Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN BAB 1

PENGANTAR ETIKA PROFESI

1.1 Akuntansi Sebagai Profesi


Profesi memiliki tujuh karakteristik, yaitu:
a. Memiliki bangunan pengetahuan yang khusus (a specialized body of knowledge)
b. Melalui proses pendidikan formal yang diakui untuk memperoleh pengetahuan
spesialis yang disyaratkan.
c. Memilki standar kualifikasi profesional sebagai syarat penerimaan anggota
profesi.
d. Memiliki standar perilaku yang mengatur hubungan antara praktisi dengan klien,
rekan sejawat, dan masyarakat pada umumnya.
e. Pengakuan akan status.
f. Menerima tanggung jawab sosial yang melekat pada pekerjaan untuk kepentingan
publik.
g. Memiliki organisasi yang menjaga kewajiban sosial dari profesi.

Dari berbagai karakteristik tersebut ada ciri yang terpenting yaitu tanggung jawab
sosial karena pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang penting bagi publik dan
pelaksanaannya sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Sebagai pekerjaan yang penting bagi
publik maka profesi tidak boleh memanfaatkan pekerjaannya untuk kepentingan sendiri. Saat
pekerjaan ini sudah diakui manfaatnya bagi kepentingan publik maka perlu bangunan
pengetahuan khsusus sehingga para praktisis profesi harus melalui proses pendidikan formal
dengan syarat kelulusan dalam bentuk ujian kualifikasi dan sertifikasi. Karakteristik terakhir
yaitu adanya organisasi untuk menjaga anggotanya agar memenuhi kualifikasi, kompetensi
dan standar yang ditetapkan. Organisasi profesi harus menjaga agar profesi berjalan sesuai
dengan fungsinya dan pengakuan dari publik.
1.2 Etika Dalam Profesi
Profesi dalam pelaksanaan fungsinya sering menghadapi delima etika. Akuntan
mengaudit laporan keuangan untuk kepentingan pemegang saham dengan pembayaran dari
pihak manajemen yang menyususn laporan keuangan. Banyak kantor akuntan yang menjaga
profesionalitas dengan meningkatkan kompetensi dan prinsip kerja secara hati-hati, namun
cara ini tidak berhasil mengatasi masalah hilangnya sifat altruisme (mengutamakan

1
kepentingan publik) dalam profesi akuntan. Etika profesi merupakan saran pengendalian
internal dengan cara menjaga profesi agar selalu mengutamakan kepentingan publik dan
menjaga sifat altruisme yang ada dalam profesi sehingga profesionlitas sebuah profesi
meningkat.
1.3 Lahirnya Profesi Akuntan
Lahirnya profesi akuntan berawal dari banyaknya kasus kebangkrutan di Inggris dan
Skotlandia. Berdasarkan Bankrupcy Act 1831, diupayakan suatu perubahan atas Bankrupcy
Act ini, dimana pengacara akan berperan lebih besar dibandingkan akuntan. Sebagai reaksi
atas rencana perubahan Bankrupcy Act ini, di Skotlandia didirikan Society of Accountant in
Edinburg dan Institute of Accountants in Glasgow pada tahun 1853.
Pada tahun 1869, dikeluarkan UU baru yang mengakui keberadaan profesi akuntan
dalam penanganan perusahaan bangkrut, bersama dengan profesi pengacara. Dengan
pengakuan atas profesi akuntan ini, maka beberapa akuntan ternama di Liverpool dengan
dukungan dari pengacara mendirikan Incorporated Society of Liverpool pada tahun 1870.
Pendirian Incorporated Society of Liverpool, diikuti dengan pendirian Institute of Accountant
in London (1870), Manchester Institute of Accountants (1871) dan Institute of Accountants in
Sheffield (1877).
Pada pertengahan tahun 1879, usulan Royal Charter ditandatangani oleh ketua dari
perkumpulan-perkumpulan Institute of Accountants, the Society of Accountants in England,
the Manchester and Sheffield Institutes, the Liverpool Society. Mereka pada tahun 1880
memperoleh Royal Charter dengan nama baru Institute of Chartered Acountants in England
& Wales (ICAEW) dan untuk selanjutnya menyebut anggotanya sebagai Chartered
Accountant (CA).
Pada tahun 1883, Bankruptcy Act yang baru disahkan. UU ini menetapkan suatu
jabatan baru dalam likuidasi perusahaan yang disebut Official Receiver yang sekaligus
meninggalkan peran akuntan dalam likuidasi perusahaan.
Pada tahun 1900 disahkan Companies Act yang mewajibkan perseroan terbatas untuk
membuat laporan keuangan yang diaudit. Namun UU ini tetap tidak mengatur akuntan yang
berhak untuk melakukan audit.
Baru pada tahun 1989, melalui Companies Act 1989 yang kemudian disempurnakan
pada tahun 2006, terjadi pengaturan mengenai profesi akuntan publik, dimana akuntan yang
dapat melakukan audit atas perseroan terbatas adalah akuntan yang menjadi anggota lima
organisasi anggota CCAB atau anggota Association of International Accountants (AIA).
Keenam organisasi ini disebut Recognised Qualifying Bodies (RQBs). Selain itu juga ada

