Anda di halaman 1dari 7

Pembuatan Baja dengan Dapur Listrik

Pembuatan baja dalam dapur listrik merupakan


cara yang paling baik dan menguntungkan dibandiangkan dengan cara-cara lainnya. Prinsip kerja
dapur listrik: Energi listrik diubah dengan bermacam-macam cara menjadi energi panas untuk
memanaskan dan mencairkan logam. Dapur listrik yang digunakan untuk pembuatan baja ada
dua macam yaitu :

1. Electric are-furnace
2. Induction furnace

Pembuatan baja dalam dapur listrik mempunyai banyak kelebihan yaitu:

• Temperatur yang dicapai cukup tinggi (dapat mencapai 2000oC) sehingga mampu untuk
mencairkan logam-logam paduan yang titik cairnya tinggi, misal : paduan chrom, molybdenum,
nikel, tungsten dan lain-lain.
• Bekerja dengan menghasilkan terak yang banyak (sampai 55 - 60% CaO), lagi pula dapat
menghilangkan unsur-unsur yang merugikan terhadap sifat-sifat baja seperti Phosfor (P) dan
Sulfur (S).
• Terutama pada induction furnace akan diperoleh deoksidasi dan degasifikasi dari pada baja.
• Menghasilkan cairan dengan kualitas tinggi dan efisiensi yang tinggi dengan material yang
hilang terbakar yang minimum serta kemudahan dalam pengendalian temperatur cairan logam
Harga yang mahal (investasi yang besar) baik dari pengadaan tanur itu sendiri dan dari biaya
energi yang tinggi merupakan kekurangan dalam penggunaan tanur listrik.
Tanur listrik saat ini digunakan untuk proses peleburan seluruh jenis baja, termasuk stainless
steel, tool steel dan baja paduan lainnya. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai kedua
tanur tersebut.

1. Tanur Busur Api (Arc Furnace)

Tanur ini digunakan untuk proses peleburan, pemurnian dan untuk proses penahanan cairan
logam pada temperatur tertentu (holding furnace). Tanur ini biasanya memiliki kapasitas untuk
menampung cairan logam sebanyak 5 – 25 ton. Keuntungan dari penggunaan tanur busur api
adalah:
• busur api yang terbentuk merupakan sumber panas tanpa resiko terkena kontaminasi, sehingga
kemurnian cairan logam dapat terjaga.
• penggunan panas dapat dikendalikan dengan mudah
• efisiensi panas sangat baik sekitar 70%, disamping muncul biaya yang tinggi akibat kebutuhan
listrik merupakan kerugian dari penggunaan tanur jenis ini.
• lapisan udara diatas cairan logam mudah untuk dikendalikan
• kehilangan (losses) bahan paduan seperti crom, nikel, dan tungsten yang rendah.

Material logam dapat mencair karena adanya elektroda yang dihubungkan dengan rangkaian
listrik (electrical circuit) yang akan membentuk suatu busur api yang akan mencairkan logam.
Electric arc-furnace menggunakan tiga buah elektrode yaitu sesuai dengan jumlah phase dari
aliran listrik yang digunakan. Arus yang digunakan adalah arus bolak-balik 3 phase ( 3
alternating current). Pada electric arc-furnace ini bahan isian akan dipanaskan dan dicairkan oleh
adanya radiasi dari busur listrik (electric arc) yang terjadi antara electrode-electrode yang
digunakan. Pada instalasi electric arc furnace ini digunakan step-down transformer yang berguna
menurunkan tegangan (voltage) aliran listrik yang tinggi yang akan digunakan memanaskan dan
mencairkan bahan isian.

Tanur busur api memiliki lapisan baja berbentuk silinder dengan landasan berbentuk lengkung
atau datar yang ditopang rol penahan yang memungkinkan tanur untuk dimiringkan. Sebagai
gambaran, tanur busur api yang memiliki kapasitas 10 ton memiliki diameter luar sebesar 3
meter, diameter dalam bahan tahan api sebesar 2,4 meter, tinggi 2,25 meter dan memiliki lapisan
baja setebal 25 mm , sedangkan power input sebesar 850 kva sampai dengan 30.000 kva.

