Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS PUSKESMAS

A. IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT


Beberapa masalah kesehatan masyarakat berkaitan dengan
kinerja UPT Puskesmas Leles pada tahun 2019 diantaranya sebagai
berikut :
a. Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
Berdasarkan data PKP (Penilaian Kinerja Puskesmas) tahun
2019 pelayanan KIA dan KB mendapat nilai Baik (90,88%). Adapun
rinciannya yaitu :
- Cakupan K4 kurang dari target sebesar 4,37 % , cakupan
pertolongan pesalinan oleh tenaga kesehatan urang dari target
target sebesar 5,67% dan cakupan pelayanan nifas lengkap
kurang 5,65%. Hal ini dikarenakan beberapa ibu hamil
merencanakan persalinannya di bidan praktek mandiri wilayah
kerja Puskesmas Leles. Begitu juga cakupan untuk kunjungan
neonatus baik KN1 maupun KN masih kurang dari target.
- Cakupan yang masih belum tercapai yaitu cakupan pertolongan
persalinan di fasilitas kesehatan. Hal ini disebabkan karena
masih ada persalinan yang dilakukan bukan di fasilitas
kesehatan namun oleh tenaga kesehatan. Salah satu penyebab
yang disampaikan oleh masyarakat adalah kuatnya keinginan
ibu bersalin dan keluarga untuk melahirkan di rumah. Hal ini
juga didukung oleh kuatnya pengaruh ibu paraji dalam
membantu persalinan.
- Berdasarkan data kesehatan anak didapatkan cakupan
neonatus dengan komplikasi yang ditangani baru mencapai
89.39 %. Hal ini sesuai data yang diperoleh bahwa sejumlah 74
orang ibu yang resti (kegawat daruratan ibu dan bayi)
seluruhnya dilakukan penanganan sesuai standar dan
dilakukan penanganan ke fasilitas kesehatan lanjutan. Bila
melihat hal tersebut maka dapat disimpulkan seluruh neonatus
dengan komplikasi ditangani oleh tenaga kesehatan sesuai
standar.
- Cakupan pelayanan anak balita baru mencapai 71,91 %. Hal ini
disebabkan masih banyak balita yang tidak menggunakan
fasilitas posyandu untuk menimbang berat badannya minimal
8 kali dalam setahun. Sehingga target belum tercapai. Untuk
pemantauan tumbuh kembang belum optimal. Beberapa alasan
penyebab tidak hadirnya balita ke posyandu diantaranya ibu
yang bekerja sehingga tidak dapat mengantar anaknya ke
posyandu, balita diatas 1 tahun jarang dibawa ke posyandu
dengan alasan sudah beres di imunisasi, karena bayi balita
dinilai sehat oleh orang tua, memanfaatkan sarana lain di luar
posyandu untuk memeriksakan berat badan tinggi badan anak
dan merasa sesuai dengan buku panduan (buku KIA).
- Cakupan peserta KB aktif telah mencapai 56,90% masih ada
permasalahan lain diantaranya masih banyaknya ditemukan
ibu melahirkan dengan komplikasi persalinan namun belum
mau berKB. Diataranya penyebabnya yaitu kesadaran
masyarakat yang belum optimal dan tidak disiplinnya
masyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi.

FAKTOR PENGHAMBAT FAKTOR PENDORONG


Banyak balita yang tidak Sosialisasi dan kerjasama lintas
menggunakan fasilitas posyandu sektor
untuk menimbang berat
badannya
Ada persalinan yang dilakukan Cakupan K4 kurang dari target
bukan di fasilitas kesehatan

b. PenyakitMenular
Berdasarkan data PKP tahun 2019 menunjukan bahwa temuan
kasus terduga TB baru HIV , Hepatitis belum optimal yaitu masih
77,95%. Namun 100% dari hasil temuan kasus positif dilakukan
pengobatan. Dari 9 orang pasien temuan yang diobati, 4 pasien yang
berobat di Puskesmas. Dengan kesembuhan sejumlah 4 pasien
senilai 75 % dinyatakan sembuh dan masih ada 25 % yang belum
sembuh. Sebanyak 86 pasien berobat di Puskesmas Leles.
Permasalahannya adalah belum terbentuk sistem pencatatan untuk
pemantauan pasien yang berobat di luar wilayah. Pasien baru
terlaporkan apabila sudah sembuh atau drop out.