2
Recognised Supervisory Bodies (RSBs) dengan fungsi yang sama tapi anggota yang berbeda,
yaitu 4 organisasi anggota CCAB (CIPFA tidak termasuk) dan Association of Authorized
Public Accountants (APPA). organisasi profesi akuntan (publik) yang dominan sekarang ini
di Inggris adalah ICAEW, ICAS, ICAI yang menyebut anggotanya sebagai Chartered
Accountant, ACCA yang menyebut anggotanya Chartered Certified Accountant, dan AIA
yang menyebut anggotanya sebagai International Accountant.

1.4. Profesi Akuntan di Masyarakat


Pada periode 1870-1900 perekonomian Amerika Serikat mengalami banyak
perubahan. Amerika mengalami ledakan penduduk, industrialisasi, persaingan kereta api,
perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan tumbuhnya kelas menengah. Situasi ini
mengundang investasi dari perusahaan-perusahaan dari Inggris yang kemudian membuka
pintu bagi akuntan-akuntan Skotlandia dan Inggris. Kemudian pada tahun 1882 Amerika
mendirikan Orga nisasi profesi yaitu Institute of Accountants. Setelah itu, beberapa organisasi
berdiri diantaranya American Association Public Accountants (AAPA) pada tahun 1887. Yang
membatasi pada keanggotaannya hanya untuk akuntan publik. Pendiri Association adalah
Chartered Accountant dari Inggris.
Pada tahun 1895 dan 1896, Association dan Institute, secara individual dan kemudian
bersama-sama mengajukan usulan untuk memperoleh pengakuan hukum dari Negara Bagian
New York untuk dapat memberikan lisensi akuntan profesional yang memenuhi persyaratan
pendidikan dan domisili. Usulan mereka ditolak. Lisensi yang diberikan oleh Pemerintah
akuntan berhak mendapat gelar akuntan publik bersertifikat (certified public accountant).
Sistem New York ini diadopsi oleh negara bagian lainnya dan pada setiap negara bagian
didirikan organisasi profesi akuntan, yang disebut society, yang mengatur dan
mengadministrasikan dari akuntan terpisah dengan organisasi yang yang berskala nasional
seperti AAPA.
Permasalahan yang kemudian timbul ketika itu adalah akuntan harus meyakinkan
masyarakat bahwa mereka memiliki profesionalisme yang tinggi, terutama dalam hal
pendidikan, pelatihan dan etika. Untuk mengatasi permasalahan ini pada tahun 1902 dibentuk
Federation of Societies of Public Accountants. 3 tahun kemudian, organisasi ini kemudian
merger dengan Association, dan kemudian mengubah namanya menjadi Institute of Certified
Public Accountants in United States of America pada tahun 1916, dan setahun kemudian
berubah menjadi American Institute of Accountants (AIA).

3
Setelah adanya perpecahanan antara Institute dan Society , lalu timbul upaya untuk
menyatukan organisasi, terutama untuk kesamaan standar ujian. Pada tahun 1963, Insitute
dan Society merger menjadi American Institute of Public Accountant, yang kemudian menjadi
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) pada tahun 1957.

1.5. Profesi akuntan di Indonesia


Lahirnya profesi akuntansi di Indonesia dipicu oleh pengakuan pemerintah atas
profesi akuntansi melalui Undang-Undang nomor 34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar
akuntan. Undang-Undang ini mengatur bahwa yang berhak memakai gelar akuntan adalah
seseorang yang memiliki ijazah akuntan dari universitas negeri atau badan perguruan tinggi
lain yang dibentuk oleh Undang-Undang atau diakui Pemerintah atau seseorang yang lulus
dalam ujian lain yang dapat disamakan dengan ijazah universitas negeri. Undang-Undang ini
semacam lisensi yang diberikan negara sebagaimana yang terjadi di Amerika Serikat.
Bedanya, lisensi di Indonesia langsung diberikan kepada lulusan universitas negeri,
sedangkan di Amerika lisensi diberikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh profesi.
Universitas Indonesia membuka jurusan Akuntansi sejak tahun 1952/1953 dan
merupakan satu-satunya universitas negeri yang menyelenggarakan pendidikan akuntansi di
Indonesia sampai dengan tahun 1960 yaitu pada saat Sekolah Tinggi Keuangan Negara
didirikan dan Universitas Indonesia menghasilkan akuntan sebanyak empat orang. Lulusan
lokal ini tidak memenuhi persyaratan menjadi anggota organisasi profesi akuntan Belanda.
Akibatnya mereka tidak dapat menandatangani laporan. Maka lulusan baru ini didukung oleh
dosennya merintis pendirian organisasi profesi akuntan di Indonesia. Mereka mengajak
akuntan bangsa Indonesia lulusan Belanda ada tujuh, Ketujuh orang ini sebenarnya sudah
menjadi anggota organisasi profesi akuntan Belanda, namun mereka mendukung rencana
pendirian organisasi akuntan Indonesia ini. Pada 23 Desember 1957 tercapai kesepakatan
untuk mendirikan organisasi profesi yang disebut sebagai Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
yang secara hukum memperoleh pengesahan hukum pada awal tahun 1959.
Pada tahun 1979, profesi akuntan mendapat kepercayaan dari Pemerintah untuk
berperan dalam peningkatan pendapatan pajak. Melalui SK Menteri Keuangan tahun 1979
mengatur laporan keuangan wajib pajak yang telah diaudit oleh akuntan publik dengan opini
Wajar Tanpa Pengecualian harus diterima oleh kantor pajak sebagai dasar perhitungan pajak,
kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.

4
Pada tahun 1990an, profesi akuntan semakin diakui perannya yang terlihat dari
dimasukkannya persyaratan pembuatan Laporan Keuangan berdasarkan standar akuntansi
yang disusun oleh IAI dan kewajiban untuk diaudit untuk perusahaan-perusahaan tertentu
sebagaimana dinyatakan dalam berbagai Undang-Undang.
Mengikuti tren yang terjadi di Amerika Serikat, pada tahun 2001 Departemen
Keuangan mulai merintis pembuatan RUU Akuntan Publik yang pada dasarnya memberikan
pengaturan yang lebih ketat terhadap akuntan publik, termasuk ancaman hukumannya. Pada
tahun 1994 IAI-SAP berubah menjadi Kompartemen Akuntan Publik dengan pemberian
otonomi dalam melakukan disiplin profesi. Selanjutnya pada tahun 2008, Kompartemen
Akuntan Publik dan Kompartemen Akuntan Manajemen menjadi organisasi dengan badan
hukum yang terpisah dari IAI dengan nama Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan
Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI). IAPI dan IAMI sebagai asosiasi menjadi
anggota dari IAI. Sementara itu, pada tahun 2014, IAI membentuk Kompartemen Akuntan
Pajak.
Selain itu, juga terjadi perkembangan dalam profesi akuntan. Pada tahun 1980,
lulusan perguruan tinggi swasta berkesempatan untuk menjadi akuntan dengan mengikuti
Ujian Nasional Akuntan (UNA). Pada tahun 1998 sistem UNA dihapuskan dan Program
Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) yang harus diikuti baik oleh lulusan perguruan tinggi
negeri maupun swasta untuk memperoleh sebutan akuntan. Pada akhir periode 2000an,
dengan desakan dari Lembaga Donor Internasional untk meningkatkan kualitas corporate
governance di Indonesia, Departemen Keuangan kembali memproses RUU Akuntan Publik.
Pada tahun 2011, UU nomor 5 tahun 2011 tantang Akuntan Publik disahkan. UU membuka
kesempatan yang lebih luas untuk menjadi akuntan publik. Tidak terbatas hanya akuntan.
Dengan demikian proses untuk mengikuti ujian sertifikasi menjadi lebih pendek. IAPI
ditetapkan oleh Kementerian Keuangan sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik. IAPI
menanamkan ijian sertifikasi sebagai CPA of Indonesia Exam dan pemegang sertifikat
disebut Certified Public Accountant of Indonesia (CPA).
Pada tahun 2014an, Kementerian Keuangan mengeluarkan aturan baru mengenai
Akuntan Registrasi Negara melalui Peraturan Menteri Keuangan No 25/PMK.01/2014.
Akuntan Registrasi Negara merupakan sebutan dari akuntan yang dikenal sebelumnya sesuai
dengan UU No 34 tahun 1954. Perbedaannya adalah jika sebelumnya untuk memperoleh
sebutan akuntan harus mengikuti Program Pendidikan Profesi Akuntan, dengan aturan yang
sekarang, untuk menjadi Akuntan Registrasi Negara dapat melalui ujian sertifikasi akuntan
profesional.

Anda mungkin juga menyukai