Anda di halaman 1dari 8

BioEdu Vol.4 No.

1
ISSN: 2302-9528 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi Januari 2015

VALIDITAS DAN KEPRAKTISAN LEMBAR KEGIATAN SISWA SISTEM EKSKRESI


BERBASIS METAKOGNITIF DENGAN DIAGRAM VEE UNTUK MELATIH KEMAMPUAN
METAKOGNITIF SISWA SMA
Rizka Putri Novitasari
Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,
Jalan Ketintang Gedung C3 Lt.2 Surabaya 620231
e-mail: riizqh@gmail.com

Tjandrakirana dan Nur Kuswanti


Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya
Jalan Ketintang Gedung C3 Lt. 2 Surabaya 60231

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sistem ekskresi berbasis metakognitif
dengan diagram Vee yang valid dan praktis digunakan untuk melatih kemampuan metakognitif siswa di
Kelas XI SMA. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4-D, namun hanya
sampai dilakukan pada tahap pengembangan. Validitas LKS ditentukan dari hasil validasi oleh para
validator, sedangkan kepraktisan ditentukan dari hasil keterlaksanaan pembelajaran dengan LKS yang
dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan LKS memiliki validitas yang sangat tinggi dengan skor rata-
rata sebesar 3.5-4. Sementara, kepraktisan LKS menunjukkan hasil keterlaksanaan pembelajaran di tiga
pertemuan yang masing-masing memperoleh persentase sebesar 100% (pertemuan I), 98% (pertemuan II),
dan 93% (pertemuan III).
Kata kunci : Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Sistem Ekskresi, Metakognitif dengan Diagram Vee,
Kemampuan Metakognitif

Abstract
This research aimed to produce student worksheets of excretion system based on metacognitive with Vee
diagram which are valid and practically used to train the metacognitive skills of Senior High School
students of grade XI. The development models used in this study was the 4-D model, it was done until
just the stage of development.
Student worksheet validity determined based on the results of the validation, while practicality as
determined based on the results of the learning implication using student worksheets developed. The
results showed student worksheet has a very high validity with an average score of 3.5-4. Meanwhile,
practicality student worksheet shows the results of feasibility study in three meetings. Each meating earns a
percentage of 100% (first meeting), 98% (second meeting), and 93% (meetings III).
Keywords: Student worksheet, Excretion system, Metacognitive ability, Vee Diagram

sendiri (PPG, 2013). Pembelajaran seperti ini


PENDAHULUAN mengakibatkan siswa menjadi kurang memahami konsep
Proses pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum yang dipelajari, sebab tidak berkesempatan untuk
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seharusnya lebih mengembangkan kemampuan kognitif dalam diri.
dipusatkan kepada peran aktif siswa sebagai subjek Melatih kemampuan kognitif dibutuhkan kesadaran pada
transformasi belajar pembangun pengetahuan (Depdiknas, diri sendiri untuk menilai kemampuan berpikir, yakni
2003). Kenyataannya, pembelajaran Biologi di sekolah mengontrol proses kognitif yang dikenal sebagai
lebih banyak mengajarkan siswa menghafal fakta-fakta kemampuan metakognitif. Menurut Flavell (1976),
dengan sedikit penekanan pada proses berpikir untuk metakognitif merupakan sistem regulasi yang mencakup
membangun pengetahuan. Pembelajaran yang digunakan pengetahuan, pengalaman, tujuan, dan strategi.
lebih banyak mengajarkan pada pemberian konsep yang Metakognitif penting dikembangkan untuk membantu
sudah tertulis di dalam buku dan Lembar Kegiatan Siswa siswa menentukan bagaimana mereka dapat belajar secara
(LKS), sehingga lebih menekankan pada hafalan daripada lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya kognitif,
mencari dan membangun pengetahuan dari konsep itu dengan cara mempertajam kemampuan metakognitifnya.

Rizka Putri Novitasari, dkk: Validitas dan Kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa Sistem Ekskresi 770
BioEdu Vol.4 No.1
ISSN: 2302-9528 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi Januari 2015

Sternberg (2006) berpendapat bahwa seseorang yang metabolisme dalam tubuh oleh organ-organ ekskresi
berketerampilan metakognitif baik akan mencari tahu seperti hati, ginjal, kulit, dan paru-paru. Materi ini sangat
bagaimana ia dapat mengerjakan tugas atau sejumlah dekat dengan kehidupan sehari-hari, namun juga besifat
abstrak karena proses ekskresi terjadi secara fisiologis di
pekerjaan tertentu dengan tetap memastikan bahwa tugas
dalam tubuh, misalnya urin yang diekskresikan oleh
atau pekerjaan tersebut telah dikerjakannya secara benar. ginjal mengandung air dan bahan terlarut seperti NaCl,
Hasil wawancara dengan guru Biologi dan siswa, urea, asam urat, dan kreatinin. Kandungan zat dalam urin
serta pengalaman PPL di salah satu sekolah Surabaya, dapat diketahui dengan melakukan suatu uji, misalnya
ternyata ditemukan bahwa pada kegiatan belajar siswa untuk mengetahui kandungan glukosa dalam urin dapat
kebanyakan masih sulit memahami konsep-konsep menggunakan uji benedict. Jadi untuk memperoleh
Biologi, khususnya pada kegiatan praktikum materi konsep yang diharapkan, siswa perlu memahami proses-
sistem ekskresi (uji urin manusia). Beberapa di antara proses belajar dalam kegiatan praktikumnya. Hal tersebut
mereka berpendapat bahwa LKS yang digunakannya menunjukkan untuk mendapatkan pemahaman mengenai
kurang memotivasi, sehingga tidak dapat memunculkan materi sistem ekskresi beserta konsep maupun prinsip
ide-ide untuk menemukan konsep dalam LKS. Selain itu, dalam pembelajaran kegiatan praktikum, dibutuhkan
mereka selama ini hanya mengenal prosedur berpikir suatu desain praktikum yang dapat memfasilitasi siswa
ilmiah dan tidak terbiasa menggunakannya, seperti untuk mengembangkan kemampuan metakognitifnya.
misalnya dalam menentukan apa yang harus diamati dan Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan LKS
menjelaskan objek maupun peristiwa yang terjadi dalam sistem ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram
pembelajaran prosesnya. Hal tersebut mengakibatkan
siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan Vee yang valid dan praktis.
metakognitif dalam dirinya sendiri.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk METODE
mengembangkan kemampuan metakognitif adalah Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan
dengan melatihkan keterampilan proses melalui diagram yang mengacu pada model pengembangan 4-D (four-D),
Vee. Diagram Vee memiliki bentuk “V” yang tersusun dan dilakukan hanya sampai pada tahap pengembangan
atas beberapa komponen keterampilan proses (Novak & (develop). Sasaran penelitian ini adalah LKS sistem
Gowin, 1984). Sebagaian komponen tersebut menempati ekskresi berbasis metakognitif dengan diagram Vee yang
sisi konseptual (berfikir) di bagian kiri dan lainnya diujicobakan pada 30 siswa kelas XI IPA SMA.
berada pada sisi metodologi (melakukan) di bagian Instrumen yang digunakan meliputi lembar validasi dan
kanan, di antara kedua sisi terdapat komponen fokus lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran.
pertanyaan dan prosedur yang menggambarkan peristiwa Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
atau objek dalam praktikum. Kedua sisi diagram Vee metode validasi dan metode observasi, selanjutnya
secara aktif saling berinteraksi untuk membantu dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Lembar Kegiatan
mengorganisir pengetahuan dalam memecahkan masalah Siswa dikategorikan valid jika hasil validasi mendapatkan
di komponen fokus pertanyaan. Selain itu secara rata-rata skor ≥ 2,51 dan praktis jika keterlaksanaan
langsung akan memperlihatkan hubungan antara pembelajaran ≥ 60%.
peristiwa dan objek yang diamati. Jadi komponen-
komponen diagram Vee akan mengarahkan siswa untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengembangkan kemampuan metakognitif yang berupa Data hasil penelitian pengembangan ini meliputi
pengetahuan kognitif dan regulasi kognitif dengan validitas dan kepraktisan LKS Sistem Ekskresi Berbasis
memperlihatkan keterkaitan antara proses berpikir dalam Metakognitif dengan Diagram Vee. Data validitas (Tabel
kegiatan yang dilakukannya. 1) dan kepraktisan LKS (Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4)
Penelitian yang dilakukan oleh Alvarez dan Risko diuraikan sebagai berikut.
(2007) mengenai efektivitas penggunaan diagram Vee Validitas LKS adalah kesahian LKS Sistem Ekskresi
untuk membantu siswa memahami konsep sains, Berbasis Metakognitif dengan Diagram Vee yang
menunjukkan bahwa diagram Vee adalah alat yang layak dinyatakan oleh para validator dengan dasar tinjauan dari
digunakan untuk mempelajari struktur pengetahuan dan syarat didaktis, teknis, dan konstruksi serta karakteristik
proses pembentukan pengetahuan yakni kemampuan LKS itu sendiri. Hasil validasi disajikan dalam Tabel 1
metakognitif. Komponen dalam diagram Vee dapat berikut.
membentuk keterkaitan antara pengetahuan lama dengan Tabel 1. Hasil Validasi LKS
pengetahuan baru yang diperoleh siswa. Sebuah diagram No. Butir Validasi
Skor Rata-
Kriteria
Vee, dalam penelitian ini merupakan sarana visual V1 V2 V3 V4 rata
SYARAT KONSTRUKSI
terstruktur sebagai desain LKS pada kegiatan praktikum A. IDENTITAS
di materi sistem ekskresi. Diagram Vee mampu 1. Judul 4 4 4 4 4 Sangat tinggi
memfasilitasi siswa untuk berfikir kritis dan dapat 2. Alokasi waktu
4 2 4 4 3,5 Sangat tinggi
diterapkan ketika mereka telah memahami konsep materi mengerjakan LKS
sistem ekskresi. 3. Tujuan pembelajaran 4 4 4 4 4 Sangat tinggi
4. Petunjuk penggunaan
Materi sistem ekskresi merupakan materi yang LKS
4 4 4 4 4 Sangat tinggi
mengajarkan siswa tentang konsep pengeluaran sisa

Rizka Putri Novitasari, dkk: Validitas dan Kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa Sistem Ekskresi 771
BioEdu Vol.4 No.1
ISSN: 2302-9528 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi Januari 2015

SYARAT KONSTRUKSI memaksimalkan kemampuan metakognitif yang dimiliki.


B. KEBAHASAAN Garrett, et al (2007), mengungkapkan bahwa metakognitif
1. Bahasa 4 4 4 4 4 Sangat tinggi
2. Kalimat 4 4 4 4 4 Sangat tinggi
berkenaan dengan kesadaran seseorang dalam
mengoptimalkan pengetahuan kognitif pada tingkatan
paling tinggi. Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh
Skor Rata-
Prastowo (2012), bahwa jenis LKS yang melatih
No. Butir Validasi Kriteria keterampilan siswa dalam proses penemuan konsep
V1 V2 V3 V4 rata
SYARAT KONSTRUKSI (keterampilan proses) cenderung lebih sulit dikerjakan
C. ISI dari LKS yang hanya mengajarkan konseptual saja. Jadi
1. Materi 4 4 4 4 4 Sangat tinggi dapat dipahami, LKS tentu memiliki kompetensi dasar
2. Instruksi dan
Pertanyaan
4 4 4 4 4 Sangat tinggi yang cenderung berbobot untuk dikuasai oleh siswa.
3. Diagram Vee dalam Kompotensi dasar adalah cerminan yang digunakan
4 4 4 4 4 Sangat tinggi
LKS sebagai acuan untuk menentukan alokasi waktu
4. Alat dan Bahan 4 3,5 4 4 3,9 Sangat tinggi pengerjaan LKS. Sebab alokasi waktu dalam LKS yang
SYARAT TEKNIS dimaksudkan merupakan perkiraan waktu yang
(TAMPILAN)
1. Cover 4 4 4 4 4 Sangat tinggi dibutuhkan siswa untuk menguasai kompetensi dasar
2. Gambar dalam LKS 4 4 4 4 4 Sangat tinggi (Ibrahim, 2010). Atas dasar hal tersebut, maka dapat
SYARAT DIDAKTIK diperkirakan bahwa alokasi waktu yang dibutuhkan siswa
1. Penekanan terhadap untuk mengerjakan LKS, dapat lebih dari 85 menit.
proses untuk
Namun, pertimbangan lain seperti peraturan sekolah juga
menemukan konsep- 4 4 4 4 4 Sangat tinggi
konsep melalui perlu diperhitungkan. Karena dalam penelitian ini sekolah
diagram Vee. hanya memberikan waktu sebanyak 90 menit untuk setiap
2. Tidak memperhatikan pertemuan, maka alokasi waktu dalam LKS hanya dibuat
perbedaan kemampuan 4 3 4 4 3,8 Sangat tinggi sebanyak 85 menit. Selain itu, dua pertemuan yang
akademik individu.
3. Mengembangkan dirancang untuk membahas materi di LKS, dirasa cukup
kemampuan diberikan dengan cara memaksimalkan pembelajaran di
komunikasi sosial, 4 3 3 4 3,5 Sangat tinggi kelas.
emosional, dan Penilaian LKS dari segi kebahasaan yang meliputi
estetika pada siswa.
KARAKTERISTIK
penggunaan bahasa dan kalimat, masing-masing
DIAGRAM VEE memperoleh skor validitas sempurna (4) (Tabel 1). Hal ini
1. Materi Penting 4 4 4 4 4 Sangat tinggi mengartikan bahwa secara konstruksi, LKS telah memiliki
2. Fokus Pertanyaan 4 4 4 4 4 Sangat tinggi kebahasaan yang sangat baik. Menurut Depdiknas (2004)
3. Prinsip Penting 4 4 4 4 4 Sangat tinggi penggunaan bahasa dan kalimat yang baik, jelas, serta
4. Konsep Penting 4 4 4 4 4 Sangat tinggi
5. Prosedur 4 4 4 4 4 Sangat tinggi
tepat, pada hakekatnya akan mempermudah siswa untuk
6. Catatan 4 4 4 4 4 Sangat tinggi memahami isi informasi di dalam LKS.
7. Transformasi 4 4 4 4 4 Sangat tinggi Penilaian LKS dari segi isi, secara keseluruhan
8. Simpulan 4 4 4 4 4 Sangat tinggi memperoleh skor validitas sempurna (4), kecuali pada
bagian alat dan bahan (praktikum) (3,9) (Tabel 1).
Berdasarkan Tabel 1, tinjauan dari syarat konstruksi, Seorang validator menilai, bahan praktikum yang
teknis, didaktik, dan karakteristik LKS, seluruh poin digunakan dalam LKS yaitu reagen Natrium Nitro
memperoleh kriteria validitas sangat tinggi dengan skor Fruocide, tidak dapat diperoleh dengan mudah di semua
rata-rata berkisar antara 3,5-4. Hal ini menunjukkan LKS sekolah. Artinya, kebermanfaatan LKS hanya dapat
yang dikembangkan telah sesuai dengan syarat-syarat digunakan di sekolah tertentu saja. Sebenarnya, pemilihan
LKS yang baik menurut Depdiknas (2004). Syarat bahan yang digunakan dalam LKS tidak harus terpaku
konstruksi terdiri dari identitas, kebahasaan, dan isi. pada reagen Natrium Nitro Fruocide, akan tetapi juga
Identitas merupakan ciri yang menggambarkan dapat diganti dengan reagen lain yang memiliki fungsi
karakteristik atau tujuan dibuatnya LKS. Menurut sama dengan reagen tersebut, seperti reagen seliwanof.
Depdiknas (2004) identitas yang jelas, sangat membantu Reagen Natrium Nitro Fruocide dipilih karena bahan ini
mempermudah LKS untuk dikenali. Berdasarkan Tabel 1, dianggap dapat ditemukan di sekitar sekolah. Hal ini
skor rata-rata validitas identitas secara keseluruhan sesuai dengan pendapat Sumiati & Asra (2009), bahwa
memperoleh nilai sempurna sebesar 4 kecuali pada bagian untuk menyusun LKS yang baik perlu
perkiraan alokasi waktu pengerjaan LKS (3,5) (Tabel 1). mempertimbangkan keberadaan sumber belajar di sekitar
Seorang validator menilai alokasi waktu yang tercantum lingkungan sekolah. Jadi bahan reagen Natrium Nitro
dalam LKS (sebesar 85 menit) terlalu singkat. Fruocide tidak diganti dengan reagen lain, karena dapat
Menurutnya, karakteristik LKS sebagai LKS yang ditemukan di sekitar sekolah.
melatihkan keterampilan proses dan kemampuan Syarat teknis atau tampilan terdiri dari bagian cover
metakognitif siswa, tentu akan membutuhkan waktu lebih dan gambar-gambar LKS. Hasil validasi menunjukkan,
lama ketika dikerjakan. Karena LKS cenderung seluruh skor rata-rata validitas syarat teknis memperoleh
menekankan pada proses penemuan yang mengarahkan nilai sempurna (4) (Tabel 1). Jadi LKS dapat dikatakan
siswa untuk bekerja dalam keterampilan proses dengan

Rizka Putri Novitasari, dkk: Validitas dan Kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa Sistem Ekskresi 772
BioEdu Vol.4 No.1
ISSN: 2302-9528 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi Januari 2015

memiliki tampilan yang sangat baik dan mudah dipahami memperoleh skor validitas sempurna (4) (Tabel 1). Hal itu
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Depdiknas (2004), memperlihatkan bahwa karakteristik diagram Vee pada
bahwa tampilan LKS yang baik pada dasarnya dapat LKS yang dikembangkan telah sesuai dengan tujuan
menyampaikan isi pesan secara efektif terhadap untuk melatih keterampilan proses dan kemampuan
penggunaan LKS itu sendiri. Tidak hanya itu, tampilan metakognitif siswa. Berdasarkan penelitian Gowin
LKS yang baik juga dapat menunjang antusiasme dan (Simon, 2006); Alvarez, M. C. & Risko. V. J. (2007); dan
motivasi belajar siswa untuk lebih memahami konsep dan Sari. P. S (2007), komponen-komponen diagram Vee
informasi yang disampaikan dalam LKS. dapat membantu siswa untuk memahami struktur
Syarat didaktik, di antaranya meliputi 1) penekanan pengetahuan yang dimiliki dan makna dari kegiatan yang
terhadap proses untuk menemukan konsep-konsep melalui dilakukannya. Jadi menggunakan diagram Vee sebagai
diagram Vee; 2) tidak memperhatikan perbedaan desain LKS, secara valid dapat membantu siswa
kemampuan akademik individu; dan 3) mengembangkan memahami setiap proses pembelajaran yang terjadi dalam
kemampuan komunikasi sosial, emosional, dan estetika dirinya sendiri.
siswa (Tabel 1). Di antara ketiga poin tersebut, hanya di Hasil validasi terhadap LKS Sistem Ekskresi Berbasis
poin pertama yang dapat memperoleh skor validitas Metakognitif dengan Diagram Vee mempengaruhi
sempurna (4). Karena seorang validator menilai kepraktisan LKS yang ditinjau dari keterlaksanaan
pernyataan pada poin kedua tidak sesuai dengan tingkat pembelajaran. Penjelasan mengenail keterlaksanaan
kesulitan LKS yang sebenarnya, maka skor validitas yang pembelajaran diuraikan pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel
didapat hanya sebesar 3,8. Validator memperkirakan 4 sebagai berikut.
bahwa siswa dengan kemampuan rendah akan
Tabel 2. Keterlaksanaan Pembelajaran pada Pertemuan 1
membutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakan LKS, Keterlaksanaan
dibanding dengan siswa yang memiliki kemampuan di No. Tahap-tahap Pembelajaran
P1 P2 P3
atas rata-rata. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Fase 1 Menyampaikan tujuan dan
pada syarat kontruksi (untuk identitas di bagian alokasi mempersiapkan siswa
waktu LKS), perkiraan tersebut juga tidak lain karena 1. Guru memulai pembelajaran dan
√ √ √
mempersiapkan siswa untuk belajar.
karakteristik LKS yang dikembangkan ditujukan untuk 2. Guru mendeskripsikan materi yang
melatih keterampilan proses dan kemampuan metakognitif akan dipelajari pada pertemuan ini dan
siswa. Di mana keterampilan proses melibatkan proses- menghubungkan pengetahuan dan/atau √ √ √
proses kognitif dan keterampilan metakognitif, yang pengalaman awal siswa dengan
mengajukan pertanyaan terbuka.
secara bertahap akan membawa pemikiran siswa pada
3. Guru memotivasi siswa dengan
pola berpikir tingkat tinggi. Pendapat tersebut sejalan menunjukkan gambar-gambar organ
dengan hasil klasifkasi pengetahuan menurut Anderson & penyusun sistem ekskresi dan √ √ √
Krathwohl (2001) yang menunjukkan bahwa pengetahuan mengaitkannya dengan kehidupan
sehari-hari.
metakognitif merupakan kelompok pengetahuan dengan
Guru menyampaikan tujuan
tingkatan tertinggi setelah pengetahuan faktual, 4. √ √ √
pembelajaran.
konseptual, dan prosedural. Jadi dapat dipahami bahwa Fase 2 Penyajian materi ajar kepada siswa
siswa dengan pemahaman kognitif yang rendah 5. Guru memberikan penjelasan atau
diperkirakan akan memerlukan waktu lebih lama untuk informasi tentang ginjal secara bertahap
mulai dari struktur dan fungsi ginjal,
dapat mencapai proses metakognitif yang diharapkan. √ √ √
proses pembentukan urin, serta macam-
Pada poin ketiga, skor rata-rata yang diperoleh sebesar macam gangguan/ kelainan penyakit di
3,5 adalah karena seorang validator menilai pernyataan ginjal.
dalam lembar rubrik validasi yang bertuliskan Fase 3 Membimbing pelatihan
“mencantumkan instruksi untuk mengarahkan siswa 6. Guru memberikan pertanyaan tentang
struktur dan fungsi ginjal, proses
tenang dalam mengerjakan LKS”, tidak sesuai dengan pembentukan urin, serta contoh √ √ √
fakta yang nantinya terjadi di lapangan. Sebab proses beberapa gangguan/kelainan penyakit di
kegiatan diskusi LKS yang menjadi bagian dari ginjal.
pelaksanaan pembelajaran, justru akan membuat siswa 7. Guru meminta siswa mendiskusikan
jawaban atas pertanyaan yang telah
aktif berinteraksi di kelas, dan tentunya tidak membuat diberikan, dengan teman sebangku.
siswa tenang seperti yang digambarkan pada pernyataan √ √ √
Diharapkan siswa dapat bekerja sama
tersebut. Sebenarnya, makna penulisan “tenang dalam dan memiliki sikap tanggung jawab
mengerjakan LKS” yang dimaksudkan di pernyataan dengan tugas yang diberikan.
8. Guru meminta salah satu siswa untuk
tersebut adalah siswa tidak berbuat gaduh ketika mempersentasikan hasil diskusinya.
pembelajaran berlangsung. Jadi selama pembelajaran, Diharapkan siswa dapat √ √ √
siswa fokus berkonsentrasi (dengan tenang) baik dalam mengemukakan ide, bertanya, dan
kondisi diskusi maupun saat mengerjakan LKS. menghargai pendapat teman.
Fase 4 Mengecek pemahaman dan
Karakteristik diagram Vee yang meliputi komponen- memberikan umpan balik
komponen diagram Vee seperti materi penting, fokus 9. Guru melakukan tanya jawab dengan
pertanyaan, prinsip penting, konsep penting, prosedur, memberikan pertanyaan kepada siswa √ √ √
catatan, transformasi, dan simpulan, secara keseluruhan dari apa yang telah dijelaskan.
10. Guru memberikan umpan balik √ √ √

Rizka Putri Novitasari, dkk: Validitas dan Kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa Sistem Ekskresi 773
BioEdu Vol.4 No.1
ISSN: 2302-9528 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi Januari 2015

terhadap jawaban siswa. 7. Guru memberikan penjelasan tentang


Fase 5 Memberi kesempatan latihan uraian materi dan informasi yang ada √ √ √
lanjutan dan penerapan kepada siswa di dalam diagram Vee.
11. Guru meminta siswa untuk 8. a. Guru mengarahkan siswa membaca
menyimpulkan materi yang telah √ √ √ dan memahami uraian materi
dipelajari pada pertemuan ini. glukosa urin di LKS.
Guru memberi kesimpulan dari materi b. Guru membimbing siswa
12. √ √ √ mengidentifikasi materi penting
yang telah diajarkan. √ √ √
glukosa urin.
c. Guru mengarahkan siswa untuk
membuat pertanyaan atau rumusan
masalah berdasarkan materi penting
yang telah dibuat.
Keterlaksanaan
No. Tahap-tahap Pembelajaran
P1 P2 P3 Keterlaksanaan
13. Guru memberi siswa tugas rumah untuk No. Tahap-tahap Pembelajaran
P1 P2 P3
membuat rangkuman singkat tentang Fase 2 Menyajikan materi ajar kepada siswa
√ √ √
gangguan sistem ekskresi (ginjal) pada 8. a. Guru mengarahkan siswa membaca
pengidap diabetes melitus. dan memahami uraian materi protein
Tahap yang terlaksana 100% 100% 100% urin di LKS.
Sangat Sangat Sangat b. Guru membimbing siswa
Kriteria
baik baik baik mengidentifikasi materi penting √ √ √
tentang protein urin.
Tabel 2 menunjukkan perolehan persentase c. Guru mengarahkan siswa membuat
rumusan masalah dari materi penting
keterlaksanaan pembelajaran di pertemuan pertama yang telah dibuat.
sebesar 100% (sempurna). Hal ini memperlihatkan bahwa a. Guru mengarahkan siswa membaca
semua tahap pembelajaran di pertemuan pertama dapat dan memahami uraian materi keton
terlaksana dengan baik. Diperkirakan karena model urin di LKS.
b. Guru membimbing siswa
pembelajaran di pertemuan tersebut menggunakan model mengidentifikasi materi penting
pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung) √ √ √
tentang keton urin.
yang menekankan pada penguasaan konsep siswa dengan c. Guru mengarahkan siswa untuk
lebih menitikberatkan peran aktif guru sebagai pemberi membuat pertanyaan atau rumusan
masalah berdasarkan materi penting
informasi di kelas (Arends, 2001). Jadi dapat dipahami yang telah dibuat.
bahwa peran siswa tidak banyak dilibatkan dalam Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam
pembelajaran di pertemuan tersebut, sehingga hambatan kelompok belajar
yang ditemukan juga tidak begitu banyak (Tabel 3). 9. Guru mengorganisasikan siswa dalam
kelompok beranggotakan 3 orang,
Selain itu, pada pembelajaran ini siswa tidak ditugaskan untuk mengerjakan tugas yang
untuk mengerjakan LKS, namun hanya mendalami materi √ √ √
dipandu dengan LKS. Diharapkan
sistem ekskresi manusia (uji urin). siswa dapat bertanggung jawab
dalam tugas kelompok.
Tabel 3. Keterlaksanaan Pembelajaran pada Pertemuan 2 Fase 4 Membimbing setiap kelompok dalam
Keterlaksanaan belajar dan bekerja
No. Tahap-tahap Pembelajaran
P1 P2 P3 10. Siswa melakukan diskusi, sementara
Fase 1 Menyampaikan tujuan pembelajaran guru membimbing kelompok yang
dan memotivasi siswa mengalami kesulitan dalam
1. Guru memulai pembelajaran dan mengidentifikasi prinsip penting, √ √ √
√ √ √
mempersiapkan siswa untuk belajar. konsep penting, maupun membuat
2. Guru mengingatkan kembali materi langkah kerja tentang glukosa urin,
yang telah dipelajari pada pertemuan protein urin, dan keton urin.
sebelumnya, dengan memberikan √ √ √ Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar dan kerja
pertanyaan seputar organ ginjal setiap kelompok
sebagai sistem ekskresi. 11. Guru mengarahkan siswa bersama-
Guru memotivasi siswa dengan sama membahas kembali komponen √ √ √
menunjukkan gambar-gambar tentang diagram Vee yang telah dikerjakan.
gejala penyakit diabetes melitus yang 12. Guru memberi kesempatan siswa
3. √ √ √
terjadi pada kehidupan sehari-hari. untuk bertanya apabila ada yang √ √ √
Diharapkan siswa memiliki sikap belum dimengerti.
ingin tahu. 13. Guru mengulang kembali poin-poin
Guru menyampaikan tujuan penting pada komponen diagram Vee
4. √ √ √ √ √ √
pembelajaran. yang telah dikerjakan siswa, untuk
Fase 2 Menyajikan materi ajar kepada siswa menguatkan pemahaman mereka.
5. Guru membagikan LKS dan angket Guru memberikan penghargaan
pretest pada siswa, kemudian kepada kelompok yang paling aktif
√ √ √
menjelaskan petunjuk mengerjakan 14. bertanya, bekerjasama, – √ √
LKS. mengemukakan ide, dan
6. Guru memberikan kesempatan pada menghargai pendapat teman.
siswa untuk memahami isi LKS dan Persentase tahap yang terlaksana 93% 100% 100%
√ √ √
mengerjakan angket pretest yang telah Sangat Sangat Sangat
Kriteria
dibagikan. baik baik baik

Rizka Putri Novitasari, dkk: Validitas dan Kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa Sistem Ekskresi 774
BioEdu Vol.4 No.1
ISSN: 2302-9528 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi Januari 2015

kelompok-kelompok belajar
Tabel 3 menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran 6. Guru mengistruksikan siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok yang
dengan LKS memperoleh persentase sebesar 98% (Tabel sama seperti pada pertemuan
3). Hal tersebut memperlihatkan bahwa telah terjadi √ √ √
sebelumnya. Diharapkan siswa dapat
penurunan persentase keterlaksanaan sebesar 2% dari bertanggung jawab dalam tugas
pertemuan pertama. Jadi dapat dipahami, tidak semua kelompok.
7. Guru menginstruksikan siswa untuk
tahap pembelajaran di pertemuan kedua terlaksana memahami kembali materi dan sisi
dengan baik. Salah satu pengamat menilai tahap √ √ √
konseptual diagram Vee yang telah
pembelajaran di fase keenam tidak terlaksana karena guru dikerjakan di pertemuan sebelumnya.
memulai tahap tersebut ketika bel pergantian jam
pembelajaran berbunyi. Penyebabnya di fase
pembelajaran kedua guru memberikan tambahan waktu
untuk membimbing siswa yang belum terampil membuat
rumusan masalah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Bingham (Suraksumah, 2011) bahwa seseorang yang No. Tahap-tahap Pembelajaran
Keterlaksanaan
banyak melakukan latihan tertentu, dimungkinkan dapat P1 P2 P3
Fase 4 Membimbing setiap kelompok dalam
mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan belajar dan bekerja
keterampilan khusus yang diinginkan. Jadi adanya 8. Guru mengingatkan siswa untuk
tambahan bimbingan dari guru diharapkan dapat membaca Pedoman Pengisian
membuat siswa dapat memahami proses belajar dalam Diagram Vee dan tugas yang
√ √ √
dikerjakan pada pertemuan
membuat rumusan masalah. Selain itu, di fase sebelumnya, sebelum melanjutkan
pembelajaran keempat siswa meminta guru untuk tugas yang lain.
menambah waktu pembelajaran untuk menyelesaikan 9. Guru menginstruksikan siswa untuk
√ √ √
tugas LKSnya.Karena kedua faktor tersebut, maka membagi tugas dalam kelompok.
keterlaksanaan pembelajaran di fase keenam menjadi 10. Guru membimbing siswa melakukan
aktivitas berkelompok untuk mengisi
tidak tepat waktu. komponen diagram Vee di sisi
Kendati demikian, hasil tinjauan para pengamat Metodologi (melakukan), terdiri dari
terhadap pelaksanaan pembelajaran di pertemuan kedua menyiapkan alat dan bahan,
tersebut, membuktikan bahwa siswa membutuhkan waktu melakukan praktikum,
mencatat/merekam hasil pengamatan,
lebih panjang untuk dapat mengerjakan LKS yang √ √ √
mentransformasi/ mengelompokkan
diberikan (Tabel 3). Seperti yang diungkapkan oleh salah data hasil pengamatan, dan
satu validator sebelumnya, LKS melatihkan keterampilan menyimpulkan hasil pengamatan.
proses dan metakognitif yang diperkirakan tidak mudah Kemudian mengisi Interpretasi
diagram Vee yaitu menjelaskan
dikerjakan. Terlebih lagi LKS yang dikembangkan, hubungan antara penyakit diabetes
dirasa cukup baru bagi siswa, sehingga membutuhkan melitus dengan hasil uji urin.
waktu lebih lama untuk benar-benar dapat mencapai 11. Guru memberi kesempatan siswa
kompetensi dalam LKS. untuk mempersentasikan hasil kerja √ √ √
kelompok di depan kelas.
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar dan kerja
Tabel 4. Keterlaksanaan LKS pada Pertemuan 3 tiap kelompok
Keterlaksanaan 12. Guru mengarahkan siswa bersama-
No. Tahap-tahap Pembelajaran
P1 P2 P3 sama membahas kembali komponen √ √ √
Fase 1 Menyampaikan tujuan pembelajaran diagram Vee yang telah dikerjakan.
dan memotivasi siswa 13. Guru memberi kesempatan siswa
1. Guru memulai pembelajaran dan untuk bertanya apabila ada yang √ √ √
√ √ √
mempersiapkan siswa untuk belajar. belum dimengerti.
2. Guru mengingatkan kembali materi di 14. Guru mengulang kembali poin-poin
LKS yang telah dipelajari pada penting pada komponen diagram Vee
√ √ √
pertemuan sebelumnya, dengan yang telah dikerjakan siswa, untuk
memberikan pertanyaan-pertanyaan √ √ √ menguatkan pemahaman mereka.
seputar materi tersebut. Kemudian Fase 6 Memberi penghargaan pada
melanjutkan kembali kegiatan belajar kelompok terbaik
dengan hirarki diagram Vee. 15. Guru memberikan penghargaan
3. Guru memotivasi siswa dengan kepada kelompok yang paling aktif
mengkaitkan bertanya, bekerjasama, – – –
peristiwa sehari-hari pada materi di √ √ √ mengemukakan ide, dan
LKS. Diharapkan siswa memiliki menghargai pendapat teman.
sikap ingin tahu. Persentase tahap yang terlaksana 93% 93% 93%
Guru menyampaikan tujuan Sangat Sangat Sangat
4. √ √ √ Kriteria
pembelajaran. baik baik baik
Fase 2 Menyajikan materi ajar dengan cara
mendemonstrasikan informasi.
Guru memberikan penjelasan atau
Tabel 4 menunjukkan perolehan persentase
5. √ √ √ keterlaksanaan yang semakin menurun dari dua
informasi tentang uji urin.
Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam pertemuan sebelumnya, yakni dengan total hanya sebesar

Rizka Putri Novitasari, dkk: Validitas dan Kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa Sistem Ekskresi 775
BioEdu Vol.4 No.1
ISSN: 2302-9528 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi Januari 2015

93%. Semua pengamat menilai, tahap pembelajaran di PPG. 2013. Pembelajaran Kontekstual. Diakses pada
fase keenam (terakhir) tidak terlaksana. Karena tanggal 18 Maret 2014
terbatasnya waktu pembelajaran yang dimiliki guru, dan http://www.ppgpapua.net/berita-141-pembelajaran-
kegiatan belajar sebaliknya semakin banyak melibatkan kontekstual.html.
interaksi dengan siswa di kelas. Guru sebagai fasilitator
Flavell, J. H. 1976. Metacognitive Aspects of Problem
bertugas membimbing dan mengarahkan siswa belajar
Solving. In L. B. Resnick (Ed.), The nature of
kondusif. Hambatan yang ditemui ketika mengkondisikan
intelligence (pp.231-236). Hillsdale, NJ: Erlbaum.
siswa dengan jumlah banyak dan kemampuan intelektual
Diakses pada tanggal 2 Mei 2013
yang berbeda-beda adalah menanggapi pertanyaan
http://tip.psychology.org/meta.html.
beberapa siswa yang sebenarnya saling menanyakan hal
yang serupa. Jadi siswa sering bertanya mengenai hal-hal Sternberg, R.J. 2006. Cognitive Psychology. Belmont,
yang sebelumnya telah dijelaskan oleh guru. CA : Thomson Wadsorth. Diakses pada tanggal 12
Permasalahan mereka adalah lemah dalam kemampuan Mei 2013
mengelola data hasil pengamatan dengan cermat dan http://www.cengagebrain.co.nz/content/sternberg4476
sistematis. Akibatnya sering meminta bantuan guru untuk 0_1111344760_02.01_chapter01.pdf.
membimbingnya. Jadi dapat dikatakan siswa memerlukan
bimbingan yang lebih dari guru. Secara tidak sadar hal Novak, J.D., & Gowin, D.B. 1984. Learning How to
tersebut cukup memakan waktu yang banyak, sehingga Learn. New York: Cambridge University Press.
tahap pembelajaran di fase keenam menjadi tidak Alvarez, M. C. & Risko,V. J. 2007. The Use of Vee
terlaksana. Hal tersebut semakin membuktikan bahwa Diagrams with Third Graders As a Metacognitive
alokasi waktu untuk siswa mengerjakan LKS, sebenarnya Tool for Learning Science Concepts. Nashville:
masih kurang cukup. Terutama bagi siswa yang memiliki Tennessee State University.
kemampuan intelektual rendah, yang mana lamanya
waktu belajar dapat berpengaruh terhadap hasil proses Depdiknas. 2004. Pedoman Penyusunan Lembar
pembelajarannya. Seperti pernyataan seorang validator Kegiatan Siswa dan Skenario Pembelajaran Sekolah
yang menilai bahwa siswa dengan kemampuan kognitif Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Jendral
rendah tentunya membutuhkan waktu lebih lama untuk Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
mengerjakan LKS yang dikembangkan (Tabel 1). Pendidikan Menengah Umum.
Dari pemaparan keterlaksanaan pembelajaran di Ibrahim, M. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar
atas, maka dapat dikatakan bahwa LKS yang Mengajar. Surabaya: Unesa University Press.
dikembangkan praktis digunakan dalam kegiatan belajar
di kelas. Karena persentase keterlaksanaan pembelajaran Sumiati dan Asra, M, 2009. Metode Pembelajaran.
dari ketiga pertemuan tersebut (100%, 95%, dan 93%.) ≥ Bandung: CV Wacana Prima. Diakses pada tanggal 5
60%. Hal ini secara keseluruhan memperlihatkan bahwa November 2013
skor validitas LKS yang tinggi diikuti dengan kepraktisan http://id.shvoong.com/authors/sumiati/.
LKS ketika digunakan saat pembelajaran. Prastowo, A. 2012. Panduan Kreatif Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta : DIVA press.
PENUTUP
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (Eds.) (2001). A
Simpulan taxonomy for Learning, teaching, and assessing: A
Berdasarkan hasil penelitian, LKS sistem ekskresi revision of Bloom’s taxonomy of educational
berbasis metakognitif dengan diagram Vee dinyatakan objectives. New York: Addison Wesley Longman.
valid dan praktis, serta dapat melatih kemampuan Diakses pada tanggal 5 Desember 2013
metakognitif siswa SMA. http://www.celt.iastate.edu/pdfs-
docs/teaching/RevisedBloomsHandout.pdf.
Saran Simon, Jon B. 2006. A Framework for Business Research
Diperlukan waktu yang tepat dan efektif untuk Using the Knowledge Vee. Diakses pada tanggal 2
Mei 2013
melaksanakan uji coba, mengingat proses pembelajaran
http://www2.hull.ac.uk/hubs/pdf/memorandum60.pdf.
menggunakan LKS sistem ekskresi berbasis metakognitif
dengan diagram Vee memerlukan alokasi waktu yang Sari, Puspita Mega. 2007. Efektivitas Penggunaan
lama sesuai dengan keadaan siswa maupun kelas Diagram Vee dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan
Memperhatikan Kreativitas Siswa Pada Materi
sesungguhnya.
Larutan Penyangga Kelas XI Ilmu Alam (Semester 2
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ngemplak Boyolali
DAFTAR PUSTAKA Tahun Pelajaran 2006/2007). Tesis. Diakses pada
Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang tanggal 2 Juni 2014
SISDIKNAS. Jakarta. http://eprints.uns.ac.id/5573/1/69762506200911071.p
df

Rizka Putri Novitasari, dkk: Validitas dan Kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa Sistem Ekskresi 776
BioEdu Vol.4 No.1
ISSN: 2302-9528 http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioedu
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi Januari 2015

Garrett, J.; Martha A.; Stephanie G. dan Charles B. 2007.


"Assessing Students' Metacognitive Skills". Research
Articles. American Journal of Pharmaceutical
Education 2007;71(1) Article 14. pp. 1-7.
Arends, R. I. 2001. Learning to Teach. Fifth Edition
Singapore: McGraw-Hill.
Suraksumah, W. 2011. Menciptakan Lingkungan
Pembelajaran Yang Kondusif. Diakses pada tanggal 5
November 2014
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._B
IOLOGI/197212031999031-
WAHYU_SURAKUSUMAH/Menciptakan_lingkung
an_pembelajaran_yang_kondusif.pdf

Rizka Putri Novitasari, dkk: Validitas dan Kepraktisan Lembar Kegiatan Siswa Sistem Ekskresi 777

Anda mungkin juga menyukai