Anda di halaman 1dari 4

"Budi makrokosmik" dalam Serat Centhini menyerupai "Buddhi" dalam kosmologi

aliran Samkhya dalam tradisi filosofis India. Dalam buku Bhagavad-Gita disebutkan:

([Krisna menjawab Arjuna:] Secara ringkas aku sebutkan: pertama, Prakriti yaitu
alam semesta yang sebabnya tak nampak tapi karakternya terlihat; lalu lahirlah
Intelek [Buddhi], lalu lahirlah Ahamkara [keakuan]; lalu lahirlah [mahabhuta:] tanah,
air, dan eter, udara dan api;

Dan organ-organ pengetahuan [buddhindriya] dan organ-organ kerja


[karmendriya], serta jiwa manusia [manas]; dan lima obyek indria [tanmatra] yaitu
esensi suara, esensi bau, esensi sentuhan, esensi pengecap rasa;

Dan keinginan, rasa benci, kebahagiaan dan dukacita; terakhir adalah kesadaran
dan resolusi;

Gabungan itu bercampur dalam tubuh [mikrokosmik] ini. Semua unsur itu
merupakan aktifitas "Tubuh Besar" [Makrokosmos] dengan semua keterbatasan dan
perubahannya.)1

Dalam kosmologi itu, "Buddhi" memperantarai Prakriti (Wujud Primordial) dengan


Ahamkara (Identitas Semesta).

Sedangkan "budi mikrokosmik" dalam Serat Wirid Hidayat Djati menyerupai


"buddhi" dalam psikologi aliran Advaita Vedanta dalam tradisi filosofis India. Dalam
buku Viveka-Chudamani karangan Shankara dijelaskan:

1 The Song of God: Bhagavad-Gita, terjemahan bahasa Inggris oleh Swami Prabhavananda &
Christopher Isherwood, New York: Mentor Books, 1960, cet-7, hh. 100-101
(Ayat 92: Telinga, kulit, mata, hidung, dan lidah adalah organ pengetahuan
[buddhindriya], karena ia membantu kita mengenali obyek-obyek; organ-organ
vokal, tangan, kaki, dsb., adalah organ kerja [karmendriya], karena
kecenderungannya untuk kerja.

Ayat 93-94: Organ psikis [Antahkarana] adalah Jiwa [Manas], Intelek [Buddhi],
Keakuan [Ahamkara] atau Hasrat Kesenangan [Chitta], menurut fungsinya masing-
masing. Jiwa [Manas] berfungsi menimbang-nimbang sisi positif-negatif dari
sesuatu; Intelek [Buddhi] berfungsi menentukan benar-palsunya obyek-obyek.
Keakuan [Ahamkara] berfungsi mengidentifikasi tubuh dengan diri seseorang,
sedangkan Hasrat Kesenangan [Chitta] berfungsi mencari obyek-obyek yang
menyenangkan.

Ayat 96: Lima organ kerja [karmendriya] seperti organ vokal dsb., juga lima organ
pengetahuan [buddhindriya] seperti telinga dsb., ... Intelek [Buddhi] dsb.
[Antahkarana], serta Kejahilan [Avidya], nafsu dan kerja--semua itu adalah delapan
"daerah" yang bersusun menjadi tubuh yang subtil.

Ayat 103: Organ psikis tadi [Antahkarana] memiliki tempat bersemayam di dalam
organ pengetahuan seperti mata, juga di dalam tubuh manusia, yang
menyesuaikan diri dengan organ-organ tersebut dan yang dilengkapi dengan sinar
dari Sang Wujud Kosmik [Atman].)2

Jika "budi" dipahami dengan makna kosmologis Serat Centhini dan makna psikologis
Serat Wirid Hidayat Djati di atas, maka implikasinya terhadap makna "budaya"
sangat signifikan. "Budaya" jadi berarti:

a. Segala perbuatan yang menunjukkan kepatuhan pada "aturan-aturan kosmik"


atau "tata kosmik" abadi, yang tidak boleh dilanggar; jika dilanggar, maka Kosmos
akan menjadi Khaos.

b. Segala ciptaan "budi" dalam diri manusia yang memanifestasikan "Budi" di langit.

c. Peradaban manusia yang mengimanensikan Sang Transenden (Kak Sajati).

d. Segala cara, segala sarana, dan segala instrumen yang menjamin keterhubungan
abadi antara "budi" di bumi dengan "Budi" di langit.

e. Shalat daim; sembahyang; eternal prayer; upacara; ritus; zikir; eling; ibadah.

Dengan kata lain, "budi" adalah peristiwa kejatuhan "Budi" di langit menjadi "budi"
di dunia (Descension); sedangkan "budaya" adalah modus-modus anagogis
menaiknya "budi" di dunia menuju "Budi" di langit (Ascension). "Budaya" adalah

2 Shankara, Viveka-Chudamani of Sri Sankaracharya: Text with English Translation, Notes and an
Index, terjemahan Bahasa Inggris oleh Swami Madhavananda, Dt. Almora: the Prabuddha Bharata
Press, 1921, hh. 38-43
segala ciptaan manusia agar Paran kembali ke Sangkan; agarOmega kembali ke
Alpha.

Anda mungkin juga menyukai