Anda di halaman 1dari 9

RESUME PKWN

TENTANG PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

NAMA : BAIQ DEWI LASMINING


KELAS : TEKHNIK INFORMATIKA (B)
NIM : 204855119

PROGRAM STUDI TEKHNIK INFORMATIKA ( TI )

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

( STMIK ) SYAIKH ZAINUDDIN NW ANJANI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat di
selesaikan pada waktunya. Resume ini ditulis demi untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan KewargaNegaraan dengan judul “PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT”.

Adapun tujuan pembuatan resume ini adalah untuk memberikan wawasan kepada pembaca
mengenai Penerapan Ideologi Pancasila Bagi Warga Negara Dan Bagi Penyelenggara Negara
Atau Pemerintah. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan-
kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan masukan yang bisa membangun agar makalah
ini bisa lebih baik lagi kedepannya.

Dalam pembuatan Resume ini tidak luput dari banyak motivasi terutama dari Dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan KewargaNegaraan yang telah memberikan arahan dan
masukan demi terciptanya makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaaat untuk semua
pihak.

Anjani,24 JANUARI 2021

(BAIQ DEWI LASMINING)

1
A. Latar Belakang

Sebagai falsafah Negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila


memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-star bagi
segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam
memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa,
serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari.

Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan
UUD 1945.Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun
1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa.Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah,
Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa
Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu
pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.

B. Pengertian Filsafat

Secara etimologi istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “alphilein” artinya
“cinta” dan “shopos” artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution,
1973).Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut:
Pertama : Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian :
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan ilmu, konsep pemikiran-pemikiran daripada
filsafat pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem
filsafat tertentu. Misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme, dan lain
sebagainya.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari
aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang tinggi dari
persoalan yang bersumber pada akal sehat.
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses yang mencakup pengertian :

2
1. Suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses suatu pemecahan permasalahan dengan
menggunakan cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya. Dalam
pengertian ini filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan suatu kumpulan dogma
yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu nilai tertentu tetapi lebih
merupakan suatu aktivitas berfilsafat suatu proses yang dinamis dengan
menggunakan suatu metode tersendiri.

Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah, sebagai berikut:


1. Etika, membahas tentang moralitas, dan tingkah laku manusia.
2. Metafisika, membahas tentang hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis, yang meliputi
bidang-bidang, antologi, kosmologi, dan antropologi.
3. Epistemologi, membahas tentang hakikat pengetahuan.
4. Metodologi, membahas tentang hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
5. Logika, membahas tentang filsafat berfikir, yaitu rumus-rumus dan dalil-dalil
berfikir yang benar.

C. Rumusan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan suatu sistem filsafat.
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yaitu saling berhubungan, saling
bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh.

Sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1. Suatu kesatuan bagian-bagian.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yag kompleks.

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada
hakekatnya merupakan suatu azas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat organis

3
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan Dasar Filsafat negara
berdasarkan lima sila yang masing-masing merupakan suatu azas kehidupan. Kesatuan sila-
sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara filosofis bersumber pada
hakikat dasar antologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu
hakikat manusia “monopluralis” yang memiliki unsur-unsur, susunan kodrat jasmani dan
rohani, “sifat kodrat” individu-makhluk sosial, dan “kedudukan kodrat” sebagai pribadi
berdiri sendiri-makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Dasar epistemologi sila-sila Pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem
pengetahuan. Sebagai suatu ideologi maka Pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat
menarik loyalitas dari pendukungnya yaitu: 1) Logos yaitu rasionalitas atau penalaran, 2)
Pathos yaitu penghayatan, dan 3) Ethos yaitu kesusilaan. Dasar epitemologis Pancasila pada
hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.Pancasila sebagai ideologi
bersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila.Oleh karena itu dasar
epistemologi tidak dapat dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia. Kalau
manusia merupakan basis ontologis dari Pancasila maka dengan demikian mempunyai
implikasi terhadap bangunan epistemologi , yaitu bangunan epistemologi yang ditempatkan
dalam bangunan filsafat manusia.

Dasar aksiologis sila-sila Pancasila

Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya
sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan.Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik
tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian nilai dan
hirarkinya.

Misalnya kalangan materialis memandang bahwa hakikat nilai yang tertinggi adalah
nilai material, kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai tertinggi adalah nilai
kenikmatan.Namun dari berbagai macam pandangan tentang nilai dapat kita kelompokkan
pada kedua macam sudut pandang yaitu bahwa sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan
subjek pemberian nilai yaitu manusia. Hal ini bersifat subjektif namun juga terdapat
pandangan bahwa pada hakikatnya sesuatu itu memang pada dirinya sendiri memang
bernilai, ini merupakan pandangan dari paham objektivisme.

4
Nilai-nilai Pancasila sebagai suatu sistem

Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat Pancasila yang
umum universal yang merupakan substansi sila-sila Pancasila, sebagai pedoman pelaksanaan
dan penyelenggaraan negara yaitu sebagai dasar negara yang bersifat umum kolektif serta
realisasi pengalaman Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit. Nilai-nilai yang terkandung
dalam sila satu sampai dengan lingkungan merupakan cita-cita harapan dan dambaan
bangssa Indonesia yang akan diwujudkannya. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah
didambakan oleh bangssa Indonesia agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah rifah
loh junawi, tentram karta raharja.Dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam sikap
tingkah laku dan perbuatan setiap manusia.

Dasar Filosofis

Pancasila sebagai filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa pada hakekatnya
merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis fundamental dan menyeluruh. Dasar
pemikiran filosofis yang terkandung dalam setiap sila dijelaskan sebagai berikut.Pancasila
sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia, mengandung makna bahwa dalam
setiap aspek kehidupan kebangsaan kemasyarakatan dan kebangsaan harus berdasarkan nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pemirkiran filsafat
kenegaraan bertolak dari suatu pandangan bahwa negara adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusia atau organisasi kemsyarakatan, yang merupakan masyarakat
hukum (legal society).

Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat objektif dan juga
subjektif.Artinya asensi nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal yaitu keutuhan,
kemanusiaan persatuan, kerakyatan dan keadilan. Sehingga kemungkinan dapat diterapkan
pada negara lain walaupun barang kali namanya bukan Pancasila. Artinya jika suatu negara
menggunakan prinsip filosofi bahwa negara ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan berkeadilan, maka negara tersebut pada hakekatnya menggunakan dasar filsafat dari sila-
sila Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:


Rumusan dari sila-sila Pancasila, Inti nilai-nilai Pancasila, Pancasila yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945.Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan
bahwa beradaan nilai-nilai Pancasila itu tergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia.

5
Pengertian itu dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai-nilai Pancasila timbul dari Bangsa
Indonesia, Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia,
Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai kerohanian. Nilai-nilai Pancasila
sebagai Fundamental.

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia merupakan suatu sumber
dari segala hukum dalam negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki kedudukan sebagai pokok kaidah negara
yang fundamental.

Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara epersatuan,
yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan.Hal ini merupakan sila ketiga.

Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara merupakan hendak mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Dalam hal ini negara berkewajiban
mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga negara.Mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.Pokok pikiran ini sebagai penjabaran sila kelima.

Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan.Hal ini menunjukkan bahwa negara Indonesia
adalah negara demokrasi yaitu kedaulatan di tangan rakyat.Hal ini sebagai penjabaran sila
keempat.

Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa, negara berdasarkan atas ketuhanan yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal ini mengandung arti
bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaban semua agama dalam pergaulan
hidup negara. Hal ini merupakan penjabaran sila pertama dan kedua.

Intisari Sila-sila Pancasila

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila Ketuhanan yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
sebagai tujuan manusia serta sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.Oleh karena itu, segala
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, politik negara,
pemerintahan negara, hukum, dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan hak
asasi warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa.

6
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap
Sila kemanusiaan yang adil dan beradap secara sistematis didasari dan dijiwai
ketiga sila berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan
kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar
filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga,
sifat kodrat individu makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri sendiri dan
berbagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.Negara harus menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang beradap.Nilai kemanusiaan yang adil mengandung
makna bahwa hakekat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus
berkodrat adil.
3. Persatuan Indonesia
Sila persatuan Indonesia didasari dan diawali oleh sila ketuhanan yang Maha Esa
dan kemanusia yang adil dan beradab sert5a didasari dan dijiwai sila kerakyatan yang
dipimpin oleh Himat dan Kebijaksanaan dalam permusyawarata/perwakilan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai


penjelmaan sifat kodrat manusia monodualitas yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu, meningkatkan diri dalam
satu persatuan yang dilukiskan dalam suatu Bhinneka Tunggal Ika perbedaan bukannya
untuk dirincingkan menjadi konflik dan permusuhan, melainkan diarahkan pada suatu sintesa
yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersma untuk mewujudkan
tujuan bersama. Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila keTuhanan yang
Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila ketuhanan yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta persatuan Indonesia, dan mendasari serta
menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Nilai filosofis yang terkandung didalamnya adalah bahwa hakekat negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Sehingga dalam dalam sila kerakyatan terkandung nilai demokratis yang secara mutlak harus

7
dilaksanakan dalam hidup negara, maka nilai demokrasi yang terkandung dalam sila keempat
adalah;
Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap
masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.
Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, karena perbedaan adalah
merupakan suatu bawaan kodrat manusia.
Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras, suku,
maupun agama.

Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab.


Menjunjung tinggi atas musyawarah, sebagai moral kemanusiaan yang beradab.
Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar tercapainya
tujuan bersama.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial dan seluruh rakyat Indonesia
didasari dan dijiwai oleh keempat sila yang di atas.Maka dalam sila kelima terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial) yaitu keadilan
dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia
dengan masyarakat, banga dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.

Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang haru terwujud dalam hidup bersama


adalah meliputi : Keadilan distributif, keadilan legal (keadilan bertaat), keadilan komutatif.

Anda mungkin juga menyukai