TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum
Menurut Suripin (2004;7), drainase merupakan pembuangan massa air secara
alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat.
Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau
mengalihkan air. Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor
drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain),
saluran induk (main drain) dan badan air penerima (receiving water).
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan
pada suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan
oleh kelebihan air tersebut (Suhardjono 1948:1).
Drainase adalah suatu proses alami yang diadaptasikan manusia untuk tujuan
mereka sendiri, mengarahkan air dalam ruang dan waktu dengan memanipulasi
ketinggian muka air (Abdeldayem, 2005).
16
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
17
3.2 Hidrologi
Curah hujan adalah besar hujan yang terjadi pada suatu daerah dalam satu jam,
hari, bulan, atau tahun yang diukur dengan penakar hujan. Curah hujan yang
diperlukan untuk menyusun rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian
banjir adalah curah hujan harian maksimum di seluruh daerah yang bersangkutan.
Curah hujan ini dinyatakan dalam mm.
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
18
3. Metode Isohyet
Metode Isohyet merupakan metode yang paling akurat dalam
penentuan hujan rata-rata. Metode ini memperhitungkan pengaruh tiap
stasiun pengukur hujan. Metode isohyet cocok untuk daerah berbukit dan
tidak teratur dengan luas lebih dari 5000 km2.
𝑅1+𝑅2 𝑅2+𝑅3 𝑅𝑛−1+𝑅𝑛
𝐴1 + 𝐴2 + …+ 𝐴𝑛
R= 2 2 2
………… (3.3)
𝐴1+𝐴2+ …+𝐴𝑛−1
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
19
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
20
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
21
350
300
Intensitas Hujan (mm/jam)
250
200
PUH 2 tahun
150 PUH 5 tahun
50 PUH 25 tahun
0
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 59
waktu (menit)
Dalam perhitungan intensitas curah hujan, tinggi curah hujan untuk durasi 0 – 1 jam
dihitung dengan persamaan 3.9 menggunakan faktor a dan b seperti Tabel 3.1.
𝑎 𝑥 𝑅24
R= ……………………………..(3.9)
𝑅24+𝑏
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
22
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
23
3. Ishiguro
Persaman Ishiguro yang digunakan dalam analisis intensitas curah
hujan adalah sebagai berikut.
𝑎
I= …………….…………….….. (3.12)
√𝑡 +𝑏
3.3 Limpasan
Menurut Suripin (2004), limpasan merupakan gabungan antara aliran permukaan,
aliran-aliran yang tertunda pada cekungan-cekungan, dan aliran bawah permukaan
(subsurface flow).
Metode rasional merupakan metode yang paling sering digunakan untuk
memperkirakan laju aliran permukaan puncak. Penggunaan metode ini terbatas untuk
DAS kecil, yaitu kurang dari 300 Ha (Goldman et.al., 1986). Metode rasional
dikembangkan berdasarkan asumsi hujan yang terjadi memiliki intensitas seragam dan
merata di seluruh DAS minimal sama dengan waktu konsentrasi (tc) DAS. Persamaan
yang digunakan dalam metode rasional adalah sebagai berikut.
Qp = 0,00278 x C x I x A ……………………...….. (3.14)
Dimana, Qp = debit permukaan puncak (m3/detik)
0,00278 = tetapan konversi satuan
C = koefisien aliran permukaan ( 0 ≤ C ≤ 1 )
I = intensitas hujan (mm/jam)
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
24
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
25
Suatu DAS dapat dibagi menjadi daerah yang lebih kecil, yaitu sub-DAS.
Batas-batas sub-DAS ditentukan oleh kontur, jalan dan rel KA yang ada di
lapangan untuk menentukan arah aliran air. Dari peta topografi, ditetapkan titik-
titik tertinggi di sekeliling sungai utama (main stream) yang dimaksudkan, dan
masing-masing titik tersebut dihubungkan satu dengan lainnya sehingga
membentuk garis utuh yang bertemu ujung pangkalnya. Garis tersebut merupakan
batas DAS di titik kontrol tertentu (Sri Harto Br., 1993).
Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran permukaan meliputi
(Suripin, 2004) :
1. Luas dan bentuk DAS
Laju dan volume aliran permukaan makin bertambah besar dengan
bertambahnya luas DAS.
2. Topografi
Bentuk rupa muka bumi atau topografi seperti kemiringan lahan, keadaan
dan kerapatan parit dan / atau saluran, dan bentuk-bentuk cekungan
lainnya mempunyai pengaruh pada laju dan volume aliran permukaan.
DAS dengan kemiringan curam disertai parit/saluran yang rapat akan
menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang jarang dan
adanya cekungan-cekungan. Pengaruh kerapatan parit, yaitu panjang
parit per satuan luas DAS, pada aliran permukaan adalah memperpendek
waktu konsentrasi, sehingga memperbesar laju aliran permukaan.
3. Tata guna lahan
Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan dalam
koefisien aliran permukaan (C), yaitu bilangan yang menunjukkan
perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah
hujan. Angka koefisien aliran permukan ini merupakan salah satu
indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS.
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
26
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
27
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
28
108 x n x Lo1/3
to = (𝑆𝑜)1/3
…………..……….. (3.20)
Rumus 3.18 digunakaan saat panjang titik terjauh air hujan jatuh (Lo)
sampai titik pengumpul kurang dari 300 m, sedangkan rumus 3.19
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
29
digunakan saat (Lo) lebih besar dari 300 m dan lebih kecil dari 1.000 m.
𝐿𝑑
Td = 𝑉𝑑
………………………..…….. (3.21)
60
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
30
2 𝑇𝑐
Cs = 2 𝑇𝑐+𝑇𝑑 …………………..............…….. (3.22)
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
31
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
32
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
33
- Persamaan Manning
Kecepatan aliran yang dikembangkan dalam persamaan Manning
ditentukan dengan koefisien kekasaran saluran.
1
V = 𝑛 x R2/3 x I1/2 …………...……….………. (3.29)
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
34
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
35
berpengaruh dalam pola sistem penyaluran air hujan adalah sebagai berikut.
1. Badan air penerima yang tersedia
Jaringan sungai yang ada dalam suatu daerah perencanaan merupakan
akhir dari sistem penyaluran yang ada.
2. Jalur jalan yang ada
Jalur jalan yang ada umumnya digunakan untuk menentukan jalur
saluran drainase, sehingga pola sistem penyaluran air hujan mengikuti
jalur jalan.
3. Topografi daerah aliran
Pola penyaluran air hujan yang mengikuti kemiringan medan akan
memudahkan pengaliran air hujan. Kemiringan medan memberikan
keuntungan dalam teknik yang diperlukan untuk mengalirkan air yang
ada pada saluran yang direncanakan.
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
36
Penampang saluran adalah tegak lurus terhadap arah aliran sehingga pada
saluran mendatar penampang salurannya selalu merupakan penampang vertikal
saluran. Berdasarkan tinjauan aspek hidrolik diantara semua bentuk penampang,
akan terdapat suatu penampang dengan bentuk geometri dan luas dan keliling
basah sedemikian sehingga menghasilkan debit aliran terbesar. Penampang
semacam ini disebut penampang terbaik atau penampang paling efisien dan
ekonomis. Dengan demikian, peninjauan pada penampang hidrolik terbaik berarti
peninjauan terhadap keliling basah.
Bentuk paling umum dipakai untuk saluran berdinding tanah yang tidak
dilapisi adalah bentuk trapezium. Bentuk segi empat dan segitiga merupakan
bentuk khusus selain trapezium. Bentuk segi empat panjang banyak ditemukan
pada kawasan perkotaan yang padat karena memiliki dinding yang tegak sehingga
dapat menghemat lahan. Bentuk-bentuk penampang saluran terbuka terdapat pada
Gambar 3.3.
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
37
- Luas Penampang
A = B x y ………………………..….. (3.32)
- Keliling Basah
P = B + 2y ……………...………..….. (3.33)
- Jari-jari Hidrolik
𝐴 𝐵𝑥𝑦
R=𝑃= ……………..……..….. (3.34)
𝐵+2𝑦
2. Penampang Trapesium
Saluran terbuka yang mempunyai penampang trapesium adalah yang
banyak digunakan di dalam praktek. Hal ini karena kemiringan tebing dapat
disesuaikan dengan kemiringan lereng alam tanah yang ditempatinya. Untuk
saluran buatan, faktor ekonomis juga menjadi pertimbangan, oleh karena itu
juga perlu dicari penampang hidrolik terbaiknya. Berdasarkan penelitian,
dapat dikatakan bahwa penampang trapesium yang terbaik adalah yang
mempunyai kemiringan tebing membentuk sudut 60o seperti Gambar 3.5.
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
38
- Luas Penampang
𝐴
A = (b + x) y b = - x y ……………………..….. (3.35)
𝑦
- Keliling Basah
𝐴
P = b + 2y √1 + 𝑥 2 atau P = 𝑦 - x y + 2y √1 + 𝑥 2 .... (3.36)
- Luas Penampang
1
A = 8 x π x d2 ……………..……..….. (3.37)
- Keliling Basah
P = π x y ……..…………………..….. (3.38)
- Jari-jari Hidrolik
3 π y2 1
R=2= = 2y …………...…..….. (3.39)
2πy
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
39
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
40
3.5.5.5 Gorong-gorong
Gorong-gorong merupakan saluran tertutup yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lain. Gorong-gorong
seperti Gambar 3.9, umumnya dibuat dari beton, aluminium gelombang,
baja gelombang, dan plastik gelombang. Penampang melintang gorong-
gorong berbentuk bulat, persegi, oval, tapal kuda, dan segitiga. Pengontrol
yang dapat digunakan pada gorong-gorong adalah pengontrol di depan
(inlet) dan pengontrol di belakang (outlet).
Kontrol di depan terjadi jika kapasitas gorong-gorong lebih besar
daripada kapasitas pemasukan sehingga kedalaman aliran kritis terletak
pada pemasukan dan di dalam gorong-gorong terjadi aliran superkritis.
Sedangkan kontrol di belakang terjadi jika kapasitas gorong-gorong lebih
kecil daripada kapasitas pemasukan. Aliran dalam gorong-gorong tidak
akan penuh jika tinggi tekan (H) pada pemasukan kurang dari 1,5 D. D
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
41
3.5.5.7 Belokan
Belokan dalam saluran dapat terjadi karena adanya perubahan arah
aliran atau karena keadaan medan yang tidak memungkinkan. Pada
rancangan saluran terbuka, adanya belokan sering tidak dapat dihindarkan
dan menimbulkan kehilangan tekanan.
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
42
3.6 Ekodrainase
Ekodrainase dimaksudkan sebagai upaya mengelola kelebihan air dengan cara
meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan
air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya (Kementerian PU,
2011). Dalam ekodrainase, air hujan dikelola sedemikian sehingga tidak langsung
mengalir secepatnya ke badan penerima. Air hujan tersebut diresapkan ke dalam tanah
untuk meningkatkan kandungan air tanah. Konsep ekodrainase dapat diuraikan
dengan dua pendekatan sebagai berikut.
1. Pendekatan eko-hidrolik, yaitu pengelolaan drainase yang dilakukan dengan
memperhatikan fungsi hidrolik dan ekologi.
2. Pendekatan kualitas air, yaitu upaya meminimalkan dan/atau meniadakan
pencemaran air yang dapat menyebabkan masalah bagi kesehatan manusia
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
43
dan flora-fauna.
Konsep ekodrainase merupakan salah satu unsur dari konsep pengelolaan hujan
integratif (Integrated Stormwater Management). Pengelolaan secara integratif ini juga
diartikan secara substantif menyeluruh menyangkut seluruh aspek yang berhubungan
dengan drainase, yaitu aspek teknis operasional pengelolaan drainase,
lembaga/institusi, pembiayaan, peran masyarakat dan/atau swasta dan hukum
peraturan (Maryono, 2005).
Metode ekodrainase dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Lubang Resapan Biopori
Biopori biasa juga disebut dengan lubang resapan biopori merupakan lubang
yang dibuat tegak lurus ke dalam tanah. Lubang ini memiliki diameter antara
10-30 cm dan tidak memiliki muka air tanah dangkal. Lubang tersebut
kemudian diisi dengan sampah organik yang memiliki fungsi sebagai
makanan makhluk hidup yang ada di tanah, seperti cacing dan akar tumbuhan.
Contoh lubang biopori dapat dilihat pada Gambar 3.11. Manfaat dari
pembuatan biopori adalah sebagai berikut.
1. Mengurangi sampah organik
2. Menyuburkan tanah
3. Membantu mencegah terjadinya banjir
4. Mempengaruhi jumlah air tanah
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
44
2. Sumur Resapan
Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung hujan ke
dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permukaan
tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam
tanah. Tujuan utama dari sumur resapan adalah memperbesar masuknya air ke
dalam akuifer tanah sebagai air resapan (infiltrasi) sehingga air akan lebih
banyak masuk ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebagai aliran
permukaan (run off). Contoh sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Dalam perhitungan sumur resapan, pedoman yang digunakan adalah SNI 03-
2453-2002 Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan. Sumur resapan dapat dibuat dari berbagai bahan yang disesuaikan
dengan kondisi lingkungan serta ketersediaan bahan baku di lokasi dan
ketersediaan dana yang memadai. Bahan-bahan pokok yang dapat dibuat untuk
sumur resapan sebagai berikut.
1. Bahan saluran air dapat menggunakan pipa besi, pipa paralon (PVC),
bambu, hong dari tanah atau beton, dan parit-parit galian tanah yang diberi
batu.
2. Dinding sumur dapat menggunakan tembok, drum bekas, hong beton,
anyaman bambu, atau tangi fiberglass
3. Alas sumur dan sela bagian dinding tempat meresapnya air dapat
menggunakan bahan kerikil atau ijuk
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019
45
Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Perumahan Citra Maja Raya (Tahap 1) Banten.Bazlliza Monica Fitriyana.2019