Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma merupakan suatu penyakit saluran pernapasan yang disebabkan
karena adanya proses inflamasi kronik. Sel inflamator yang berperan antara
lain sel mast, eosinofil, dan limfosit. Asma adalah penyakit inflamasi
(peradangan) kronik saluran napas yang ditandai dengan adanya mengi
(wheezing), batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul
terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran
pernapasan. Derajat serangan asma bervariasi dari ringan, sedang, berat
hingga serangan yang mengancam jiwa. Perburukan asma dapat terjadi
dalam waktu beberapa menit, jam atau hari dan umumnya timbul akibat
pajanan faktor pencetus diantaranya aktivitas, paparan alergen atau iritan,
perubahan cuaca, atau infeksi virus pada saluran napas. (Global Initiatif for
Asthma, 2018).
Asma menjadi 5 penyakit terbesar yang menyumbang kematian di
dunia dan diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit
ringan sampai berat bahkan beberapa dapat menyebabkan kematian.
Menurut World Health Organization (2017) asma menjadi penyebab utama
kematian di dunia dengan sekitar 235 juta orang. Pada tahun 2015 sekitar
338.000 kematian dilaporkan yang sebagian besar terjadi pada orang
dewasa. Lebih lanjut dalam World Health Organization (2017) penyebab
timbulnya asma tidak terlepas dari kompleksitas patogenesis asma yang
melibatkan faktor genetik dan lingkungan. Berdasarkan jenis kelamin
sebesar 6,3% pada laki-laki dan 9,0% pada perempuan. Data prevalensi
berdasarkan umur sebesar 7,4% pada dewasa dan 8,6% pada anak-anak.
Prevalensi asma di Amerika Serikat mencapai 8,4% pada tahun 2009 dan
terus meningkat hingga mencapai 17,8% pada tahun 2011. Prevalensi
penyakit asma di Indonesia menurun dari 4,5% pada tahun 2013 menjadi
2,4% di tahun 2018. Prevalensi asma tertinggi terdapat di DIY sebesar 4,5%
dan untuk provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi sebesar 1,8% di tahun
2018 (Antoro dan Lestari, 2019 ; Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan Global Initiative for Asthma (2016) prevalensi asma di
Asia Tenggara sebesar 3,3% dimana 17,5 juta penderita asma dari 529,3 juta
total populasi. Dari berbagai sumber, Indonesia menempati urutan ke 19 di
dunia untuk penyebab kematian akibat asma serta menempati 1 dari 12
penyebab kematian utama dari penyakit tidak menular. Prevalensi penyakit
asma di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di
Indonesia tahun 2018 Di Indonesia prevelensi penyakit asma berdasarkan
umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal yaitu pada anak umur kurang dari 1
tahun 0,4% dan mengalami peningkatan hingga 5,1%. Pada dewasa umur 75
tahun presentase penyakit asma pada laki-laki 2,3% sedangkan perempuan
lebih tinggi yaitu 2,5%. Prevalensi asma tertinggi terdapat di DI Yogyakarta
(4,59%), Kalimantan Timur (4,0%), dan Bali (3,9%) dan daerah dengan
prevalensi terendah yaitu Sumatera Utama dengan presentase 1,0%.
Presentase berdasarkan tempat tinggal, penduduk di daerah perkotaan
presentase penyakit asma lebih tinggi 2,6% dibandingkan dengan presentase
penyakit asma di daerah pedesaan yaitu 2,1%.. Prevalensi asma di Jawa
Tengah pada tahun 2018 adalah 1,5% (RISKESDAS, 2018).
Masalah yang sering dialami pada pasien asma adalah sesak napas.
Sesak napas ini terjadi karena obstruksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh menebalnya dinding saluran napas yang ditimbulkan oleh peradangan
dan edema yang dipicu oleh pengeluaran zat histamine, tersumbatnya
saluran napas oleh sekresi berlebihan mukus kental, hiperresponsitivitas
saluran napas yang ditandai oleh konstriksi hebat saluran napas kecil akibat
spasme otot polos di dinding saluran napas (Sherwood 2012). Obstruksi
bertambah berat saat melakukan ekspirasi karena fisiologis pernapasan
menyempit pada fase tersebut. Diameter bronkiolus lebih banyak berkurang
pada saat ekspirasi daripada selama inspirasi karena terjadi peningkatan
tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa sehingga menekan bagian luar
bronkiolus dan menutupnya saluran napas cenderung sangat meningkat
karena tekanan positif dalam dada selama eskpirasi. Hal ini menyebabkan
udara distal tempat terjadinya obstruksi tidak dapat diekspirasikan sehingga
volume udara yang masuk dan keluar tidak seimbang. Penyempitan pada
saluran napas ini akan mengakibatkan kesulitan dalam ekspirasi (Guyton
and Hall 2012).
Penggunaan obat rasional adalah penggunaan obat yang disesuaikan
dengan kebutuhan klinis pasien, baik dalam jumlah maupun waktu yang
memadai, disertai dengan biaya paling rendah. Penggunaan obat harus
sesuai dengan penyakit, oleh karena itu diagnosis yang ditegakkan harus
tepat, patofisiologi penyakit, keterkaitan farmakologi obat dengan
patofisiologi penyakit dan dosis yang diberikan dan waktu pemberian yang
tepat, serta evaluasi dan efektivitas dan toksisitas obat tersebut, ada
tidaknya kontraindikasi serta biaya yang harus dikeluarkan harus sesuai
dengan kemampuan pasien tersebut.
Dalam penatalaksanaannya asma memiliki dua jenis terapi
diantaranya terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi
terdiri atas dua golongan yaitu pertama obat yang berguna untuk
menghilangkan serangan asma yaitu mengurangi bronkokonstriksi yang
terjadi. Obat ini disebut obat pelega napas (reliever medications) yang
umumnya bekerja sebagai bronkodilator dan golongan obat kedua adalah
obat yang dapat mengontrol asma disebut sebagai controller medications.
Sedangkan untuk terapi non farmakologi adalah melakukan pola hidup
sehat, berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik yang dapat membantu
meringankan asma seperti senam asma dan olahraga renang (Global Initiatif
for Asthma, 2018)
Salbutamol yang merupakan obat simpatomimetik agonist β2 ini
memiliki manfaat yang besar dan bronkodilator yang paling efektif dengan
efek samping yang minimal pada terapi asma. Pemberian langsung melalui
inhalasi akan meningkatkan bronco selektifitas, memberikan efek yang lebih
cepat dan memberikan efek perlindungan yang lebih besar terhadap
rangsangan (misalnya alergen, latihan) yang menimbulkan bronkospasme
dibandingkan bila diberikan secara sistemik (Yosmar, 2015). Pemberian
kortikosteroid baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan obat
pengendali lainnya dapat meningkatkan fungsi paru (arus puncak ekspirasi,
PEFR), mengurangi gejala asma khususnya gangguan tidur malam hari, dan
aktivitas sehari-hari (Yosmar, 2015).
Prioritas pengobatan penyakit asma sejauh ini ditujukan untuk
mengontrol gejala. Pengobatan secara efektif telah dilakukan untuk
menurunkan morbiditas karena efektivitas terapi hanya tercapai jika
ketepatan obat untuk pasien telah sesuai (Okti, dkk., 2016).
Berdasarkan uraian dan data di atas maka peneliti merasa perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui Pola Penggunaan Obat Asma Pada
Pasien Asma di Rumah Sakit Advent Kota Manado.

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah


Supaya permasalahan yang dikaji tidak terlalu luas, maka peneliti
membatasi masalah pada tempat penelitiannya. Batasan masalah yang
peneliti ambil adalah:
1. Lokasi berada di Jl. 14 Februari, Teling Atas Kec. Wanea Kota
Manado, Sulawesi Utara.
2. Penelitian dilakukan pada Semester Ganjil Tahun Ajaran 2019-2020.
3. Metode penelitian dengan survei dan wawancara
4. Objek penelitian yaitu obat golongan yang digunakan Penderita Asma.
5. Subjek penelitian terdiri dari: penderita penyakit asma
6. Data utama yaitu: jenis obat, golongan obat, dan bentuk sediaan,
rasionalitas penggunaan obat asma berdasarkan indikasi dan aturan
dosis penggunaan dan cara penggunaan obat oleh setiap pasien, jumlah
obat yang diberikan pada setiap pasien
7. Data penunjang yaitu responden yang diwawancarai terdiri dari:
penderita asma yang menggunakan tumbuhan sebagai obat asma.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana prevalensi penyakit Asma pada pasien rawat jalan periode
Januari 2019 s/d Desember 2019 di Rumah Sakit Advent Manado
berdasarkan Karakteristik Pasien (Jenis Kelamin, Usia) ?
b. Bagaimana pola penggunaan obat pada pasien asma rawat jalan periode
Januari 2019 s/d Desember 2019 di Rumah Sakit Advent Manado
berdasarkan karakteristik obat (jumlah obat, lama pemberian obat, cara
pemberian obat, golongan obat, bentuk sediaan obat, dan dosis obat)
c. Bagaimana penggunaan obat penyakit Asma pada pasien rawat jalan
periode Januari 2019 s/d Juni 2019 di Rumah Sakit Advent Manado
berdasarkan rasionalitas obat yang ditinjau dari Ketepatan Diagnosis,
Ketepatan Indikasi, Ketepatan Obat, Ketepatan Dosis, Tepat Pasien ?

1.4 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pola Penggunaan Obat Asma Pada Asma di Rumah
Sakit Advent Manado.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi penyakit Asma pada pasien rawat
jalan periode Januari 2019 s/d Juni 2019 di Rumah Sakit Advent
Manado berdasarkan Karakteristik Pasien (Jenis Kelamin, Usia)
b. Untuk mengetahui penggunaan obat Asma pada pasien rawat jalan
periode 2019 s/d Juni 2019 di Rumah Sakit Advent Manado
berdasarkan karakteristik obat (jumlah obat, lama pemberian obat,
cara pemberian obat, golongan obat, bentuk sediaan obat, dan dosis
obat)
c. Untuk mengetahui penggunaan obat Asma pada pasien rawat jalan
periode 2019 s/d Juni 2019 di Rumah Sakit Advent Manado
berdasarkan rasionalitas obat yang ditinjau dari Ketepatan
Diagnosis, Ketepatan Indikasi, Ketepatan Obat, Ketepatan Dosis,
Tepat Pasien ?.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang
penggunaan obat pada penderita asma
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Pengetahuan dan pemahaman peneliti dan tenaga kesehatan
mengenai penggunaan obat asma yang efektif dan rasional dalam
praktek sehari-hari di Rumah Sakit Advent Manado dalam
penggunaan obat dosis obat, lama pemberian obat, pemilihan jenis
obat yang maksimal tanpa efek samping atau dengan efek samping
yang seminimal mungkin
b. Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
yang berarti bagi peserta didik yang akan datang sehingga
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai