempertahankan eksistensinya sebagai suatu penggerak roda ekonomi dimana
perkembangan keragaman jenis perniagaan tidak sejalan dengan fasilitas arsitekturnya. Hal ini
memunculkan kemunduran perwajahan urban economics berupa penurunan vitalitas kawasan
Vitalitas menunjuk kepada kondisi keefektifan suatu tempat dalam fungsinya sebagai utilitas
pendukung kegiatan masyarakat kota (Lynch, 1981). Kondisi degradasi vitalitas dan ketidak efektifan
kawasan niaga ditunjukkan oleh suasana sprawl pemanfaatan ruang kawasan, residential flight dan
activity flight.
Salah satu kawasan kota lama yang cukup terkenal sebagai Central Business District adalah Kawasan
Kesawan Medan. Kawasan ini berada di posisi strategis pengembangan wilayah kota Medan sebagai
edge district di tepian Esplanade (sekarang Lapangan Merdeka) di pusat kota Medan. Ditengah
kepopuleran Kawasan Kesawan sebagai Warisan Cagar Budaya Arsitektur Kolonial sekaligus destinasi
wisata andalan kota Medan ternyata Kawasan Kesawan mengalami demolition arsitektur menyisakan
hanya 17,14% warisan budaya yang masih dapat diketengahkan (Lindarto,2016). Citra Kawasan
Heritage Kesawan telah sampai pada titik memprihatinkan hingga sangat diperlukan tindak
revitalisasi kawasan untuk menunjang pengembangan wilayah kota Medan. Model revitalisasi
kawasan perkotaan dewasa ini salah satunya adalah retrofitting suburban (Dunham, 2009) suatu
pendekatan revitalisasi yang berbasis kearifan lokal. Model ini berkepentingan terhadap
Metode Kajian
Untuk mengungkap potensi unsur kearifan tempat serta warisan budaya bagi kegiatan revitalisasi
digunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi eksplanatoris sekuensial (Creswell,2014).
Tahap pengumpulan data dengan teknik observasi, rekaman gambar dan pemetaan terhadap obyek
heritage yang memiliki cultural significancy kuat di Kawasan Kesawan. Sejalan dengan arahan teori
perancangan kota (Zahnd, 1999) yang memperhatikan makna tempat, dari segi konteks, citra,
estetika perilaku kegiatan lokal, sosio-ekonomi-spatial maka dilakukan pencandraan langsung
terhadap potensi unsur linkage visual (line, corridor, edge, axis, rhythm) serta unsur linkage
struktural (tambahan, sambungan, tembusan). Potensi kearifan tempat tersebut akan dianalisis
dengan metoda kritik interpretatif evocatif (Attoe, 1978), menggugah pemahaman intelektual atas
makna yang dikandung pada suatu pengalaman atau fenomena. Validasi partisipatif dilakukan
sekuensial melalui model in depth interview terhadap dua belas nara sumber (purposive sampling)
kalangan pemerintahan dan akademisi.
Kawasan Kesawan berada di jalan Ahmad Yani, Kecamatan Medan Barat Kota Medan berupa koridor
bentuk ruko fungsi komersil, tempat tinggal dan kantor. Kawasan Kesawan dilingkungi oleh pusat
ekonomi kota di Jalan Perniagaan (dikenal sebagai kawasan Pajak Ikan Lama), pertokoan Jalan
Masjid (Masjid Bengkok), Lapangan Merdeka (populer sebagai Pusat Kuliner Merdeka Walk) dan
perkantoran Jalan Katamso. Gambaran kondisi Kawasan Kesawan Medan yang diunggulkan sebagai
warisan Heritage Medan saat ini beserta lingkungan sekitar adalah sebagai berikut:
Beberapa fragmen pemanfaatan ruang di sekitar kawasan Kesawan yang memerlukan olahan
linkage untuk disatukan dengan koridor Kesawan sehingga dapat meningkatkan vitalitas
kawasan Kesawan adalah aktivitas Lapangan Merdeka, Pajak Ikan Lama, Kawasan Katamso ,
Masjid Niaga Bengkok ditunjukkan pada Gambar 4 berikut:
(d) (a)
(c) (b)
Model linkage visual (Bacon, 1978) digunakan untuk menegaskan hubungan dan sirkulasi gerakan
dinamis suatu kegiatan di perkotaan sebagai suatu urban fabric. Fragmentasi pusat kegiatan kota
ditengarai menjadi salah satu penyebab penurunan vitalitas kota sehingga diperlukan adanya
penghubung antar pusat kegiatan sehingga terjadi pemerataan kegiatan. Tindakan penghubungan
linkage visual terbagi atas linkage yang menghubungkan dua daerah secara berimbang atau linkage
yang menghubungkan dua daerah dengan pengutamaan pada satu daerah yang potensial. Unsur
Linkage Visual merupakan unsur potensi penyatu kutub pertumbuhan (growth centre) kawasan
dalam imaji line (garis), corridor (lorong), edge (tepian/sisi), axia (sumbu), rhythm (irama). Unsur
pembentuk linkage visual tersebut dapat berupa genius locus tangible (misalnya arsitektur) ataupun
intangible (misalnya event, celebration, activity support, character of place) (Schultz, 1980; Shirvani,
1985).
Potensi unsur imaji line pembentuk linkage visual berupa rangkaian arcade yaitu teritis yang
menaungi pedestrian sepanjang jalan Ahmad Yani. Deretan arcade teduh dan artistik di depan ruko
haritage Kesawan menjadi garis pengarah yang efektif bagi para pejalan kaki menjelajah sepanjang
Kesawan. Arcade ini menghubungkan antar pusat kegiatan dari kawasan niaga Katamso sampai ke
Lapangan Merdeka sebagai main corridor. Adapun jalur Kesawan menuju Pajak Ikan Lama
dihubungkan jalan dengan model naungan teritis (yang terbentuk oleh set back lantai satu
bangunan ruko). Model teritis demikian lebih memungkinkan pedagang kaki lima untuk eksis di
wilayah tersebut sementara model arcade lebih tertata rapi sebagai toko.
Gambar 9. Restoran TipTop dan Museum Tjong A Fie potensi rythme linkage
Kawasan Kesawan (survey, 2017)
Posisi Kawasan Kesawan sebagai jalur transportasi kota dari Belawan-Deli Tua menjadikan axis di
Kesawan demikian kuat membujur utara-selatan kota Medan. Axis atau sumbu yang terbentuk oleh
arcade juga menguatkan peran daya tarik kawasan Katamso sampai ke Lapangan Merdeka.
Ketersediaan transportasi di axis ini menjamin aksesibilitas yang tinggi bagi kawasan Kesawan.
Ketersediaan infrastruktur kota juga merupakan pendukung utama bagi terselenggaranya revitalisasi
aktif kawasan ini. Secara keseluruhan pembentuk linkage visual berdasarkan potensi lokal kawasan
dirangkum sebagai berikut:
Tabel 1. Ringkasan pembentuk linkage visual dengan ekspresi unsur tangible kawasan
Pengembangan wilayah suatu kawasan yang berkualitas tidak terlepas dari konektifitas dengan
potensi lingkungan sekitarnya. Colin Rowe (2007) menyiratkan bahwa kesenjangan hubungan
struktural antar wilayah merupakan suatu krisis vitalitas kawasan yang diragukan kualitasnya. Lebih
lanjut beliau menganjurkan sistem collage sebagai bentuk jejaring antar kawasan penggiat
pemanfaatan ruang kota berkualitas. Analisis dalam gambar berikut mengupas elemen linkage
struktural tambahan, sambungan, tembusan sebagai bahan collage model rancangan revitalisasi di
Kawasan Kesawan Medan.
Jelajah pengungkapan potensi linkage visual dan linkage struktural ini merupakan upaya kajian yang
mengarah kepada pengungkapan potensi wujud fisik tangible arsitektur kota serta potensi kearifan
tempat. Sebagaimana kajian revitalisasi dengan pangarus utamaan pemanfaatan kearifan lokal
dalam sebutan retrofitting suburbia, adaptive re-use, revitalisasi, penataan kawasan, konservasi
kawasan (Dunham,2004;Antariksa,2005;Ibrahim et.al,2007;Wildana Nur,2010;Plevoets et.al 2011)
maka kajian ini merupakan varian dan pengkayaan model revitalisasi kawasan kota yang mengalami
degradasi vitalitas fungsi dengan model pengaliran activity support yang diangkat dari kearifan
setempat.
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan interpretasi diperoleh kesimpulan bahwa ditengah degradasi vitalitas ternyata
kawasan Kesawan masih memiliki potensi yang dapat dipergunakan sebagai unsur revitalisasi
dengan cara penyusunan linkage visual dan linkage struktural dari berbagai potensi pusat
pertumbuhan ekonomi kawasan di sekitarnya seperti Pajak Ikan Lama, Kawasan Niaga Katamso,
Merdeka Walk di Lapangan Merdeka dan Kawasan Niaga Masjid Bengkok. Terungkap bahwa potensi
unsur pembentuk linkage tangible adalah arcade, street furniture, local event-celebration on city
walk, street market, infrastruktur dan bangkitan activity support disamping artefak architectural
heritage yang utama.
Pusat kegiatan sekitar kawasan Kesawan yang selama ini ter-alienasi dan terpinggirkan oleh nama
besar Kawasan bersejarah “Kesawan” (padahal sejatinya tengah mengalami degradasi vitalitas yang
memprihatinkan) melalui kajian ini diperoleh kemungkinan penghubungan / pengaliran /
pembangkitan kegiatan pusat ekonomi sekitar untuk menghidupkan kembali vitalitas Kawasan
Kesawan.
Diharapkan dengan adanya aktifitas kegiatan niaga akan mampu menghidupkan kawasan sehingga
eksistensi kawasan Kesawan sebagai pusaka budaya dapat terpelihara baik. Hasil kajian ini
merupakan konsep dasar bagi model perencanaan revitalisasi kawasan bagi Pemerintah Kota Medan.
Kajian ini akan lebih bermakna jika dilengkapkan dengan kajian sosial-ekonomi dan kebijakan publik
sehingga kawasan Kesawan dapat kembali menjadi kebanggaan dan identitas kota Medan.
Antariksa. (2005). Permasalahan Konservasi dalam Arsitektur dan Perkotaan, Jurnal Sains dan Teknologi,
EMAS,15,(1); 64-78
Attoe, W. (1978). Architecture and Critical Imagination, John Wiley & Sons, New York, pp. 89
Bacon, Edmund N. (1978). Design of Cities. New York: Penguin books.
Creswell, J.W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California:
Sage Publications, Inc.
Dunham-Jones, E. & Williamson, J. (2009). Retrofitting Suburbia: Urban Design Solutions for Redesigning
Suburbs. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.
Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc.
Ibrahim, E. et.al (2007), Pelestarian Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon, Jurnal Sains dan Teknologi, EMAS 17
(1);48-66
Krier, R. (1975). Architectural Composition, versi Indonesia oleh Ir. Effendi Setiadharma dkk. , Jakarta: Erlangga
Lynch, K. (1960). The Image of The city. Cambridge, Massachusetts: The M.I.T. Press.
Lynch, K. (1981). The Theory of Good City Form. Cambridge, Massachusetts: The M.I.T. Press.
Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Norberg-Schultz, C. (1991). Genius Loci: Towards a Phenomenology of Architecture. , New York: Rizolli
International Publications
Plevoets. et.al. (2011), Adaptive Reuse as a Strategy Toward Conservation of Cultural Heritage: a Literature
Review, WIT Transactions on The Built Environment, Vol 118, WIT Press
Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design Process, Van Nostand Reinhold, Michigan University.
Wildana, N.K. (2010). Revitalisasi Kawasan Pecinan Sebagai Pusaka Kota (Urban Heritage) Makassar, Magister
Perancangan Kota,ITS, Surabaya.
Zahnd, M. (1999). Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta: Kanisius.