Prinsip Dasar Pemanasan Material Pada Tanur Busur Api

Prinsip timbulnya panas pada tanur busur api adalah panas timbul akibat adanya tahanan
(resistansi) saat arus listrik mengalir. Dalam hal ini, logam yang dimuatkan dalam tanur yang
akan memberikan tahanan terhadap arus listrik. Saat logam mencair, terak akan memberikan
tahanan pada aliran arus listrik. Untuk mempertahankan pemberian panas saat logam telah
mencair, elektroda harus diangkat sehinnga elektroda tersebut hanya menyentuh permukaan
lapisan terak.

Panas dihasilkan oleh loncatan electron (busur api) dengan aliran listrik dengan adanya aliran
listrik ini maka, akan menimbulkan aliran induksi dalam cairan yang akan menyebabkan
terjadinya gerak cairan,sehingga homogenisasi cairan dapat terjadi.

Elektroda

Elektodenya dibuat dari bahan Carbon atau grafit dimana elektrode dari bahan grafit lebih
menguntungkan sebab lebih tahan terhadap temperatur tinggi. Ketiga elektrode yang digunakan,
semakin lama akan semakin pendek di bagian ujung bawahnya disebabkan panas yang terjadi
pada ujung tersebut. Pada saat operasi/bekerja, ketiga elektrode diturunkan secara bersama-sama
hingga menyinggung bahan isian.

Agar terbentuk busur api, tiga elektroda dipasang secara vertical dalam formasi segitiga.
Elektroda dikelilingi pendingin dan penutup untuk mendinginkan dan mengurangi gas yang
keluar lewat elektroda. Ketiga elektroda yang digunakan dapat dinaikan atau diturunkan secara
otomatis dengan menggunakan perangkat pengendali listrik atau hidrolik. Sistem kendali manual
dan otomatis digunakan untuk menaikkan, menurunkan, dan menggeser elektroda saat proses
peleburan berlangsung. Jika elektrode tersebut sudah pendek, perlu diganti yang baru.

Proses Pemuatan

Saat proses pemuatan penutup tanur dibuka, dan setelah material dimuatkan kedalam tanur,
kemudian penutup ditutup kembali, elektroda diturunkan , dan aliran listrik diberikan. Elektroda
diturunkan sampai dasar sampai cairan logam mulai terkumpul dan mulai naik. Elektroda
kemudian dinaikan secara bertahap seiring dengan kenaikan permukaan cairan logam.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari proses peleburan dengan menggunakan tanur busur
api dapat dicapai dengan melakukan proses perencanaan dan pengendalian pemuatan yang baik.
Secara umum komposisi pemuatan adalah sebagai berikut :
• bahan baku dengan ukuran besar/tebal sebanyak 40%
• bahan baku dengan ukuran medium sebanyak 40%
• bahan baku dengan ukuran kecil sebanyak 20%

Penggunaan sistem saluran dengan ukuran yang besar ( tebal ) akan mengakibatkan proses
peleburan menjadi semakin lama. Pemuatan bahan baku dilakukan dengan cara sebagai berikut :
• distribusikan bahan baku pada seluruh permukaan tanur
• hindari bahan baku yang terkumpul dibawah elektroda
• akan lebih mudah apabila bahan baku dengan ukuran kecil diletakan diatas bahan baku yang
besar/tebal.

Proses Peleburan

Proses peleburan baja dengan tanur busur api terbagi menjadi dua proses, yaitu :
• Proses terak asam
• Proses terak basa

Terak asam pada dasarnya mengandung Silika yang terdapat dalam ikatan ikatan kimia FeMnS
(iron manganese silicate).Terak ini terbentuk akibat reaksi oksidasi. Pada tahapan ini terjadi
proses pemurnian dari cairan logam yang dilakukan dengan pengendalian dalam penghilangan
(reduksi) beberapa unsur seperti carbon, mangan dan silicon melalui proses oksidasi.

Proses penghilangan phosphor dan sulfur sulit dilakukan. Pengontrolan kandungan kedua unsur
tersebut hanya dapat dilakukan dengan pemilihan secara ketat bahan yang dimuat, dimana bahan
yang dimuat harus memiliki kandungan rendah dari kedua unsur tersebut.

Pada proses terak basa, perhatian pada kandungan sulfur dan phosphor tidak perlu dilakukan
selama kedua unsur tersebut dapat dikurangi/dihilangkan dengan pemilihan material yang tepat.
Pada peleburan baja paduan, dapat dilakukan dengan melakukan pemuatan menggunakan bahan
baku dengan kandungan karbon yang rendah, dan untuk mencapai kandungan kimia akhir
dilakukan dengan menambahkan bahan paduan.

Pada tahap ini untuk pengikatan terak dilakukan dengan penambahan bijih besi dan batu kapur
yang ditambahkan pada saat pemuatan awal atau pada saat bahan baku telah mencair.
Penambahan bijih besi dan batu kapur saat awal proses peleburan dapat mengakibatkan
hilangnya unsur phosphor. Yang harus diperhatikan pada pemberian bijih besi dan batu kapur
adalah :

• kedua bahan tersebut dapat memperlambat proses peleburan


• hindari saat pemasukan kedua bahan tersebut dibawah busur api yang juga akan merusak
elektroda.
• pemberian bijih besi tergantung dari kebersihan skrap yang digunakan
• pemberian batu kapur bervariasi, berkisar antara 2% - 5 % dari total bahan baku yang
digunakan, tergantung dari kandungan sulphur dan phosphor yang akan dihilangkan.

Komposisi aktual dari terak yang terbentuk pada saat pendidihan tergantung dari kandungan
carbon pada cairan logam serta proses desulphurisasi dan dephosporisasi.

1) Tahap pencairan

Yaitu tahap pertama peleburan dimana bahan baku pada diubah menjadi material cai hingga
temperature 15500C – 16000C. Disini reaksi-reaksi dalam terhadap elemen-elemen yang
dikandungnya (C, Mn, S, Si, P, Cr) mulai berlangsung dengan pembubuhan besi oksid , sebagai
pereaksi.
Fe3O4 -----------> 4 FeO
Fe2O3 -----------> 3 FeO
Perhatikan persamaan-persamaan reaksi berikut ini :
• C + FeO -----------> Fe + CO ( belum terjadi pendidihan )
• Si + 2 FeO -----------> SiO2 + 2 Fe
• Mn + FeO -----------> MnO + Fe ( terjadi pada temperatur relative rendah )
• 2 P + 5 FeO -----------> 5 Fe + P2O5
• 2 Cr + 3 FeO -----------> Cr2O3 + 3 Fe
Tahap ini berlangsung selama 1,5 jam dan diakhiri dengan pembuangan terak.

2) Tahap Pembersihan

Dilakukan dengan pembubuhan bahan pembawa CaO dan FeO sebanyak 3% - 4% dari seluruh
berat bahan baku. Pada temperatur tinggi, reaksi C + FeO ----> Fe + CO akan mengakibatkan
terjadi pendidihan. Penambahan CaO akan terjadi pengikatan elemen Cr, V, Ni, W, Al, Zn dan B
menjadi terak. Lama dari tahap ini sekitar 30 menit setelah pembersihan ini akan
menghasilkan :C turun sampai 0,5%, Si < 0,1%, Mn < 0,1%, P = 0,02 %, S = 0,04 %, Cairan
mengandung O2 yang tidak mengambil kotoran ( tidak ada yang dioksidasi ).

3) Tahap Penyelesaian

Tujuan tahap ini adalah untuk :


• Menyingkirkan O2 dari cairan
• Penataan susunan komposisi
• Desulfurisasi akhir
• Pencapaian temperature ideal untuk penuangan
• Penyingkiran sisa-sisa deoksidasi
• Deoksidasi akhir

Pada tahap ini temperature dinaikan hingga 16500C – 17000C, dan membutuhkan waktu sekitar
30 menit.

Peralatan Pendukung Pada Tanur Busur Api

1) Pendingin air, digunakan pada tanur busur api untuk mendinginkan bagian-bagian penting dari
tanur, yaitu: pemegang, lengan dan penjepit elektroda, bagian penutup tanur, aerah sekitar pintu
2) Peralatan preheating (pemanasan awal) material yang akan dilebur, dilakukan dengan
menggunakan gas alam atau bahan bakan cair lainnya, akan mengurangi penggunaan energi
listrik saat proses peleburan. Dengan dilakukan pemanasan awal akan mengurangi waktu
peleburan serta akan mengurangi oksida – oksida dari bahan baku yang kemudian akan
memperpanjang usia bahan pelapis tanur dan elektroda.
3) Penghisap debu dan asap, sebagai peralatan pendukung pada tanur busur api:
a) Ventilasi (saluran udara) digunakan untuk memisahkan debu dan asap
b) Pengisap debu dan asap yang di pasang langsung diatas tanur
c) Penghisap debu dan asap yang menutupi permukaan tanur
d) Penghisap debu dan asap berbentuk canopy

2. Tanur Induksi

Secara umum tanur induksi digolongkan sebagai tanur peleburan (melting furnace) dengan
frekuensi kerja jala-jala (50 Hz) sampai frekuensi tinggi (10000 Hz) dan tanur penahan panas
(holding furnace) yang bekerja pada frekuensi jala-jala. Prinsip kerja induction furnace hampir
sama dengan kerja transformator, dimana ada lilitan litsrik berfrekuensi tinggi, maka akan
didapatkan/timbul arus induksi dalam lilitan sekunder yang terdiri dari crucible dan isian logam
cair.

Arus induksi (arus Eddy) memanaskan dan mencairkan bahan isian. Pemilihan frekuensi kerja
tanur peleburan sangat erat hubungannya dengan material yang dilebur maupun kapasitas
peleburan, mengingat frekuensi kerja tersebut akan mengakibatkan terjadinya gejolak cairan
(stirring) selama proses peleburan dengan tinggi puncak yang berbeda-beda. Sedangkan semakin
tinggi frekuensi kerja maka akan naik pula kapasitas peleburan. Dengan demikian kompromi
antara kebutuhan kapasitas dengan akibat yang akan ditimbulkan oleh gejolak cairan terhadap
material perlu dilakukan.

Tanur penahan panas berfungsi sebagai tempat penyimpanan cairan, sehingga memerlukan daya
yang relative kecil namun memiliki kapasitas yang sangat besar. Proses peleburan dengan
menggunakan tanur jenis ini dapat dilakukan, namun harus selalu diawali dengan bahan cair dan
pemasukan bahan padat yang dihitung sedemikian rupa agar tidak terjadi pembekuan didalam
tanur.
Prinsip Dasar Pemanasan Dengan Induksi

Prinsip pemanasan pada benda yang diletakkan diantara medan electromagnetic arus bolak-balik
akan ditembus oleh medan listrik induksi mengakibatkan naiknya temperature bahan. Laju
kenaikkan temperature akan berbeda-beda untuk setiap jenis maupun ukuran bahan sebab
resistansi dari setiap bahan tersebut berbeda.

Sebatang silinder logam diletakan pada sebuah kumparan yang dialiri arus bolak-balik, maka
medan magnet yang terbentuk oleh kumparan akan menimbulkan arus induksi pada silinder
logam. Silinder logam menjadi panas oleh energi panas joule yang timbul akibat lompatan
electron dari arus induksi yang terhambat oleh resistansi dari logam.

Pada pemanasan dengan induksi gelombang magnetis dipancarkan dari kumparan kepermukaan
benda serta menembus benda tersebut hingga kedalaman tertentu, maka sepanjang penampang
medan magnit ini akan timbul arus induksi.

Dilihat dari prinsip kerjanya maka tanur induksi dikategorikan menjadi :


• Tanur induksi saluran
• Tanur induksi krus

Pada umumnya tanur induksi saluran digunakan sebagai alat penahan panas cairan (holding
furnace), sedangkan untuk keperluan peleburan tanur induksi yang digunakan adalah jenis krus.
Krus terbuat dari bahan refractory yang dipadatkan dan disinter didalam tanur tersebut.

Diameter krus yang terlalu besar mengakibatkan panas akan terserap terlalu banyak oleh bagian
cairan yang tidak terjangkau induksi. Sehingga laju pemanasan cairan akan menjadi terlalu
lambat. Sebaliknya bila diameter krus terlalu kecil, akan terjadi overheat pada cairan karena laju
pemanasannya terlalu tinggi.

Efisiensi Peleburan Dengan Tanur Induksi

Pemanasan tanur induksi efisiensi akan semakin tinggi pada bahan baku yang lebih besar tanpa
dipengaruhi oleh frekuensi kerjanya. Pada awal proses peleburan selalu dipilih bahan baku
dengan dimensi mendekati diameter dalam krus. Muatan awal ini minimum harus dapat mengisi
20% dari kapasitas tanur.

Penggunaan tanur induksi frekuensi jala-jala, untuk peleburan dari bahan padat hanya dapat
dimulai dengan muatan awal yang dibuat sebagai balok yang massif (starting block). Untuk
menghindari pemakaian starting block harus disisakan sebanyak 1/3 dari kapasitas tanur sebagai
muatan awal. Hal ini disebabkan oleh besarnya kedalaman penetrasi sehingga membutuhkan
bahan baku berukuran besar.

Tanur dengan frekuensi lebih tinggi (frekuensi medium) diawali dengan bahan baku berukuran
kecil. Selama bahan belum mencair, setiap potongan bahan akan terjadi arus induksi yang
mengakibatkan naiknya temperature potongan bahan tersebut. Laju kenaikan temperature lebih
tinggi pada potongan bahan yang paling dekat dengan kumparan.

Bahan baku yang telah mencair dipanaskan terus hingga mencapai temperature ideal proses
peleburan. Pada saat ini akan terjadi gejolak cairan (steering) akibat adanya gaya yang timbul
dari medan induksi dan bergerak secara pheryperal.

Gejolak cairan ini pada proses peleburan menjadi hal yang menguntungkan, dimana akan terjadi
distribusi temperature maupun homogenisasi paduan yang baik didalam cairan terutama pada
saat dilakukan rekarburisasi. Namun demikian gejolak yang besar juga akan meningkatkan laju
oksidasi serta erosi pada lining. Oleh karena itu rancangan tanur induksi untuk peleburan bahan
tertentu harus memperhatikan fenomena tersebut.

Langkah Operasi Peleburan Tanur Induksi

Berikut diuraikan langkah operasi peleburan induksi beserta ilustrasinya :

1. Memasukan bahan dasar


2. Pemanasan awal kurang lebih selama 15 menit dengan pemberian beban 10 kW.
3. Pemberian beban 60 – 120 kW
4. Setelah bahan mulai mencair, masukan bahan selanjutnya
5. Penambahan beban 120 – 190 kW (full power), hingga seluruh bahan mencair.
6. Masukan bahan paduan
7. Ukur temperatur cairan sebelum pengambilan sampel
8. Pengambilan sampel pada temperatur kesetimbangan (lihat tabel), kemudian periksa
komposisi dari sampel ke laboratorium.
9. Penahanan temperatur sedikit diatas temperatur didih dengan pembebanan 60 kW.
10. Lakukan koreksi, bila komposisi belum mencapai target yang diinginkan

Anda mungkin juga menyukai