PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan Fibrilasi
Atrium
Tujuan khusus :
Mahasiswa dapat menjelaskan :
Pengertian Fibrilasi Atrium
Etiologi penyakit Fibrilasi Atrium
Tanda dan gejala Fibrilasi Atrium
Patofisiologi Fibrilasi Atrium
Komplikasi Fibrilasi Atrium
Pemeriksaan diagnostik Fibrilasi Atrium
Penatalaksanaan medis Fibrilasi Atrium
Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Fibrilasi Atrium
Discharge Planing
Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui tentang :
Pengertian Fibrilasi Atrium
Etiologi penyakit Fibrilasi Atrium
Tanda dan gejala penyakit Fibrilasi Atrium
Patofisiologi Fibrilasi Atrium
Komplikasi Fibrilasi Atrium
Pemeriksaan diagnostik Fibrilasi Atrium
Penatalaksanaan medis Fibrilasi Atrium
Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Fibrilasi Atrium
BAB II
PEMBAHASAN
Mekanisme bagaimana suatu potensial aksi di serat otot jantung menimbulkan kontraksi di serat
tersebut cukup mirip dengan proses penggabungan eksitasi-kontraksi di otot rangka.
Adanya potensial aksi lokal di dalam tubulus T menyebabkan Ca++ dikeluarkan ke dalam sitosol dari
simpanan intrasel di retikulum sarkoplasma. Selama potensial aksi Ca++ juga berdifusi dari CES ke dalam sitosol
melintasi membran plasma.Pemasukan Ca++ ini semakin memicu pengeluaran Ca++ dari retikulum sarkoplasma.
Pasokan tambahan Ca++ ini tidak saja merupakan faktor utama memanjangnya potensial aksi jantung, tetapi juga
menyebabkan pemanjangan periode kontraksi jantung. Peran Ca++ di dalam sitosol, seperti di otot rangka,
adalah berikatan dengan kompleks troponin-tropomiosin dan secara fisik menggeser kompleks tersebut,
sehingga dapat terjadi siklus jembatan silang dan kontraksi. Pengeluaran Ca++ dari sitosol oleh pompa aktif di
membran plasma dan retikulum sarkoplasma menyebabkan troponin dan tropomiosin kembali dapat
menghambat jembatan silang, sehingga kontraksi berhenti dan jantung melemas.
SISTIM KONDUKSI JANTUNG
Dalam jantung terdapat kumpulan sel-sel jantung khusus yang mempunyai sifat dapat menimbulkan
potensial aksi sendiri tanpa adanya stimulus dari luar. Sel-sel ini terkumpul dalam suatu sistem yang disebut
sistim konduksi jantung.
2. Sistim konduksi intra atrial- dianggap bahwa dalam atrium terdapat jalur-jalur khusus sistim konduksi jantung
yang terdiri dari tiga jalur internodal yang menghubungkan simpul sinoatrial, simpul atrioventrikular dan jalur
Bachman yang menghubungkan atrium kanan dan kiri.
3. Nodus atrioventrikular (NAV)-simpul ini terletak di bagian bawah atrium kanan, antara sinus koronarius dan
daun katup trikuspid bagian septal. (40-60 x/menit)
4. Berkas His – sebuah bekas yang pendek, merupakan kelanjutan simpul AV. Berkas His bersama simpul AV
disebut penghubung AV.
5. Cabang Berkas –bercabang menjadi dua bagian yaitu berkas kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas kiri
memberikan cabang-cabang kearah ventrikel kanan.
6. Fasikel – cabang berkas kiri bercabang menjadi dua bagian yaitu fasikel kiri anterior dan fasikel kiri posterior.
7. Serabut Purkinye—merupakan anyaman halus dan berhubungan erat dengan otot jantung.
Secara umum sistem konduksi jantung merupakan satu susunan penghantar khusus pada jantung terdiri
atas dua bagian :
1. Serabut-serabut otot perangsang yaitu sebagai sistim perangsang bagi jantung untuk menimbulkan impuls
berirama sehingga terjadi kontraksi berirama daripada otot jantung.Serabut otot perangsang pada jantung secara
normal pada NSA atau Nodus Sinoatrial dan NAV (Nodus Atrioventrikuler).
2. Serabut-serabut penghantar yaitu suatu daya konduktif dari jantung untuk menghantarkan / menyebaran
impuls ke seluruh bagian jantung. Serabut-serabut penghantar di sini misalnya berkas His, serabut Purkinye,
serabut transisional, bundle branches, otot atrium dan ventrikel.
1. Pengertian
Fibrilasi Atrium menggambarkan irama jantung yang tidak teratur dan sering kali cepat.Irama jantung yang
tidak teratur atau aritmia, dari hasil impuls listrik yang abnormal didalam jantung. Ketidakteraturan dapat terus
menerus terjadi atau bias datang dan pergi.gangguan irama jantung dengan karakteristik sebagai berikut:
Ketidakteraturan interval RR yaitu tidak ada pola repetitif pada EKG.
Tidak ada gambaran gelombang P yangjelas pada EKG.
Siklus atrial (jika terlihat) yaitu interval di antara dua aktivasi atrial sangat bervariasi
(<200 ms) atau >300 kali per menit.
Kontraksi jantung normal dimulai dari impuls listrik di atrium kanan. Impuls ini berasal
dari daerah atrium disebut nodus sinoatrial atau sinus “alat pacu jantung alami”.
Sewaktu impuls bergerak melalui atrium menghasilkan gelombang kontraksi otot. Hal ini menyebabkan atrium
berkontraksi.
Impuls mencapai nodus atriolventrikuler didalam dinding otot antara 2 ventrikel. Lalu terjadi jedah untuk
memberikan waktu masuk darah dari atrium ke ventrikel.
Impuls kemudian berlanjut ke ventrikel menyebabkan kontras ventrikel yang mendorong darah keluar dari
jantung dalam satu detak jantung.
Pada orang dengan detak jantung dan irama jantung normal berdetak 50-100x/menit.
Jika jantung berdetak >100x/menit, denyut jantung dianggap cepat (takikardi).
Jika jantung berdetak <50x/menit, denyut jantung dianggap lambat (bradikardi).
Pada f ibrilasi atrium, beberapa impuls berjalan melalui atrium pada saat yang sama.
Karena kontraksi tidak terkoordinasi, kotraksi atrium tidak teratur, kacau dan sangat cepat. Atrium dapat
berkontraksi 400-600/menit.
Impuls yang tidak teratur ini mencapai nodus AV dengan sangat cepat, tetapi tidak semuanya melewati nodus
AV, sehingga ventrikel berdetak lebih lambat, sering kali rata-rata 110-180 detak/menit dengan irama yang
tidak teratur.
Dengan hasil yang cepat, detak jantung yang tidak teratur menyebabkan gelombang yang tidak teratur dan
kadang-kadang terjadi sensasi berdebar pada dada.
Fibrilasi atrium semakin umum dengan usia lanjut. Selama fibrilasi atrium, dua kamar jantung bagian atas
(atrium) mengalahkan berantakan dan tidak teratur keluar dari koordinasi dengan dua kamar bawah (ventrikel)
jantung. Hasilnya adalah denyut jantung
tidak teratur dan sering cepat yang menyebabkan aliran darah yang buruk ke tubuh dan gejala jantung berdebar,
sesak napas dan kelemahan. Kebanyakan orang dengan atrial fibrilasi memiliki peningkatan risiko terjadinya
pembekuan darah yang dapat menyebabkan stroke
2. Etiologi
Penyebab paling sering adalah hipertensi, cardiomyopathy, kelainan katup mitral dan trikuspid,
hyperthyroidism, kebiasaan konsumsi alkohol (holiday heart). Penyebab yang jarang meliputi pulmonary
embolism, atrial septal defect (ASD), dan penyakit jantung defect kongenital lainnya, COPD, myocarditis, dan
pericarditis.
Penyebab dari abnormalitas irama jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut ini dalam
sistem irama-konduksi jantung :
Irama abnormal dari pacu jantung.
Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui jantung.
Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hampir semua bagian jantung.
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan abnormalitas irama jantung adalah :
Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi).
Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard,
infark miokard.
Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti aritmia lainnya.
Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.
Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).
Fibrilasi atrium
· Frekwensi : frekwensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit; respons ventrikuler biasanya
120 sampai 200 denyut per menit.
· Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi yang iereguler, dinamakan
gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval PR tidak dapat diukur.
· Kompleks QRS : Biasanya normal .
· Hantaran : Biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons ventrikuler ireguler, karena
nodus AV tidak berespon terhadap frekwensi atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan
ventrikel berespon ireguler.
· Irama : ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama diakibatkan oleh
perbedaan hantaran pada nodus AV.
4. Patofisiolgi
Aktivasi fokal fokus diawali biasanya dari daerah vena pulmonalis timbulnya gelombang yang menetap
dariàMultiple wavelet reentry depolarisasi atrial atau wavelets yang dipicu oleh depolarisasi atrial premature
atau aktivitas aritmogenik dari fokus yang tercetus secara cepat. Mekanisme fibrilasi atrium identik dengan
mekanisme fibrilasi ventrikel kecuali bila prosesnya ternyata hanya di massa otot atrium dan bukan di massa
otot ventrikel. Penyebab yang sering menimbulkan fibrilasi atrium adalah pembesaran atrium akibat lesi katup
jantung yang mencegah atrium mengosongkan isinya secara adekuat ke dalam ventrikel, atau akibat kegagalan
ventrikel dengan pembendungan darah yang banyak di dalam atrium. Dinding atrium yang berdilatasi akan
menyediakan kondisi yang tepat untuk sebuah jalur konduksi yang panjang demikian juga konduksi lambat,
yang keduanya merupakan faktor predisposisi bagi fibrilasi atrium.
Karakteristik Pemompaan Atrium Selama Fibrilasi Atrium.
Atrium tidak akan memompa darah selama AF berlangsung. Oleh karena itu atrium tidak berguna sebagai
pompa primer bagi ventrikel. Walaupun demikian, darah akan mengalir secara pasif melalui atrium ke dalam
ventrikel, dan efisiensi pompa ventrikel akan menurun hanya sebanyak 20 – 30 %. Oleh karena itu, dibanding
dengan sifat yang mematikan dari fibrilasi ventrikel, orang dapat hidup selama beberapa bulan bahkan bertahun-
tahun dengan fibrilasi atrium, walaupun timbul penurunan efisiensi dari seluruh daya pompa jantung. 2
Patofisiologi Pembentukan Trombus pada AF.
Pada AF aktivitas sitolik pada atrium kiri tidak teratur, terjadi penurunan atrial flow velocities yang
menyebabkan statis pada atrium kiri dan memudahkan terbentuknya trombus. Pada pemeriksaan TEE, trombus
pada atrium kiri lebih banyak dijumpai pada pasien AF dengan stroke emboli dibandingkan dengan AF tanpa
stroke emboli. 2/3 sampai ¾ stroke iskemik yang terjadi pada pasien dengan AF non valvular karena stroke
emboli. Beberapa penelitian menghubungkan AF dengan gangguan hemostasis dan thrombosis. Kelainan
tersebut mungkin akibat dari statis atrial tetapi mungkin juga sebgai kofaktor terjadinya tromboemboli pada AF.
Kelainan-kelainan tersebut adalah peningkatan faktor von Willebrand ( faktor VII ), fibrinogen, D-dimer, dan
fragmen protrombin 1,2. Sohaya melaporkan AF akan meningkatkan agregasi trombosit, koagulasi dan hal ini
dipengaruhi oleh lamanya AF.
5. Komplikasi
Dampak penyakit ini, selain berdebar-debar dan mudah sesak bila naik tangga atau berjalan cepat, juga
dapat menyebabkan emboli, bekuan darah yang lepas, yang bisa menyumbat pembuluh darah di otak,
menyebabkan stroke atau bekuan darah di bagian tubuh yang lain.
Kelainan irama jantung (disritmia) jenis atrial fibrilasi seringkali menimbulkan masalah tambahan bagi
yang mengidapnya, yaitu serangan gangguan sirkulasi otak (stroke). Ini terjadi karena atrium jantung yang
berkontraksi tidak teratur menyebabkan banyak darah yang tertinggal dalam atrium akibat tak bisa masuk ke
dalam ventrikel jantung dengan lancar. Hal ini memudahkan timbulnya gumpalan atau bekuan darah (trombi)
akibat stagnasi dan turbulensi darah yang terjadi. Atrium dapat berdenyut lebih dari 300 kali per menit padahal
biasanya tak lebih dari 100. Makin tinggi frekuensi denyut dan makin besar volume atrium, makin besar peluang
terbentuknya gumpalan darah. Sebagian dari gumpalan inilah yang seringkali melanjutkan perjalanannya
memasuki sirkulasi otak dan sewaktu-waktu menyumbat sehingga terjadi stroke. Pada penyakit katup jantung,
terutama bila katup yang menghubungkan antara atrium dan ventrikel tak dapat membuka dengan sempurna,
maka volume atrium akan bertambah, dindingnya akan membesar dan memudahkan timbulnya rangsang yang
tidak teratur.
Sekitar 20 persen kematian penderita katup jantung seperti ini disebabkan oleh sumbatan gumpalan darah
dalam sirkulasi otak.
AF mengakibatkan pembentukan trombus (gumpalan) pada aurikel (ventrikel jantung atas) yang dapat lepas
ke dalam sirkulasi dan menghambat arteri pada sistem saraf pusat (CNS), sehingga menyebabkan stroke, atau,
bila terjadi di luar CNS, mengakibatkan embolisme sistemik non CNS.
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak terkoordinasi) biasanya
berhubungan dengan penyakit jantung aterosklerotik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif,
tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung kongenital.
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital : denyut nadi berupa kecepatan dengan regularitasnya, tekanan darah
Tekanan vena jugularis
Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif
Irama gallop S3 pada auskultasi jantung menunjukan kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif,
Laboratorium : hematokrit ( anemia ), TSH ( penyakit gondok ), enzim jantung bila dicurigai terdapat iskemia
jantung
Pemeriksaan EKG : dapat diketahui antara lain irama ( verifikasi AF ), hipertrofi ventrikel kiri. Pre-eksitasi
ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi ( sindroma WPW ), identifikasi adanya iskemia.
Foto Rontgen Toraks : Gambaran emboli paru, pneumonia, PPOK, kor pulmonal.
Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium dan ventrikel, hipertrofi ventrikel
kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE ( Trans Esophago Echocardiography ) untuk melihat
trombus di atrium kiri.
Pemeriksaan Fungsi Tiroid. Tirotoksikosis. Pada AF episode pertama bila laju irama ventrikel sulit dikontrol.
Uji latih : identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju irama jantung.
Pemeriksaan lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring studi elektrofisiolagi.
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan AF adalah mengembalikan ke irama sinus, mengontrol
laju irama ventrikel dan pencegahan komplikasi tromboemboli. Dalam penatalaksanaan AF perlu diperhatikan
apakah pada pasien tersebut dapat dilakukan konversi ke irama sinus atau cukup dengan pengontrolan laju irama
ventrikel. Pada pasien yang masih dapat dikembalikan ke irama sinus perlu segera dilakukan konversi,
sedangkan pada AF permanen sedikit sekali kemungkinan atau tidak mungkin dikembalikan ke irama sinus,
alternatif pengobatan dengan menurunkan laju irama ventrikel harus dipertimbangkan.
a. Terapi Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1. Antiaritmia Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
Kelas 1 A
- Quinidin : adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flukter.
- Procainamide : untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmia yang menyer
- Dyspiramide : untuk SVT akut dan berulang.
Kelas 1 B
- Lignocain : untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
- Mexiletine : untuk aritmia ventrikel dan VT.
Kelas 1 C
- Flecainide : untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
1. Antiaritmia Kelas 2 (Beta Adrenergik Blokade)
Atenol, Metroprolol, Propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pektoris dan hipertensi.
2. Antiaritmia Kelas 3 (Prolong Repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
3. Antiaritmia Kelas 4 (Calsium Channel Blocker)
- Verapamil, indikasi Supraventrikular aritmia.
b.Terapi Mekanis
1. Kardioversi
Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pda keadaan gawat darurat.
3. Defibrilator Kardioverter Implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel
yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4. Terapi Pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk
mengontrol frekuensi jantung
3. POLA ELIMINASI
Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat
4. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
Gejala : Kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja.
Tanda : Perubahan frekwensi jantung/TD dengan aktivitas/olahraga.
Sirkulasi
Gejala: Riwatar IM sebelumnya/akut ( 90%-95% mengalami disritmia ), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi.
Tanda :
Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode disritmia.
Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus altenan (denyut kuat teratur/denyut lemah),
nadi bigeminal (denyut kuat tak teratur/denyut lemah).
Deficit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial).
Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat (gagal jantung, syok).
5. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
Status mental/sensori berubah, contoh disorientasi, bingung, kehilangan memori, perubahan pola
bicara/kesadaran, pingsan, koma.
Perubahan perilaku, contoh menyerang, letargi, halusinasi.
6. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
Gejala :
Perasaan gugup (disertai takiaritmia), perasaan terancam.
Stressor sehubungan dengan masalah medik.
Tanda : Cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Gangguan kontraktilitas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar.
3. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
No Intervensi Rasional
.
a. Pantau bunyi nafas, catat krekles menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan
secret menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif,
nafas dalam.
membersihkan jalan nafas dan memudahkan
c. Dorong perubahan posisi. aliran oksigen.
No Intervensi Rasional
.
a. Selidiki keluhan nyeri dada, Nyeri secara khas terletak subternal
perhatikan awitan dan factor pemberat dan dapat menyebar keleher dan
dan penurun.Perhatikan petunjuk punggung. Namun ini berbeda dari
nonverbal ketidak nyamanan iskemia infark miokard. Pada nyeri
ini dapat memburuk pada inspirasi
dalam, gerakan atau berbaring dan
hilang dengan duduk
tegak/membungkuk
b. lingkungan yang tenang dan tindakan
kenyamanan mis: perubahan posisi,
masasage punggung,kompres hangat untuk menurunkan ketidaknyamanan
dingin, dukungan emosional fisik dan emosional pasien.
5. Discharge Planing
Anjurkan pada pasien untuk hindari aktivitas yang bisa memperburuk keadaan selama di rawat.
Anjurkan kepada pasien hindari makanan dan minuman yang dapat memperlambat proses penyembuhan
selama dirawat.
Anjurkan kepada pasien tidak melakukan aktivitas berlebih di rumah
Anjurkan pada pasien untuk memperhatikan pola makan dan minum di rumah.
Anjurkan pada pasien untuk berhenti merokok atau minum beralkohol kalau pasien seorang perokok atau
peminum.
Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberikan sesuai dosis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasien atrial fibrilasi umumnya memiliki keluhan palpitasi, rasa tidak nyaman di dada (nyeri dada),
terasa sesak, kelemahan hingga pingsan. Untuk menentukan diagnose atrial fibrilasi diperkuat dengan hasil
analisa EKG yang direkam.
Pengkajian lain yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa atrial fibrilasi adalah pengkajian
tanda dan gejala lain yang mungkin dirasakan pasien, pemeriksaan hasil laboratorium darah lengkap dan
pemeriksaan transesofagus echocardiografi.
Masalah keperawatan yang biasanya muncul adalah penurunan curah jantung diakibatkan
ketidakmampuan jantung memompakan darah ke atrium dan ventrikel akibat atrial vibrilasi yang menyebabkan
respon ventrikel tidak beraturan.
Penanganan pasien atrial fibrilasi saat di ruang emergensi adalah dengan memberikan obat-obat anti
aritmia, antikoagulan dan juga dengan kardioversi, atau jika tidak berhasil dapat dilakukan ablasi.
Dalam penanganan pasien atrial fibrilasi di ruang emergensi, perawat tidak hanya mengelola kondisi
fisik pasien agar irama dan denyut jantung pasien stabil serta mencegah komplikasi, tetapi juga memperhatikan
kondisi kecemasan pasien.
B. Saran
Penanganan pasien di ruang emergensi oleh perawat hendaknya juga memperhatikan kondisi psikis
pasien seperti kecemasan pasien.
DAFTAR PUSTAKA