- Penilaian pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi


HIVmasih ada kesenjangan sebesar 25 %. Hal ini berarti 24
orang yang belum mendapatkan pelayanan skrining resiko
terinfeksi HIV. Terutama pada pasien TB belum dilakukan
skrining.

- Persentase cakupan penemuan penderita pneumonia balita


71,52%. Masih ada kesenjangan karena pasien dengan kondisi
yang buruk umumnya langsung ke tempat perawatan atau RS.

- Persentase cakupan pelayanan diare pada kasus semua umur


71,52%. Kurang dari target. Hal ini dikarenakan pencatatan
kasus diare yang tercatat masih hanya yang datang ke
Puskesmas. Sehingga perlu pendataan yang lebih massif agar
didapatkan hasil kinerja yang lebih optimal.

- Pelayanan rehidrasi oral belum dilaksanakan di dalam gedung


karena belum adanya pojok uro di dalam gedung Puskesmas.
Namun pemberian oralit pada kasus rawat jalan dengan diare
tetap dilaksanakan.

- Persentase cakupan deteksi dini Hepatitis B pada Ibu Hamil


baru mencapai nilai 74,09% masih diperlukan pendataan yang
terintegritas dengan posyandu polindes dan Poskesdes,hal ini
disebabkan 3 jaringan ini yang menjadi tumpuan masih kurang
optimal
- Selama tahun 2019 tidak diketemukan dan tidak terlaporkan
suspek kasus kusta di wilayah UPT Puskesmas Leles. Sehingga
tidak ada pemeriksaan fungsi syaraf (PFS) pada penderta kusta.

- Pencegahan DBD dengan penghitungan Angka Bebas Jentik


(ABJ) dilakukan pada 93 rumah dengan jentik positif.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pembinaan maka setelah di
cek kembali hasil jentiknya negative. Maka didapatkan
Cakupan Angka Bebas Jentik 100%.

- Untuk kasus filariarsis tidak ditemukan di wilayah kerja


Puskesmas Leles.

- Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) Cacingan


mencapai 93,56%. Adapun selisihnya sebesar 6,44%
dikarenakan beberapa hal, diantaranya tidak masuknya anak
sekolah karena sakit atau izin dan obat cacingnya tidak boleh
dititipkan. Sehingga perlu ada sweeping dalam pemberian obat
cacing agar tercapai 100%.

- Pelayanan Imunisasi Dasar.


Melihat data diatas maka UPT Puskesmas Leles sudah UCI
78,57% dengan rincian bahwa masing-masing kelurahan telah
tercapai perantigen sudah melebihi target (89%). Untuk IDL
(Imunisasi Dasar Lengkap) baru tercapai 89,79%.
Untuk cakupan HB0 kurang dari target sebesar 4,58 %
dikarenakan beberapa ibu bersalin di luar wilayah UPT
Puskesmas Leles melakukan persalinannya di luar UPT
Puskesmas Leles dan BPM di wilayah kerja UPT Puskesmas
Leles.
Untuk cakupan lain belum mencapai target 100 % diantaranya
karena anak sakit, anak pindah lokasi, orang tua lupa jadwal
untuk mengimunisasi
Pelayanan Surveilance.
- Selama kurun waktu tahun 2019 tidak terjadi kejadian luar
biasa. Laporan mingguan SKDR dilaporkan sebanyak 52 kali
dan laporan STP sebanyak 12 kali dalam 1 tahun.

