Anda di halaman 1dari 12

NAMA : PRISKA ANAKODA

NIM :PO0224218025
KLS : KEB Tkt II REG
Mata Kuliah: ASKEB KOMUNITAS
Dosen : LISDA WIDIANTI LONGGUPA SST,M.Keb

Penanganan Rujukan Yang Sesuai Standar Untuk Kasus Preeklampsia

Di indonesia preeklamplasia-eklampsia masih merupakan penyebab utama kematian maternal


dan kemetian perinatal yang tinggi. Karena itu, diagnosi dini preeklampsia yang merupakan
tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Preeklampsia-eklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan
oleh kehamilan. Preeklampsia adalah hipertensi yang disertai proteinuri dan edema, akibat
kehamilan setelah kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejalah ini timbul
setelah 20 minggu. Eklampsia adalh timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul
dengan koma.
Mengingat terbatasnya fasilitas yang tersedia di BPS maupun dipuskesmas, secara prinsip
pasien dengan PEB dan eklampsia harus sirujuk ke tempat pelayanan kesehatan dengan fasilitas
yang lebih lengkap. Persiapan yangperlu dilakukan dalam merujuk pasien PEB atau eklampsia
adalah sebagaiberikut :
1. Pada pasien PEB/eklampsia sebelum berangkat, pasang infuse RD5, berikan SM 20% 4 IV
pelan-pelan selama 5 menit, bila timbul kejang ulangan berikan injeksi diazepam 10 mg IV
secara pelan-pelan selama 2 menit, bila timbul kejang ulangan, ulangi dosis yang sama.
2. Untuk pasien dengan eklampsia diberikan dosis rumatan setelah initialdose diatas dengan
cara: injeksi SM 40% masing-masng 5 g IM.
3. Pasang oksigen dengan kanul nasal atau sungkup.
4. Menyiapkan surat rujukan berisi riwayat penyakit dan obat-oat yang sudah diberikan.
5. Menyiapkan partus kit dan sudip lidah.
6. Menyiapkan obat-obatan: injeksi SM 20%, injeksi diazepam, cairan infuse, dan tabung
oksigen.
7. Antacid untuk menetralisirkan asam lambung sehingga bila mendadak kejang dapat
mencegah terjadinya aspirasi isi lambung yang sangat asam.
Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru
lahir, dimanapun mereka bearada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat
dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes RI, 2006).
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 Tahun 1972 sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelipahan tanggung jawab timbal
balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertikal, dala arti unit yang berkemampuan
kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-ubit yang
setingkat kemampuannya.
Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika :
    Terdapat oliguria (<400ml/24 jam).
    Terdapat sindrom HELLP.
    Koma berlanjut lebih dari 24 jam setelah kejang.
1. Jenjang Tingkat Tempat Rujukan
a) Rumah Sakit Tipe A
b) Rumah Sakit Tipec/D
c) Rumah Sakit Tipe Inap
d) Puskesmas/Bp/Rb/Bkiaswasta
e) Puskesmas Pembantu/Bidan
f) Posyandu/ Kader/Dukun Bayi
2. Jalur Rujukan
1)   Dari kader, dapat langsung merujuk ke :
a.    puskesmas pembantu
b.    pondok bersalin/ bidan desa
c.    puskesmas/ puskesmas rawat inap
d.   rumah sakit pemerintah/ swasta
2)   Dari posyandu, dapat langsung merujuk ke :
a.    puskesmas pembantu
b.    pondok bersalin/ bidan desa
c.    puskesmas/ puskesmas rawat inap
d.   rumah sakit pemerintah/ swasta

3)   Dari puskesmas pembantu


Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
4)   Dari pondok bersalin
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D. atau rumah sakit swasta
3. Mekanisme rujukan
1)   Menentukan kegawadaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih
Ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/
dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh
karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat
menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani
sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
c.       Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Sebaiknya bayi yang akan dirujuk harus sepengathuan ibu atau keluarga bayi yang
bersangkutan dengan cara petugas kesehatan menjelaskan kondisi atau masalah bayi
yang akan dirujuk dengan cara yang baik.
d.      Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju:
1. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk
2. Meminta petunjuk apa yan perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan
3. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim.

e.      Persiapan penderita (BAKSOKUDA)


Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat
“BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :
a) B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
b) A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus
set, tensimeter dan stetoskop
c) (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu
(klien) ke tempat rujukan.S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi
identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat
yang telah diterima ibu
d) O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk
e) K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu
(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu cepat.
f) U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
g) DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah
apabila terjadi perdarahan
f.       Pengiriman Penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/ sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
g.      Tindak lanjut penderita
    Untuk penderita yang telah dikembalikan
    Harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak
melapor
Penanganan Rujukan Yang Sesuai Standar Pada Kasus Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.


Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu.
Perdarahan antepartum (APH) didefinisikan sebagai perdarahan dari jalan lahir setelah 24
minggu (beberapa penulis mendefinisikan ini sebagai minggu ke-20, yang lain sampai minggu
28) kehamilan. Hal ini dapat terjadi setiap saat sampai tahap kedua persalinan selesai.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir kehamilan, yaitu usia
kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada triwulan terakhir kehamilan sebab-sebab utama
perdarahan adalah plasenta previa, solusio plasenta dan ruptura uteri. Selain oleh sebab-sebab
tersebut juga dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena trauma, koitus atau varises
yang pecah dan oleh kelainan serviks seperti karsinoma, erosi atau polip.Perdarahan Antepartum
sendiri terdiri dari:

Plasenta Previa
1. Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium
uteri internum (pembukaan jalan lahir). Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian
atas uterus. Sejalan dengan bertambahnya membesarnya rahim dan meluasnya segmen
bawaha rahim ke arah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara
dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas pembukaan
serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada derajat atau
klasifikasi dari plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal
maupun dalam masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital.
Oleh karena itu, pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan
antenatal ataupun intranatal.
2. Penanganan Plasenta Previa
a. Bidan
Pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan
biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan
pemeriksaan vagina, karena akan mencetuskan perdarahan yang sangat berat.
Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang keluar, dandilakukan
close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi. Dilakukan
palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.
Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk
mengkonfirmasi diagnosis Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada perdarahan
dan umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan
darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa memperhitungkan umur
kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat dibenarkan
jika umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung
berulang,ibu harus tetap dirawat di RS. Perdarahan berat mungkin mengharuskan
pengeluaran janin darurat, namum pada kebanyakan kasus kehamilan dapat
dilanjutkan hingga 36 minggu, kemudian pilihan melahirkan bergantung pada apakah
derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yang memiliki derajat plasenta
previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau dengan induksi
persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani
dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien ataudokter,
meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati, karena perdarahan
berat dapat terjadi setiap saat
b. Rujukan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan     menghadap
ke kiri, tidak melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut
(misal batuk, mengedan karena sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis.
Bila tidak memungkinkan, beri cairal peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi
nadi pasien secara teratur tiap 15 manit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok
akibat perdarahan. Pantau pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera
lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan
optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS dilakukan
berdasarkan usia kehamilan. Bila terdapatrenjatan, usia gestasi kurang dari 37
minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g, maka :
Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 37 minggu,lalu lakukan
mobilisasi bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari. Dan bila
perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (Pemeriksaan Dalam Di atas Meja
Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada
renjatan usia gestasi 37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih
lakukan PDMO, bila ternyata plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila
bukan usahakan partus pervaginam.
Solusio Plasenta
1. Definisi Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari
implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum waktunya yakni
sebelum anak lahir.
2. Penanganan
a. Bidan
Lakukan uji pembekuan darah, kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7
menit atau terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah terpecah menunjukan
adanya koagulapati. Partus pervaginam, dilakukan apabila : janin hidup, gawat janin,
pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul.
1) Amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala 2 dengan
ekstraksi forcep/vakum
2) Janin telah meninggal dan pembukaan serviks lebih dari 2 cm
3) Lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5
unit oksitosin dalam dextrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi
kontraksi uterus.
4) Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24
jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam
2-4 hari kemudian.
5) Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan
pertolongan kebidanan, sehingga diharapkan dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Dalam menghadapi perdarahan
pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan ke
rumah sakit.
Dalam bentuk rujukan diberikan pertolongan darurat
1) Pemasangan infus
2) Tanpa melakukan pemeriksaan dalam/vaginal toucher
3) Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
4) Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat
5) Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk
memberikan pertolongan pertama
b. Rujukan
1) Melakukan transfusi darah segar jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau
tersembunyi) lakukan persalinan segera.
2) Seksio caesarea dilakukan jika:
a) Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat
dilaksanakan dengan segera (pembukaan belum lengkap)
b) Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan
pervaginam dapat berlangsung dalam waktu singkat
c) Persiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan
bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk
menghentikan perdarahan
Insersio Velamentosa
1. Definisi Insersio Velamentosa
Insersio velamentosa adalah tali pusat yang tidak berinsersi pada jaringan plasenta,
tetapi pada selaput janin sehingga pembuluh darah umblikus berjalan diantara amnion dan
korion menuju plasenta.
Insersi velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin. Insersi velamentosa
sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali pusat dihubungkan
dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi funiculus
umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh
darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara funiculus
umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan
didaerah ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.
Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat
terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan
segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan
cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
2. Penanganan Insersio Velamentosa
a. Bidan
Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin,
tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan
kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup
matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau
imatur, dilakukan persalinan pervaginam.
b. Rujukan
Penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfuse darah dan operasi. Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam pada
penderita atau ditempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif segera karena
pemeriksaan itu dapat menambah banyak perdarahan. Pemasangan tampon pada
vagina tidak berguna sama sekali untuk menghentikan perdarahan, melainkan akan
menambah jumlah perdarahan karena sentuhan pada serviks sewaktu pemasangannya.
Selagi penderita belum jatuh kedalam keadaan syok, infuse cairan intravena harus
segera dipasang, dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang jarum
infuse ke dalam pembuluh darah sebelum terjadi syok akan jauh lebih memudahkan
transfuse darah, apabila sewaktu-waktu dibutuhkan. Segera setelah tiba di Rumah
sakit, usaha pengadaan darah harus segera dilakukan walaupun perdarahannya tidak
seberapa banyak. Pengambilan contoh darah penderita untuk pemeriksaan golongan
darahanya, dan pemeriksaan kecocokan dengan darah donornya harus segera
dilakukan. Dalam keadaan darurat pemeriksaan seperti itu mungkin terpaksa ditunda
karena tidak sempat dilakukan sehingga terpaksa langsung mentransfusikan darah
yang golongannya sama dengan golongan darah penderita, atau mentransfusikan darah
golongan O rhesus positif, dengan penuh kesadaran akan segala bahayanya.
Pertolongan selanjutnya di rumah sakit bergantung dari paritas, tuanya kehamilan,
banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau belum mulainya
persalinan, dan diagnosis yang ditegakkan.
Ruptur Sinus Marginaslis
1. Definisi Sinus Marginaslis
Ruptur Sinus Marginalis adalah terlepasnya sebagian kecil pinggir placenta yang
tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya.
Ruptur Sinus Marginalis merupakan bagian dari rupture placenta ringan yang jarang
didiagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat ruptur ke rumah sakit,atau
tanda-tanda dan gejalanya terlampau ringan sehingga tidak menarik perhatian penderita
maupun dokternya. Etiologi dari rupture sinus marginalis hingga kini belum diketahui
dengan jelas walaupun beberapa keadaan tertentu dapat menyertai, seperti umur ibu
yang terlalu muda/tua, penyakit hipetensi, tali pusat pendek, tekanan pada vena kafa
inferior dan defisiensi asam folik.
2. Penanganan
a. Bidan :
Apabila usia kehamilan sudah cukup matang dan pasien menginginkan dan
mampu untuk melakukan persalinan pervaginam dan tidak ada tanda-tanda bahaya
maka segera lakukan persalinan spontan (pervaginam). Apabila direncanakan
persalinan spontan maka:
1) Pantau perdarahan pervaginam
2) Observasi nyeri / HIS dan ketegangan rahim
3) Observasi tanda-tanda vital
4) Pantau tandaa-tanda koagulopati
5) Pantau tanda-tanda kegawatdaruratan janin.
6) Jangan lupa untuk mengatasi kecemasan pasien dengan cara melibatkan dan
memberikan dukungan psikologis.

b. Rujukan
1) Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Syarat-syarat terapi
ekspektif :
a) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b) Belum ada tanda-tanda in partu.
c) Keadaan umum ibu cukup baik.
d) Janin masih hidup.
2) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.
3) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.
4) Berikan tokolitik bila ada kontraksi :
a) MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.
b) Nifedipin 3 x 20 mg perhari.
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
5) Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.
6) Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri interim.
Catatan : Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan.
Plasenta Sirkumvalata
1. Definisi Plasenta Sirkumvalata
Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir
terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di
sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua. Sebagai
akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding uterus dan perdarahan ini
menyebabkan perdarahan antepartum.
2. Penanganan
a. Jika pada kehamilan terjadi perdarahan intermitten dan belum terjadi abortus ibu
disarankan untuk beristirahat total untuk mencegah terjadinya abortus.
b. Jika sudah terjadi abortus lakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang
berwenang dalam hal ini dokter obsgin untuk mencegah perdarahan yang dapat
mengancam jiwa ibu.
c. Jika mengakibatkan solutio plasenta lakukan penanganan seperti pasien solutio
plasenta, jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan persalinan
segera. Seksio caesarea dilakukan jika :
1) Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan
dengan segera (pembukaan belum lengkap)
2) janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat
berlangsung dalam waktu singkat
3) Persiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan bayi karena
operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai