Anda di halaman 1dari 41

GAMBARAN PELAYANAN KONSELING GIZI PADA PASIEN

DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT TAHUN 2020


(STUDY LITERATURE)

Oleh DITA LAILATURRAHMA


1813411041

TUGAS AKHIR
POLITEKNIK KESEHATAN
TANJUNGKARANG PRODI DIII GIZI
JURUSAN GIZI
2020
GAMBARAN PENGARUH PELAYANAN KONSELING GIZI
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT X
TAHUN 2020
(STUDY LITERATURE)

Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan


pendidikan pada Program Diploma III Gizi Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Oleh
DITA LAILATURRAHMA
1813411041

TUGAS AKHIR
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIII GIZI JURUSAN GIZI
2020

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Dita Lailaturrahma
NIM : 1813411041
Program Studi/Jurusan: DIII Gizi/Jurusan Gizi
Dengan ini menyatakan tugas akhir saya yang berjudul :
“Gambaran Pengaruh Pelayanan Konseling Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus Di
Rumah Sakit X Tahun 2020 (Study Literature)” adalah hasil karya saya sendiri,
tidak plagiat, dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar. Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan
pernyataan ini maka saya bersedia dituntut dan diproses dengan ketentuan yang
berlaku. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-
benarnya.

Bandar Lampung, Desember 2020

Dita Lailaturrahma
NIM.1813411041

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir

GAMBARAN PENGARUH PELAYANAN KONSELING GIZI PADA


PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2020
(STUDY LITERATURE)

Penulis :
Dita Lailaturrahma/NIM : 1813411041

Telah diperiksa dan disetujui oleh tim pembimbing Laporan Tugas Akhir
Program Diploma III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Bandar Lampung, Desember 2020

Pembimbing Laporan Tugas Akhir

Pembimbing I

Dewi Sri Sumardilah, SKM, M.Kes


NIP. 196208201986012001

Pembimbing II

Roza Mulyani, SKM,MKM


NIP.196206101985032004

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir

GAMBARAN PENGARUH PELAYANAN KONSELING GIZI PADA


PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2020
(STUDY LITERATURE)

Penulis :
Dita Lailaturrahma/NIM : 1813411041

Diterima dan disahkan oleh tim Penguji Laporan Tugas Akhir


Program Diploma III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang
Persyaratan menyelesaikan Diploma III

Tim Penguji

Penguji Utama

Dewi Sri Sumardilah, SKM, M.Kes


NIP : 196208201986012001
Penguji Pendamping I

Roza Mulyani, SKM, MKM


NIP : 196206101985032004
Penguji Pendamping II

Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi

Bertalina, SKM,M.Kes
NIP.196603051988032006

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan
judul “Gambaran Pengaruh Pelayanan Konseling Gizi Pada Pasien Diabetes
Mellitus Di Rumah Sakit Tahun 2020 (Study Literature)” ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan kali ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga
proposal penelitian ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih ini penulis tujukan
kepada :
1. Bapak Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes selaku direktur Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang.
2. Ibu Bertalina, SKM., M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang.
3. Ibu Dewi Sri Sumardilah, SKM,M.Kes selaku dosen pembimbing utama
yang telah mendidik dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan
ini.
4. Ibu Roza Mulyani, SKM, MKM selaku dosen pembimbing kedua yang
telah mendidik dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan ini.
5. Orang tua, kakak, sodara/i, serta sahabat-sahabatku yang telah
memberikan doa, dorongan dan semangat selama penyusunan proposal
penelitian ini.
6. Teman-temanku satu bimbingan dan seluruh teman-teman Gizi angkatan
2018 yang telah berjuang bersama-sama penulis dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak ketidaksempurnaan dalam


penyusunan proposal penelitian ini, baik dari isi maupun penulisannya. Oleh
karena itu diharapkan kritik maupun saran dari semua pihak yang bersifat
membangun senantiasa penulis harapkan demi pesempurnaan proposal penelitian
ini dimasa yang akan datang. Semoga proposal penelitian ini mendapat ridhoNya
dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Desember 2020

Penulis

vi
BIODATA PENULIS

Nama : Dita Lailaturrahma


NIM : 1813411041
Tempat/Tanggal Lahir : Gedung Ram, 28 Oktober 2000
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Mahasiswa : Reguler
Alamat : Jl. Lintas Wiralaga, Desa Gedung Ram,
Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Mesuji.
No. Telepon : 082279019439
Alamat Email : ditasalim28@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. TK : TK Al-Azhar Gedung Ram
2. SD : SD Negeri 1 Tanjung Raya
3. SMP : MTS Al-Azhar Tanjung Raya
4. SMA : SMK Negeri 2 Tanjung Raya
5. DIII Gizi : Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

vii
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN DIII GIZI
Proposal Tugas Akhir, Desember 2020

Dita Lailaturrahma

Gambaran Pengaruh Pelayanan Konseling Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus Di


Rumah Sakit Tahun 2020

x + 26 halaman + 11 lampiran

ABSTRAK

Konseling adalah salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan


kemampuan individu atau keluarga tentang gizi dapat dilakukan melalui
konseling. Konseling adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam
asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang
lebih baik tentang dirinya serta permasalahan yang dihadapi. Diabetes mellitus
(DM) didefinisikan sebagai penyakit kronis yang merupakan hasil dari kurangnya
insulin yang disekresikan oleh pankreas atau tidak efektifnya tubuh dalam
penggunaan hormon insulin tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana Gambaran Pelayanan Konseling Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus Di
Rumah Sakit pada tahun 2020. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Studi
Kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang
digunakan dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai
macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-
kisah sejarah, dsb.

Kata Kunci : Konseling, Diabetes Mellitus.

viii Poltekkes Tanjungkarang


TANJUNGKARANG HEALTH POLYTECHNIC
DEPARTMENT OF NUTRITION DIII
Final Project Proposal, December 2020

Dita Lailaturrahma

Overview of the Effects of Nutrition Counseling Services on Diabetes Mellitus


Patients in Hospitals in 2020
X + 26 pages + 11 attachments

ABSTRACT

Counseling is an effort to increase the knowledge and ability of


individuals or families about nutrition through counseling. Counseling is a form of
approach used in nutritional care to help individuals and families gain a better
understanding of themselves and the problems they face. Diabetes mellitus (DM)
is defined as a chronic disease which is the result of a lack of insulin secreted by
the pancreas or the body's ineffective use of the insulin hormone. This study aims
to determine how the description of nutritional counseling services for diabetes
mellitus patients at the hospital in 2020. The type of research used is Library
Research. Literature study is a study that is used in gathering information and data
with the help of various materials in the library such as documents, books,
magazines, historical stories, etc.
Keywords: Counseling, Diabetes Mellitus.

x Poltekkes Tanjungkarang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN JUDUL BAGIAN DALAM ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iii
LEMBAR PERSETUJUAN iv
LEMBAR PENGESAHAN v
KATA PENGANTAR vi
BIODATA PENULIS vii
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 6
E. Ruang Lingkup Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Konseling 7
B. Diabetes Mellitus 16
C. Konselling Gizi Untuk Diet Diabetes Mellitus 20
D. Pengaruh Konseling Terhadap Tingkat Konsumsi 21
Dan Kadar Gula Darah
E. Kerangka Konsep 22
BAB III METODE PENELITIAN 23
A. Rancangan Penelitian 23
B. Prosedur Penelitian 23
C. Sumber Data 24
D. Teknik Dan Instrument Pengumpulan Data 24
E. Teknik Analisis Data 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27

x Poltekkes Tanjungkarang
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang memegang peranan
penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik pelayanan
medis maupun non medis. Salah satu pelayanan yang memegang peranan
penting adalah pelayanan gizi rumah sakit. Pelayanan ini merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan
sesuaipenyakit yang dideritanya, sehingga dengan gizi yang baik dan
seimbang akan memungkinkan pasien dapat sembuh lebih cepat (Kementrian
Kesehatan RI, 2013).
Konseling gizi adalah kegiatan pemberian informasi atau nasehat gizi dan
dietetik yang erat kaitannya dengan kondisi gizi dan kesehatan seseorang,
konseling gizi terlebih dahulu di awali dengan pengkajian gizi (Depkes RI).
Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan. (Sofyawati dan Leli 2017).
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai penyakit kronis yang
merupakan hasil dari kurangnya insulin yang disekresikan oleh pankreas atau
tidak efektifnya tubuh dalam penggunaan hormon insulin tersebut. World
Health Organization (WHO) memprediksikan bahwa akan terdapat kenaikan
jumlah penderita diabetes dari 135 juta pada tahun 1995 hingga 300 juta pada
tahun 2025. Peningkatan yang paling tinggi diprediksikan akan terjadi di
Benua Asia (Huang MC, 2010 dalam Fadillah Putri; 2015). Worlh Health
Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 364 juta orang di seluruh
dunia mengidap diabetes melitus dan Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) 19,4 juta pada tahun 2010. Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari

1 Poltekkes Tanjungkarang
2

dua kali lipat pada tahun 2030 jika tanpa intervensi (Sofyawati dan Leli 2017).
Menurut National Diabetes Fact Sheet 2014 dalam penelitian milik
Sofyati dan Leli 2017, total prevalensi diabetes di Amerika tahun 2012 adalah
29,1 jutajiwa (9,3%). Dari data tersebut 21 juta merupakan diabetes yang
terdiagnosis dan 8,1 juta jiwa atau 27,8% termasuk kategori diabetes melitus
tidak terdiagnosis. International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia sekitar 4,8% dan
lebih dari setengah kasus DM (58,8%) adalah diabetes melitus tidak
terdiagnosis. IDF juga menyatakan bahwa sekitar 382 juta penduduk dunia
menderita diabetes melitus pada tahun 2013 dengan kategori diabetes melitus
tidak terdiagnosis adalah 46%, diperkirakan prevalensinya akan terus
meningkat dan mencapai 592 juta jiwa pada tahun 2035.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 oleh
Departemen Kesehatan, menunjukan bahwa prevalensi diabetes melitus di
Indonesia untuk usia di atas 15 tahun sebesar 6,9%. Prevalensi diabetes
mellitus di Indonesia mengalami peningkatan dari 1,1% (2007) menjadi 2,1 %
(2013). Prevalensi tertinggi diabetes melitus yang telah di diagnosis oleh
dokter (2013) terdapat di daerah istimewa Yogyakarta (2,6%), dan prevalensi
terendah diabetes melitus terdapat di daerah lampung (0,7%) (Depkes RI,
2013).
Hasil survei yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita DM setelah India,
Cina dan Amerika Serikat dengan pravalensi 8,6% dari total penduduk.
Temuan tersebut membuktikan bahwa penyakit DM merupakan masalah
kesehatan yang sangat serius, hal tersebut didukung dengan tingginya
prevalensi prediabetes di Indonesia (Zeinnmaira R, 2012)
Menurut Sofyawati dan Leli tahun 2017, menunjukan bahwa gambaran
konsultasi gizi pada pasien penderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. M.M. Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo masuk dalam kategori
baik yakni 11 orang dengan presentase (100%). Hal ini dikarenakan bahwa
presentase yang dicapai oleh responden penderita diabetes melitus Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.M. Dunda Limboto > 66,7%

Poltekkes Tanjungkarang
3

dari presentase yang telah ditetapkan. Menurut Rofi 2017, berdasarkan


wawancara dari 18 pasien DMT2, 13 pasien menyatakan telah mematuhi
anjuran makan karena telah menyadari pentingnya merubah pola hidup.
Tanpa upaya pencegahan dan program pengendalian yang efektif
prevalensi tersebut akan terus meningkat. Suatu jumlah yang sangat besar
mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber
daya manusia, sosial dan tingginya biaya kesehatan. Pasien diabetes perlu
diberikan beberapa perawatan agar tidak semakin parah dan tidak mengalami
komplikasi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan baik makroangiopati
maupun mikroangiopati. Jika kadar gula darah dapat selalu dikendalikan
dengan baik diharapkan semua penyulit menahun tersebut dapat dicegah
sehingga pasien dapat menjalani kehidupannya secara normal (Suyono, dkk.
2011).
Salah satu faktor utama kegagalan sebuah terapi adalah ketidakpatuhan
terhadap terapi yang telah direncanakan, maka salah satu upaya penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi adalah dengan edukasi atau
pemberian konseling yang lengkap, akurat serta secara terstruktur tentang
terapi tersebut Adanya pemberian edukasi dan konseling ini sangat penting
karena penyakit diabetes merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya
hidup pasien (Adi Sucipto, 2014)
Adanya pemberian edukasi dan konseling ini sangat penting karena
penyakit diabetes merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup
pasien. Dengan pemberian edukasi dan konseling inilah pasien ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas konseling diabetes melitus dalam meningkatkan
kepatuhan dan pengendalian gula darah pada diabetes melitus (Hentuningtyas,
2013).
Berdasarkan standar pelayanan konsultasi gizi di rumah sakit, khususnya
penyakit diabetes melitus harus dikunjungi oleh ahli gizi dalam waktu 2 x 24
jam sejak awal perawatan konseling gizi atau dapat dilakukan setiap 1 mingg
1 kali dengan waktu 15-20 menit setiap pertemuan (Hentuningtyas, 2013).
Dengan pemberian edukasi dan konseling inilah pasien diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup tentang diabetes, yang selanjutnya dapat

Poltekkes Tanjungkarang
4

merubah sikap dan perilakunya sehingga diharapkan dapat mengendalikan


kondisi penyakit dan kadar gula darahnya dan dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah Bagaimanakah Gambaran Pelayanan Konseling Gizi
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana Gambaran Pelayanan Konseling Gizi Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bagaimana proses pelayanan konseling gizi pada pasien
diabetes mellitus di Rumah Sakit.
b. Mengetahui manfaat atau fungsi pemberian pelayanan konseling
pada pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit.
c. Mengetahui pengaruh konseling gizi pada pasien Diabetes Mellitus
di Rumah Sakit.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pembaca memberi informasi atau perbandingan pelayanan
konseling gizi pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit.
2. Bagi penulis sebagai bahan acuan bagi penulis untuk mengembangkan
penelitian berikutnya yang sejenis.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dipergunakan untuk menjelaskan atau
menggambarkan pelayanan konseling gizi pada pasien diabetes mellitus di
Rumah Sakit. Jenis penelitian yang digunakan adalah Jenis Penelitian yang
digunakan adalah Studi Kepustakaan (Library Research). Studi
kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan dalam
mengeumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam

Poltekkes Tanjungkarang
5

material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-


kisah sejarah, dan sebagainya.

Poltekkes Tanjungkarang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konseling
1. Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
dalam bentuk pendapat atau informasi melalui kata-kata, gerak atau
isyarat (bahasa tubuh) atau simbol dari pemberi pesan atau penerima
pesan.
Ada empat unsur komunikasi, yaitu pemberi pesan, isi pesan,
saluran atau media, dan penerima pesan. Untuk mengetahui tujuan
komunikasi tercapai atau tidak diperlukan umpan balik. Aspek verbal dan
nonverbal bisa digunakan bersama-sama untuk mempermudah pencapaian
tujuan komunikasi.
Tujuan komunikasi akan tercapai dengan baik bila berlangsung dua
arah, yaitu melibatkan pemberi dan penerima pesan secara aktif.
Komunikasi yang memberikakn peluang untuk Tanya jawab, saling
menanggapi, menggali informasi, dan mengklarifikasi akan memudahkan
penerima penerima pesan dalam menerima informasi (Persagi 2013).

2. Prinsip-Prinsip Komunikasi Dalam Konseling


Dalam komunikasi sangat dimungkinkan adanya perbedaan
persepsi antara konselor dan klien. Konselor harus memperhatikan
beberapa hal seperti menghargai pendapat klien, latar belakang agama dan
kepercayaannya, kebudayaan, pendidikan klien. Di bawah ini adalah
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam konseling yaitu:
a. Tentukan tujuan komunikasi. Sebelum memulai proses konseling,
biasanya konselor menanyakan tujuan dari klien datang ke tempat
konseling.

7 Poltekkes Tanjungkarang
8

b. Pahami isi pesan yang akan disampaikan dalam komunikasi. Konselor


harus benar-benar memahami pesan yang akan disampaikan kepada
klien.
c. Samakan persepsi terlebih dahulu agar bisa berbicara dan
berkomunikasi dalam pengertian yang sama tentang pokok bahasan
nya.
d. Gunakan komunikasi verbal ataupun non verbal untuk mencapai
tujuan komunikasi.
e. Gunakan alat bantu atau media yang tepat sesuai kebutuhan (seperti
leaflet, poster, brosur, booklet, food model atau benda asli , video
untuk proses terjadinya penyalit dan yang lainnya). Berikan informasi
secukupnya, tidak berlebihan atau tidak kurang, sesuai situasi dan
keadaan penerima pesan.

3. Definisi Konseling Gizi


Konseling adalah salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan individu atau keluarga tentang gizi dapat dilakukan melalui
konseling. Konseling adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan
dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga memperoleh
pengertian yang lebih baik tentang dirinya serta permasalahan yang
dihadapi. Setelah melakukan konseling, diharapkan individu dan keluarga
mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizinya
termasuk perubahan pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi
kearah kebiasaan hidup sehat (Persagi, 2013)
Dalam proses konseling seseorang yang membutuhkan pertolongan
(klien) dan seseorang yang memberikan bantuan dan dorongan (petugas
konseling atau konselor) akan bertatap muka dan berbicara sedemikian
rupa sehingga klien mampu untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Oleh karenanya, keterampilan komuni8kasi dan hubungan
antar manusia sangat dibutuhkan (Persagi 2013).
Berdasarkan beberapa defini diatas, dapat disimpulkan bahwa
konseling merupakan kegiatan edukasi yang diberikan seorang pemberi

Poltekkes Tanjungkarang
9

konseling (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah


atau yang diberi konseling (klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi klien, dengan karakteristik sebagai berikut :
1. Hubungan antara konselor dan klien adalah hubungan tatap muka
2. Konseling diselenggarakan untuk membantu menyelesaikan suatu
masalah
3. Tujuan konseling adalah klien mengenali diri sendiri, menerima dan
secara realitis dan mengembangkan tujuan.
4. Konseling memberi bantuan kepada individu untuk mengembangkan
pengetahuan, kesehatan mental, serta perubahan sikap dan perilaku.

4. Tujuan Konseling Gizi


Secara umum konseling gizi bertujuan membantu klien dalam
upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga dapat
meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan klien, meliputi perubahan
pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan tindakan. Dalam konseling
gizi terjadi proses komunikasi dua arah memberikan kesempatan
konselor dan klien saling mengemukakan pendapat. Konselor
memberikan informasi dan arahan yang positif yang dapat mengubah
informasi negatif. Konselor juga mengarahkan klien untuk mampu
menentukan sikap dan keputusan untuk mengatasi masalah gizi yang
dialami. Jadi tujuan konseling adalah membantu klien dalam upaya
mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga mampu
meningkatkan kualitas gizi dan kesehatannya.
Dalam buku konseling gizi oleh Endang Basuki (2018), yang
dimaksud dengan tujuan konseling gizi adalah sebagai berikut:
a. Membantu klien dalam mengidentifikasi dan menganalisis masalah
klien serta memberi alternatif pemecahan masalah. Melalui konseling
klien dapat berbagi masalah, penyebab masalah dan memperoleh
informasi tentang cara mengatasi masalah.

Poltekkes Tanjungkarang
10

b. Menjadikan cara-cara hidup sehat di bidang gizi sebagai kebiasaan


hidup klien. Melalui konseling klien dapat belajar merubah pola
hidup, pola aktivitas, pola makan.
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga
klien tentang gizi. Melalui konseling klien mendapatkan informasi
pengetahuan tentang gizi, diet dan kesehatan.
d. Mengubah sikap penyandang diabetes yang merupakkan dari
kepribadian.
e. Mengubah prilaku serta meningkatkan kepatuhan. Suatu sikap belum
tentu askan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukkan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
adalah fasilitas.
f. Meningkatkan kulaitas hidup. Bila penyandang diabetes telah
menjalankan prilaku yang diinginkan dan telah digolongkan di dalam
kelompok dengan kepatuhan tinggi, prilaku-prilaku tersebut harus
dipertahankan.

5. Manfaat Konseling Gizi


Konseling diharapkan mampu memberi manfaat kepada klien :
a. Membantu klien untuk mengenali permasalahan kesehatan dan gizi
yang dihadapi. Konselor menyampaikan beberapa informasi tentang
penyakit atau masalah, factor penyebab dan gejala penyakit yang
diderita. Sehingga klien dapat mengetahui permasalahan atau penyakit
apa yang dia alami.
b. Membantu klien mengatasi masalah. Konselor memberikan beberapa
informasi atau alternatif pemecahan masalah.
c. Mendorong klien untuk mencari cara pemecahan masalah. Konselor
dapat mendorong mengarahkan klien untuk mencari pemecahan
masalah. Konselor memberi motivasi bahwa klien mempunyai potensi
untuk memecahkan masalah.

Poltekkes Tanjungkarang
11

d. Mengarahkan klien untuk memilih cara yang paling sesuai baginya.


