PENDAHULUAN
Salah satu tantangan yang saat ini dihadapi oleh masyarakat global maupn para pemangk
u kebijakan kesehatan terutama dibidang kesehatan mental adalah prevelensi gangguan ment
al yang terus meningkat tiap tahunnya. Tinggi angka prevenlensi serta berbagai stigmasi serta
diskriminasi yang masih sering dialami oleh anggota masyarakat yang dinilai berbeda dengan
masyarakat pada umumnya termasuk orang gangguan jiwa (ODGJ), antara lain dikeluarkan d
ari sekolah diberhentikan dari pekerjaan, diceraikan oleh pasangan, hingga ditelantarkan oleh
keluarga, bahkan dipasung, serta dirampas harta bendanya semakin membuat miris para tena
ga kesehatan khususnya. Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan y
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia,
dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk,
maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban
negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Hasil Data Riskesdas
gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta
orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk
mental emosional secara nasional pada tahun 2013 sebesar 6%(37.782 orang dari subyek
yang dianalisa). Prevenlensi tertinggi ada pada kelompok usia lebih dari 75 tahun
Community mental health nursing adalah upaya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan
jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan pelayanan
yang lebih baik. CMHN adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistic, dan
paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang terhadap stress dan dalam
tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. CMHN merupakan salah satu strategi
berupa program peningkatan pengetahuan dan keterampiln yang diberikan kepala petugas
Tingginya prevenlensi individu dengan gangguan mental, dan minimnya individu yang
kesenjangan penanganan merujuk pada prevenlensi gangguan mental yang terjadi dan
proporsi individu yang tertangani, atau dengan kata lain presentase individu yang
menjadi salah satu penyebab tingginya kesenjangan penanganan. Hal ini dapat ditinjau dari
akses yang meliputi area geografis transportasi, dan biaya kelayanan kesehatan mental tidak
berdistribusi secara merata (Harvey & Gumport, 2015). Di Indonesia, standar yang belum
memadai anatara jumlah tenaga professional kesehatan mental (psikolog dan psikiater)
dengan jumlah penduduk menjadi salah satu penghambat akses layanan kesahatan mental
masyarkat dan integritas layanan kesehatan mental di aras primer. (Mclnnis dan Merajver,
2011). Mengemukan bahwa usaha lain untuk mengurangi kesenjangan penanganan adalah
dengan melatih tenaga non professional berbasis komunitas (Kader) untuk mengenali dan
mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan mental, serta berkolaborasi dengan para tenaga
pemberi bantuan informasi di komunitas. Program kesehatan mental berbasis komunitas yang
telah dilakukan yaitu program Desa Siaga Sehat Jiwa (Nasir &Muhith, 2011)
Puskesmas Bantur sendiri merupakan unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan Kabupaten
Malang yang berada di wilayah Kecamatan Bantur. Jumlah penduduk di bawah wilayah kerja
Puskesmas Bantur tahun 2018 tercatat 34,438 yang tersebar di lima desa yakni Bantur
kerja puskesmas Bantur memiliki kondisi Topografi perbukitan, tanah kapur, dan berbatasan
dengan pantai selatan dengan luas wilayah 80.577,22 km. Berdasarkan survey yang
dilaksanakan di 5 Desa di Kecematan Bantur, Kabupaten malang terdapat jiwa dan orang
Tujuan pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik dan paripurna, berfokus pada
masyarakat yang sehat jiwa tidak dapat tercapai apabila hanya dilaksanakan oleh salah satu
pihak. Dibutuhkan kerjasama dan keterlibatan keluarga serta masyarakat dalam proses
penyembuhan dan perawatan pasien gangguan jiwa. Pentingnya peran keluarga sangat
mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku anggota keluarga. Disamping itu,
keluarga mempunyai fungsi dasar seperti memberi kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki
dan menyiapkan peran dewasa individu dimasyarakat. Keluarga merupakan suatu sistem,
maka jika terdapat gangguan jiwa pada anggota keluarga (Nasir & Muhith, 2011).
Berdasarakan latar belakang diatas maka diperlukan peran penting desa dalam
1.2 Tujuan
menyimpangnya
3. Deteksi dini untuk psien gangguan jiwa agar tertangani dengan segera
1.3 manfaat
kesehatan jiwa.
masyarakat
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik dari
unsur psikis Maramis, (2010). Jenis-jenis gangguan jiwa menurut Keliat, (2009) : Gangguan
jiwa organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal, gangguan waham, gangguan
suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang
berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, gangguan kepribadian dan perilaku
masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan
emosional dengan onset masa kanak dan remaja. Menurut Keliat, (2009) jenis-jenis
a. Skizofrenia
personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatubentuk psikosa yang sering
dijumpai dimana mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-
musabab dan patogenisanya sangat kurang. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak
dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara
bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa
terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejalagejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah
2. Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama
biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini
kerjaan atau pelajaran dan pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada
orang yang menolongnya ia akan mungkin akan menjadi “pengemis”, “pelacur” atau
(2004) permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara
15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan
kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia katatonik atau disebut juga katatonia, timbulnya pertama kali antara umur
15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin
secara bersamaan, juga gejalagejala depresi atau gejala-gejala mania. Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul lagi
serangan.
b. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan,
psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa dan lain sebagainya. Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan
dengan penderitaan, dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah
yang mendalam. Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik
berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri,
pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan
takut pada bahaya yang akandatang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan
normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai.
Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan
menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi. Individu yang menderita suasana perasaan
(mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi
yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas. Depresi dianggap normal
terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa
penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih.
c. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang
dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya. Suatu
keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak
spesifik. Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali.Intensitas
kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Stuart &
Sundeen (2008) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang
d. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-
gejala nerosa berbentuk hamper sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun
rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi
sebagian besar tidak tergantung pada satu dan yang lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi
inadequate.
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh
penyakit badaniah yang terutama mengeni otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian
otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak
tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu
saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit
yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan
kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu dari pada pembagian akut dan
menahun.
f. Gangguan kepsikomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah. Sering terjadi
perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan
fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetative. Gangguan psikosomatik
dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya
fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
g. Retardasi mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hilangnya keterampilan selama masa
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan
permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat. Anak dengan gangguan perilaku dapat
menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari
anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling
memengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang
umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma
juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan
itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
Gejala-gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatic,
Gangguan mental dan penyakit mental dalam taraf awal gejala-gejalanya sulit dibedakan,
bahkan gejala itu kadangkala menampak pada orang normal yang sedang tertekan emosinya
dalam batas-batas tertentu. Pada taraf awal sulit dibedakan dengan gejala pada gangguan
mental gejala umum yang muncul mengenahi keadaan fisik, mental, dan emosi. Tanda dan
gejala gangguan jiwa secara umum menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :
a. Ketegangan (tension), Rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan
yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut,
pikiran-pikiran buruk.
yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar rumah, padahal orang
disekitarnya tidak mendengarnya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul
dari dalam individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat dia rasakan. Hal ini
sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan
c. Gangguan kemauan klien memiliki kemauan yang lemah (abulia) susah membuat
keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri
d. Ganggaun emosi klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran).
Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung
Karno tetapi dilain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tak berdaya (depresi)
keatas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat, melakukan apa-apa yang
tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan
gerakan aneh. Menurut Yosep, (2009) dalam keadaan fisik dapat dilihat pada anggota
Orang normal rata-rata mempunyai suhu badan sekitar 37 derajat celcius. Pada
orang yang sedang mengalami gangguan mental meskipun secara fisik tidak terkena
Denyut nadi berirama, terjadi sepanjang hidup. Ketika menghadapi keadaan yang
dalam nafsu makan. Keadaan mental dan emosi nampak ditandai dengan : Delusi atau
Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun telah
dibuktikkan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita
f. Halusinasi yaitu pengelaman panca indera tanpa ada rangsangan misalnya penderita
mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari
suara/bisikan itu.
g. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya
gembira berlebihan.
i. Tidak atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada upaya usaha,
tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas dan selalu
terlihat sedih.
Gejala utama atau gejala lain yang timbul itu terdapat pada unsure kejiwaan tetapi
penyebab utamanya dapat berasal dari badan (somatogenik), psikogenik, di lingkungan sosial
(sosiogenik).
a. Faktor-faktor Somatogenik
Dalam setiap individu memiliki fisik yang berbedabeda. Struktur jaringan dan
fungsi system syaraf dalam mempengaruhi tubuh untuk dapat beradaptasi dan menerima
rangsang sampai dapat diterima oleh otak tubuh manusia (Djamaludin, 2010).
b. Faktor Psikogenik
Perasaan interaksi antara orang tua dan anak, secara normal akan timbul rasa
percaya dan rasa aman, namun jika timbul perasaan abnormal berdasarkan kekurangan,
distorsi, dan keadaan yang terputus dapat menimbulkan perasaan tak percaya dan
kebimbangan. Hal ini dapat berlanjut pada hubungan dengan lain keluarga dan
pekerjaan, serta masyarakat. Selain itu dapat timbul karena ada faktor kehilangan yang
mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah. Tingkat emosi dan
halnya pola asuh yang diterima seorang anak dari orang tuanya. Nilai-nilai yang
2010).
Sebagai makhluk biopsikososial setiap individu memiliki cara karakteristik yang unik dan
berespon terhadap orang yang ada disekitarnya dengan berbagai cara. Respon individu
a. Faktor Individual
Faktor Individual dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah usia, pertumbuhan
contoh seorang anak kecil yang mengalami gangguan hiperaktivitas defisit perhatian tidak
harus menyadarkan tingkat bahasa anak dan berupaya memahami pengalaman anak tersebut.
Setiap perkembangan fase demi fase harus diselesaikan. Melaksanakan tugas perkembangan
tersebut mempengaruhi cara individu berespon terhadap stress dan penyakitnya. Melaksanakan
tugas perkembangan tersebut mempengaruhi cara individu berespon terhadap stress dan
penyakitnya.
Struktur genetik memiliki pengaruh yang sangat besar pada respon terhadap penyakit.
Hubungan genetik spesifik tidak teridentifikasi pada beberapa gangguan jiwa, namun telah
menunjukkan bahwa gangguan tersebut cenderung timbul lebih sering pada keluarga yang
c. Faktor Interpersonal
Dari dalam individu seperti perasaan memiliki, perasaan keterkaitan dalam suatu sistem
social atau lingkungan. Maslow menjelaskan perasaan memiliki sebagai kebutuhan dasar
d. Faktor Budaya
Budaya memiliki pengaruh yang paling besar terhadap keyakinan dan praktik kesehatan
individu. Budaya terbukti mempengaruhi konsep individu terhadap penyakit. Dengan keyakinan
Menurut Wahyu, (2012) dari anggota yang menderita gangguan jiwa bagi keluarga
a. Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan jiwa,
pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan meyakini memiliki penyakit
berkelanjutan. Selama episode akut anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang
terjadi pada mereka cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit
dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan orang yang sakit untuk perilaku tidak
dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini mengarah pada ketegangan dalam
keluarga, dan isolasi dan kehilangan hubungan yang bermakna dengan keluarga yang
tidak mendukung orang yang sakit. Tanpa informasi untuk membantu keluarga belajar
untuk mengatasi penyakit mental, keluarga dapat menjadi sangat pesimis tentang masa
depan. Sangat penting bahwa keluarga menemukan sumber informasi yang membantu
mereka untuk memahami bagaimana penyakit itu mempengaruhi orang tersebut. Mereka
perlu tahu bahwa dengan pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya, mayoritas
b. Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua dalam anggota
layaknya orang normal lainnya. Menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman
untuk mengundang penderita dalam kegiatan tertentu. stigma dalam begitu banyak di
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan tingkah laku
aneh dan tak terduga. Hal ini membingungkan, menakutkan, dan melelahkan. Bahkan
ketika orang itu stabil pada obat, apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi.
Anggota keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki. Keluarga dapat menjadi
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang yang dicintai
yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai merasa tidak mampu mengatasi
dengan hidup dengan orang yang sakit yang harus terus-menerus dirawat. Namun
seringkali, mereka merasa terjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari,
terutama jika hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa benar-benar diluar
kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak memiliki batas yang
ditetapkan di tingkah lakunya. Keluarga dalam hal ini perlu dijelaskan kembali bahwa
dalam merawat penderita tidak boleh merasa letih, karena dukungan keluarga tidak boleh
e. Duka
Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki penyakit mental.
dalam kegiatan normal dari kehidupan sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-
menerus. Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati, tetapi tidak
dapat disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk
disembuhkan dan melihat penderita memiliki potensi berkurang secara substansial bukan
Jika anggota keluarga memburuk akibat stress dan banyak pekerjaan, dapat
menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak memiliki sistem pendukung yang
sedang berlangsung. Oleh karena itu, keluarga harus diingatkan bahwa mereka harus
menjaga diri secara fisik, mental, dan spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat sulit
ketika menghadapi anggota keluarga yang sakit mereka. Namun, dapat menjadi bantuan
yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari bahwa kebutuhan mereka tidak boleh
diabaikan.
2.8 Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan
79% pada tahun ke dua (Yosep,2009). Kekambuhan biasa terjadi karena adanya
kejadiankejadian buruk sebelum mereka kambuh Empat faktor penyebab klien kambuh dan
a. Klien : sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara teratur
25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur.
b. Dokter (pemberi resep) : makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh, namun
pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping Tardive
Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak
terkontrol.
c. Penanggung jawab klien : setelah klien pulang ke rumah maka perawat puskesmas tetap
emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan
menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi
keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah dipengaruhi oleh stress yang
(kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga klien dan keluarga dapat mengatasi dan
mengurangi stress. Cara terapi biasanya : mengumpulkan semua anggota keluarga dan
memberi kesempatan menyampaikan perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan untuk
menambah ilmu dan wawasan baru kepada klien gangguan jiwa, memfasilitasi untuk
hijrah menemukan situasi dan pengalaman baru. Beberapa gejala kambuh yang perlu
Sukar konsentrasi
Sulit tidur
Depresi
Menarik diri
komuniti yang menangani klien dapat menganggap rumah klien sebagai “ruangan
perawatan”. Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses
adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat kontrak
dengan keluarga tentang jadwal kunjungan rumah dan after care di puskesmas.
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan merupakan “perawat
utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang
diperlukan klien di rumah. Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika
kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit akan
gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan
Keluarga merupakan “institusi” pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan
untuk berperan di masyarakat. Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka
gangguan yang terjadi pada salah satu anggota merupakan dapat mempengaruhi
gangguan pada anggota. Bila ayah sakit maka akan mempengaruhi perilaku anak,
dan istrinya, termasuk keluarga lainnya. Salah satu faktor penyebab kambuh
gangguan jiwa adalah : Dit, (2008). Keluarga yang tidak tahu cara menangani
kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% pada tahun
kelima setelah pulang dari rumah sakit karena perlakuan yang salah selama di