Makalah Medcom
Makalah Medcom
A. DEFINISI MEDCOM
Pasien kompromis medis adalah pasien dengan penyakit sistemik yang harus
Lockhart, 2013). Oleh karena itu, setiap pasien kompromis medis sebaiknya memiliki
evaluasi riwayat medis dan gigi sejak kunjungan pertama perawatan untuk membantu
National Center for Health Statistics melaporkan bahwa 15% dari populasi orang
dewasa berusia ≥ 65 tahun mengalami penyakit sistemik yang kronis. Penyakit paling
umum yang dilaporkan adalah penyakit jantung, DM, dan hipertensi (Bhateja, 2012).
endokrin, (5) gangguan sistem imun, (6) gangguan neurologi, (7) gangguan pencernaan,
dan (8) gangguan ginjal. Umumnya, gangguan kardiovaskuler yang sering terjadi adalah
penyakit jantung dan gangguan endokrin yang sering terjadi adalah diabetes (Broderick,
2009).
B. MACAM MEDCOM
1. Penyakit Kardiovaskuler
Jantung adalah organ tubuh yang sangat baik bertindak sebagai pompa ganda
yaitu menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru, mengalirkannya ke seluruh
organ-organ tubuh, menerima kembali dari organ-organ tubuh, dan membawanya lagi
ke paru-paru, hal ini merupakan sistem tertutup. Jantung pada orang dewasa sehat
berisi 5 liter darah (Broderick, 2009). Tinggi rendahnya tekanan darah dapat memberi
petunjuk baik tidaknya kerja jantung serta besar kecilnya tahanan pembuluh darah dan
aliran darah di jaringan sehingga peningkatan volume darah atau denyut jantung akan
diderita oleh jutaan orang dan menjadi penyebab kematian utama di beberapa negara
termasuk Indonesia. Sampai saat ini penyebab pasti PJK belum diketahui, namun ada
beberapa faktor risiko yang diduga sangat berpengaruh terhadap timbulnya PJK ini
Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya PJK yaitu: (1) faktor perilaku, seperti
kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan diet tidak sehat; (2) faktor
(hipertensi), kadar gula darah (KGD) meningkat (diabetes), dan berat badan
berlebihan (obesitas) (Fauci et al., 2008; WHO, 2011); serta (3) faktor lain, seperti
status pendidikan dan ekonomi rendah, usia lanjut, jenis kelamin, dan faktor
psikologis (stres dan depresi) (WHO, 2011). Faktor risiko yang paling sering dijumpai
pada PJK adalah hipertensi. Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah
di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal ini dapat terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ lain, terutama
organ vital seperti jantung. Kriteria hipertensi merujuk pada kriteria diagnosis Joint
National Committee (JNC) VII tahun 2003 yaitu hasil pengukuran tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (cit. Kemenkes, 2013).
Klasifikasi derajat tekanan darah oleh JNC VII (Department Health Human Services
USA, 2003).
No Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Normal < 120 < 80
2 Prehipertensi 120-139 80-89
3 Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
4 Hipertensi Stage 2 ≥ 160
≥ 100
skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah kesehatan yang tidak
berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah tinggi melaporkan sakit kepala
(terutama di bagian kepala belakang dan pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus
atas tingkat I-IV, walaupun jenis yang lebih ringan mungkin sulit dibedakan antara
satu dan lainnya. Hasil oftalmoskopi juga dapat memberi petunjuk berapa lama
Sebelum melakukan tindakan invasif, perlu bagi dokter gigi untuk mengukur
tekanan darah pasien untuk mengidentifikasi apakah pasien menderita hipertensi atau
tidak. Pasien dengan tekanan darah normal (< 120 sistolik dan < 80 diastol) dan pasien
dental serta dapat diberikan anastesi lokal dengan kandungan epinefrin 1:80.000 atau
dokter gigi. Tekanan darah mereka akan semakin meningkat apabila tingkat kecemasan
mereka terhadap perawatan yang akan dilakukan meningkat. Dokter gigi bisa menunda
perawatan sampai tekanan darah nya normal. Untuk pasien yang memiliki tekanan
darah >180/110, tidak ada perawatan invasif yang bisa dilakukan sampai tekanan
hipertensi stage 1 dan stage 2 dapat diberikan anastesi local dengan pehacain yang
terjadinya bakterimia.
2. Gangguan Endokrin
Salah satu penyakit gangguan endokrin adalah diabetes melitus. Diabetes melitus
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin disebabkan kegagalan relatif sel β dan
resistensi insulin.
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya,
glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas
Diagnosis diabetes melitus awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa
polifagia, poliuria, polidipsia, proritus (gatal), dan parastesi. Pada pemeriksaan klinis
rongga mulut didapatkan Oral Hygiene yang baik/sedang tetapi terdapat kegoyangan
gigi, halitosis (bau mulut berupa bau khas aseton) dan xerostomia.
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa diabetes melitus dapat dilakukan
dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian
dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Keluhan dan gejala
yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau
glukosa darah puasa > 126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa diabetes
diperlukan untuk memastikan diagnosa diabetes melitus. Kadar plasma 2 jam setelah
yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), tergantung
2. Diabetes mellitus tipe 2, Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam
tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-
insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap
dikarenakan beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, dia
betes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
luka yang lama apabila menerima tindakan invasif oleh dokter gigi. Pasien harus
melakukan diet diabetes agar kondisi gula normal saat dilakukan pencabutan,
setidaknya turun agar penyembuhan lebih cepat. Selain itu, pasien tersebut juga harus
meminum obat anti diabetes yang ia konsumsi. Dan dianjurkan untuk melakukan
perawatan di pagi hari karena biasanya saat itu pasien sudah melaksanakan anjuran
dokter dan diabetesnya terkontrol. Dokter gigi harus hati-hati terhadap masalah
penyembuhan luka yang cukup lama, serta apabila ada infeksi dental bisa diberikan
antibiotik profilaksis. Penyembuhan luka yang lama diakibatkan tingginya kadar gula
pada daerah luka sehingga terjadi gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka.
3. Penyakit Ginjal
dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami
komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan
Pada tahun 2002, National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome
tentang evaluasi, klasifikasi, dan stratifikasi penyakit ginjal kronik. Penyakit ginjal
kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan
kelainan patologis atau pertanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada
tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju
Gagal ginjal terbagi atas 2, yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.
Gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba yang biasanya, tapi
tidak seluruhnya, dan bersifat reversibel. Gejalanya berupa frekuensi urin berkurang,
tubuh mudah lelah, nyeri di dada dan sendi, mual dan muntah, sakit perut dan
punggung yang muncul dalam hitungan hari atau minggu. Etiologi gagal ginjal akut
2. Pasca ginjal atau obstruksi. Terjadi akibat obstruksi aliran urin, misalnya
3. Ginjal atau intrinsik atau parenkimal. Akibat penyakit pada ginjal atau
pembuluhnya.
Sedangkan gagal ginjal kronis adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
nefropati refluks, ginjal polikistik, nefropati diabetik, dan bisa juga disebabkan oleh
hipertensi, obstruksi, asam urat, dan ada beberapa hal etiologi yang tidak bisa
didefinisikan. Gejalanya berupa urin berwarna gelap atau keruh, urin berbusa, rasa
nyeri saat buang air kecil, nyeri di pinggang atau perut dan peningkatan atau
khusus, bukan hanya karena adanya hubungan antara sistemik dan rongga mulut tetapi
karena efek samping dan karakteristik dari perawatan yang diterima harus diperhatikan
agar tidak menambah beban dan rasa sakit pada penderita. Perawatan yang
diindikasikan untuk pasien yang menderita penyakit ginjal adalah perawatan non
bedah.
hemodialisis) dan septimia meningkat. Contohnya, saat pencabutan gigi dan tindakan
bedah. Demi mengurangi risiko perdarahan, perawatan dapat dijadwalkan pada hari
setelah hemodialisis supaya heparin dalam darah berada pada tingkat paling minimal.
Daftar Pustaka