Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

kelainan pada sistem reproduksi

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan

Dosen

Yeti Hernawati, SST.,M.Keb

Disusun oleh:

Dini Pitrianti ( 4004180008)

Ega lassri rizqi G (4004180036)

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufiq,
hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“kelainan organ reproduksi”. Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas
mata kuliah Asuhan Kebidanan.Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini telah
diatur sedemikian rupa oleh Sang Pencipta yakni Allah SWT. Tidak terkecuali makhluk
yang menempatinya, khususnya manusia. Bahkan sejak lahir hingga mati semuanya
telah diatur. Termasuk didalamnya mengenai kelahiran, rizki, jodoh, dan kematian
sudah ditentukan semenjak seseorang masih dalam kandungan ibunya. Al-Qur'an pun
turut membahas mengenai masalah tersebut khususnya tentang perkembangan
manusia ketika masih di dalam rahim ibu. Untuk itu sebagai umat muslim yang
meyakininya, selayaknya mempelajari dan memahami hal tersebut. Mungkin makalah
ini dapat sedikit membantu dalam mengenal dan mempelajarinya.Namun sebagai
penulis, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini, maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
diperlukan penulis demi kesempurnaan penulisan makalah berikutnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu ciri terpenting kemampuan mahluk hidup adalah untuk berkembang
biak. Spesies mahluk hidup mampu bertahan hidup dengan membentuk individu baru
sebelum mati. Dimana yang kita ketahui, setiap triliunan sel yang terdapat pada tubuh,
berasal dari satu sel dari proses pembuahan. Yakni proses penggabungan dua sel yaitu
sel sperma dan sel telur yang terjadi pada organ reproduksi.

terdiri dari dua bagian utama, yaitu sprema diproduksi dan penis. Penis dan uretra
merangkap menjadi sitem urinasi dan reproduksi pada pria. Testis terletak pada
kantung eksternal yang disebut scrotum, dimana secara normal testis ini memiliki suhu
yang lebih rendah disbanding suhu tubuh untuk memfasilitasi produksi sperma.

Organ reproduksi wanita adalah ovarium, tuba falopi, uterus, serviks, vagina, dan vulva.
Kombinasi dari funsgsi organ primer ini akan menjadi sistem reproduksi. Terkadang
kelainan dapat mengakibatkan ketidaksuburan dan harus segera diobati, terlebih lagi
jika ada rencana untuk memiliki keturunan. Kelainan yang terjadi dapat diakibatkan oleh
infeksi, kerusakan fisik atau ketidakseimbangan hormone.

Organ reproduksi antara pria dan wanita itu pastinya berbeda, pada sistem reproduksi
terdapat kelainan atau penyakit yang dapat menyerang organ reproduksi yang dapatdi
sebabkan oleh bakteri, faktor genetik, hormone maupun virus.
1.2 Rumusan masalah

1. Menjelaskan tentang kelainan pada sistem reproduksi.


2. Menjelaskan penyakit yang sering terjadi pada sistem reproduksi.
3. Menjelaskan kelainan pada sistem reproduksi pria.
4. Menjelaskan kelainan pada system reproduksi wanta.
5. Menjelaskan kelainan pada tali pusat.
6. Menjelaskan kelainan pada air ketuban.
7. Menjelaskan kelainan pada janin dan cacat bawaan.

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kelainan pada sistem reproduksi.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyakit yang sering terjadi pada sistem
reproduksi.
3. Mampu menjelaskan kembali tentang kelainan pada sistem reproduksi pria
4. Mengetahui tentang kelainan pada system reproduksi wanita.
5. Memberitahu tentang kelainan pada tali pusat , ar ketuban dan kelainan pada
janin dan kecacatan bawaan.
Bab II

Pembahasan

5.1 organ reproduksi pria

1. Penis
Penis merupakan organ pria yang digunakan untuk melakukan aktivitas
seksual, memiliki 3 bagian, yaitu : akar (yang menempelkan penis ke dinding
abdomen); badan penis atau batang; dan glans (bagian yang berbentuk seperti
cone di bagian ujung penis. Glans ini sering disebut sebgaai kepala penis.
Kepala penis ini ditutupi oleh kulit yang longgar disebut foreskin (kulit khitan).
Kulit ini yang biasanya dihilangkan pada prosedur khitan. Pembukaan uretra,
pipa yang mengangkut semen dan urin, berada di ujung penis. Kepala penis juga
terdiri dari sejumlah ujung saraf yang sensitif.
Batang penis berbentuk tabung dan terdiri dari tiga ruangan berbentuk
melingkar. Ketiga ruang tersebut terbuat dari jaringan seperti spons yang
khusus. Jaringan ini teriri dari beribu-ribu ruangan yang besar yang akan diisi
oleh darah saat seorang pria mengalami ereksi, kemudian batang penis ini akan
menjadi keras dan membesar. Kulit penis ini longgar dengan tujuan untuk
memfasilitasi saat penis mengalami ereksi. Semen, yang terdiri dari sperma akan
dikeluarkan (diejakulasikan) melalui ujung kepala penis saat pria mencapai
orgasme. Saat terjadi ereksi, saluran urin ditutup dari uretra, dan memberikan
jalan pada semen untuk keluar.

2. Scrotum
Scrotum merupakan kantung dengan kulit yang longgar
yangmenggantung di belakang bawah penis. Scrotum ini terdiri dari testikel atau
disebut juga dengan testis., dimana terdapat banyak syaraf dan pembuluh darah.
Scrotum ini berperan sebagai “sistem control cuaca” testis. Untuk perkembangan
normal sperma, testis harus memiliki suhu yang lebih rendah disbanding suhu
tubuh. Otot khusus di dinding scrotum memungkinkan untuk berkontraksi dan
relaks, menggerakkan testis lebih dekat ke tubuh untuk menghangatkan atau
menjauhkan dari tubuh untuk mendinginkan suhu.

3. Testis
Organ ini berbentuk oval, dengan ukuran sebesar buah zaitun yang
menganmbang di dalam scrotum, dijaga dengan struktur yang disebut
sebagai spermatic cord. Kebanyakan pria memiliki dua buah testis. Organ ini
bertanggungjawab pada pembentukan hormone testostern, yang diketahui
sebagai hormone seks utama bagi  pria, dan sebagai penghasil sperma. Di
dalam testis terdapat tabung mellingkar yang disebut tubulus seminiferus,
tubulus ini bertanggung jawanb untuk memproduksi sel-sel sperma.

4. Epididis
Epididimis merupakan saluran yang keluar dari testis, pada sluran ini
sperma disimpan sementara waktu sampai berkembang sempurna, dan dapat
bergerak menuju saluran berikutnya, yaitu vas deferens. Vas deferens
merupakan saluran yang menghubungkan epididymis dan uretra serta berfungsi
sebagai saluran sperma menuju uretra.
5. Uretra
Uretra merupakan saluran akhir dari sluran reproduksi laki-laki yang
terdapat di dalam penis. Uretra selain berfungsi sebagai saluran keluarnya
sperma juga berfungsi sebagai saluran keluarnya urine. Proses keluarnya
sperma ini di kenal dengan ejakulasi.

6. Vesikula seminalis
Vesikula semminalis merupakan stuktur yang berbentuk seperti kantong
kusut kecil (±5 cm) yang terletak di belakang ( posterior) dari kandung kemih.
Kelenjar ini menghasilkan cairan yang bersifat basa (alkali) yang mengandung
fruktosa (gula monosakarida), hormone prostaglandin, dan protein pembekuan.

7. Kelenjar prostat
Kelenjar prostat berfungsi menghasilkan cairan keputih – putihan, sedikit
asam ( pH 6.5), dan mengandung beberapa zat yaitu :
 Asam sitrat yang di gunakan untuk menghasilkan energy (ATP)
 Beberapa enzim, yaitu pepsinogen, lisozim, dan amylase.
 Seminal plasmin yang berfungsi sebagai antibiotic untuk
membunuh bakteri dalam salutan reproduksi.

8. Kelenjar cowper ( bulbouretra)


Kelenjar cowper menghasilkan lendir dan cairan bersifat basa. Cairan ini
berfungsi melindungi sperma dengan cara menetralkan urine yang memiliki pH
asam yang tersisa dalam uretra serta melapisi uretra, sehingga mengurangi
sperma yang rusak selama ejakulasi. Sperma yang di hasilkan testis akan
bercampur dengan getah – getah yang di hasilkan testis akan bercampur dengan
getah – getah yang di hasilkan oleh kelenjar – kelenjar reproduksi, sehingga
terbentuk suatu suspense ( campuran antara zat cair dan zat padat) yang di
sebut semen ( cairan mani). Semen inilah yang di keluarkan melalui uretra. Pada
umumnya, volume semen yang di keluarkan sebesar 2,5 – 5 mililiter (ml). dalam
tiap 1 mililiter semen terkandung 50 – 150 juta sel sperma. Dari jutaan sel
sperma tersebut hanya 1 sel sperma yang akan berhasil membuahi sel telur.

5.2 kelainan pada sistem reproduksi pria

Berikut adalah beberapa kelainan pada sistem reproduksi pria :

• kanker prostat
Kanker prostat, merupakan kelainan yang sering terjadi pada sistem
reproduksi pria, namun pria juga dapat mengalami sakit testicular dan kanker
penis. Kanker ini berkembang di bagian kelenjar prostat dan dapat menyebar ke
bagian tubuh lainya terutama pada tulang dan lymph node. Ciri ciri kanker
prostat adalah kesulitan buang air kecil, rasa sakit bagian prostat, impotensi, dll.
Penanganan untuk kanker prostat tergantung pada usia, tingkat keparahan
penyakit, dan kondisi kesehatan pasien lainnya. Penanganan yang paling umum
pada kanker prostat adalah operasi, terapi radiasi, dan treatmen hormonal.

Gambar proses terjadinya kanker prostat


5.3 organ reproduksi wanita

1. Ovarium
Ovarium merupakan salah satu alat reproduksi wanita berupa kelenjar
kecil berukuran almond, terletak di sebelah kiri dan kanan samping rongga
panggul dan bagian atas uterus. Memiliki bentuk seperti telur, di dalam folikel
inilah sel telur atau ovum berkembang. Sel oosit (calon telur). Berkembang sejak
awal kehidupan seseorang perempuan dan mencapai kematangan setelah
pubertas, Ovarium memproduksi hormone seks wanita seperti estrogen dan
progesterone .
Sel telur ini diroduksi dari sel oocyte yang berkembang dengan lambat
selama hidup wanita  mencapai masa puber. Setiap bulan menjelang ovulasi, sel
telur atau ovum dilepaskan. Ovum ini berjalan dari ovarium menuju tuba falopi,
dimana fertilisasi terjadi.
2. Tuba Falopi
Tuba falopi merupakan sepasang pipa otot yang memanjang dari kiri dan
kanan bagian ujung atas uterus menuju tepi ovarium. Ujung tuba falopi  ini
berbentuk struktur corong yang disebut infudibulum, yang ditutupi oleh semacam
jari-jari kecil yang disebut fimbriae. Fimbriae menggesek pinngiran ovary untuk
menjemput pelepasan sel telur dan membawanya ke infudibulum untuk
kemudian ditransfer ke uterus. Masing-masing tuba falopi bagian dalamnya
ditutupi oleh cilia yang berkerja dengan otot lembut untuk membawa sel telur ke
uterus.

3. Uterus
Uterus adalah organ berongga, otot, yang berbentuk seperti pir. Terletak
di bagian atas dan bawah kelanjar kencing. Uterus berhubungan dengan dua
tuba falopi pada bagian ujung atasnya, dan berhubungan dengan vagina (melalui
cervix) pada bagian ujung bawahnya. Uterus ini juga dikenal dengan sebutan
rahim, yang menunjang perkembangan janin selama hamil. Bagian dalam uterus,
disebut dengan endometrium, yang menunjang perkembangan embrio pada
awal kehamilan. Otot bagian dalam uterus berkontraksi saat kelahiran untuk
mendorong janian melalui jalur kelahiran.

4. Vagina
Vagina adalah organ yang elastic, memiliki otot pipa yang terhubung
dengan cervix uterus (mulur rahim) dan terhubung dengan bagian luar tubuh.
Organ ini terletak di bagian bawah uterus dan bagian atas kelanjar kencing.
Vagina berfungsi sebagai wadah dari penis selama kegiatan seksual
berlangsung, dan membawa sperma ke uterus dan tuba falopi. Organ ini juga
berfungsi sebagai jalur kelahiran karena kemampuannya yang dapat meregang
untuk bisa dilewati bayi saat wanita melahirkan. Selama mestruasi, darah
mengalir keluar juga melalui vagina.

5. Vulva
Vulva adalah nama kolektif untuk organ genital wanita bagian luar, terletak
di bagian pubic tubuh. Vulva mengelilingi bagian luar ujung uretra dan vagina,
termasuk mons pubis, labia mayora, labia minora, dan klitoris. Mons pubic
adalah sebuah lapisan yang menonjol dari jaringan adipose antara kulit dan
tulang pubik sebagai bantalan vulva.
Bagian bawah dari mons pubik terbai menjadi kanan dan kiri yang disebut
labia mayora. Mons pubis dan labia mayora ditutupi oleh rambut pubik. Di bagian
dalam labio mayora, terdapat bagian yang lebih kecil, dengan kulit berlipat tanpa
rambut disebut labia minora yang mengelilingi vagina dan ujung uretra. Bagian
ujung atas labia minora adalah kumpulan jaringan kecil yangbisa mengeras,
disebut klitoris. Klitoris ini mengandung banyak ujung saraf untuk sensasi
kesenangan saat hubungan seks berlangsung.   

2.4 Kelainan pada Sistem Reproduksi Wanita


Berikut adalah beberapa kelainan pada sistem reproduksi wanita :

 Kanker ovarium,

terdapat banyak bagian organ dari sistem reproduksi wanita yang bisa
dipengaruhi oleh kanker. Pada wanita, kanker dapat menyerang uterus, ovarium,
payudara, dan serviks. Kanker ovarium diketahui memiliki akibat yang lebih buruk
dibanding kanker lainnya pada organ reproduksi, karena kanker ovarium ini dapat
terdeteksi saat sudah berkembang dengan signifikan. Tidak ada standar screening
untuk kanker ovarium, sehingga sulit dideteksi dari dini.
Gambar kanker ovarium

 Kanker serviks

untuk deteksi kanker serviks terdapat dua metode, yaitu test pap screen untuk
perubahan seluler di dalam serviks, disebut cytology. Sementara tes human
papillomavirus genital (HPV) mengidentifikasi keberadaan infeksi dengan HPV, yaitu
strain yang berhubungan dengan kanker serviks.
Gambar kanker serviks

 Dysmenorrhea

merupakan penyakit yang sering terjadi pada sistem reproduksi wanita, yang
menyerang saat wanita mengalami menstruasi setiap bulan. Rasa sakit ini dapat terjadi
sebelum atau saat menstruasi, dan dalam rentang waktu yang berbeda, bisa dari 1
hingga 7 hari dan mengganggu aktivitas harian. Penanganan terbaik untuk penyakit ini
adalah dengan menghambat efek prostaglandin dengan ibuprofen dan naproxen. Pil KB
juga bisa digunakan untuk mengatasi dysmenorrheal karena menurunkan aliran darah.
 Infeksi jamur pada vagina

Candida merupakan jamur yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh


dalam 2 bentuk yang berbeda yaitu blastopore (blasroconidia) adalah bentuk
venotip yang bertanggung jawab dalam tranmisi dan penyebaran, serta
germinated yeast.

 Herpes genitalis

Herpes adalah penyakit yang di sebab kan oleh infeksi virus herpes yang
tandai dengan rasa gatal dan rasa sakit di sekitar alat kelamin.
 Gonorhoea
Penyakit ini yang bisa di sebut kencing nanah di sebabkan oleh
bakteri, gejala penyakit ini adalah keluarnya cairan seperti nanah dari
saluran kelamin, muncul rasa panas, dan sering buang air kecil. Bakteri
yang menyebabkan penyakit ini dapat menyebar ke seluruh tubuh
sehingga menyebabkan rasa nyeri pada kesendian dan dapat
mengakibatkan kemandulan.

 Miom
Penyakit miom adalah jenis penyakit tumor pada otot rahim dan
merupakan sel tumor jinak yang banyak tumbuh pada dinding rahim dan
vagina. Jenis penyakit satu ini termasuk penyakit yang banyak dialami
oleh wanita. Meskipun penyakit satu ini tidak berbahaya, bukan berarti
tidak cepat ditindak lanjut. Jika miom tidak segera diobati, bisa menjadi
penyakit berbahaya. Yang mana menurut sebagian orang terutama
wanita, miom merupakan penyakit yang cukup ditakuti. Takutnya wanita
akan penyakit satu ini dikarenakan miom menjadi salah satu penyebab
wanita sulit hamil. Ini dikarenakan ada sebagian wanita yang memiliki
penyakit ini membuat rahimnya harus diangkat. Besar kecilnya miom
berbeda-beda tergantung telah berapa lama penyakit ini Anda. Semakin
lama miom berada di dalam tubuh, maka semakin besar ukurnya.
 Kista
Penyakit kista adalah kondisi yang disebabkan oleh benjolan
berbentuk kapsul atau kantung dan terisi dengan cairan, semisolid, atau
material gas, yang dapat muncul pada jaringan tubuh mana saja.
Ukuran benjolan bervariasi, mulai dari sangat kecil (mikroskopik)
hingga sangat besar. Benjolan kista yang berukuran besar bisa
menghimpit organ dalam yang berada di dekatnya. Tergantung pada
lokasi, benjolan kista memiliki beberapa jenis umum, seperti: Kista
ovarium atau kista indung telur adalah kantung berisi cairan di dalam atau
pada permukaan indung telur.
7.5 kelainan tempat kehamilan

1. kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan
ektopik terganggu dapat menyebabkan terjadi abortus maupun ruptur yang
menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. Lebih dari 60% kehamilan
ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan
tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang
tinggi.
Penelitian Cunningham di Amerika Serikat melaporkan bahwa kehamilan
ektopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam dari pada
kulit putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada
wanita kulit hitam. Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang 1-
14,6%.4 Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat
keterlambatan haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-
80%), nyeri abdominal atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik baru
dapat ditegakkan pada usia kehamilan 6–8 minggu saat timbulnya gejala
tersebut . Gejala lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada
kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri
bahu, dan dispareunia. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic
tenderness, pembesaran uterus dan massa adneksa.
Penanganan kehamilan ektopik pada umunya ialah laparotomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan
yaitu: kondisi penderita, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya,
lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvis, kemampuan teknik
bedah mikro dari dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro
setempat. Hasil perimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan ppembedahan
konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis
tuba. Kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa; oleh karena itu deteksi
dini dan pengakhiran kehamilan merupakan tatalaksana yang disarankan
yaitu dengan obat-obatan atau operasi.

7.6 kelainan plasenta

1. Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah gangguan komplikasi di mana sebagian atau


seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi sempat lahir. Kondisi
ini bisa menyebabkan bayi kekurangan oksigen dan terjadi pendarahan hebat
pada ibu hamil. Solusio plasenta biasanya sering terjadi menginjak trimester
ketiga kehamilan. Selain perdarahan, gejala atau tanda-tanda lain yang
mengiringi solusio plasenta adalah rasa nyeri pada perut dan pinggang, rahim
berasa seperti ditekan, serta durasi kontraksi yang terlampau sering.

Ada beberapa penyebab terjadinya solusio plasenta, yaitu benturan keras


pada perut, berkurangnya cairan ketuban, penggunaan obat-obatan terlarang
saat kehamilan, tekanan darah tinggi, serta faktor-faktor lainnya. Dalam kondisi
kehamilan di bawah 34 minggu, selain tindakan medis diupayakan supaya ibu
hamil istirahat total. Sedangkan kehamilan di atas 34 minggu, kerap kali
kelahiran dini dilakukan untuk menyelamatkan anak dan ibu. Baca juga: Ibu
Hamil Jangan Menangis, Ini Dampaknya untuk Janin Biasanya kalau ibu memiliki
riwayat solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan situasi yang
sama akan terjadi. Ada baiknya untuk menghindari segala bentuk risiko, ibu
hamil senantiasa melakukan konsultasi rutin kepada dokter.

2. Previa Plasenta

Previa plasenta adalah gangguan plasenta di mana kondisi plasenta


melekat pada bagian bawah rahim. Penutupan jalan lahir karena plasenta ini
terbagi pada empat situasi, pertama plasenta menutupi keseluruhan jalan lahir,
menutupi sebagian jalan lahir, mendekati lubang jalan lahir tapi tidak
menutupinya, dan yang terakhir adalah kondisi di mana plasenta tertanam di
rahim bagian bawah. Gejala yang mengiringi previa plasenta adalah perdarahan
tanpa disertai rasa nyeri dan tanpa ada kontraksi pada rahim.

Beberapa faktor yang memicu terjadinya previa plasenta adalah faktor


usia ibu, yaitu usia ibu yang masih terlalu muda sehingga rahim belum terlalu
siap menerima kehamilan. Selain itu, usia yang terlalu tua juga bisa
meningkatkan risiko previa plasenta, riwayat persalinan yang terlalu dekat, serta
keadaan rahim yang pernah mengalami trauma seperti bekas dikuret atau pun
jenis operasi lainnya.

Memperhatikan asupan gizi ibu hamil adalah salah satu cara untuk
meminimalisir risiko terjadinya previa plasenta. Terutama kalau usia ibu hamil
masih tergolong muda atau terlalu tua, ada baiknya memperbanyak makanan
sayuran berwarna hijau tua, seperti bayam, kangkung, singkong, sawi, dan
sumber protein seperti tahu, ikan, telur, buah-buahan, dan konsumsi air putih
secukupnya. 

3. Pengapuran Plasenta

Gangguan plasenta lainnya yang biasa sering dialami oleh ibu hamil
adalah pengapuran plasenta. Ini adalah kondisi di mana terjadi penuaan pada
plasenta diakibatkan penumpukan kalsium. Pengapuran plasenta ditandai
dengan munculnya bintik-bintik putih pada plasenta yang biasanya terjadi karena
paparan asap rokok atau pun kebiasaan merokok saat hamil, kehamilan di usia
muda, serta tidak menjaga gizi selama hamil.

7.7 kelainan air ketuban


Jumlah cairan amnion yang normal akan meningkat selama kehamilan
dari hanya beberapa millimeter sampai kira-kira satu liter pada usia kehamilan 38
minggu. Setelah itu, jumlah ini akan berkurng hingga sekitar 800 mL pada
kehamilan cukup bulan. Cairn amnion bersifat tidak statis, air yang merupakan
bagian terbesarnya diganti setiap jam dan zat yang terlarut di dalamnya diganti
setiap tiga jam. Pada beberapa kasus, jumlah cairan amnion dapat menjadi lebih
sedikit dari normal (oligohidramnion), maupun lebih banyak dari yang normal
(polihidramnion/hidramnion).

A. Polihidramnion
Insidensi hidramnion dijumpai pada sekitar satu persen dari semua
kehamilan. Diagnosis polihidramnion/ hidramnion ditentukan dari
pemeriksaan USG. Batasan hidramnion adalah apabila volume cairan
ketuban melebihi 2000 mL. Hidrmnion ringan apabila lebih dari 2000 mL,
Sedangkan hidramnion sedang apabila lebih dari 3000 mL. Diagnosis
klinis sulit ditegakkan, dan cukup bervariasi dengan menggunakan
pengukuran yang berbeda-beda. Untuk itu pemeriksaan USG dapat
dibantu dengan pemeriksaan pengukuran lingkar perut
menggunakan medline.
B. Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu kelainan cairan ketuban dimana
jumlah cairan ketuban/amnion yang terlalu sedikit. Jumlah cairan amnion
pada kehamilan cukup bulan sekitar 300-500 mL. Saat didiagnosis pada
pertengahan kehamilan, kelainan ini sering berkaitan dengan agenesis
renal (tidak adanya ginjal) atau sindrom Potter, yaitu bayi yang menderita
hypoplasia pulmoner. Jika terdiagnosis sebelum kehamilan 37 minggu, hal
ini kemungkinan berkaitan dengan abnormalitas janin atau ketuban pecah
dini yang menyebabkan cairan amnion gagal berakumulasi kembali.
Jumlah cairan aminon yang terlalu sedikit dapat berakibat pada
kurangnya ruang intauterin, dan jika terjadi pada waktu yang lama akan
menyebabkan deformitas kompresi. Wajah bayi akan tampak seperti
terjepit, hidung rata, mikrognatia (deformitas rahang), dan kulit bayi akan
terlihat kering dan kasar. Kejadian oligohidramnion kadang dijumpai pada
kehamilan lebih bulan, dan diyakini berkaitan dengan insufisiensi
placenta. Jika fungsi placenta berkurang, perfusi ke sistem organ janin
juga akan berkurang, termasuk ke ginjal. Penurunan pembentukan urin
janin menyebabkan oligohidramnion karena komponen utama cairan
amnion adalah urin janin.

2.8 kelainan janin dan caact bawaan


7. Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. In: Ilmu Bedah Kebidanan (Edisi I).
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005; p. 198- 210.
8. Sukarni I, ZH Margareth. Kehamilan Persalinan dan Nifas, Jogjakarta: Nuha
Medika, 2013.
9. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan (Edisi Keempat). Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2012.
10. Yulaikh L. Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC, 2009.

1. Bobak, Lowdermilk, Jensen (Alih bahasa: Wijayarini, Anugerah). 2005. Buku Ajar


Keperawatan Maternitas, edisi 4. EGC, Jakarta.
2. Cunningham, et.al. 2006. Obstetric Williams, edisi 21, volume 2. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai