Tugas Terstruktur
Kimia Fisika III
Winda Rahmalia, S.Si, M.Si
Alhamdulillah. Tiada kata paling indah saat ini selain rasa syukur kepada
Allah SWT, karena berkat izin dan limpahan rahmatNya yang telah memberikan
pengetahuan dan kesempatan kepada penyusun, maka makalah yang berjudul
“Perbedaan Singlet-Triplet Pada Diradikal Oleh Pendekatan Spin-Flip: Sebuah
Studi Benchmark” ini dapat penyusun selesaikan. Tidak lupa shalawat serta
salam penyusun ucapkan kepada murabbi terbaik sepanjang masa Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga dan para pengikutnya hingga
akhir zaman.
Sumbangan pemikiran yang diuraikan dalam karya tulis ini didasarkan
oleh pendekatan spin-flip untuk menghitung pemisahan energi vertikal dan energi
adiabatik diantara keadaan singlet dan triplet diradikal, yaitu molekul dengan dua
elektron menempati dua orbital molekul yang terdegenerasi.
Kepada seluruh pembaca penyusun mengucapkan terima kasih apabila
dapat mengkritik makalah ini dalam penyempurnaannya di waktu mendatang.
Karena penulis yakin tak ada gading yang tak retak, tak ada makalah yang
sempurna, tak ada lembaran putih yang tak bernoda, tak ada manusia yang
sempurna.
Tim Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan model SF
untuk mengevaluasi perbedaan energi, misalnya singlet-triplet (ST) dalam
diradikal.
1.3 Manfaat
Sementara manfaat makalah ini diharapkan dapat mengetahui ketepatan
model SF untuk mengevaluasi perbedaan energi, misalnya singlet-triplet (ST)
dalam diradikal.
3
BAB II
ISI
4
Banyak pemahaman tentang sifat-sifat diradikal telah diturunkan dari
analisis sederhana fungsi gelombang dan interaksi mereka. Misalnya, semua
keadaan triplet dua elektron adalah murni kovalen. Hal ini konsisten dengan
prinsip Pauli yang tidak memungkinkan dua elektron dengan spin yang sama
untuk menempati ruang yang sama, seperti yang diharuskan dalam konfigurasi
ionik dan zwitter ion.
Dari sudut pandang metodologis, adalah penting bahwa semua tiga
fungsi gelombang singlet adalah dua bentuk determinan. Ketika φ1 dan φ2
terdegenerasi setiap fungsi gelombang singlet terdiri dari dua konfigurasi yang
sama pentingnya. Oleh karena itu, fungsi gelombang Hartree-Fock, yaitu
determinan Slater tunggal adalah pendekatan kualitatif yang salah untuk
persamaan 1-4. Hanya model multikonfigurasi yang memperlakukan faktor-faktor
penentu yang penting pada pijakan yang sama, seperti multiconfigurational self-
consistent field (MCSCF), menyediakan fungsi gelombang orde nol yang sesuai
untuk diradical. Untuk mencapai ketepatan kuantitatif, suatu fungsi gelombang
orde nol perlu ditambah dengan korelasi dinamis,misalnya melalui multireference
configuration interaction (MRCI) atau perturbation theory (MRPT).
Dimasukannya korelasi dinamis sangat penting untuk kuantitatif yang
benar (kadang-kadang bahkan kualitatif) yang menjelaskan struktur elektron dari
diradikal. Selain kecenderungan fungsi gelombang MCSCF yang melebih-
lebihkan panjang ikatan dan mengabaikan frekuensi, titik stasioner dari potential
energy surface (EPS) yang sesuai dengan diradikal bisa menghilang pada
tingkat teori yang lebih tinggi. Selain itu, penjelasan mengenai keseimbangan
korelasi nondinamis dan dinamis membutuhkan ruang aktif yang lebih besar
daripada dua ruang orbital.
Untuk meringkas penjelasan teoritis singlet diradikal (persamaan 1-3)
adalah sulit karena mereka memiliki karakter multi pembanding. Fungsi
gelombang triplet diradikal, bagaimanapun lebih sederhana. Walaupun fungsi
gelombang triplet Ms=0 (4) juga dua konfigurasi sesuai dengan persamaan (5)
dan (6) yang berbentuk deteminan tunggal.
5
Persamaan 7 merupakan fungsi gelombang kulit tertutup dan operator R
adalah sebuah operator eksitasi pada beberapa tingkat eksitasi (yang harus
konsisten dengan pembanding Ψs ). Model teoritis yang digunakan untuk
menggambarkan catatan bahwa hanya operator eksitasi yang tidak berubah
jumlah total elektron α dan β-nya, yaitu Ms=0, perlu dipertimbangkan pada
persamaan 7.
Ketika pembanding kulit tertutup Ψs baik dijelaskan oleh fungsi
gelombang pembanding tunggal keadaan eksitasi singlet dan triplet (termasuk
konfigurasi kulit terbuka, seperti persamaan 3 dan 4 juga baik dijelaskan oleh
persamaan 7). Namun, kualitas keadaan tereksitasi Ψs,t memburuk ketika sebuah
pembanding tunggal dari Ψs,t menjadi tidak tepat, seperti dalam kasus diradikal
keadaan singlet yang merupakan tipe fungsi gelombang konfigurasi dua. Untuk
mengatasi masalah ini, model SF memakai pembanding keadaan triplet high-
spin yang dijelaskan secara akurat oleh fungsi gelombang pembanding tunggal
singlet dan triplet.Keadaan target kulit tertutup dan kulit terbuka digambarkan
sebagai spin-flipping eksitasi:
6
memperkenalkan ketidakpastian tambahan (energi eksitasi vertikal lebih berguna
untuk tujuan benchmark, karena mereka dihitung pada keadaan dasar
kesetimbangan geometri). Selain itu, sebagian dari pemisahan energi
eksperimental yang diukur adalah antara keadaan getaran rendah (T00) dan
termasuk perubahan pada zero point energy (ZPE). Terakhir yang terpenting
adalah untuk memisahkan metode dari efek dasar satu elektron. Tidak seperti
geometri molekul dan frekuensi, konvergensi dari perbedaan energi yang paling
rendah. Itulah sebabnya menguntungkan untuk tori baru benchmark menentang
full configuration interaction (FCE) atau model akurat lainnya, misalnya MRCI
atau MRPT. Selain mengatasi masalah dasar, strategi ini memungkinkan
penghapusan ketidakpastian karena kesetimbangan geometri dan ZPEs.
Dengan pertimbangan diatas, kita mulai belajar benchmark melalui
perhitungan perbedaan singlet-triplet dalam atom, yaitu karbon, oksigen, dan
silikon. Karena bagi atom ada ketidakpastian yang tidak berhubungan dengan
kesetimbangan geometri dan frekuensi getaran, perbandingan dengan
percobaan langsung. Dengan demikian, sistem sederhana memungkinkan kita
untuk menyelidiki konvergensi dari model SF dengan dasar satu partikel.
Selanjutnya kita pertimbangkan satu bidang molekul diatomik dengan keadaan
singlet diradikal (NH, NF, OH+ dan O2) yang menyediakan data eksperimen yang
akurat. Setelah penyelidikan menyeluruh dari kinerja metode SF untuk sistem
semimodel, kita lanjutkan untuk prototipe diradikal yang penting yaitu benzena.
2.4 Perbedaan Energi 3P-1D Pada Atom Karbon, Oksigen, dan Silikon
Ketika metode ab intio benchmarking digunakan, ada dua aspek yang
harus ditangani: (i) kinerja dari beberapa metode dengan skala komputasi yang
sama dan biaya, dan (ii) kinerja yang absolut, misalnya akurasi dari metode
diberikan sebagai perbandingan metode komputasi yang lebih mahal tapi lebih
akurat. Dengan pemikiran ini, kita membandingkan kinerja metode SF dengan: (i)
interaksi non SF yang berkaitan dengan biaya dan skala yang identik, (misalnya
SF-CIS vs CIS, SF-CIS(D) vs CIS(D), SF-OD vs EOM-OD atau EOM-CCSD) dan
(ii) metode potensial yang lebih akurat dengan biaya komputasi yang lebih tinggi
(misalnya SF-OD vs CCSD(T)/B-CCD(T) atau vs MRPT/MRCI).
Dalam atom tidak ada ambiguitas karena geometri dan ZPEs.
Oleh karena itu, perbandingan perbedaan ST antara perhitungan dan
eksperimen adalah jelas. Dalam tiga contoh berikut, kita membandingkan
7
keakuratan metode keadaan klasik dengan model SF. Untuk menjelaskan efek
dasar perbedaan energi ST, kami melakukan perhitungan CBS.
Untuk ketiga atom, keadaan dasar adalah keadaan triplet 3P dan singlet
terendah adalah keadaan 1D. Tabel I merangkum perbedaan energi ST yang
dihitung secara klasik yaitu non SF dan metode SF:
8
perbedaan sekitar 0,03 dan 0,04 eV, kurang dari 0,01 eV untuk oksigen, silikon,
dan karbon).
9
geometri. Tabel II membandingkan hasil SF dengan nilai eksperimen. Secara
keseleruhan, perbandingan antara model SF dan percobaan yang sangat baik:
hasil SF-OD/cc-pVQZ untuk NF dan OH+ adalah 0,1 eV dari percobaan,
sedangkan untuk NH dan O2 terjadi penyimpangan sekitar 0,05 dan 0,08 eV.
Jumlah SF-CIS(D) tersebut adalah 0,04 eV dari SF-OD.
Tabel II Energi Pemisahan Adiabatik Singlet-Triplet (1∆-3∑) Pada Molekul
Diatomik
2.6 Benzena
Keadaan dasar dari isomer benzena adalah sebuah keadaan singlet
tertutup dari tipe persamaan 1: A1 pada C2v ( o- dan m-benzena) dan 1Ag pada D2h
(p-benzena). Keadaan eksitasi terendah adalah keadaan triplet: 3B2 pada o- dan
m-benzena, dan 3B1u pada p-benzena. Karakter diradikal meningkat karena jarak
antara elektron tidak berpasangan bertambah pada urutan ortometapara.
Peningkatan hasil karakter diradikal dalam perbedaan energi singlet-triplet
menurun dalam keadaan yang sama. Hasil karakter diradikal yang kuat dari p-
benzena singlet diperoleh dari ketidakstabilan orbital untuk keadaan singlet.
Gambar 3 merangkum struktur kesetimbangan dari isomer-isomer
benzena dalam keadaan singlet dan triplet yang dihitung dengan metode SF-
DFT pada keadaan 6-311G. Kami juga telah menggunakan metode SF-DFT
untuk menghitung ZPEs. Dua momentum sudut dasar yang digunakan yaitu: 6-
31G dan keadaan dasar bidang yang stabil yang terdiri dari cc-pVTZ
berdasarkan pada karbon dan cc-pVDZ berdasarkan pada hidrogen.
10
Gambar 3 Struktur Kesetimbangan Dari Isomer-Isomer Benzena Dalam Keadaan
Singlet dan Triplet yang Dihitung Dengan Metode SF-DFT/6-311G
11
BAB III
PENUTUP
12
DAFTAR
PUSTAKA
L. Salem and C. Rowland, Angew. Chem. Int. Ed. Engl. 11, 92 ~1972.
13