Anda di halaman 1dari 26

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang
lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan social untuk
melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan social yang dimaksud adalah
rasa di miliki oleh orang lain, penghargaan orang lain, pengakuan dari orang lain,
serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selalu memberikan hasil
yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi
suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang
lain (Riyadi, 2009).
Kelompok adalah suatu system social yang khas dapat didefinisikan dan
dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi,
intelerensi, interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama
( (Stuart dan Sundenn, 1998). Kelompok adalah kumpulan individu yang
memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai
norma yang sama (Keliet, 2005).
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya
kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang
didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan
lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa
juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada
tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa
(Videbeck, 2008).
Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal.
Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu
penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan.
Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat
kemiskinan terlalu menekan. Penatalaksanaan keperawatan klien dengan
gangguan jiwa adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah

1
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah
satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi,
dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash & Worret, 2004).
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu
fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah suatu
system social yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah
kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, interelasi,
interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart &
Sundeen, 1998).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini, klien dapat meningkatkan kemampuan
atau ketrampilan dalam membuat kreativitas gambar pada pot bunga dan
meningkatkan kerjasama dengan teman satu kelompok melalui kegiatan
membuat kreatifitas gambar.
b. Tujuan Khusus
a) Klien dapat melakukan aktivitas motorik dalam membuat kreativitas gambar
pada pot bunga.
b) Klien dapat menyalurkan semua ide-idenya untuk di tuangkan dalam membuat
gambar pada pot bunga.
c) Klien dapat meningkatkan kerjasama antar teman satu kelompoknya melalui
kegiatan membuat kreatifitas gambar.

C. Manfaat
1. Meningkatkan kemampuan ekspresi diri, identitas diri, kepercayaan diri,
kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah
kehidupan dan cara pemecahannya.
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3. Meningkatkan ketrampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Terapi Aktifitas Kelompok


Menurut Direja (2011), Kelompok adalah kumpulan individu yang
mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan
serta mempunyai norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik
memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing)
tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam
berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif
untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif. Setiap
kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok
memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling
bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah
anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai
wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan
berperilaku terhadap orang lain.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.( Ade Herman Surya,2011)
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau
dan meningkatkan hubungan antar anggota (RISKESDAS, 2009)
Terapi aktivitas kelompok sering digunakan untuk terapi tambahan pada
pasien jiwa. Terapi aktivitas kelompok adalah terapi manual, rekreasi dan
teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan
respon social dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam
kelompok yaitu : Membaca puisi, seni, music, menari dan literature.
(RISKESDAS, 2009)

3
Menurut Direja(2011) terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4 jenis :
1. Terapi aktivitas stimulus kognitif/persepsi.
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori.
3. Terapi aktivitas kelompok stimulasi realita.
4. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
Terapi aktivitas kelompok stimulus sensori merupakan aktivitas yang
digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien, kemudian diobservasi
reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh,
ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi sensori
pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Terknik yang
digunakan meliputi fasilitas penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal (Purwaningsih,
2009).
B. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Purwaningsih (2009) tujuan terapi aktivitas kelompok antara lain:
1. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk
merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
2. Mengembangkan stimulasi sensori
Tipe: music, seni, menari.
Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
3. Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi
otot, dan imajinasi.
4. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah
bantu memenuhi kebutuhan.
5. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
6. Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

4
Secara umum tujuan kelompok adalah :
a. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
b. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
c. Merupakan proses menerima umpan balik. (Purwaningsih,
2009).

C. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Purwaningsih( 2009) secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok
adalah :
1. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Melakukan sosialisasi.
3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif.
Secara khusus manfaatnya adalah :
1. Meningkatkan identitas diri
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif
3. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.
Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :
1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
2. Meningkatkan keterampilan sosial.
3. Meningkatkan kemampuan empati.
4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

D. Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika
memungkian biaya dan keuangan.

5
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
d. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah
dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,
kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
e. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

E. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Riyadi, S. (2009) peran perawat jiwa professional dalam
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok adalah :
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal.Proposal tersebut akan dijadikan
panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang
dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah

6
keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat,
waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
2. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk
menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai
anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota
kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon
penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani
peserta/anggota kelompok yang drop out.
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub
kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau
kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out. Cara
mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis,
kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai
fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan
dan perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang
kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi
memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati,
kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).

7
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu
kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang
paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat
kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan
anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan
latihan dan keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam
terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan
fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok. Untuk memperoleh
kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi
aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang
professional.

F. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut (Keliat & Prawirowiyono, 2014) jenis Terapi Aktivitas Kelompok secara
umum, yaitu :
1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta
mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-
nilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
d. Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan

8
2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi
fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus
baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan sensori
b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan
pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan
tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas
maupun secara didaktik.
Tujuan :
a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi
somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c. Pembicaraan penderita sesuai realita
d. Penderita mampu mengenali diri sendiri
e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham,
dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat

4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi

9
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social.
Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain,
mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban
sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik.

5. Penyaluran energy

10
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi
seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa
menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
a.  Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b.  Mengekspresikan perasaan
c.  Meningkatkan hubungan interpersonal

G. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok


1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s (2013), terapi kelompok berfokus
pada kelompok dari pada individu.
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari. Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian
konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota
kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan
memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikannya untuk menyelesaiakan masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif
dalam kelompok akan menyebabkan ketidak puasan anggota kelompok, umpan
balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun. Dengan
menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah
individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan. (Riyadi, S.2009)
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi
verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain.

11
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan
yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal
dan social anggota kelompok.Selain itu teori komunikasi membantu anggota
merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif. Selanjutnya leader
juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana
menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan,(2014) mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan
tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari
tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota
kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini
kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan
merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan hubungan
interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader menggunakan
situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka
dan mempelajari konplik apa yang membuat anggota merasa cemas dan
menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan
cemas pada saat terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai
dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan
peran sesuai dengan yang perna dialami.
Contoh: klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras. (Riyadi, S.2009)

12
BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN

A. Kriteria Klien
Klien yang dijadikan peserta pada terapi aktivitas adalah klien dengan
masalah keperawatan, kurang perawatan diri, isolasi social, waham, harga diri
rendah, perilaku kekerasan dan halusinasi karena permainan ini dapat membantu
klien untuk mengaktualisasikan dirinya dan mengekspresikan kemampuan klien
kepada peserta lainnya, memfasilitasi kemampuan sosialisasi pada klien dengan
masalah hubungan social. Klien yang mengikuti kegiatan adalah klien yang
kooperatif penghuni panti Gramesia dan yang tidak mempunyai masalah dalam
mobilitas fisik.

B. Proses Seleksi
Mengidentifikasikan semua klien yang ada di Panti Gramesia. Membuat
kontrak dengan klien, menjelaskan tujuan kegiatan, menjelaskan tempat dan
waktu kegiatan. Dan peserta dikumpulkan dari berbagai ruangan dan didampingi
oleh perawat.

C. Uraian Struktur Kegiatan


1. Hari/tanggal : Jumat,14 Agustus 2020
2. Tempat Kegiatan : Halaman Panti Gramesia
3. Waktu Kegiatan : Pukul 08.00 s/d selesai WIB
4. Metode Kegiatan :
a. Bercocok tanam
b. Perlombaan
5. Anggota Kelompok : Ajeng Kania R, S.Kep
Ayu Rahayu, S.Kep
Dede Abdul Basit, S.Kep
Dina Mahrina, S.Kep
Esti Tri Lestari,S.Kep
Gita Septyani,S.Kep
Ida Royani,S.Kep
Indra Yuda Utama,S.Kep

13
Nida Khofiyyan Arfah, S.Kep
Shinta Ria Margghatillar, S.Kep
Trisna Lestari,S.Kep
Yani Royani,S.Kep
D. Metode Kegiatan
1. Sesi I ( Bercocok Tanam)
b. Leader memperkenalkan terapis dan pembimbing.
c. Leader menjelaskan tujuan keterampilan, kontrak waktu, cara pembuatan
keterampilan dan peraturan kegiatan.
d. Terapis meyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti pot bunga,
cat, tanah, tanaman, tali dan kuas.
e. Terapis meminta klien untuk memasukan tanah dan tanaman ke dalam pot.
f. Terapis meminta klien untuk menggambar sesuai dengan kemampuan atau
kemauan klien pada pot bunga yang telah di sediakan.
g. Saat klien menuangkan ide-idenya dalam sebuah kreativitas menggambar
terapis berkeliling dan memberikan motivasi kepada klien.
h. Setelah semua klien selesai menggambar terapis meminta masing masing
klien mengumpulkan hasil karyanya
i. Terapis meminta klien untuk merawat tanamannya dengan baik.
2. Sesi II ( Permainan )
a. Leader memperkenalkan terapis dan pembimbing.
b. Leader menjelaskan tujuan perlombaan, cara permainan dalam perlombaan
dan peraturan permainan.
c. Terapis menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam permainan
lomba makan kerupuk, memasukan paku ke dalam botol, menari
berpasangan menggunakan balon.
d. Terapis meminta klien untuk mengikuti perlombaan sesuai dengan yang di
sediakan oleh terapis.

14
E. Antisipasi Masalah
1. Tata Tertib Pelaksaan TAK
a. Peserta bersediamengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAK dimulai.
c. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudahmanid.
d. Peserta tidak di perkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan
berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah di persilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari permainan.
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai.
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah
habis,sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta
persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK.
2. Antisipasi Kejadian yang Tidak Diinginkan pada Proses TAK
a. Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
1) Memanggil pasien
2) Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau pasien yang lain.
b. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit
1) Panggil nama pasien
2) Tanya alasan pasien kenapa meninggalkan permainan
3) Berikan penjelasan tentangtujuan permainan dan berikan
penjelasan pada pasien bahwa pasien dapat melaksanakan
keperluannya setelah itu pasien boleh kembali ke tempat
permainan.
c. Bila pasien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukkan pada pasien
yang telah di pilih.
2) Katakan pada pasien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat di ikuti oleh pasien tersebut.
3) Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.

15
F. Susunan Pelaksanaan
1. Susunan perawat TAK sebagai berikut :
Sesi I : TAK Stimulasi Motorik (Bercocok tanam)
a. Leader : Esti Tri Lestari, S.Kep
b. Co Leader : Gita Septyani, S.Kep
c. Fasilitator : Ajeng Kania R, S.Kep
Dede Abdul Basit, S.Kep
Yani Royani, S.Kep
Ida Royani, S.Kep
Indra Yuda Utama, S.Kep
Nida Khofiyyan Arfah, S.Kep
Shinta Ria Margghatillar, S.Kep
d. Observer : Trisna Lestari, S. Kep
Dina Mahrina, S.Kep
Ayu Rahayu, S.Kep
Sesi II : TAK Stimulasi Sensorik (Perlombaan)
a. Leader : Ida Royani, S.Kep
b. Co Leader : Ayu Rahayu, S.Kep
c. Fasilitator : Esti Tri Lestari, S.Kep
Ajeng Kania R, S.Kep
Dede Abdul Basit, S.Kep
Indra Yuda Utama, S.Kep
Nida Khofiyyan Arfah, S.Kep
Shinta Ria Margghatillar, S.Kep
Yani Royani, S.Kep
d. Observer : Dina Mahrina, S.Kep
Gita Septyani, S.Kep
Trisna Lestari, S. Kep

16
2. Pasien peserta TAK sebagai berikut :

Nama Masalah Keperawatan


1 Tn. I Halusinasi
2 Tn. Su RPK
3 Tn. Sa Waham
4 Tn. H Halusinasi
5 Tn. Y Halusinasi
6 Tn. Im Halusinasi
7 Tn. M RPK
8 Tn. A Halusinasi
9 Ny. S Halusinasi
1 Ny. N Halusinasi
0
1 Tn. R Halusinasi
1
1 Tn. Yo
2
1 Tn. W
3
1 Tn. E Waham
4
1 Tn. So Harga diri remdah
5

G. Media dan Alat


1. Sesi I (Bercocok Tanam) :
a. Pot Bunga
b. Tanah
c. Cat
d. Kuas
e. Tambang
2. Sesi II (Perlombaan) :
a. Kerupuk
b. Tali Rapia
c. Balon
d. Paku
e. Botol Plastik
f. Benang
17
g. Tape Musik