Konselor mendampingi dan membantu klien dalam memilih cara yang
paling tepat dan sesuai bagi klien.
Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien.
Konselor membantu klien dalam menyembuhkan penyakitnya dengan
memberikan informasi yang jelas tentang diet yang disarankan berkaitan
dengan penyakitnya.

6. Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan konseling


diantaranya adalah :
a. Sarana konseling
Untuk dapat menjamin keberhasilan pelayanan konseling perlu di
dukung dengan sarana yang menunjang. Sarana yangperlu
diperhatikan dalam konseling yaitu ruangan tempat pelaksanaan
konseling harus nyaman dan di dukung dengan sarana bahan-bahan
penunjang konseling yang sesuai.
b. Suasana konseling
Untuk dapat menjamin keberhasilan pelayanan konseling perlu
diciptakan suasana konseling yang baik sehingga dapat membantu
munculnya kepercayaan dan saling keterbukaan klien kepada
konselor.
c. Pelaksanaan konseling
Untuk menjamin keberhasilan pelayanan konseling perlu dipersiapkan
konselor yang baik sehingga disamping dapat menimbulkan
kepercayaan dan keterbukaan klien.

7. Tempat Dan Waktu Konseling


Konseling dapat dilakukan dimana saja seperti di rumah sakit, di
posyandu, di poliklinik, di puskesmas atau tempat lain yang memenuhi
beberapa syarat sebagai berikut:

Poltekkes Tanjungkarang
12

a. Ruangan tersendiri. Konseling hendaknya mempunyai ruangan


tersendiri tidak bergabung dengan ruangan yang lain, sehingga klien
merasa nyaman tidak terganggu.
b. Tersedia tempat atau meja. Perlu ada tempat atau meja sebagai tempat
mendemonstrasikan alat peraga atau media konseling. Tersedia tempat
untuk menyimpan alat bantu atau media konseling.
c. Lokasi mudah dijangkau oleh klien, tidak terlalu jauh dan tidak
berkelok kelok, khususnya bagi klien yang memiliki keterbatasan
fisik
d. Ruangan memiliki cukup cahaya dan sirkulasi udara yang mendukung
kegiatan konseling, cukup terang, tidak pengap dan tidak panas.
e. Aman yaitu memberikan rasa aman kepada klien sehingga klien dapat
berbicara dengan bebas tanpa didengar dan diketahui oleh orang lain,
tanpa ketakutan menyampaikan masalahnya.
f. Nyaman yaitu membuat suasana yang mendukung proses konseling.
Berikan kenyamanan dalam menyampaikan permasalahan tanpa ada
tekanan perasaan dan psikis.
g. Tersedia tempat untuk ruang tunggu bagi klien, sehingga bila klien
yang berkunjung ramai, bisa menunggu dengan nyaman.
h. Tenang yaitu lingkungan yang tenang, tidak bising dari suara atau
kegaduhan akan mendukung proses konseling.
i. Waktu antara 30 sampai 60 menit. ,30 menit pertama untuk menggali
data, selebihnya untuk diskusi dan pemecahan masalah. Jika terlalu
lama klien akan bosan, dan jika waktu terlalu cepat/pendek
kemungkinan klien belum puas menyampaikan keluhannya. Konselor
hendaknya dapat mengendalikan waktu berlangsungnya proses
konseling.

8. Media Konseling
a. Pengertian Media
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Poltekkes Tanjungkarang
13

Sehingga media pendidikan dapat didefinisikan sebagai alat-alat yang


digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan
pengajaran (Suiraoka dan Supariasa, 2012).
Menurut Fitriani (2011) media pendidikan kesehatan pada
hakekatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan
karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran untuk mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi klien.
Perubahan perilaku yang berupa pengetahuan, sikap dan
keterampilan terjadi karena adanya interaksi antara pengalama baru
dengan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya. Proses pendidikan
dengan melibatkan lebih banyak alat indera akan lebih mudah diterima
dan diingat oleh para sasaran pendidikan, misalnya dengan indera
pandang-dengar akan lebih baik daripada indera pandang atau indera
dengar saja (Suiraoka dan Supariasa, 2012).
Alat peraga merupakan salah satu sarana penting dalam proses
pendidikan dan konsultasi gizi. Peran media atau alat peraga ini sangat
strategis untuk memperjelas pesan dan meningkatkan efektivitas proses
konseling gizi. Seorang penyuluh dan konselor gizi harus dapat
mengenal, memilih, menggunakan dan menilai berbagi alat peraga yang
paling sesuai dengan tujuan, sasaran dan situasi tempat pendidikan dan
konseling gizi dilakukan sehingga memungkinkan klien memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap yang baru.

b. Ciri-ciri media
Ciri-ciri khusus media pendidikan berbeda menurut tujuan dan
pengelompokannya. Ciri-ciri media dapat dilihat menurut kemampuannya
membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman dan pengecapan. Maka ciri-ciri umum media adalah
bahwa media itu dapat diraba, dilihat, didengar dan diamati melalui panca
indera. Di samping itu ciri-ciri media dapat dilihat menurut ligkup
sasarannya serta control oleh pemakai dan tiap-tiap media mempunyai

Poltekkes Tanjungkarang
14

karakteristik yang perlu dipahami oleh pengguna. Ciri-ciri media


pendidikan diantaranya:
a. Penggunaan yang dikhususkan atau dialokasikan pada kepentingan
tertentu.
b. Alat untuk menjelaskan apa yang ada di buku pelajaran baik
berupa kata-kata symbol atau bahkan angka-angka
c. Media pendidikan bukan hasil kesenian.
d. Pemanfaatan media pendidikan tidak sebatas pada suatu keilmuwan
tertentu tapi digunakan pada seluruh keilmuwan.

c. Manfaat media
Menurut Notoatmodjo (2012) yang secara khusus menyampaikan
manfaat media dalam pendidikan kesehatan antara lain:
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
c. Membantu mengatasi hambatan dalam pemahaman.
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-
pesan yang diterima kepada orang lain.
e. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan
lebih cepat.
f. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan.
g. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/masyarakat.
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa pengetahuan yang ada pada
seseorang diterima melalui indra.
h. Memudahkan penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
i. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.
j. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Jadi manfaat dari penggunaan media dalam pendidikan kesehatan
sangat luas, mulai dari menarik perhatian sasaran, memperjelas pesan
hingga mengingatkan kembali sasaran akan informasi yang telah
disampaikan oleh pendidik.

Poltekkes Tanjungkarang
15

d. Food Model
Food Model Gizi kata lainnya replika makanan, dummy makanan,
model makanan atau makanan tiruan yang digunakan untuk kegiatan
konseling,  penyuluhan dan pendidikan gizi makanan. Fungsinya sebagai
alat peraga untuk memberikan gambaran visual jenis makanan dan
takarannya yang digunakan dalam program pengaturan pola makan atau
diet.
Food model dibuat sebagai pengganti makanan sesungguhnya,
untuk menutupi kelemahan makanan asli yang mudah rusak. Sebagai alat
peraga utama konseling gizi tentunya food model "harus" memiliki
beberapa persyaratan fisik dan kandungan informasi yang ada di
dalamnya. Untuk menjamin kelangsungan pakai dalam waktu yang lama,
food model harus dibuat dari bahan yang awet dan tahan lama. Untuk
kebutuhan mobilitas harus mudah dibawa dan dipindahkan, dalam hal ini
harus ringan. Secara visual harus menyerupai tampilan makanan asli
supaya pesan mengenai jenis makanan yang disampaikan bisa diterima
dengan baik. Dan, yang paling utama adalah mengandung informasi
mengenai berat (gramasi) dan kandungan gizi dalam setiap makanan
penukar, yang sangat diperlukan dalam program diet. Informasi berat dan
kandungan gizi yang disajikan tentunya harus mengacu Standar Nasional
Bahan Makanan Penukar yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes
serta diendorsed oleh Persagi (Persatuan Ahli Gizi Indonesia).
Karena kebradaannya yang begitu penting, maka semua pihak yang
terlibat dalam bidang dietetik - perorangan atau intistusi - wajib memiliki
food model gizi, sebut saja dokter gizi, konsultan gizi, rumah sakit,
puskesmas, klinik kesehatan, klinik kecantikan, dinas kesehatan,
posyandu, mahasiwa ilmu gizi, institusi ketahanan pangan, dan seluruh
yang terlibat.

Poltekkes Tanjungkarang
16

B. Diabetes Mellitus
1. Definisi Diabetes Mellitus
Menurut Subekti (2018) Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
kita kenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relative. Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit
degenerative dengan sifat kronis yang jumlahnya terus meningkat dari
tahun ke tahun. Pada tahun 1983, prevelensi diabetes mellitus di Jakarta
baru sebesar 1,7%, pada tahun 1993 prevelensi nya meningkat menjadi
5,7% dan pada tahun 2001 melonjak menjadi 12,8%.
Klasifikasi atau jenis diabetes ada bermacam-macam, tetapi di
Indonesia yang paling banyak ditemukan adalah diabetes mellitus tipe 2.
Jenis diabetes yang lain ialah diabetes mellitus tipe 1, diabetes
kehamilan/gastasional (DMG) dan diabetes tipe lain. Ada juga kelompok
individu lain dengan toleransi glukosa abnormal tetapi kadar glukosanya
belum memenuhi syarat masuk ke dalam kelompok diabetes mellitus,
disebut toleransi glukosa terganggu (TGT) (Subekti, 2018).
Sebenarnya penyakit diabetes tidaklah menakutkan bila diketahui
lebih awal. Kesulitan diagnosis timbul karena kadang-kadang dia datang
tenang dan bila dibiarkan akan menghanyutkan pasien kedalam
komplikasi fatal. Oleh karena itu mengenal tanda-tanda awal penyakit
diabetes menjadi sangat penting Subekti, 2018).
Diabetes mellitus adalah penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaan tidak hanya
dokter, perawat dan ahli gizi, tetapi lebih penting lagi keikut-sertaan
pasien sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada pasien dan
keluarganya akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan mereka
dalam pengelolaan DM. Walaupun kepatuhan pasien terhadap prinsip
gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada
pelayanan diabetes, tetapi terapi gizi diantaranya pemberiaan konseling
gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.

Poltekkes Tanjungkarang
17

2. Etiologi Diabetes Mellitus


Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka
penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini
merupakan beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
a. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta.
b. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
 Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65th
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah
diabetes tipe 2. Pada awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan
bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai menurun.
 Obesitas

Poltekkes Tanjungkarang
18

Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan


toleransi glukosa yang menyebabkan diabetes tipe 2. Hala
ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam
tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar
kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra
keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu
obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan
dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan
toleransi glukosa.
 Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar
monozigot hamper 100%. Resiko berkembangnya diabetes
tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33%
untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe
2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan
sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.
( Martinus,2005)

3. Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM
atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar
gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai
160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau
dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan
gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
b. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
d. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

Poltekkes Tanjungkarang
19

f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki


g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan
seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala
diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam
hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita
penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes
mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas.
Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut
yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

Poltekkes Tanjungkarang
20

C. Konseling Gizi Untuk Diet Diabetes Mellitus


Adapun tahapan proses dalam melakukan konseling gizi pada Diabetes
Mellitus adalah sebagai berikut :
1. Membangun dasar-dasar konseling
Dalam upaya untuk mencapai tujuan konseling sangat diperlukan
kemampuan seorang konselor dalam membangun dasar-dasar konseling,
seperti menjaga hubungan baik sejak awal dengan klien, berusaha
mengenali kebutuhan klien, mampu menumbuhkan rasa empativdan rasa
nyaman pada klien, dll.
2. Melakukkan pengkajian gizi (Assesment Gizi)
Setelah konselor gizi menjelaskan tujuan dan proses konseling gizi,
selanjutnya konselor gizi akan melakukan pengkajian gizi pada data-data
yang ada pada klien. Seperti data antropometri, data laboratorium, data
klinis, dan data riwayat personal.
3. Menetapkan diagnosis gizi
berdasarkan hasil pengkajian gizi maka ditetapkan diagnosis gizi sesuai
dengan urutan prioritas untuk semua domain, seperti domain intake,
klinis, dan domain lingkungan.
4. Melakukkan intervensi gizi
Menyusun rencana intervensi meliputi menetepkan tujuan diet
berdasarkan problem pada diagnosis, melakukan perhitungan kebutuhan
energy dan zat gizi lain, menetapkan preskripsi diet, dll.
5. Monitoring dan evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan intervensi yang telah diberikan maka
konselor gizi harus menetapkan hasil yang diharapkan pada kunjungan
berikutnya.
6. Mengakhiri konseling gizi (terminasi)
Pada akhir sesi konseling gizi disepakati kunjungan berikutnya. jangan
lupa imgatkan klien tentang waktu kunjungan selanjutnya 24-48 jam
sebelumnya (melalui telepon). berikan nomor kontak atau telepon
konselor.

Poltekkes Tanjungkarang
21

D. Pengaruh Konseling Gizi terhadap Tingkat Konsumsi dan Kadar Gula


Darah
Menurut Mulyani (2015), Konseling gizi juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi asupan karbohidrat pasien Diabetes
Mellitus. Tujuan dari seorang pasien Diabetes Mellitus melakukan
konsultasi gizi adalah supaya penderita mudah memperoleh keterangan
yang jelas tentang Diabetes Mellitus baik mengenai penanganan maupun
obatnya, serta mengenai anjuran makanan yang boleh dikonsumsi dan
pantangannya. Faktor lain yang mempengaruhi asupan karbohidrat adalah
pola makan yang salah sehingga menyebabkan meningkatnya asupan
karbohidrat. Kesalahan pola makan dapat terjadi karena seseorang
kurang pemahaman akan bagaimana pola makan yang baik. Salah satu
cara yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman seseorang
adalah dengan melakukan kegiatan konseling.
Selain pada tingkat konsumsi, juga dapat mengetahui makanan apa
saja yang menyebabkan kadar gula darah naik dan mereka juga dapat
mengetahui bagaimana cara agar dapat menurunkan kadar gula darah
yang meningkat. Kadar gula darah pada prinsipnya menerangkan
beberapa banyak jumlah kandungan gula (glukosa) yang terdapat dalam
darah. Penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit dimana
meningkatnya kadar gula dalam darah yang disebabkan oleh
meningkatnya asupan karbohidrat akibat salahnya pola makan. Kejadian
ini terjadi akibat seseorang kurang mendapat pengetahuan dan pemaha-
man akan pola makan yang baik. Dengan adanya kegiatan konseling gizi
dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman seseorang akan
bagaimana pola makan yang baik dapat menurunkan kadar gula dalam
darah.

Poltekkes Tanjungkarang
22

E. Kerangka konsep
1. Diabetes Mellitus
Menurut Imam Subekti (2018) Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
kita kenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relative.
2. Konseling
Konseling adalah salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan individu atau keluarga tentang gizi dapat dilakukan melalui
konseling.

Diabetes Mellitus Konseling

 Variabel Bebas : Diabetes Mellitus


 Variabel Terikat : Konseling

Poltekkes Tanjungkarang
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah Studi Kepustakaan (Library
Research). Studi kepustakaan merupakan suatu studi yang digunakan dalam
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material
yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah
sejarah, dsb. sedangkan menurut ahli lain studi kepustakaan merupakan kajian
teoristis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan
budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi social yang diteliti.

B. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah dalam penellitian kepustakaan adalah sebagai berikut :

1. Pemilihan Topik
Pemilihan topik dilakukan karena peneliti ingin mengetahui
persamaan/perbedaan yang ada di beberapa rumah sakit sesuai dengan
variable yang diambil.
2. Eksplorasi Informasi
Setelah melakukan observasi singkat, peneliti melakukan
eksplorasi informasi menggunakan beberapa search engine salah
satunya yakni google scholar sehingga kebenaran data yang di ambil
dapat dipercaya.
3. Menentukan Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah Gambaran Pelayanan Konseling Gizi
Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit.
4. Pengumpulan Sumber Data
Sumber data dikumpulkan dengan cara mengumpulkan karya tulis
ilmiah dan jurnal penelitian orang lain yang berkaitan dengan variable

23 Poltekkes Tanjungkarang
24

yang sudah ditentukan menggunakan search engine salah satunya


yakni google scholar.
5. Persiapan Penyajian Data
Persiapan penyajian data dilakukan dengan mengumpulkan jurnal-
jurnal/penelitian yang relevan dengan topic penelitian.
6. Penyusunan Laporan
Setelah data yang disajikan terkumpul dan sudah sesuai dengan
variable yang akan diteliti, dilakukan penyusunan laporan dan
disesuaikan dengan penduan penyusunan penelitian kepustakaan
(Library Research).

C. Sumber Data
Sumber data yang menjadi bahan akan penelitian dapat berupa buku,
jurnal dan situs internet yang terkait dengan topik yang telah dipilih yaitu
pelayanan Konseling Gizi pada pasien Diabetes Mellitus. Sumber data
penelitian ini terdiri dari jurnal, LTA dan skripsi yang berkaitan dengan
variable yang diambil.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian Kepustakaan yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variable yang berkaitan dengan konseling gizi
pada pasien Diabetes Melitus berupa catatan, buku, makalah atau artikel,
jurnal dan sebagainya.
Instrumen penelitian dalam penelitian kepustakaan dapat berupa check-list
klasifikasi bahan penelitian, dan format catatan penelitian.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian berupa metode
analisis isi (Content Analysis). Dalam analisis data akan dilakukan proses
memilih, membandingkan, menggabungkan dan memilah berbagai pengertian
hingga ditemukan yang relevan.

Poltekkes Tanjungkarang
26

DAFTAR PUSTAKA.

Fadillah, Putri Zahra; dkk. 2015. Gambaran Pelayanan Konseling Gizi pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Jatinangor. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Fitriani. S. 2011. Promosi Kesehatan. Ed 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hestuningtyas, Rosania Tiara. 2013. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap
Pengetahuan, Sikap, Praktik Dalam Pemberian Makan Anak, dan Asupan
Zat Gizi Anak Stunting Usia 1-2 Tahun. (diakses melalui Sofyawati D.
Talibo dan Leli Indra Lestiana 2017).
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS. Dapertemen Kesehatan
Latifani, Dhani. 2016. Pengaruh Konseling Gizi Dengan Panduan Modul
Terhadap Pengetahuan, Sikap, Dan Asupan Makronutrient Pada Wanita
Prediabetes Usia 35-50 Tahun. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang.
Mufidah, Fahda Dina. 2017. Pengaruh Pemberian Konseling Oleh Apoteker
Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Apotek Kimia Farma Kawi Kota Malang. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-
ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Mulyani, Roza. 2013. Karakteristik Dan Konseling Gizi Dengan Perilaku
Menjalani Diit Pada Penderita Diabetes Melitus Yang Berobat Di Poli
Penyakit Dalam Rumah Sakit. Jurna Penelitian.
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Olga L. dkk. 2018. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Perilaku Gizi, Kadar
Gula Darah, Dan Kadar Hba1c Pada Diabetisi Rawat Jalan Rsup Prof Dr
R.D Kandou Manado. Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Manado. Manado.
PERSAGI. 2013. Konseling Gizi (Proses Komunikasi, Tata Laksana, serta
Aplikasi Konseling Gizi Pada Berbagai Diet). Penebar Plus (Penebar
Swadaya Grub). Jakarta.
Pusat Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Tanjungkarang. 2020.
Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Penelitian Kepustakaan.
Poltekkes Tanjung Karang.
Putu, Desak Sukraniti; dkk. 2018. Bahan Ajar Gizi : Konseling Gizi. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Tahun 2018.
Rofi, Faizah, dkk. 2017. Gambaran Pelayanan Konseling Gizi dan Olahraga
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Kota Bandung.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Jawa Bara.

25 Poltekkes Tanjungkarang
26

Sofyawati D. Talibo dan Leli Indra Lestiana. 2017. Gambaran Konseling Gizi
Pada Penderita Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.M
Dunda Limboto Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Gorontalo. Health and
Nutritions Journal Volume III / Nomor 2 / 2017
Subekti, Imam. 2018. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Edisi kedua.
Cetakan ke-11. FKUI. Jakarta.
Sucipto, Adi dan Elsye Maria Rosa. 2014. Efektivitas Konseling DM dalam
Meningkatkan Kepatuhan dan Pengendalian Gula Darah pada Diabetes
Melitus Tipe 2. Universitas Respati Yogyakarta. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Bantul. Yogyakarta.
Suiraoka dan Supariasa, N. 2012. Media Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Surya, Rita. dkk. Konseling Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien Diabetes
Mellitus (DM) Tipe 2. Universitas Syiah Kuala.
Suyono, dkk. (2011). Kecendrungan Peningkatan Jumlah Penyandang
Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Zeinnmaira R. 2012. Gambaran pelayanan konseling gizi bagi pasien diabetes
mellitus di Klinik Gizi Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Poltekkes Tanjungkarang
LAMPIRAN

27 Poltekkes Tanjungkarang
28

Poltekkes Tanjungkarang
29

Poltekkes Tanjungkarang
30

Poltekkes Tanjungkarang
31

Poltekkes Tanjungkarang

Anda mungkin juga menyukai