Endang Agustini S
Endang Agustini S
TESIS
Oleh
Endang Agustini S
S810908106
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA
MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS X 7 SMA NEGERI JUMAPOLO KABUPATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009
(Penelitian Tindakan Kelas)
Disusun Oleh :
Endang Agustini S
S810908106
Dosen Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Teknologi Pendidikan
2
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vi
a. Belajar……………….. .................................... 7
b. Mengajar………………. ................................. 9
c. Pembelajaran ……………………………....... 10
3
3. Hakikat Motivasi ………………………………….. 21
C. Kerangka Berfikir......................................................... 28
B. Subjek Penelitian.......................................................... 32
E. Pembahasan.................................................................. 74
BAB V PENUTUP.......................................................................... 79
4
A. Kesimpulan .................................................................. 79
B. Implikasi ...................................................................... 80
C. Saran ............................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………. 85
5
DAFTAR TABEL
Tabel IV.4 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus III ............................. 72
Tabel IV.5 Hasil Belajar Dimensi Tiga Sebelum Tindakan Kelas ............ 74
Tabel IV.7 Prosentase Hasil Belajar Dimensi Tiga dalam Tiga Siklus ..... 76
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SILABUS........................................................................... 85
8
Lampiran 16 TABEL SKOR MOTIVASI SISWA TERHADAP
9
BAB I
PENDAHULUAN
Sering kita jumpai jika anak ditanya pelajaran apa yang paling tidak
adalah matematika, guru apa yang paling dibenci adalah guru matematika dan
pembelajaran matematika jelas ada sesuatu yang salah, pengamatan kami terhadap
ditemukan data bahwa sebagian siswa memiliki motivasi dan kemampuan yang
rendah, khususnya dalam menguasai materi dimensi tiga. Pada sebagian siswa
pada saat mempelajari materi dimensi tiga menjadi malas dan bahkan semangat
belajarnya berkurang. Hal itu dapat berpengaruh pada proses belajar mereka di
kelas berikutnya.
prestasi belajar siswa, terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit seperti
matematika, fisika, dan bahasa inggris. Salah satu pokok bahasan dalam mata
adalah dimensi tiga. Banyak siswa menganggap materi tersebut sukar dipahami
10
Pelaksanaan kegiatan balajar mengajar belum dapat berjalan secara
pelajaran yang cukup padat dan alokasi waktu yang terbatas, membuat guru lebih
yang lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta
Guru harus bisa memilih media yang tepat dan menarik saat mengajar.
karakteristik siswa maka kita dapat menentukan media yang tepat digunakan
dalam proses belajar mengajar. Penggunaan media yang sesuai akan membuat
siswa tertarik dan senang dengan pelajaran yang kita berikan sehingga akan
11
kemauan belajar tinggi namun setelah mereka mempelajari materi dimensi tiga
menjadi kendor.
dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar siswa. Faktor yang
mempengaruhi dari dalam diri siswa antara lain: motivasi, intelegensi, kreativitas,
dan gaya belajar siswa. Sedangkan faktor dari luar diri siswa mungkin metode
yang digunakan guru dalam menyampaikan materi kurang tepat. Guru masih
murid secara satu arah, siswa belajar hanya dengan mendengarkan dan mencatat
pelajaran, siswa tidak memahami konsep karena siswa hanya menghafal rumus
siswa tersebut, salah satunya dengan penerapan metode pembelajaran yang tepat.
yang tepat untuk memecahkan kebuntuan yang selama ini terjadi, yaitu sulitnya
para siswa dalam memahami materi dimensi tiga. Salah satu model pembelajaran
12
kelebihan yaitu: (1) efisiensi waktu pembelajaran karena siswa dapat menghayati
secara langsung secara visual lewat alat peraga yang digunakan, 2) meningkatkan
lebih mendalam dengan vasilitas multi media, 3) memberi kesempatan pada siswa
mereka akan lebih memahami materi yang dpelajari, dan 4) memberi kesempaatan
B. Rumusan masalah
motivasi belajar dimensi tiga pada siswa kelas X 7 SMA Negeri Jumapolo
prestasi belajar dimensi tiga pada siswa kelas X SMA Negeri Jumapolo
13
C.Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
2. Manfaat Praktis
a. Siswa:
14
b. Guru
media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran yang
c. Sekolah:
d. Peneliti:
mengajar di sekolah.
15
BAB II
B. Landasan teori
a. Belajar
banyak hal. Makna dari belajar itu sendiri sangatlah beragam. Beberapa
pengertian belajar dikemukakan oleh para ahli seperti Nana Sudjana (1996: 5)
mengemukakan bahwa: ”Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
kebiasaan serta aspek lain yang ada pada individu yang belajar
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi, sikap, kebiasaan, kepandaian dan
suatu pengertian”
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru
dengan lingkungannya.
16
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Beliau juga
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif
pengertian belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
baru dari reaksi, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Belajar
adalah bentuk proses perkembangan dan perubahan dalam diri seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Dalam pengertian ini terdapat perubahan
psikomotorik.
Purwanto (1990: 102) dibedakan menjadi dua faktor yaitu: (i) Faktor yang ada
pada diri manusia itu sendiri, antara lain: faktor kecerdasan, kematangan, latihan,
minat, dan motivasi, (ii) Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor
sosial, antara lain: faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
17
digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan
motivasi sosial.
b. Mengajar
dengan guru. Jika belajar mengarah kepada kegiatan siswa, maka mengajar
”Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau
belajar”.
bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik akan tetapi
guru dan peserta didik haruslah aktif. Mengajar merupakan suatu proses yaitu
18
dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Mengajar
adalah usaha guru dalam menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa
untuk belajar.
c. Pembelajaran
antara dua kegiatan yaitu kegiatan belajar oleh siswa dan kegiatan mengajar oleh
kasat mata/ manusiawi yaitu siswa, guru, dan seluruh komponen sekolah, maupun
yang tak nampak, antara lain tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode dan
evaluasi.
19
Mulyasa (2005:173) mengemukakan, ”Pembelajaran pada hakekatnya
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi
adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru/dosen agar terjadi proses belajar
1) Mengaktifkan motivasi
3) Mengarahkan perhatian
4) Merangsang ingatan
6) Meningkatkan retensi
20
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar”.
interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan antara sesama siswa dalam
proses pembelajaran.
yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar
3) Alat Bantu belajar (media belajar) merupakan alat yang dapat membantu
4) Suasana belajar, hal ini terjadi apabila adanya komunikasi dua arah (antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa) yang intim dan hangat, sehingga
hubungan guru dan siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat
21
d. Pembelajaran Dimensi Tiga
awam siswa, identik dengan kata sulit. Selain merupakan mata pelajaran yang
salah satu mata pelajaran dalam rumpun ilmu pasti yang dapat mengembangkan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara
matematika.
pengetahuan yang eksak dan terorganisir secara sistematik, selain merupakan ilmu
pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan
22
Dimensi tiga merupakan salah satu materi dalam matematika yang
antara lain, 1) materi dimensi tiga memerlukan imajinasi yang cukup signifikan
dimensi tiga diperlukan visualisasi yang konkrit agar siswa dapat memahami
Media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium, yang dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua
23
tercetak maupun audiovisual dan peralatannya; dengan demikian, media dapat
(mencakup: film, TV, bahan, cetak, radio, diagram, dan sebagainya). Sedangkan
sebagai pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa
orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar,
penerima pesan adalah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan
siswa melalui indera mereka, siswa dirangsang oleh media itu untuk
Sri Anitah (2008: 2), media merupakan segala sesuatu yang membawa informasi
antara sumber dan penerima pesan, sedang media pembelajaran, bila segala
24
terciptanya proses belajar pada diri siswa sehingga dapat memudahkan
satu media pembelajaran secara mutlak, tetapi harus melihat situasi dan kondisi
saat proses belajar mengajar berlangsung. Media merupakan salah satu komponen
sukses. Media mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai dampak
yang sangat besar atas perlakuan dan pengarahan sikap anak didik dalam proses
belajar mengajar.
dalam proses belajar mengajar, yaitu untuk membantu guru dalam menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik, sehingga akan mudah untuk dicerna dan
dipahami.
bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pelajaran yang tidak memerlukan alat bantu,
tetapi dilain pihak ada bahan pelajaran yang sangat memerlukan alat bantu berupa
media pengajaran seperti globe, gambar, grafik, dan sebagainya. Bahan pelajaran
dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar diproses oleh anak didik.
Apalagi bagi anak didik yang kurang menyukai bahan pelajaran yang disampaikan
itu.
Anak didik akan cepat merasa bosan dan kelelahan, jika penjelasan
yang diberikan guru sukar dicerna dan sulit dipahami. Guru yang bijaksana tentu
25
sadar bahwa kebosanan dan kelelahan anak didik berpangkal dari penjelasan yang
diberikan guru simpang siur, tidak fokus pada masalahnya. Jika guru tidak
mengubah tingkah laku yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar
secara konvensional menekankan peran aktif guru sebagai salah satu sumber
belajar. Seiring dengan perkembangan jaman, guru tidak lagi menjadi unsur utama
sumber.
mempelajari materi secara lengkap dan bertahan lama dalam ingatannya. Proses
26
media pembelajaran. Penyerapan materi pelajaran dalam ingatan siswa tersebut
dan sarana belajar. Hambatan dalam komunikasi yang sering muncul diantaranya
tanggapan.
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
27
Manfaat lain yang diperoleh dalam penggunaan media pembelajaran
memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan materi pelajaran, karena melalui
media siswa akan memperoleh pengalaman lebih luas dan lebih lengkap.
Keluasan materi yang didapat oleh siswa ini akan menimbulkan motivasi belajar
yang baru. Konsep yang dijelaskan oleh media dapat disajikan dengan rekreatif
dan menarik.
satu media pembelajaran secara mutlak, tetapi harus melihat situasi dan kondisi
Russel, dan Smaldino (1996: 8) Media dibagi mejadi beberapa jenis yaitu: 1)
28
Media non proyeksi, 2) Media Proyeksi, 3) Media Audio, 4) Media Gerak, 5)
(1) Alat Peraga, (2) Alat Pelajaran, dan (3) Audio-Visual-Aids. Sedangkan
pengelompokan jenis media menurut Seels & Glasgow dibagi kedalam dua
kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi
mutakhir.
ii. Visual yang tak diproyeksikan : gambar, poster, foto, charts, grafik,
boneka)
29
ii. Media berbasis mikroposesor : computer-assisted instruction,
3. Hakikat Motivasi
tujuan tertentu yang menjadi pendorong dan pemberi arah perilaku seseorang.
Banyak para ahli yang mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas
Menurut Moh. Uzer Usman (1995: 24) motif adalah daya dalam diri
tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
diartikan sebagai: 1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara disadari
atau tidak disadari untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, 2) Usaha-
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak
mutlak dalam belajar. Di sekolah sering terdapat anak malas belajar, tidak
30
merasakan kesenangan dalam belajar, suka membolos yang akhirnya akan
berpengaruh pada prestasi belajar mereka. Dalam hal demikian berarti guru tidak
berhasil membangkitkan motivasi belajar siswanya, dalam hal ini perlu diingat
bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran belum tentu berarti bahwa anak itu
bodoh, karena sering juga terjadi seorang siswa mempunyai nilai buruk pada mata
Purwanto 1990: 60) menggunakan kata motivation dan drive untuk pengertian
yang sama. Ia mengatakan pada umumnya motivasi atau dorongan adalah suatu
laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang
untuk pernyataan seperti lapar, haus, pemuasan keinginan dan sebagainya, yang
pernyataan, baik yang bersifat fisiologis maupun psikis. Pengertian motivasi tidak
yang melakukan sesuatu paling tidak ada kebutuhan dalam dirinya yang hendak
(need) merupakan suatu istilah yang berarti adanya sesuatu kekurangan tertentu
31
Maka sebenarnya tugas guru adalah membangkitkan motivasi yang
dimiliki anak sehingga ia mau melakukan aktifitas belajar secara optimal sesuai
yaitu: 1) Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, motivasi jenis ini sering
disebut dengan istilah motivasi intrinsik, misalnya: seorang siswa tanpa disuruh
oleh siapapun setiap malam membaca buku pelajaran yang esok harinya akan
dijelaskan oleh gurunya, 2) Motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan
dari orang lain, motivasi jenis ini seringkali disebut motivasi ekstrinsik misalnya:
seorang siswa yang biasanya kurang rajin belajar kemudian menjadi rajin belajar
karena gurunya menjanjikan kepada siapa saja yang memperoleh nilai terbaik
a. Kompetisi (persaingan):
prestasi yang telah dicapai sebelumnya, dan berusaha mengatasi prestasi siswa
32
b. Pace making (membuat tujuan sementara atau tujuan jangka pendek):
kompetensi tersebut.
Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan, makin jelas tujuan makin
besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula
terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan dapat membawa efek efek yang
kesempatan pada anak untuk meraih sukses dari usaha sendiri, tentu saja
Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai
yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak
belajar jika tidak ada ulangan. Sehingga nilai akan menjadikan motivasi bagi
mereka.
33
4. Hakikat Prestasi Belajar
berupa tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah dari pengalaman. Perubahan
tersebut sebagai kemampuan baru. Perubahan yang terjadi pada peserta didik
bisa digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan dalam proses belajar.
sebagai berikut: Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Prestatie. Kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi
banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam berbagai bidang itu prestasi
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka lain yang diberikan
guru”.
belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
belajar adalah “Hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar”.
34
Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi
belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai melalui pengukuran dan penilaian
proses belajar mengajar yang dinyatakan dalam simbul, angka, huruf atau kode.
pengetahuan siswa. Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai akhir
pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa dengan
diketahui dari hasil evaluasi. Evaluasi merupakan hasil dari penilaian terhadap
evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling komplek, yaitu : pre-test dan
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan menyajikan
siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Post test adalah kebalikan dari
pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir
35
penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa
b) Evaluasi prasyarat
Penilaian ini meliputi sejumlah bahan dengan ajaran atau bahan yang telah
penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan
diajarkan.
siswa.
c) Evaluasi formatif
Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau
d) Evaluasi diagnostik
Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau
modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan
e) Evaluasi sumatif
36
Ujian Nasional pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti
Matematika ditinjau dari Penggunaan Alat Peraga dan Motivasi Belajar pada
matematika.
C. Kerangka Berpikir
37
Selama ini pembelajaran dimensi tiga di SMA Negeri Jumapolo
akan menjadi lebih parah apabila model pembelajaran yang digunakan guru lebih
bersifat teacher centered, dengan gaya mengajar yang monoton, kurang bervariasi
oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Salah satu
faktor dari dalam adalah motivasi, adapun dari luar yang juga mempengaruhi
seorang guru. Dengan media pembelajaran itu dimungkinkan siswa dapat lebih
tertarik, lebih memahami serta lebih jelas dalam menerima materi yang disajikan
oleh guru. Oleh karena itu diduga bahwa penggunaan media pembelajaran yang
tepat dan sesuai dengan tujuan dan materi akan mengakibatkan motivasi dan
Karanganyar meningkat.
Sebelum
menggunakan Motivasi dan prestasi belajar dimensi
media tiga rendah
D. Hipotesis Tindakan
2008/2009”.
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Setting Penelitian
penjelasan tentang lokasi dan gambaran kelompok siswa yang dikenai tindakan.
sebagai tempat penelitian karena berdasarkan temuan peneliti bahwa selama ini
pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Pebruari 2009 sampai dengan
2009
No Jenis Kegiatan Pebruari Maret April Mei Juni Juli
1 Persiapan Penelitian
a. Pengajuan masalah x
b. Penyusunan Propos x x x
c. Perijinan x
2 Perencanaan x x x
Tindakan
3 Implementasi
Tindakan
a. Siklus I x x x
b. Siklus II x x x
c. Siklus III x x x
4 Review x x
5 Penyusunan Laporan x x x x x
40
D. Subjek Penelitian
adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat. Sumber data yang
tepat misalnya guru, siswa, catatan tentang hasil belajar, dokumen, hasil laporan
Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah:
1. Informan atau narasumber yang terdiri dari guru matematika, kepala sekolah,
2. Nilai ulangan harian siswa, baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas
1. Tes
Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
41
Arikunto, 1996: 138). Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes prestasi atau achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur
139). Tes dilakukan pada setiap akhir siklus yaitu tes ulangan harian. Alat
2. Angket
Yaitu pengambilan data yang berkaitan dengan tanggapan dan perasaan siswa
terhadap guru maupun proses belajar mengajar yang telah diikutinya. Menurut
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Alat yang
menggunakan modifikasi skala likert. Dalam metode ini setiap responden akan
pernyataan dalam lima macam kategori jawaban, yaitu: “sangat tidak setuju”
(STS), “tidak setuju“ (TS), “tidak dapat menetukan“ atau “ragu-ragu” (R),
“setuju“ (S), dan “sangat setuju“ (SS), Nana Syaodih S (2007: 239-240)
Sangat setuju ( SS ) 5 1
42
Setuju ( S ) 4 2
Ragu-ragu ( R ) 3 3
Tidak setuju ( TS ) 2 4
3. Observasi
E. Validasi Data
apa yang akan diukur. Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Adapun
validitas yang digunakan perlu disesuaikan dengan data yang dikumpulkan. Untuk
Mengingat data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa angka, maka validasi
validitas teoretik.
43
Validitas Teoretik
instrumen dari setiap variabel mampu mengukur sifat bangun pengertian atau
2. Penuh semangat.
sesuatu.
Adapun aspek yang diukur adalah aspek kognitif, afektif dan konatif dengan
metode pemberian angket motivasi pada kondisi awal dan akhir setelah
dilakukan tindakan.
dan kuantitatif.
44
a. Data Kuantitatif
1. Klasifikasi data
2. Penafsiran Data
3. Evaluasi Data
back (umpan balik) untuk mengukur sejauh mana data yang diperoleh
45
4. Penarikan Kesimpulan
i. Data Kualitatif
Data kualitatif yang berupa peristiwa, aktivitas siswa dan guru dalam proses
G. Indikator Kinerja
tiga.
46
H. Prosedur Penelitian
ini merupakan penelitian yang dilakukan sebagai salah satu upaya guru untuk
tindakan kelas (classroom action reseach) adalah penelitian yang dilakukan oleh
Hal penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan
oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar
Penelitian tindakan kelas juga diartikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan
secara sistematis, reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru
atau pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan
nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki
47
Rancangan utama dalam penelitian tindakan kelas ini memiliki empat
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Siklus I
48
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
meningkatkan prestasi.
menggunakan multimedia dan alat peraga sesuai dengan rencana yang sudah
a. Pendahuluan
1. Guru menanyakan berbagai hal kepada siswa tentang materi yang telah
49
b. Kegiatan Pokok
pertemuan itu.
media.
tanya jawab.
c. Kegiatan penutup
kurang dipahami.
3. Tahap Observasi
50
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini dilakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil observasi
Siklus II
yang telah dicapai dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut.
Siklus III
indikator kinerja sudah dipenuhi. Namun siklus dapat dibuka lagi apabila masih
ada beberapa siswa yang motivasi maupun prestasinya belum mencapai batas
51
BAB IV
Kecamatan Jumapalo, kurang lebih 500 meter arah tenggara dari kantor
meter persegi, dan keliling 637,5 meter, dengan batas sebelah timur lapangan
olahraga Desa Jumapolo, sebelah barat areal persawahan, sebelah utara jalan desa
menuju ke Dusun Jurug, dan batas selatan berupa areal persawahan Letak SMA
Negeri Jumapolo sangat mendukung proses belajar mengajar, hal ini disebabkan
karena letaknya yang jauh dari jalan raya sehingga terhindar dari kebisingan
pertama jumlah peserta didik ada 126 siswa yang terbagi dalam 3 kelas
karyawan juga prestasi para alumninya, di usia yang ke 24 tahun yaitu pada tahun
terakreditasi A dengan jumlah peserta didik 847 siswa yang terbagi menjadi 21
52
kelas rombongan belajar kelas XI, dan 7 kelas rombongan belajar kelas XII,
dengan kelas jurusan IPA sebanyak 3 kelas dan jurusan IPS sebanyak 4 kelas.
guru, sarana dan prasarana, dan fasilitas belajar lainnya, Apalagi sekolah ini
Informasi (TI) merupakan salah satu tuntutannya. Sehubungan dengan hal tersebut
kelas X 7, yang menempati ruang 21, yang terletak paling barat, membujur arah
timur barat, sebelah selatan terdapat masjid, utara perpustakaan, timur lapangan
dinding warna krem, sebelah selatan terdapat delapan jendela kaca yang dapat
dibuka, sedangkan dinding sebelah utara terdapat pintu dan enam jendela kaca
yang dapat dibuka pula, sehingga ruangan kelas tampak terang dan sirkulasi
udara lancar. Didalam kelas terdapat 40 meja dan 40 kursi untuk siswa yang
siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Di depan tempat duduk siswa, terdapat
kursi dan meja untuk guru yang dilengkapi dengan taplak meja dan vas bunga.
Menempel di dinding sebelah timur sebuah white board, daftar regu piket,
pengurus kelas, tata tertib sekolah dan jadwal pelajaran. Diatas jendela baik
53
sebelah utara dan selatan terpasang gambar-gambar pahlawan. Dengan keadaan
Siswa Kelas X 7
Berdasarkan hasil angket dan nilai ulangan harian dimensi tiga, dapat
diketahui bahwa siswa kelas X-7 SMAN Jumapolo memiliki motivasi belajar dan
nilai matematika yang rendah. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai
dibawah KKM serta keaktifan mereka dalam mengikuti pelajaran di kelas masih
mempelajari matematika.
motivasi belajar siswa juga rendah. Rendahnya motivasi dan prestasi siswa makin
nampak ketika mereka mulai mempelajari materi dimensi tiga. Karena pada
materi dimensi tiga memerlukan imajinasi dan kemampuan pandang ruang yang
perubahan dari dimensi tiga (bangun ruang) ke dimensi dua (bangun datar) yang
54
yang digunakan masih berpusat pada guru dan kegiatannya hanya sebatas
variasi metode yang digunakan dalam pembelajaran diprediksi menjadi salah satu
sumber kesulitan bagi siswa. Berdasarkan alasan inilah perlu upaya pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas ini untuk mengubah model pembelajaran yang
berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Metode yang
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus untuk membahas
tindakan kelas, dan 4) Refleksi (reflecting) yaitu melakukan analisis terhadap data
55
Secara deskriptif pelaksanaan tindakan pada tiap-tiap siklus adalah
sebagai berikut:
1. Deskripsi Siklus I
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan
berikut :
siswa.
ii. Guru memaparkan materi yang akan dibahas dan metode yang
akan digunakan.
56
v. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang bangun –
berdiskusi.
ix. Guru membahas soal-soal latihan. Dalam kesempatan ini guru juga
siswa.
pertama.
57
iii. Guru memaparkan materi yang akan dibahas dan metode yang
akan digunakan .
vii. Guru memberikan contoh soal dan kemudian dibahas bersama siswa.
x. Pada saat jam pelajaran akan berakhir guru membuat rangkuman dan
diadakan evaluasi.
siswa.
58
iv. Guru mengawasi jalannya evaluasi.
kesalahannya.
c. Observasi
1). Pada saat apersepsi, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan.
2). Pada waktu guru menerangkan materi, hanya beberapa siswa saja yang
mau bertanya.
5). Siswa yang aktif mengerjakan latihan soal secara lengkap di kelas
59
6). Dari hasil ulangan tes formatif dapat diketahui bahwa pada siklus
7). Guru masih berfokus pada media yang digunakan, sehingga masih ada
8). Guru dalam menerangkan materi masih terlau cepat, sehingga sulit
9). Soal-soal yang digunakan untuk latihan masih cukup sulit, terutama
d. Refleksi
60
3). Pembimbingan dalam kegiatan diskusi telah dilakukan oleh guru,
4). Pertanyaan yang diberikan oleh guru masih kurang menyebar (hanya
siswa yang itu-itu saja) akibatnya siswa yang aktif menjadi lebih aktif
6). Masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah 60, sehingga
7). Masih banyak siswa yang belum tertarik dan memahami pentingnya
8). Guru kurang berinteraksi dengan siswa, sehingga masih banyak siswa
10). Guru memberikan soal masih terlalu sulit, sehingga beberapa siswa
merasa kesulitan.
Dari hasil observasi dan refleksi pada siklus pertama ini dapat
61
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk siklus kedua sebagai
berikut:
2). Guru harus lebih menekankan pentingnya siswa untuk mengetahui dan
8). Guru dalam menyampaikan materi jangan terlalu cepat sehingga siswa
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan
62
Perencanaan pada siklus II ini disusun berdasarkan refleksi siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
siswa.
63
iii. Guru memaparkan materi dan metode yang akan digunakan.
kepada siswa agar siswa mengingat pelajaran yang lalu dan untuk
bisa dekat dengan siswa sehingga siswa tidak merasa malu dan
siswa.
64
x. Guru melakukan pengawasan dan pembimbingan diskusi siswa.
siswa.
ii. Guru bersama siswa membahas pekerjaan rumah agar siswa benar-
65
vi. Guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan dan
evaluasi.
siswa
iii. Guru membagikan soal untuk evaluasi dan siswa mengerjakan soal
66
vi. Guru memberi gambaran jawaban soal yang telah dikerjakan
c. Observasi
guru pengajar dan observer. Dari pengamatan yang dilakukan pada siklus II,
1). Para siswa sudah tampak menunjukkan perhatian yang besar sewaktu
guru memberikan apersepsi. Hanya tinggal dua anak saja yang duduk
2). Siswa sudah lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, terlihat dari
pelajaran.
3). Kegiatan diskusi sudah semakin hidup, karena siswa sudah semakin
kepercayaan diri.
5). Siswa yang aktif mengerjakan tugas di kelas secara lengkap dengan
tepat waktu dan benar sudah lebih meningkat, tercatat ada 21 siswa.
6). Prestasi belajar dimensi tiga siswa sudah meningkat. Hal ini
67
belajar, yaitu dari 55,26 % pada siklus I menjadi 73,68 % pada siklus
II.
sendiri.
8). Guru dalam menerangkan materi sudah tidak terlalu cepat, meskipun
d. Refleksi
dimensi tiga.
2). Siswa sudah lebih berani untuk bertanya, menunjukkan bahwa ada
kedekatan antara guru dan siswa, dengan kata lain guru bukanlah
3). Guru telah memberikan perhatian dan bimbingan dalam proses diskusi
4). Guru sudah dapat memberikan rasa percaya diri pada siswa, bahwa ia
68
5). Guru sudah dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa
6). Sudah ada peningkatan prestasi belajar, meskipun belum seperti yang
diharapkan.
7). Guru sudah dapat menarik perhatian siswa untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
materi.
kemampuan siswa.
10) Guru perlu memberikan penguatan kepada siswa bisa berupa pujian
Dari hasil refleksi pada siklus kedua ini dapat dikatakan bahwa
kriteria ketuntasan yang telah ditentukan. Oleh karena itu perlu dilakukan
69
3). Guru lebih sering melakukan pendekatan dengan siswa agar siswa
diskusi.
5). Guru perlu memberikan penguatan berupa pujian atau tambahan nilai
juga pada siswa yang bisa menyelesaikan soal dengan tepat waktu dan
7). Guru harus selalu mengontrol diri agar dalam menyampaikan materi
yang beragam.
a. Perencanaan
siklus II. Pada siklus III ini guru (peneliti) masih berkolaborasi dengan
70
diharapkan. Kegiatan pada siklus ketiga merupakan kegiatan yang sama
siklus III ini guru lebih memfokuskan diri sebagai motivator dengan jalan
memberi penguatan yang berupa pujian atau tambahan nilai kepada siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
siswa.
71
vi. Guru menjelaskan materi dimensi tiga tentang bangun-bangun ruang
mana yang belum jelas, sambil terus berinteraksi dengan siswa, agar
siswa.
rendah.
xii. Guru memberi hadiah berupa tambahan nilai bagi siswa-siswa yang
72
ii. Guru menanyakan kondisi siswa dengan tujuan untuk menciptakan
iv. Guru menerangkan materi dimensi tiga yaitu tentang kedudukan titik,
sesama siswa.
viii. Guru bersama siswa membahas soal-soal latihan, bagi siswa yang
73
ii. Guru membagikan soal evaluasi, dan mengingatkan siswa untuk
iii. Guru mengingatkan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan teliti
vi. Guru membagikan lembar angket motivasi untuk diisi siswa dan
dimensi tiga.
c. Observasi
oleh peneliti sebagai guru pengajar dan observer. Hasil observasi pada
sangat baik.
2). Pada saat apersepsi semua siswa memperhatikan dengan tenang dan
antusias.
74
4). Pada saat penyampaian materi, tanya jawab antara guru dan siswa
semakin dominan. Siswa sudah tidak merasa takut dan malu untuk
pendapatnya.
7). Siswa yang mengerjakan soal latihan dengan waktu yang tepat dan
8). Prestasi belajar dimensi tiga siswa meningkat yang ditandai dengan
pencapaian nilai rata-rata dari 68,16 menjadi 77,11. Jumlah siswa yang
demikian pada siklus III ini telah tercapai kriteria ketuntasan yang
ditentukan.
kondisi awal.
12). Guru sudah bisa menyesuaikan soal-soal latihan dengan kebutuhan dan
mengerjakan.
75
d. Refleksi
siswa, peneliti dan observer. Adapun hasil refleksi pada siklus III adalah
sebagai berikut:
membosankan.
dipahami.
ii. Agar dalam melaksanakan dengan metode ini dapat lebih baik, guru
membuat powerpoint.
76
media pembelajaran dapat memotivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran.
D. Hasil Penelitian
Tabel IV-1 Hasil Angket Motivasi Siswa terhadap Pembelajaran Dimensi Tiga
77
15 Lailatul Rahmah 68 127 86.76
16 Mamas Yulianti 96 151 57.29
17 Margareta Sri Wahyuni 69 130 88.41
18 Maya Maysaroh 73 131 79.45
19 Mursid Risdianto 69 127 84.06
20 Nita Yulianti 73 145 98.63
21 Nur Cahyani 95 159 67.37
22 Reni Saputri 72 141 98.59
23 Richa Patmawati 71 140 97.18
24 Samiyati 73 143 95.89
25 Syamsudin 68 133 95.59
26 Septi Rahayu 81 152 87.65
27 Siti Leastari 78 150 92.31
28 Sitii Solechah 77 137 77.92
29 Ridho Maulana 74 141 90.54
30 Susanto 75 145 93.33
31 Symsiyah 80 150 87.50
32 Tegar Tri Hatmoko 95 167 75.79
33 Tri Lestari 78 151 93.59
34 Trie Lestari Handayani 83 160 92.77
35 Triana 80 158 97.50
36 Wawan Dwi Prayitno 82 161 96.34
37 Yasin Syafitri 78 150 92.31
38 Yuyun Astutik 83 160 92.77
Jumlah 2889 5356 3269.841
Rata-rata 76.0 140.9 86.0
diberikan lagi kepada siswa setelah selesai penelitian tindakan kelas, untuk
Dari tabel IV-1 terlihat adanya peningkatan skor motivasi dari masing-
78
Tabel IV-2 Hasil Belajar Dimensi Tiga pada Siklus I
79
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I, terlihat adanya peningkatan
80
28 Siti Solechah 60 70 16,67
29 Ridho Maulana 55 55 0,00
30 Susanto 55 70 27,27
31 Symsiyah 50 55 10,00
32 Tegar Tri Hatmoko 80 85 6,25
33 Tri Lestari 65 75 15,39
34 Trie Lestari Handayani 60 70 16,67
35 Triana 50 50 0,00
36 Wawan Dwi Prayitno 60 70 16,67
37 Yasin Syafitri 40 50 25,00
38 Yuyun Astutik 75 80 6,67
Jumlah 2275 2590 543.78
Rata-rata 59.87 68.16 14.31
Dari hasil belajar pada siklus II, nampak adanya peningkatan prestasi
minimal (60), namun secara individual banyaknya siswa yang mencapai standar
ketuntasan minimal belum mencapai 75% dari keseluruhan jumlah siswa. Dengan
81
11 Hartini 60 70 16,67
12 Ika Monika Nia Astuti 65 75 15,39
13 Jhadi Wiratmoko 80 90 12,50
14 Juwita Nurani 65 75 15,39
15 Lailatul Rahmah 70 80 14,29
16 Mamas Yulianti 85 90 5,88
17 Margareta Sri Wahyuni 80 85 6,25
18 Maya Maysaroh 70 70 0,00
19 Mursid Risdianto 40 50 25,00
20 Nita Yulianti 75 85 13,33
21 Nur Cahyani 90 95 5,56
22 Reni Saputri 70 75 7,14
23 Richa Patmawati 65 70 7,69
24 Samiyati 45 55 22,22
25 Syamsudin 75 80 6,67
26 Septi Rahayu 65 75 15,39
27 Siti Lestari 80 85 6,25
28 Siti Solechah 70 80 14,29
29 Ridho Maulana 55 60 9,09
30 Susanto 70 70 0,00
31 Symsiyah 55 60 9,09
32 Tegar Tri Hatmoko 85 85 0,00
33 Tri Lestari 75 80 6,67
34 Trie Lestari Handayani 70 75 7,14
35 Triana 50 65 30,00
36 Wawan Dwi Prayitno 70 80 14,29
37 Yasin Syafitri 50 50 0,00
38 Yuyun Astutik 80 90 12,50
Jumlah 2590 2880 470.02
Rata-rata 68.16 75.79 12.37
tersebut cukup signifikan karena baik secara klasikal maupun individual dapat
82
E. Pembahasan
dilakukan tindakan. Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap hasil belajar
media pembelajaran untuk mengajarkan materi dimensi tiga. Setiap siklus terdiri
30-39 5 13,16
40-49 11 28,95
50-59 10 26,31
60-69 7 18,42
70-79 5 13,16
80-89 0 0,00
83
90-99 0 0,00
Rata-rata 50,66
Dari tabel IV-5 dapat diketahui kondisi awal hasil belajar dimensi tiga
sebelum diberikan tindakan, dapat kita lihat bahwa secara klasikal nilai rata-rata
hasil belajar siswa 50,66 belum mencapai standar ketuntasan minimal yang
ditentukan yaitu 60. Demikian pula secara individual masih banyak siswa yang
hasil belajarnya masih dibawah standar ketuntasan belajar minimal yaitu sebanyak
26 siswa. Hal itu menunjukkan bahwa proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru belum mencapai hasil yang optimal. Penyebabnya bisa berasal dari guru
maupun siswa, dari guru mungkin karena pemilihan metode yang kurang tepat
siswa rendah. Sedangkan dari siswa yaitu rendahnya motivasi belajar, dan kurang
aktifnya siswa dalam pembelajaran. Salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan
siswa
Tabel IV-6 Hasil Belajar Dimensi Tiga Selama Proses Pembelajaran dalam Tiga
Siklus
84
40-49 6 15,79 2 5,26 0 0,00
Tabel IV-7 Prosentase Hasil Belajar Dimensi Tiga dalam Tiga Siklus
Dari tabel IV-6 dan IV-7 dapat dilihat hasil tindakan dari tiap siklus.
Pada siklus I jumlah anak yang mendapat nilai < 60 sebanyak 17 anak, sedangkan
mencapai ketuntasan belajar baru 55,26 %, sedangkan nilai rata-rata kelas 59,87.
Jika dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal, pada siklus I ini telah
85
ditentukan pada penelitian ini. Dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran pada
itu datang baik dari guru maupun dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari sebagian
siswa yang masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Guru terlalu cepat
siswa akan tugas yang diberikan oleh guru masih rendah, ini terjadi karena guru
memberikan soal dan waktu untuk mengerjakan tidak seimbang. Waktu yang
sempit cenderung membuat siswa mengerjakan tugas kurang cermat, yang penting
selesai. Disamping itu interaksi siswa dan guru juga kurang, mengakibatkan siswa
Pada siklus II nilai rata-rata kelas 68,16, jumlah anak yang mendapat
nilai < 60 sebanyak 10 anak atau 26,32 % dari jumlah seluruh siswa, sedangkan
jumlah anak yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 28 siswa atau 73,68 % dari
jumlah seluruh siswa. Dari hasil tersebut terlihat adanya peningkatan hasil belajar
siswa bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Meskipun nilai
rata-rata kelas sudah diatas standar ketuntasan minimal, namun sesara individual
jumlah siswa yang hasil belajarnya mencapai standar ketuntasan minimal masih
kurang dari 75 % dari jumlah seluruh siswa. Sehingga belum mencapai indikator
kinerja yang ditentukan pada penelitian ini, maka masih perlu dilanjutkan siklus
III yang didasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada siklus II.
86
Pada siklus III terlihat banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 60
sebanyak 35 siswa atau 92,11 % dengan rata-rata kelas sebesar 75,79. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus III ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibandingkan hasil belajar siswa pada kondisi awal sebelum
dilakukan tindakan maupun hasil belajar siswa pada siklus sebelumnya. Selain itu
hasil belajar siswa yang dicapai pada siklus III sudah memenuhi indikator kinerja
pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, hal ini dapat
ditunjukkan dalam tabel IV-1 yang menunjukkan perbandingan kondisi awal dan
kondisi akhir motivasi belajar siswa pada pembelajaran dimensi tiga, dimana
kebenarannya.
87
BAB V
PENUTUP
H. Kesimpulan
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari temuan di
kelas, baik yang ditunjukkan dalam proses kegiatan belajar mengajar maupun
Dari segi proses kegitan belajar ditunjukkan oleh: a) Siswa merasa percaya
diri dan lebih berani mengemukakan pendapat dan jawaban setelah proses
pelajaran yang diberikan oleh guru dan terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
Sedangkan dari hasil angket motivasi terlihat adanya peningkatan yang cukup
signifikan antara motivasi belajar siswa pada korndisi awal dengan motivasi
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai akhir
dan rata-rata kelas yang mengalami peningkatan dari siklus I dengan capaian
siswa tuntas belajar 55,26 % dari total siswa, sampai siklus II dengan capaian
88
I. Implikasi
secara aktif.
C. Saran
1. Bagi Sekolah
2. Bagi Siswa
89
guru, namun ditentukan juga oleh siswa sebagai faktor utama yang
3. Bagi Guru
pembelajarannya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Agung Cahyo Hartono. 2007. Pengaruh Penggunaan Alat Peraga dan Minat
Belajar Terhadap Penguasaan Konsep Matematika pada Siswa Kelas IX
Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Sukoharjo. Surakarta:
Program Pascasarjana UNS.
Azhar Arsyad. 1996. Media Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.
Mulyadi Sumantri & Johar Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :
CV Maulana.
91
Nana Sudjana. 1996. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remadja Rosdakarya.
Ruseffendi ET. 1999. Pengajaran Matematika Untuk Orang Tua Guru dan SPG.
Bandung: Tarsito.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester SKS.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
92
93