Anda di halaman 1dari 4

Faktor Predisposisi rkp

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasanmenurut teori


biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskanoleh Townsend (2005)
adalah:

a. Teori biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:
1) Neurobiologik. Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses
impulsagresif : sistem limbik, lobus frontal dan hypotalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat
proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sisteminformasi, ekspresi,
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan.
Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai,
dan agresif. Beragam komponen dari sistemneurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambatimpuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokomia Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine,dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalammemfasilitasi atau menghambat
impuls agresif. Teori ini sangatkonsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan
oleh Selye dalamteorinya tentang respons terhadap stress.
3) Genetik Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan otak Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor
predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yangmenimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya lobus
temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori psikologi
1) Teori psikoanalitik Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan
untukmendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dantindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapatmeningkatkan citra diri
dan memberikan arti dalam kehidupannya.Perilaku agresif dan kekerasan
merupakan pengungkapan secaraterbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan
rendahnya harga diri.
2) Teori pembelajaran Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran
mereka, biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru
karenadipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilakutersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsiideal tentang orang tua
mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya,mereka mulai meniru pola perilaku guru,teman dan orang
lain. Indivdu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua
yangmendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderunguntuk
berperilaku kekerasan setelah dewasa.
c. Teori sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya danstruktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yangsecara umum menerima perilaku
kekerasan sebagai cara untukmenyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga
berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk
yang ramai/padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan.
Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

Faktor presipitasi rkp

Menurut Yosep (2009) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilakukekerasan sering kali
berkaitan dengan:

a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritasseperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosialekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidakmembiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuandirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saatmenghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

Faktor predisposisi waham

a. Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang
menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami, ini
termasuk hal-hal berikut :
1. Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang luas
dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik
paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
2. Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian sangat
menunjukkan hal-hal berikut ini :
a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain
c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
b. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum
didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik terdahulu menyalahkan
keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa
percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).
c. Sosial budaya Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia
dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham (Direja, 2011).

Faktor presipitasi waham

a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif
termasuk:
1. Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi
2. Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
b. Stres lingkungan Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Pemicu gejala Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon
neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap
dan perilaku individu (Direja, 2011).

Anda mungkin juga menyukai