FAKTOR PENGHAMBAT FAKTOR PENDORONG


belum terbentuk sistem Sistem pelaporan jejaring lewat
pencatatan untuk pemantauan aplikasi WhatsApp
pasien yang berobat di luar
wilayah.

c. Gizi Masyarakat
Dari data PKP tahun 2019 didapatkan bahwa penilaian untuk
pelayanan gizi masyarakat 83,39% termasuk kriteria sedang. Nilai
yang sudah mencapai 90% yaitu ibu hamil mendapat tablet
tambah darah minimal 90 tablet, balita ditimbang, balita 6 – 59
bulan mendapat kapsul vitamin A, ibu hamil KEK mendapat
makanan tambahan dan balita kurus mendapat makanan
tambahan.
Adapun kegiatan yang belum tercapai optimal yaitu IMD,
pemberian ASI ekslusif, balita yang ditimbang naik berat badannya
dan pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri. Hal ini
terutama karena:
- Belum adanya sistem atau data yang dapat digunakan untuk
merekap bagi bayi-bayi yang lahir di luar UPT Puskesmas Leles
yang mendapatkan IMD.
- Sosialisasi dari tenaga kesehatan belum optimal karena yang
disuluh belum seluruh anggota keluarga sehingga dukungan
untuk pemberian ASI eksklusif belum kuat, tidak keluarnya ASI
pada hari pertama sampai hari ketiga kelahiran yang
disebabkan perawatan payudara saat hamil belum dilakukan.
- Adanya balita sakit saat dilakukan penimbangan. Sehingga
berat badannya tidak naik. Pola pemberian dan pengolahan
makanan menjadi salah satu penyebab.
- Seluruh ibu hamil KEK yang tercatat sudah diberikan makanan
tambahan, namun masih terjadi peningkatan jumlah kasus ibu
hamil KEK dari tahun sebelumnya.
Pemberian tablet FE baik pada ibu hamil maupun rematri sudah
dilakukan 100% namun belum ada system pemantauan yang baik
apakah tablet tersebut dikonsumsi atau tidak. Sehingga perlu
adanya kegiatan atau system yang mendukung pemantauan
tersebut.
Bila disandingkan dengan angka stunting di wilayah kerja
Puskesmas Leles yaitu 192 dengan rincian 31 sangat pendek, 161
pendek dengan status gizi buruk 9, sangat kurus 9 pelaksanaan
pembinaan 1000 hari pertama kehidupan masih perlu
ditingkatkan dan dicari terobosan-terobosan agar capaian
penilaian kinerja berbanding terbalik dengan kasus-kasus yang
muncul.

FAKTOR PENGHAMBAT FAKTOR PENDORONG


ASI Ekslusif belum mencapai Adanya kerjasama lintas program
hasil optimal dan lintas sektor yang baik

d. Promosi Kesehatan
Berdasarkan data diatas bahwa cakupan pelayanan promosi
kesehatan UPT Puskesmas Leles mencapai nilai sedang dengan
nilai 74,45%
Adapun kegiatan yang sudah mencapai target yaitu:
- Penyuluhan PHBS keluarga.
- Pembinaan PHBS di tatanan institusi kesehatan.
- Pembinaan pemberdayaan masyarakat dengan Kelurahan siaga
aktif.
- Pembinaan UKBM dengan seluruh Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Leles berstrata Mandiri.
- Telah melakukan advokasi kepada Kelurahan, Kecamatan dan
lintas sektor lainnya.
- Telah melakukan kegiatan orientasi promosi kesehatan bagi
kader.
- Telah menggunakan media KIE dalam menyebarluaskan
informasi berupa leaflet, brosur, x banner, rol banner, spanduk,
media elektronik.
- Telah melakukan pendampingan pelaksanaan SMD dan MMD
tentang kesehatan.
Adapun kegiatan yang belum mencapai target dikarenakan
sering /banyaknya jadwal kegiatan yang berbenturan dengan
kegiatan lintas sektor dan lintas program. Adapun untuk
pembinaan PHBS tatanan rumah tangga permasalahan yang
paling menonjol adalah masih banyak yang merokok di dalam
ruangan. Khusus di kelurahan Kota Kulon masih banyak
keluarnya yang tidak menggunakan jamban sehat.

FAKTOR PENGHAMBAT FAKTOR PENDORONG


jadwal kegiatan yang berbenturan Kerjasama lintas program dan
dengan kegiatan lain lintas sektor

e. Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan data PKP 2019 cakupan pelayanan kesehatan
lingkungan memiliki kriteria sedang dengan rincian:
Untuk target sasaran dengan jumlah sasaran yang banyak, target
ditentukan dibagi untuk 5 tahun sesuai RPJMD.
Cakupan untuk kepemilikan jamban sehat sebanyak 82,15%.
Kesenjangan sebesar 17,85 %, diantaranya ada satu kelurahan yang
belum mencapai kelurahan ODF yaitu 4 desa, namun jumlah
kelurahan yang melaksanakan STBM adalah 7 Desa. Sehingga
nilainya 100%.
Persentasi penduduk terhadap akses air minum senilai 82,15% dari
target 100%. Kesenjangan nya sebesar 17,85% diantaranya
dikarenakan pengaruh iklim, perawatan sumber mata air hingga
sampai ke pemakaian rumah-rumah belum terlaksana dengan
optimal.
Persentase IKL, sarana air bersih, tempat-tempat umum dan
pengolahan makanan masih berlum mencapai target dengan
kesenjangan 18,57% disebabkan diantaranya karena belum
optimalnya sosialisasi TPM dan TFU sehingga kwualitas dan standar
belum terpenuhi, kurangnya dukungan anggaran dan terbenturnya
biaya pelaksanaan standar di TFU dan TPM, dukungan pimpinan TFU
dan TPM yang kurang optimal untuk meningkatkan kwalitas sarana
sanitasi

FAKTOR PENGHAMBAT FAKTOR PENDORONG


Perilaku masyarakat ada yang Kerjasama lintas program dan
kembali Open Defication lintas sektor

B. ISU STRATEGIS

UPT Puskesmas Leles adalah salah satu unit pelayanan kesehatan di


wilayah Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut. Namun demikian derajat
kesehatan masyarakat masih di bawah harapan, yang ditunjukkan dengan
masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia. Untuk mengangkat IPM
tersebut, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah meningkatkan
peran Puskesmas . Hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan
baik yang mendukung maupun yang menghambat.

Untuk menaikkan Indek Pembangunan Manusia (IPM) sebagai


indikator keberhasilan pembangunan kesejahteraan rakyat, Pemerintah
Kabupaten Garut bertekat membenahi kebijakan maupun program-program
di bidang kesehatan. Salah satunya dengan meningkatkan pelayanan
kesehatan di UPT Puskesmas dengan menerapkan UPT PuskesmasLeles
menjadi PPK BLUD (Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah) pada tahun 2015. Hal ini tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dan pemerintah daerah sebagai pemilik UPT Puskesmas.
Peran pihak swasta dalam pelayanan kesehatan sangat penting.
Klinik swasta di samping sebagai mitra bagi pemerintah daerah sekaligus
juga sebagai pesaing bagi pemerintah daerah. Apabila prestasi UPT
Puskesmas pemerintah sampai di bawah klinik swasta, maka hal itu
menunjukkan UPT Puskesmas kurang berhasil dalam menjalankan misinya.

Usaha UPT Puskesmas akan semakin ketat dalam persaingan, bukan


hanya pelaku usaha nasional tapi juga asing akan berebut pasar di
Indonesia. Persaingan ini tentu saja bukan sekedar mengenai jumlah pelaku
usaha yang akan masuk, namun juga tentang kemajuan teknologi, kualitas
SDM hingga strategi pemasaran yang akan dipertarungkan untuk
memperebutkan pasar potensial masyarakat kelas ekonomi menengah ke
atas.

Pendapatan fungsional yang terus meningkat belum diimbangi dengan


pengelolaan keuangan yang profesional. Selain itu, pola tarif pelayanan yang
belum memperhitungkan biaya satuan (unit cost) menyebabkan pelayanan
kurang optimal.

Sedangkan Isue-isue Strategis yang ada UPT Puskesmas Leles adalah:

1) Posisi UPT Puskesmas Leles Di wilayah pedesaan yang padat penduduk,


sosial ekonomi rendah, diharapkan bisa menarik pelanggan dengan
pelayanan yang berkualitas dan memuaskan.
2) Meningkatnya kunjungan pemeriksaan untuk pemeriksaan Ibu dan Anak
3) Tingginya angka persalinan walaupun UPT Puskesmas Leles bukan UPT
Puskesmas PONED.
4) UPT Puskesmas Leles Garut berada pada posisi agresif, pemanfaatan UPT
Puskesmas Lelesoleh masyarakat cenderung meningkat, namun bangunan
dan peralatan masih belum memadai sehingga pelayanan tidak optimal.
5) Pelanggan semakin meningkat, jumlah SDM masih ada yang kurangsesuai
dengan standar kepegawaian UPT Puskesmas Leles Garut keadaan tersebut
bisa menyebabkan pelayanan tidak memuaskan pelanggan.
6) Melengkapi, renovasi, merehabilitasi, atau menambah bangunan
atraktif,bersih,aman, dan nyaman serta peralatan atas dasar kebutuhan
fungsional UPT Puskesmas Leles Garut.
7) Meningkatkan, mengembangkan dan mendorong kompetensi SDM dalam 3
domain (skill,knowledge dan attitude).
C. RENCANA PENGEMBANGAN LAYANAN
1. Keanekaragaman
2. Pengembangan Pasar
Tingkat pertumbuhan penduduk tinggi disertai jumlah persalinan
meningkat, saelain itu di wilayah kerja UPT Puskesmas Leles belum
terdapat Klinik Bersalin Swasta.
3. PengembanganProduk
Meningkatkan produk / jasa pelayanan yang ditawarkan, yaitu:

1. Upaya Kesehatan Masyarakat yang bertujuan kearah preventif


dan promotif guna meningkatkan derajat kesehatan sebagai
penjabaran dari misi Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, yang
diterapkan oleh UPT Puskesmas Leles terdiri dari :
 Promosi Kesehatan (Promkes)
 Kesehatan Lingkunga (Kesling)
 Pelayanan Imunisasi
 Pengendalian penyakit
 Pelayanan Gizi
 pengembangan
Upaya ini tidak merupakan unit bisnis yang bisa
menghasilkanincome tetapi merupakan unit pengeluaran yang
pembiayaan dan segala sesuatunya di tetapkan olehDinas
Kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Perorangan yang terdiri dari:
 Pemeriksaan Umum (termasuk lansia,MTBS)
 Pemeriksaan Gigi dan Mulut
 Pemeriksaan KIA/KB
 Layanan Gawat Darurat
 Rawat inap Persalinan
 Penunjang : Laboratorium, USG
 Apotek
 UGD
 Pelayanan Home Care
 Pelayanan Ambulance
Upaya ini dapat merupakan unit yang bisa dikelola sebagai unit
bisnis.
3. Merenovasi dan menambah fasilitas pelayanan diantaranya:
 Unit Gawat Darurat
 Unit Rawat Jalan
 Unit Rawat Inap
 Apotek
 Ruang Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium dan USG
 Ruang Insinerator
 Ruang Konsultasi (Gizi, Kesling, Promkes)
 Ruang Home Care
4. Membangun keunggulan bersaing dengan meningkatkan potensi pasar
dengan cara :
 Menganalisa permintaan pasar berdasarkan data kunjungan pasien ke UPT
Puskesmas selama 5 tahun (2021-2026).
 Menghitung prospek untuk menentukan seberapa besar target yang ingin di capai
berdasarkan data kunjungan pasien tahun 2014.
5. Meningkatkan persaingan :
 Bersaing pada perbedaan (keunikan), dapat melalui karakteristik fisik
maupun atribut jasa pelayanan yang ditawarkan kepada masyarakat
sehingga masyarakat mempersepsikannya sebagai nilai.
 Bersaing pada biaya, untuk mencapai nilai maksimum yang diinginkan
pelanggan tetapi dengan kualitas yang memadai.
 Bersaing pada respon cepat, melalui keseluruhan nilai yang terkait
dengan peningkatan keterampilan sumber daya manusia (karyawan) dan
peningkatan kinerja pelayanan.
6. MeminimalisirResiko
 Resiko penurunan pendapatan, dengan cara memberikan pelayanan
secara profesional
 Resiko tuntutan masyarakat atas kelalaian petugas dalam memberikan
pelayanan, dengan cara memberi pelayanan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP).

4. IntegrasiVertikal
5. PengembanganJenisPelayanan
6. PeningkatanSaranaPrasaranaPelayanan
Unsur pengukuran kinerja pada perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran lainnya adalah kondisi Sarana dan Prasarana UPT
Puskesmas Leles dalam menilai kondisi sarana dan prasarana
digunakan dua indikator yaitu ketersediaan peralatan dan ruangan.
Ketersediaan peralatan diukur dengan 3 proxy yaitu (1) kelengkapan
peralatan, (2) kalibrasi, dan (3) kondisi peralatan pada layanan rawat
jalan, penunjang medis, dan non medis. Sedangkan ketersediaan
ruangan diukur dengan pemenuhan standar minimum luas ruangan
pada layanan rawat jalan, penunjang medis, dan non medis.
Dengan gedung UPT Puskesmas Leles yang dibaru, dan terus menerus
mengalami perubahan dan renovasi gedung maupun peralatan medis
dan penunjang medis yang memadai diharapkan dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang prima.

7. PeningkatanMutu SDM Pelayanan


Dalam pencapaian mutu layanan pada perspektif pertumbuhan
dan pembelajaran, dibutuhkan upaya manajemen dalam penyediaan
sumber daya pelayanan utamanya dari aspek sumber daya manusia dan
infrastruktur. Dalam perspektif ini terdapat empat aspek yang dinilai,
yaitu:

1) Penyediaan Sumber Daya Manusia


UPT Puskesmas Leles senantiasa menempatkan sumber daya
manusia pada posisi sentral dalam pengelolaannya. Sebab
keberhasilan pengelolaan SDM merupakan salah satu kunci sukses
dalam upaya memberikan pelayanan yang berkualitas bagi
masyarakat. Oleh karenanya, seluruh aspek terkait dengan sumber
daya manusia, baik kuantitas maupun kualitas mendapat perhatian
yang sungguh-sungguh.

UPT Puskesmas Leles memiliki 2 PuskesmasPembantu sebagai


upaya untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dan membantu pelaksanaan program menuju tercapainya visi dan misi
UPT Puskesmas Leles.
Kegiatan Pengelolaan SDM

Saat ini tengah dilakukan berbagai upaya penyempurnaan


fungsi manajemen; Penyempurnaan Sistem pengelolaan aset;
pengembangan kompetensi dan pembinaan karir; Penyempurnaan
Sistem Reward and punishment; Pengembangan SDM diprioritaskan
pada pendidikan SDM yang mempunyai daya ungkit yang signifikan
terhadap kemajuan UPT Puskesmas berdasarkan prestasi, kompetensi
& kontribusi terhadap UPT Puskesmas serta
pengembangan/pendidikan yang mengutamakan pelayanan, maka
berbagai kegiatan manajemen umum, diantaranya meningkatkan
kinerja manajemen operasional dengan mewujudkan indikator kinerja
serta menyempurnakan sistem informasi manajemen; sistem
pengelolaan keuangan dan akuntansi serta mengembangkan sistem
monitoring dan evaluasi.

Kebijakan kegiatan pengembangan SDM didasarkan pada


peningkatan kualitas SDM sesuai standar kompetensi, kebutuhan
UPT Puskesmas Leles sehingga memiliki daya ungkit yang besar dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dari alokasi biaya
pengembangan SDM, sampai akhir tahun 2019. UPT Puskesmas Leles
telah memberikan kesempatan peningkatan pendidikan berbagai jenis
ketenagaan diantaranya tenaga perawat, tenaga medis, tenaga non
medis, dan tenaga kesehatan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai