Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI adalah sebuah asupan nutrisi yang berbentuk cairan yang di

ciptakan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan

melindunginya dalam melawan serangan penyakit . [ CITATION Ari16 \l 1057

ASI memelihara pertumbuhan perkembangan otak bayi, sistem

kekebalan, fisiologi tubuh secara optimal, dan merupakan faktor yang vital

untuk mencegah penyakit terutama diare dan infeksi saluran nafas.

Menyusui menyebabkan pengeluaran hormon pertumbuhan, meningkatkan

perkembangan mulut yang sehat dan membangun hubungan saling percaya

antara ibu dan bayi. ASI adalah makanan terbaik dan alamiah untuk bayi.

Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak

berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini sebelum usia

enam bulan [ CITATION Tiu17 \l 1057 ]

ASI eksklusif merupakan pemberian makanan kepada bayi berupa

air susu ibu tanpa memberikan makanan lainnya selama 6 bulan [ CITATION

Lut16 \l 1033 ]. Manfaat menyusui bagi ibu yaitu, dengan jalan mengatur

fertilitas, mengurangi resiko osteoporosis, kanker indung telur dan

payudara, serta diabetes tipe II [ CITATION Pol15 \l 1033 ] . Beberapa hal

yang memengaruhi pengeluaran ASI eksklusif adalah : status paritas,


pekerjaan ibu, asupan makanan ibu, ketenangan jiwa dan fikiran ibu,

penggunaan kontrasepsi, perawatan payudara, anatomis buah dada, faktor

istirahat, faktor isapan anak, faktor obat-obatan dengan kecukupan ASI.

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan

menjadi penerus bangsa. Pemberian ASI sama halnya memberikan zat-zat

gizi yang bernilai tinggi dan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat yang baik untuk

kekebalan tubuh yang dapat melindungi dari terjangkitnya penyakit dan

mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya, ASI sangat

berpengaruh terhadap manfaat jangka pendek dan jangka panjang untuk

bayi dan ibu [ CITATION Erl15 \l 1057 ]

Beberapa bukti telah banyak memberikan petunjuk manfaat ASI

untuk ibu dan bayi karena ASI merupakan kontributor pokok yang sangat

penting untuk kesehatan bayi. ASI merupakan susu paling sesuai untuk

bayi dan dapat memenuhi nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi[ CITATION

Bur15 \l 1057 ].

Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu memberikan ASI kepada

anaknya, dalam penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015) menemukan sejumlah

49,8% para ibu yang memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan

sesuai rekomendasi WHO. Karena rendahnya cakupan pemberian ASI

ekslusif ini dapat menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup generasi


penerus bangsa dan berpengaruh pada perekonomian nasional.[ CITATION

Fuj16 \l 1057 ]

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1

diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI

Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama

6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan zat atau

makanan atau minuman lain”. Semula Pemerintah Indonesia

menganjurkan para ibu menyusui bayinya hingga usia empat bulan.

Namun, sejalan dengan kajian WHO mengenai ASI eksklusif, Menkes

lewat Kepmen No 450/2004 menganjurkan perpanjangan pemberian ASI

eksklusif hingga enam bulan.

Permasalahan ASI yang tidak keluar pada hari- hari pertama

kehidupan bayi seharusnya bisa di antisipasi sejak kehamilan melalui

konseling laktasi. Hanya sekitar 60% masyarakat tahu informasi tentang

ASI dan baru ada sekitar 40% tenaga kesehatan terlatih yang bisa

memberikan konseling menyusui. Sehingga perlu adanya solusi untuk ibu

yang terlanjur khawatir dan mencegah pemberian susu formula karena

masalah pemberian ASI dini yang disebabkan ASI tidak keluar di hari

pertama[ CITATION Ulf16 \l 1057 ]

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produk ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada

sepanjang tulang belakang (vetebrae) sampai tulang costae kelima-


keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan

oksitosin setelah melahirkan[ CITATION Tri14 \l 1057 ]

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin

atau refleks let down. Selain untuk merangsang refleks let down, manfaat

pijat oksitosin yaitu memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi

bengkak pada payudara (engorgement), mengurangi sumbatan ASI,

merangsang pelepasan hormon oksitosin, dan mempertahankan produksi

ASI ketika ibu dan bayi sakit. [ CITATION Tiu17 \l 1057 ]

Hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk meremas

ASI yang ada pada alveoli, lobus serta duktus yang berisi ASI yang

dikeluarkan melalui putting susu. [ CITATION Ang16 \l 1057 ]Menurut

Fikawati, dkk (2015) menyebutkan bahwa salah satu tindakan yang perlu

dilakukan untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas ASI, yaitu

pemijatan punggung. Pemijatan punggung ini berguna untuk merangsang

pengeluaran hormon oksitosin menjadi lebih optimal dan pengeluaran ASI

menjadi lancar.

Menurut [ CITATION Lat16 \l 1057 ], terapi murottal (mendengarkan

bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an) dapat menurunkan hormon-hormon

stres, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks,

dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,

memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah

serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas

gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran

yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.[ CITATION Mau16 \l

1057 ]

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Murottal Terhadap

Produksi ASI Ibu Post Partum dengan Sectio Caesaria”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam Penelitian yang akan dilakukan adalah

“Pengaruh Terapi Murottal dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu

Post Partum dengan Sectio Caesaria”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Murottal dan Pijat Oksitosin

terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum dengan Sectio Caesaria.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui produksi ASI sebelum dilakukan terapi murottal

dan pijat oksitosin terhadap Produksi ASI.

b. Untuk mengetahui produksi ASI sesudah melakukan terapi

murottal dan pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI.

c. Untuk membandingkan produksi ASI sebelum dan sesudah

dilakukan terapi Murottal dan pijat Oksitosin.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan bidang keperawatan, menambah

wacana dan dapat digunakan sebagai penambah informasi serta dapat

dikembangkan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

Pengaruh Terapi Murottal dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI

Ibu Post Partum dengan SC Bagi Pelayanan Kesehatan.

2. Bagi Peneliti

Sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan

pengalaman khususnya di bidang keperawatan maternitas.

3. Bagi masyarakat

Memberikan informasi dan ilmu pengetahuan kepada masyarakat

tentang pengaruh Pijat Oksitosin dan Terapi Murottal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Produktifitas ASI

a) Pengertian ASI

ASI adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi

yang bersifat alamiah,dan mengandung berbagai zat gizi yang

dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi

[ CITATION Tur16 \l 1057 ]

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus

yang keluar langsung dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI

merupakan makanan bayi yang paling sempurna, praktis, murah dan

bersih karena langsung diminum dari payudara ibu.ASI mengandung

semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi

kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya. Jenis ASI terbagi menjadi 3

yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI mature. Kolostrum

adalah susu yang keluar pertama, kental, berwarna kuning dengan

mengandung protein tinggi dan sedikit lemak [ CITATION Wal15 \l

1033 ].
Air Susu Ibu melalui proses laktasi dihasilkan oleh kelenjar

payudara. ASI sangat penting diberikan kepada bayi karena

memiliki beberapa manfaat, yaitu dapat memberikan kehidupan yang

baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan bayi, mengandung

antibodi yang melindungi bayi dari penyakit infeksi bakteri, virus,

jamur, dan parasit, mengandung komposisi yang tepat karena

kandungan ASI diciptakan sesuai dengan kebutuhan bayi,

meningkatkan kecerdasan bayi, terhindar dari alergi yang biasanya

timbul karena konsumsi susu formula, bayi merasakan kasih sayang

ibu secara langsung saat proses menyusui, dan ketika beranjak

dewasa akan mengurangi risiko untuk terkena hipertensi, kolesterol,

overweight, obesitas dan diabetes tipe 2. Bayi yang tidak diberikan

ASI eksklusif akan lebih rentan untuk terkena penyakit kronis,

seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa serta dapat

menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas [ CITATION

Yus16 \l 1033 ].

ASI diproduksi dalam korpus alveolus yaitu unit terkecil

yang memproduksi susu, selanjutnya dari alveolus air susu akan

diteruskan ke dalam saluran yang disebut duktus laktiferus. Setelah

persalinan, produksi susu dipengaruhi oleh isapan mulut bayi yang

mampu merangsang prolaktin keluar [ CITATION Nur16 \l 1033 ].

b) Manfaat ASI Eksklusif

1) Manfaat bagi bayi :


a. ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang berusia 0-6

bulan karena komposisi ASI mudah dicerna oleh sistem

pencernaan bayi yang masih rentan.

b. ASI termasuk kolostrum yang mengandung zat kekebalan

tubuh, meliputi immunoglobulin, lactoferin, enzyme,

macrofag, lymphosit, dan bifidus factor. Semua faktor ini

berperan sebagai antivirus, antiprotozoa, antibakteri, dan

antiinflamasi bagi tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah

terserang penyakit. Jika mengkonsunsi ASI, bayi juga tidak

mudah mengalami alergi.

c. ASI mencegah terjadinya kekurangan gizi (marasmus), dan

kelebihan gizi (obesitas) pada bayi.

d. ASI mencegah terjadinya infeksi pada saluran cerna seperti

diare.

e. ASI mengandung zat yang mampu mendorong

pertumbuhan terhadap proliferasi dan diferensisasi dari

epitel sel usus bayi baru lahir.

f. ASI ekslusif meningkatkan hubungan antara ibu dengan

anak, adanya kontak mata, badan serta suara ibu akan

meningkatkan rasa aman, nyama, dan terlindungi bagi bayi [

CITATION RWi16 \l 1033 ].

2) Manfaat ASI bagi Ibu :

a. Menghentikan perdarahan pasca persalinan


Ketika bayi menyusu, isapan bayi akan merangsng otak

untuk memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin.

Hormone oksitosin, selain mengerutkan otot-otot untuk

pengeluaran ASI, juga membuat otot-otot rahim dan juga

pembuluh darah di rahim sebagai bekas proses persalinan,

cepat terhenti. Efek ini akan berlangsung secara lebih

maksimal jika setelah melahirkan ibu langsung menyusui

bayinya.

b. Psikologi ibu

Rasa banggga dan bahagia karena dapat meberikan sesuatu

dari dirinya demi kebaikan bayinya (menyusui bayinya)

akan memperkuat hubungan batin antara ibu dan bayi).

c. Mencegah kanker

Wanita yang menyusui memiliki angka insidensi terkena

kanker payudara, indung telur, dan rahim lebih rendah.

d. Membantu mempercepat proses pemulihan rahim ke bentuk

semula (involusi uteri) serta mengurangi resiko perdarahan

setelah persalinan.

e. Membantu mnengurangi lemak disekitur pinggul dan paha

selama masa kehamilan akan berpindah kedalam ASI

sehingga ibu akan lebih cepat langsing kembali.

f. Mengurangi resiko kanker rahim dan payudara

dibandingkan ibu yang tidak menyusui.


g. Risiko osteoporosis dapat dipastikan lebih kecil bagi wanita

yang telah hamil dan menyusui bayinya. Selama hamil dan

menyusui akan terjadi proses pengeroposan tulang, namun

tulang akan cepat pulih kembali bahkan akan lebih baik dari

kondisi tulang semula karena absorpsi kalsium, kadar

hormon paratiroid, dan kalsitriol serum meningkat dalam

jumlah besar.

h. ASI lebih steril dibadingkan dengan susu formula yang

terjangkit kuman dari luar.

i. Ibu yang menyusui akan memiliki hubungan emosional

yang lebih kuat dibandingkan dengan ibu yang tidak

menyusui bayinya.

c) Jenis – Jenis ASI Ekslusif

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali keluar

sejak usia gestasi 12 minggu hingga hari ke tiga atau kedua

setelah persalinan. Warna kolostrum seperti warna jeruk lemon

namun sedikit lebih gelap, jumlah kolostrum yang diproduksi

dalam satu hari 10-40 ml. Kandungan dalam kolostrum

merupakan imun yang sangat berharga bagi bayi yang

mengandung protein serta antibodi.Kolostrum berperan bagi

pencernaan bayi lahir untuk membersihkan mekonium serta


melapisi usus bayi sehingga saluran pencernaan bayi siap unutk

menerima makanan selanjutnya.

Kandungan utama kolostrum yaitu protein yang

jumlahnya lebih tinggi dibandingkan 19 dengan susu mature,

protein tersebut antara lain Imunoglobulin A (IgA), laktoferin,

dan sel-sel darah putih yang memiliki peran penting untuk

membentuk sistem pertahanan tubuh bayi terhadap serangan

penyakit ataupun infeksi. Kolostrum yang dihasilkan kurang lebih

150-300 ml dalam 24 jam dengan total kalori yang terkandung

dalam kolostrum 58 kal/100 ml, dimana pada hari pertama bayi

memerlukan kolostrum sebanyak 20-30 cc. Kolostrum juga

banyak mengandung vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,

D, E, K), mineral seperti natrium, kalium, klorida dan seng.

Kolostrum mengandung tripsin inhibitor, sehingga pencernaan

protein dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, hal ini

merangsang peningkatan antibodi pada tubuh bayi. [ CITATION

NSM13 \l 1033 ].

b. ASI stadium II

ASI stadium II adalah ASI peralihan, dimana ASI ini

diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.Kandungan protein

makin rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang makin tinggi,

dan jumlah volume ASI semakin meningkat. Pada masa ini

pengeluaran ASI mulai stabil setra keluhan nyeri pada payudara


semakin berkurang, ibu sebaiknya disarankan untuk

meningkatkan konsumsi makanan yang kaya akan protein dan

kalsium [ CITATION Nur16 \l 1033 ].

c. ASI stadium III

ASI stadium III adalah ASI matur, dimana ASI matur

mulai disekresi pada hari ke-10 sampai seterusnya. Nutrisi yang

terkandung 20 dalam ASI akan terus berubah disesuaikan dengan

perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. Setelah berusia lebih

dari 6 bulan mulai dikenalkan makanan lain selain ASI, karena

pencernaan bayi sudah siap menerima makanan lain sebagai

pendamping ASI [ CITATION Nur16 \l 1033 ].

d) Kandungan Dalam ASI

a. Lemak

Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) yang

berperan penting dalam pertumbuhan otak.DHA dan AA adalah

asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids)

yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang

optimal.Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi

untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.Disamping itu

DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk atau disintesa dari

substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari

Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).


b. Karbohidrat

Laktose merupakan karbohidrat utama dalam ASI,

mempunyai kadar paling tinggi dibanding susu mamalia lain.

Laktose mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi

kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.

Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam

laktat dan asam asetat.Kedua asam ini menjadikan saluran

pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan

mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang sering menyebabkan

diare pada bayi.Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus

bayi yang mendapat ASI.

c. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit

dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih

banyak mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI

mudah dicerna sedangkan pada susu sapi kebalikannya.

d. Garam dan Mineral

ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah

dibanding susu sapi, bayi yang mendapatkan susu sapi yang tidak

dimodifikasi dapat menderita tetani karena hipokalsemia. Ginjal

neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan

baik, sehingga diperlukan susu dengan kadar garam dan mineral

yang rendah. ASI mengandung kadar garam dan mineral lebih


rendah dibanding susu sapi. Bayi yang mendapat susu sapi atau

susu formula dapat menderita tetani (otot kejang). Karena

hipokalsemia kadar kalsium dalam susu sapi lebih tinggi

dibanding ASI, tetapi kadar fosfornya jauh lebih tinggi, sehingga

mengganggu penyerapan kalsium dan juga magnesium.

e. Vitamin

Masing-masing dari vitamin tersebut memiliki fungsi dan

manfaat tertentu.Vitamin D untuk kekuatan tulangnya, meskipun

kadarnya dalam ASI tidak terlalu banyak. Namun, ini bisa

disiasati dengan menyinari bayi dengan matahari di pagi hari

sebagai pencegahan untuk masalah tulang pada periode usia 0 - 6

bulan kelahiran. Vitamin A berfungsi utamanya untuk indera

penglihatan bayi. Kandungan vitamin A sangat besar pada

kolostrum dan mulai berkurang saat sudah memasuki periode

transisi ASI matang, di mana sebagian besar porsi ASI sudah

dalam bentuk cairan air, namun tetap mengandung zat-zat penting

bagi bayi.

Selain untuk penglihatan, vitamin A juga memiliki peran

dalam kekebalan tubuh, pembelahan sel, dan

pertumbuhan.Vitamin B merupakan zat yang mudah larut dalam

cairan.Di dalam ASI, fungsi dari vitamin ini adalah sebagai

pelengkap dalam mencegah dari anemia (kekurangan darah),

terlambatnya perkembangan, kurang nafsu makan dan iritasi


kulit.Dalam perkembangan saraf dan peremajaannya vitamin C

memilik fungsi besar. Selain itu vitamin C berpengaruh pada

pertumbuhan gigi, tulang dan kolagen, ia juga mampu mencegah

bayi dari serangan penyakit. Namun, terlalu banyak konsumsi

vitamin juga tidak baik karena efek samping yang

ditimbulkan.Vitamin E utamanya untuk kesehatan kulit.Selain itu,

vitamin E sebagai penambah sel darah merah bayi yang bernama

hemoglobin sehingga melindunginya dari anemia (kekurangan

darah) [ CITATION Wul13 \l 1033 ].

Di Indonesia hampir 9 dari 10 ibu memberikan ASI

kepada anaknya, dalam penelitian IDAI (Yohmi dkk, 2015)

menemukan sejumlah 49,8% para ibu yang memberikan ASI

secara eksklusif selama 6 bulan sesuai rekomendasi WHO.

Karena rendahnya cakupan pemberian ASI ekslusif ini dapat

menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup generasi penerus

bangsa dan berpengaruh pada perekonomian nasional. [ CITATION

Fuj16 \l 1057 ]

Upaya pemerintah untuk meningkatkan pemberian ASI

Eksklusif diantaranya adalah pemberdayaan ibu, keluarga, dan

masyarakat dalam praktek pemberian ASI, menjamin

terlaksananya strategi pemberian ASI, pengembangan peraturan

perundangan undangan dan kebijakan atau peraturan pemerintah,

pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan


sayang bayi, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan,

pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta masyarakat dan

yang tidak kalah penting adalah perlindungan pekerja perempuan

[ CITATION Pro16 \l 1057 ]

e) Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI

a. Status paritas

Semakin banyak anak yang dilahirkan akan

mempengaruhi produktivitas ASI, karena sangat berhubungan

dengan status kesehatan ibu dan kelelahan serta asupan gizi.

Paritas diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi

dalam pemberian ASI. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh

pengalaman sendiri maupun orang lain, bahwa pengalaman ibu

berpengaruh dalam mengurus anak serta berpengaruh pula

terhadap pengetahuan tentang ASI [ CITATION Soe05 \l 1033 ]. Ibu

yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI jauh lebih

tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.Jumlah

persalinan yang pernah dialami ibu memberikan pengalaman

dalam memberikan ASI kepada bayi [ CITATION Pro09 \l 1033 ].

Semakin banyak paritas ibu akan semakin berpengalaman dalam

memberikan ASI dan mengetahui cara untuk meningkatkan

produksi ASI sehingga tidak ada masalah bagi ibu dalam

memberikan ASI. Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan

anak, sering kali menemukan masalah dalam memberikan ASI


pada bayinya. Masalah yang sering muncul adalah puting susu

lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau belum siap

menyusui secara fisiologis.

b. Pekerjaan ibu

Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI yaitu status

pekerjaan. Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang banyak

utuk beristirahat, sehingga ibu tidak terlalu lelah dan akan

memengaruhi pada pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin

[ CITATION RRi11 \l 1033 ].

c. Asupan makanan ibu

Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi

ASI adalah intikpangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan

dalam penggunaan zat gizi. Perubahan status gizi ibu yang

mengubah komposisi ASI dapat berdampak positif, netral, atau

negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu berkurang

tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah

maka zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau

jaringan ibu. Komposisi ASI tidak konstan dan beberapa faktor

fisiologi dan faktor non fisiologi berperan secara langsung dan

tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan, waktu

penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi.

Faktor non fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok

dan alkohol [ CITATION Tur16 \l 1057 ]


d. Ketenangan jiwa dan fikiran ibu

Kondisi kejiwaan dan pikiran yang tenang sangat

mempengaruhi produksi ASI, jika ibu mengalami stres, pikiran

tertekan, tidak tenang, sedih dan tegang, produksi ASI akan

terpengaruh secara signifikan. Ibu yang mengalami gangguan

emosi, maka kondisi itu bisa mengganggu proses refleks let-down

yang berakibat ASI tidak keluar, sehingga bayi terus menerus

menangis, tangisan bayi membuat ibu semakin gelisah dan

mengganggu proses refleks let-down. Semakin tertekan perasaan

ibu lantaran tangisan bayi, semakin sedikit ASI yang dikeluarkan

[ CITATION Pra12 \l 1033 ].

e. Penggunaan kontrasepsi

Khamzah (2012) menyatakan bahwa penggunaan pil

kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin juga berkaitan

dengan penurunan volume dan durasi ASI. Jika pil hanya

mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap volume

ASI. Berdasarkan hal ini, WHO merekomendasikan pil progestin

untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi.Ibu yang

menyusui baiknya memperhatikan penggunaan alat kontrasepsi

karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat

mempengaruhi produksi ASI. Contohnya penggunaan kontrasepsi

kombinasi oral (esterogen-progestin) akan menghambat produksi


ASI. Dalam penelitian ini diperoleh dari 10 responden yang

menggunakan kontrasepsi.

f. Perawatan payudara

Masalah yang timbul selama masa menyusui dapat

dimulai sejak periode antenatal, masa setelah persalinan dini dan

masa setelah persalinan lanjut. Masalah menyusui pada masa

setelah persalinan dini salah satunya adalah puting susu nyeri,

puting susu lecet, payudara bengkak dan mastitis Perawatan

payudara ini sebaiknya dilakukan sejak masa kehamilan.

Perawatan payudara ini merupakan suatu tindakan perawatan

payudara yang dilaksanakan baik oleh ibu pada masa setelah

melahirkan, maupun dibantu oleh orang lain yang dilaksanakan

mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Perawatan

tersebut dilakukan sebanyak dua kali sehari [ CITATION Tur16 \l

1057 ]

g. Anatomis buah dada

Bentuk puting tidak selalu berpengaruh pada proses

laktasi. Pada ujung puting susu terdapat 15-20 muara lobus

(duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah

kelenjar lemak. Kelenjar lemak merupakan kelenjar Montgomery

yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan

cairan agar puting tetap lunak dan lentur. Di bawah areola saluran

yang besar melebar, disebut Sinus Laktiferus. Di dalam dinding


alveolus maupun saluran saluran, terdapat otot polos yang bila

berkontraksi memompa ASI keluar (Pitriani & Andriani, 2014).

h. Faktor istirahat

Kondisi ibu yang terlalu letih dan kurang istirahat akan

menyebabkan ASI berkurang, hal yang bisa diantisipasi dengan

mengikuti pola tidur bayi, setidaknya ibu bisa terbantu dengan

mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup (Ria, 2012).

i. Faktor isapan anak

Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin.

Rangsangan sentuhan pada payudara sehingga semakin sering

bayi menyusu semakin banyak prolaktin yang diproduksi

sehingga makin banyak produksi ASI (Pitriani & Andriani, 2014)

j. Faktor obat-obatan

Pemakaian obat-obatan selama masalaktasi harus terukur

dan hati-hati. Obatyang dikonsumsi ibu dapat diekskresikandalam

cairan ASI, meskipun yang akantermakan oleh bayi hanya 0,001-

0,5% daridosis obat yang dimakan ibu. (Subakti danAnggarani,

2007).

Dari beberapa faktor-faktor yang dapat meningkatkan produksi

ASI tersebut maka adanya beberapa alternatif atau tindakan dalam

meningkat Produksi ASI salah satunya pijat oksitosin, dimana pijat

oksitosin ini tindakan atau intervensi untuk merangsang hipofisis anterior

dan posterior sehingga mengeluarkan hormon oksitosin tindakan ini


diperkuat dengan adanya penelitian terkait oleh (Muarif 2002)

menyimpulkan bahwa oksitosin digunakan untuk memperbaiki kontraksi

uterus setelah melahirkan dalam upaya mencegah perdarahan post partum.

[ CITATION Mar16 \l 1057 ]

2. Pijat Oksitosin

a) Pengertian Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk

mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin

adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)

sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha

untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah

melahirkan. Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan

hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI

pun otomatis keluar [ CITATION Tiu17 \l 1057 ].

Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,

neurotransmiter akan merangsang medulla oblongata

langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise

posterior untuk mengeluarkan oksitosin, sehingga

menyebabkan buah dada mengeluarkan ASInya. Pijatan di

daerah tulang belakang ini juga akan merileksasi dan

menghilangkan stressdan dengan begitu hormon oksitosin

keluar dan akan membantu pengeluaran ASI ibu, dibantu

dengan isapan bayi pada puting susu pada saat segera setelah
bayi lahir dengan keadaan bayi normal[ CITATION Tur16 \l

1057 ]

b) Manfaat

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek

oksitosin atau reflek let down. Selain untuk merangsang let

down manfaat pijat oksitosin adalah untuk memberikan

kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),

mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon

oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi

sakit[ CITATION Han15 \l 1057 ]

c) Prosedur

Cara pijat oksitosin menurut Widuri (2013), yaitu dengan cara:

a. Ibu duduk dengan meletakkan kedua tanganya di kursi

atau sandaran yang di letakkan di depanya.

b. Bebaskan punggung ibu dari pakainya.

c. Kedua jari ibu pemijat dicelupkan ke dalam baby oil, lalu

lakukan gerakan pada punggung,tepatnya disamping tulang

punggungnya.

d. Lakukan gerakan melingkar pada kedua ibu jari dari atas

sampai kebawah, lakukan untuk beberapa kali sampai ibu

merasakan lebih rileks.

e. Kemudian bisa mengecek pengeluaran ASI dengan


memencet puting payudara ibu.

Tanda-tanda yang dirasakan apabila refleks oksitosin

aktif (Widuri, 2013) :

a. Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara

saat sebelum meneteki bayi atau selama meneteki.

b. ASI mengalir pada payudara bila ibu memikirkan

bayinya, atau mendengar tangisnya.

c. ASI menetes dari payudara sebelah lain, jika bayi

menetek pada payudara lainya.

d. Nyeri karena kontraksi rahim, kadng dengan aliran

darah, selama menetek dalam minggu pertama ibu

melahirkan.

e. Isapan pelan dan dalam dari bayi serta bayi melihat

ataupun terdengar menelan ASI merupakan tanda

bahwa ASI mengalir kedalam mulut bayi.

Gambar 2.1 Prosedur Pijat Oksitosin


3. Terapi Murottal

Menurut [ CITATION Lat16 \l 1057 ], terapi murottal

(mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an) dapat menurunkan

hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon endorfin alami,

meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa

takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak

jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan

yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan

ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan

metabolisme yang lebih baik.[ CITATION Mau16 \l 1057 ]

Bacaan ayat-ayat al-Qur’an dapat menenangkan hati,

sebagaimana diterangkan dalam surah ar-ra’d ayat 28, yaitu :

“ (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah

hati menjadi tentram.” (Qs Ar- Ra’d/13: 28)


B. Kerangka Teori

Manfaat ASI Eksklusif :


ASI 1. Manfaat bagi bayi
2. Manfaat bagi ibu

Jenis- jenis ASI Eksklusif : Faktor- faktor yang


1. Kolostrum
2. ASI stadium II mempengaruhi
3. ASI stadium III pengeluaran ASI

Pijat Oksitosin
Kandungan dalam ASI :

1. Lemak
2. Karbohidrat
3. Protein
4. Garam dalam mineral
5. vitamin Terapi Murottal Al-Qur’an

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : [ CITATION Tur16 \l 1057 ]

Keterangan :

: Diteliti

- - - - - - - - - : Tidak diteliti
C. Hipotesis

Ha : Ada pengaruh pijat oksitosin dan terapi murottal terhadap produksi ASI

Ho : Tidak ada pengaruh pijat oksitosin dan terapi murottal terhadap produksi

ASI
BAB III

METODOLODI PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan di atas maka dapat

dibuat kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor- faktor yang


mempengaruhi pengeluaran
ASI pada ibu

- Faktor status paritas


Pijat oksitosin - Faktor pekerjaan ibu
- Faktor asupan makanan
ibu
- Faktor ketenangan jiwa

Terapi Murottal dan


fikiran ibu
- Faktor perawatan
payudara
- Faktor anatomis buah
dada
Produksi ASI
- Faktor istirahat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


B. Variabel penelitian

1. Variabel Independent (variabel bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat)[ CITATION Sug16 \l 1033 ] .

Variabel independent dalam peneltian ini adalah pijat oksitosin dan

terapi murottal.

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas [ CITATION Sug16 \l

1033 ]. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah produksi

ASI.

C. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi

Eksperimen) dengan rancangan perbandingan kelompok statis (Static

Group Comparison). Dimana kelompok eksperimen menerima

intervensi (pijat oksitosin dan terapi murottal) yang diikuti dengan

pengukuran atau observasi (produksi ASI).[ CITATION Wij14 \l 1057 ]

D. Populasi dan sampel penelitian atau partisipan

1. Populasi
Populasi merupakan semua orang yang menjadi asaran

penelitian [ CITATION Muk13 \l 1033 ]. Populasi dalam penelitian

adalah ibu yang baru melahirkan dengan sectio caesaria.

Sampel merupakan bagian kecil dari populasi yang

dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan [ CITATION

Muk13 \l 1057 ] Penentuan sampel menjadi responden harus

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah

karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target

yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria ekslusi adalah

menghilangkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari

oenelitian karena sebab- sebab tertentu. Kriteria inklusi :

a. Ibu post partum dengan sectio caesaria

b. Mampu berkomunikasi dengan baik

c. Mampu baca dan tulis

Kriteria ekslusi :

a. Menolak menjadi responden

b. Tidak mampu berkomunikasi

c. Berhalangan hadir saat di lakukan penelitian

d. Responden yang baru melahirkan dengan sectio caesaria saat

dilakukan penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan


sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Sampel

pada penelitian ini sebanyak 50 orang.

E. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

2. Waktu Penelitian

Pembuatan proposal dimulai dari tanggal 10 Oktober 2018.

F. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Identifikasi Variabel, Definisi Operasional dan Skala

pengukuran

No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional

1. Pijat Oksitosin Terapi pijat


oksitosin
dilakukan
selama 10 menit

2. Terapi Murottal Mendengarkan


murottal al-
qur’an selama
10 menit saat
dilakukan pijat
oksitosin

3. Produksi Asi Produksi ASI


dapat di
pengaruhi oleh
beberapa faktor
yang dapat
menghambat
pengeluaran ASI

G. Instrumen/ alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan

data pada penelitian ini adalah kuesioner. Menurut [ CITATION Sug14 \l

1033 ] kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti

memberikan daftar pertanyaan atau pernyataan yang tertulis untuk

dijawab oleh responden.

1. Uji validitas

Validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang

menjadi prinsip validitas instrumen dalam pengumpulan data.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan uji

validitas di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang sebanyak

25 orang. Uji validitas ini bertujuan untuk mengetahui validitas

instrumen yang digunakan dalam penelitian.

2. Uji reabilitas

Uji reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta dapat diukur dan diamati dalam waktu yang berlainan.

Uji reabilitas ini akan dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan


Agung Semarang sebanyak 25 orang. Uji reabilitas bertujuan

untuk mengetahui reabilitas suatu instrumen.

H. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari subjek penelitian sebagai sumber

informasi yang dicari dengan menggunakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data. Peneliti mengumpulkan data dengan cara menyebar

kuesioner pada responden yang telah dipilih, yaitu ibu post partum

dengan sectio caesaria secara eksklusif di Rumah Sakit Sultan Agung

Semarang. Prosedur pengumpulan data penelitian di bagi menjadi dua,

yaitu :

1. Prosedur Administratif

Prosedur administratif penelitian meliputi pengajuan surat ijin

penelitian kepada kaprodi fakultas ilmu keperawatan yang

ditujukan untuk Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan Rumah Sakit

Islam Sultan Agung Semarang.

2. Prosedur dan teknis

a. Peneliti menyerahkan surat ke dinas kesehatan Kota Semarang.

b. Peneliti selanjutnya menyerahkan surat rekomendasi dari Dinas

Kesehatan Kota Semarang ke Rumah Sakit Sultan Agung

Semarang.
c. Peneliti melakukan koordinasi denga pihak Rumah Sakit Sultan

Agung Semarang untuk mencari data ibu menyusui secara

eksklusif sesuai dengan kriteria inklusi.

d. Peneliti datang ke Rumah Sakit Sultan Agung Semarang

dengan di bantu teman dari bidang kesehatan.

e. Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian serta

meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam

peneltian ini pada lembar informed consent yang diberikan

kepada ibu menyusui secara eksklusif.

f. Kuesioner dibagikan oleh peneliti pada responden selama

penelitian.

g. Setelah kuesionar diisi oleh responden, peneliti mengecek

kembali apakah ada bagian kuesioner yang belum diisi.

h. Setelah kuesioner sudah lengkap dan tidak ada yang kosong,

peneliti mengolah data yang didapat dengan menggunakan

program komputer.

I. Rencana Analisa Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Analisa univariat

Analisa inivariat dilakukan untuk mendeskripsikan data

secara sederhana mengenai karakteristik masing-masing variabel

yang diteliti. Data yang dianalisis pada peneltian ini adalah

pengeluaran ASI pada ibu menyusui secara eksklusif di Rumah


Sakit Islam Sulatan Agung Semarang. Data tersebut diolah dan

dianalisis dengan menggunakan alat bantu komputer dan

ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisa ini

berbentuk gambaran tabel berdasarkan kategori pengeluaran ASI

secara eksklusif.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menjelaskan hubungan

antara dua variabel yaitu variabel independen dan dependen.

3. Analisa multivariate

Analisa multivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan

lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Uji statistik yang digunakan biasanya regresi berganda (multiple

regretion) yaitu regresi logistik untuk mengetahui variabel

independen yang mana yang lebih erat hubungannya dengan

variabel dependen. Dalam analisis multivariat dilakukan sebagai

langkah pembuatan model-model terakhir terjadi apabila semua

variabel independen dengan dependen sudah tidak mempunyai

nilai p>0,05.

J. Etika penelitian

Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian

harus diperhatikan.
1. Informed consent

Informed consent merupakan suatu bentuk persetujuan

antara peneliti dan responden dengan memberikan lembar

persetujuan informed consent tersebut diberikan sebelum peneliti

melakukan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi respinden. Tujuan informed consent adalah supaya

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian dan

mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka mereka

baru menandatangai lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati haknya. Peneliti dalam

merekrut partisipan terlebih dahulu, memberikan informed consent,

yaitu memberitahu secara jujur maksud dan tujuan terkait dengan

tujuan penelitian pada sampel dengan sejelas-jelasnya (Saryono,

2013).

2. Anonimity (Tanpa nama)

Menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden tetapi diberikan kode. Selama dan sesudah

penelitian (privacy) tetap dijaga, semua partisipan diperlakukan

sama, nama partisipan diganti dengan nomor (anonomity), peneliti

akan menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan dan hanya di

gunakan untuk kegiatan penelitian seta tidak akan dipublikasikan

tanpa izin partisipan (Saryono, 2013).

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D., & Saryono. (2013). metodologi Penelitian Kualitatif dan

Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan . Yogyakarta: Nuha Medika.

Anggraeni, W. N. (2016). Pemberian Tindakan Pijat Oksitosin Terhadap

Peningkatan Produksi ASI Pada Asuhan Keperawatan Ny.W dengan Post

Partum. Surakarta: STIKES Kusuma Husada.

Devy, A. Y. (2016). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT IBU

MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN MAGERSARI,

SIDOARJO. Jurnal Promkes .

Permatasari, E (2015). HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN PRODUKSI ASI

PADA IBU YANG MENYUSUI BAYI UMUR 0-6. Jurnal Kesehatan .

Fuji Rahmawati, I. P. (2016). ANALISIS PENGETAHUAN DAN PERILAKU

IBU BEKERJA SEPUTAR MANAJEMEN LAKTASI. Jurnal


keperawatan .

Handayani, T. (2015). PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP

PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA ASUHAN KEPERAWATAN


Ny. E DENGAN POST PARTUM SECTIO CAESAREA ATAS
INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD). Jurnal Keperawata .
Hanulan Septiani, A. B. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Sebagai

Tenaga Kesehatan. JURNAL ILMU KESEHATAN , 159 – 174.

Hardiani, R. S. (2017). Status Paritas dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pengeluaran

ASI pada Ibu. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember , 46.

Hardiani, R. S. (2017). Status Paritas dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pengeluaran

ASI pada Ibu. NurseLine Journal , 46.

Hardika, M. D. (2016). Hubungan Perawatan Payudara pada Ibu Nifas dengan

Kelancaran ASI di BPM Atika, Amd.Keb, Kab. Madiun. Proposal


Skripsi .

Hunegnaw, M. T., Gezie, L. D., & Teferra, A. S. (2017). Exclusive Breastfeeding

and Associated Factors Among Mothers in Gozamin District, Northwest

Ethiopia: a Community Based Cross-Sectional Study. International

Breastfeeding Journal , 12-30.

Karyani, D., iLevi, S., Yuliana, E., Ramelan, R., & Naumi, L. (2007). The Baby

Book : Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Bayi Anda Sejak

Lahir hingga Usia Dua Tahun. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.


Kemenkes. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.

Kristiyanasari, W. (2011). ASI, Menyusui & Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kusumaningrum, D. N. (2016). Rasionalitas Kebijakan Pro Laktasi Indonesia.

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, FISIP, Universitas

Muhammadiyah Malang , 1- 15.

Latifah, A. H. (2016). PENGARUH DISTRAKSI AUDIO : MUROTTAL AL-

QUR’AN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN GAGAL


GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA. Gombong.

Livana PH, T. W. (2017). PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP

PRODUKSI ASI IBU MENYUSUI. Jurnal Keperawatan , Volume 9 No

1, Hal 1.

Lutur, J. K., Rottie, J., & Hamel, R. (2016). Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif

dan ASI non Eksklusif Dengan Perubahan Berat Badan Pada Bayi di
Puskesmas Bahu Manado. Universitas Sam Ratulagi .

Mariatul, k. (2016). Pengaruh Terapi Pijat Oksitosinterhadap Produksi ASI pada

Ibu Post Partum. Jurnal Keperawatan .

Maulita, L. E. (2016). THERAPY OF LISTENING QURAN FOR

PREVENTION OF POSTPARTUM BLUES IN MATERNAL

POSTPARTUM IN DR. SOETARTO. Jurnal Kesehatan , volume 2.

Mukhtar, M. (2013). Metode Praktis Penilaian Deskriptif Kualitatif . Jakarta

Selatan: REFERENSI (GP Press Group).

Mulyani, N. (2013). ASI dan Pedoman ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurlinawati, Junaiti, S., & Permatasari, H. (2016). Dukungan Keluarga Terhadap

Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kota Jambi. Juernal Keperawatan ,


76-86.

Nurlinawati, Sahar, J., & Permatasari, H. (2016). Dukungan Keluarga Terhadap

Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Kota Jambi. Juernal Keperawatan ,

76-86.

Pollard, M. (2015). ASI Asuhan Berbasis Bukti. Jakarta: EGC.

Prasetyo, D. S. (2012). ASI Eksklusif, Pnegenalan Praktek dan kemanfaatan.

Jakarta: DIVA Press.


Proverawati, A. (2009). Gizi untuk kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Proverawati, A., & Rahmawati, E. (2010). Kapita Selekta ASI dan Menyusui.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Radharisnawati, N. K., Kundre, R., & Pondang, L. (2017). Hubungan Pemenuhan

Kebutuhan Gizi Ibu dengan Kelancaran Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu

Menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado. E-Jurnal Keperawatan .

Ramayulis, S., & Marbun, R. (2010). Menu dan Resep Untuk Ibu Menyusui.

Jakarta: Penebar Plus.

Rayhana, & Sufriani. (2017). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

dengan Kecukupan ASI. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh , 9.

Riksani, R. (2011). Keajaiban ASI. Jakarta: Dunia Sehat.

Riskesdas. (2013). Departemen Kesehatan. Jakarta: Badan Peneliti dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

S.N, K. (2012). Segudang keajaiban ASI yang harus anda ketahui. Yogyakarta:

Flashbooks.

Soebija, B. I. (2015). KEEFEKTIFAN PROGRAM KELOMPOK PENDUKUNG

IBU DALAM MENGUBAH PERILAKU IBU MENYUSUI. Jurnal

Kesehatan Masyarakat , 186-194.

Soetjiningsih. (2005). ASI Petunjuk Untuk. Jakarta: EGC.

Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta.

T. H. (2014). PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENGELUARAN


KOLOSTRUM PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. E DENGAN POST

PARTUM SECTIO CAESAREA. SURAKARTA: STIKES .

Turoso. (2016). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu dengan

Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kelapa Gading . Jurnal

Kesehatan .

Ulfah, N. H. (2016). DESKRIPSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KOTA

WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI. Jurnal Preventia , Vol 1 No 1.

Walyani, E. S. (2015). Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak Pertama agar

Bayi Lahir dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Widyasari, R. (2016). Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian

ASI Eksklusif pada Ibu Multipara di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep

Kota Semarang . Universitas Diponegoro Fakultas Kedokteran .

Wijayanti, L. (2014). PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP

PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS


MERGANGSAN YOGYAKARTA. Jurnal keperawatan .

Wulandari, F. I., & Iriana, N. R. (2013). Karakteristik Ibu Menyusui Yang Tidak

Memberikan Asi Eksklusif Di UPT Puskesmas Banyudono I Kabupaten

Boyolali. INFOKES , Vol. 3: 25-32.

Yusrina, A., & Devy, S. R. (2016). Faktor yang Mempengaruhi Niat Ibu

Memberikan ASI. Universitas Airlannga Surabaya , 11-21.

Zahro, W., Pangestuti, D. R., & Widajanti, L. (2016). Pola Pemberian Air Susu

Ibu (ASI) dan Status Gizi Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungmundu, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat .

Anda mungkin juga menyukai