H. Alokasi Waktu
1. Sesi I (Bercocok Tanam)
a. Perencanaan : 20 menit
b. Perkenalan : 5 menit
c. Pengarahan : 5 menit
d. Kegiatan : 20 menit
e. Ekspress feeling : 5 menit
f. Penutup : 5 menit
2. Sesi II (Perlombaan)
g. Perencanaan : 10 menit
h. Perkenalan : 5 menit
i. Pengarahan : 5 menit
j. Permainan : 30 menit
k. Ekspress feeling : 5 menit
l. Penutup : 5 menit

I. Rencana Jalannya Acara

1. Sesi I (Bercocok Tanam)

NO Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Peserta


1. 20 Perencanaan : Mengikuti dan
Menit a. Persiapan materi memperhatikan
b. Persiapan media atau
alat yang digunakan
c. Setting tempat terapis
dan peserta.
d. Mengingatkan kontrak
pada klien.
e. Pembagian tugas
terapis.

2. 5 Menit Perkenalan : a. Menjawab salam


Salam terapeutik b. Mendengarkan dan
a. Memberi salam memperhatikan
b. Memperkenalkan c. Memperkenalkan diri
terapis dan

18
pembimbing
c. Menanyakan nama
dan panggilan semua
klien

3. 5 Menit Pengarahan : Mengikuti dan


Kontrak memperhatikan
a. Menjelaskan tujuan
kegiatan
b. Menjelaskan kontrak,
waktu, dan topik
kegiatan.
c. Menjelaskan aturan
kegiatan yaitu sebagai
berikut : Jika ada
klien yang ingin
meninggalkan
kelompok harus minta
izin pada terapis, lama
kegiatan 60 menit,
semua klien
mengikuti kegiatan
dari awal sampai
selesai.
d. Kerja Terapis
menjelaskan kegiatan

2. 20 Pelaksanaan :
Menit a. Evaluasi atau validasi a. Klien berdo’a
Menanyakan perasaan b. Klien melakukan
klien saat ini kegiatan
b. Semua klien berdo’a
sebelum memulai
kegiatan
c. Kegiatan dimulai

4. 5 Menit Ekspress feeling : a. Mengungkapkan


1. Evaluasi perasaan peserta
a. Terapis menanyakan terapis
perasaan klien b. Mendengarkan dan
setelah mengikuti memperhatikan
TAK c. Mengemukakan
b. Terapis memberikan pendapat
pujian atas d. Mendengarkan dan
keberhasilan klien tepuk tangan
2. Tindak lanjut terapis
menganjurkan klien
untuk mengekspresikan
melalui ketrampilan

19
3. 5 Menit Penutup :
Kontrak yang akan datang a. Memberikan
a. Menyepakati TAK tanggapan atau
yang akan datang pendapat
b. Menyepakati waktu b. Mengemukakan
dan tempat pendapat
c. Menutup acara c. Mendengarkan dan
kegiatan TAK memperhatikan
d. Mengucapkan salam d. Menjawab salam

2. Sesi II (Perlombaan)

NO Waktu Kegiatan Terapis Kegiatan Peserta


1. 20 Perencanaan : Mengikuti dan
Menit a. Persiapan media atau memperhatikan
alat yang digunakan
b. Setting tempat terapis
dan peserta.
c. Mengingatkan kontrak
pada klien.
d. Pembagian tugas
terapis.

2. 5 Menit Perkenalan : d. Menjawab salam


Salam terapeutik e. Mendengarkan dan
d. Memberi salam memperhatikan
e. Memperkenalkan f. Memperkenalkan diri
terapis dan
pembimbing
f. Menanyakan nama
dan panggilan semua
klien

3. 5 Menit Pengarahan : Mengikuti dan


Kontrak memperhatikan
e. Menjelaskan tujuan
kegiatan
f. Menjelaskan kontrak,
waktu, dan topik
kegiatan.
g. Menjelaskan aturan
kegiatan yaitu sebagai
berikut : Jika ada
klien yang ingin

20
meninggalkan
kelompok harus minta
izin pada terapis, lama
kegiatan 60 menit,
semua klien
mengikuti kegiatan
dari awal sampai
selesai.

2. 20 Pelaksanaan :
Menit a. Evaluasi atau validasi a. Klien berdo’a
Menanyakan perasaan b. Klien melakukan
klien saat ini kegiatan
b. Semua klien berdo’a
sebelum memulai
kegiatan
c. Kegiatan dimulai

4. 5 Menit Ekspress feeling : a. Mengungkapkan


1. Evaluasi perasaan peserta
a. Terapis menanyakan terapis
perasaan klien b. Mendengarkan dan
setelah mengikuti memperhatikan
TAK c. Mengemukakan
b. Terapis memberikan pendapat
pujian atas d. Mendengarkan dan
keberhasilan klien tepuk tangan
3. Tindak lanjut terapis
menganjurkan klien
untuk mengekspresikan
melalui ketrampilan

3. 5 Menit Penutup :
Kontrak yang akan datang a. Memberikan
a. Menyepakati TAK yang tanggapan atau
akan datang pendapat
b. Menyepakati waktu dan b. Mengemukakan
tempat pendapat
c. Menutup acara kegiatan c. Mendengarkan dan
TAK memperhatikan
d. Mengucapkan salam d. Menjawab salam

21
J. Setting Tempat
1. Sesi I (Bercocok Tanam)

K F K K F K K F K
K

O F
C
K o
L
K

K K F K K F K K

2. Sesi II (Perlombaan)

L C

K K K

K K K

F O F O F O

K K K

F K K

K F F

F K K

K
22
K. Proses Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta 15 orang
b. Setting tempat sesuai dengan rencana
c. Peserta dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir dengan tertib.
2. Evaluasi Proses
a. Klien tidak meninggalkan tempat selama kegiatan berlangsung.
b. Klien dapat mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.
c. Klien berpartisipasi aktif dalam kegiatan dan dapat memberikan tanggapan
tentang kegiatan dan manfaat kegiatan.
d. Pengorganisasian dapat terlaksana sesuai rencana.
3. Evaluasi Hasil
a. 15 peserta mampu menyelesaikan keterampilan dengan tepat.
b. 8 dari 15 peserta mampu mengungkapkan bagaimana perasaannya setelah
melakukan kegiatan.

L. Fase Evaluasi

Aspek Yang Dinilai


Mengikuti
No Mengikuti Konsentrasi
Peserta acara
peraturan selama
sampai
kegiatan kegiatan
selesai
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

23
8.

9.

10
.
11
.
12
.
13
.
14
.
15

24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat variasi respon dari semua klien setelah diberikan penerapan terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensorik dan motorik yang dapat
meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan unuk berkumpul,
berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan, memberikan
tanggapan terhadap pendapat maupun perasaan orang lain.
Struktur kelompok dalam terapi akivitas menjelaskan batasan, komunikasi,
proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
kelompok terapi aktivitas menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola
perilaku dan interaksi.
B. Saran
1. Bagi Panti Gramesia
Diharapkan Terapi Aktivitas Kelompok Lansia (TAK) dimasukan
kedalam jadwal kegiatan rutinitas mingguan ataupun bulanan seperti kegiatan-
kegiatan lainnya. Disarankan Kegiatan Terapi Aktivitas untuk skala besar
( yang diikuti oleh seluruh klien ) disarankan untuk diadakan satu kali dalam
satu bulan, dengan tujuan untuk bersosialisasi dan merangsang fungsi kognitif.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan Institusi pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan
dan pengajaran dibidang keperawatan jiwa, agar mahasiswa profesi lebih
terarah dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa yang n melaksanakan praktek keperawatan
jiwa telah mempersiapkan diri secara kognitif dengan penguasaan konsep
asuhan keperawatan jiwa yang lebih matang sehingga tidak banyak mengalami
kesulitan dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan dilapangan /lahan
praktek. Harus dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya pada saat

25
tidak berinteraksi dengan klien, untuk melengkapi dokumentasi asuhan
keperawatan serta datang dan pulang tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Keliat, BA & Pawirowiyono, Akemat. 2013. Keperawatan Jiwa Terapi


AktivitasKelompok. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Purwaningsih, Wahyu. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

RISKESDAS. 2009. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta : Depkes RI.

Stuar, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan,
Jakarta : Depkes RI.

Stuart, G. W., Sundeen, JS., 1998, Keperawatan jiwa (Terjemahan), alih bahasa: Achir
Yani edisi III. Jakarta : EGC

Stuart, GW, Laraia, M.T., 2001, Principle and Practice of Pshychiatric Nursing, Edisi 7,
Mosby, Philadelpia.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika,
Yogyakarta.

Kusuma, Farida dan Hartono, Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai