Anda di halaman 1dari 5

tag:blogger.com,1999:blog-34888225.

post-54811560294414805822008-02-
26T08:34:00.000-08:002008-03-11T04:43:03.158-07:00Pendahuluan

Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik pada kondisi


darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti percobaan bunuh diri,
penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan, kekerasan atau perubahan lainnya pada
perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di
bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk
layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun
1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik
sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan
psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental
pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh
petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut
intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien
yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.

Definisi
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,
ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan,
serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa
kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum.
Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini.
Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.

Tempat Rujukan Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatrik


Tempat rujukan layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai Psychiatric
Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau Comprehensive
Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri dari berbagai disiplin,
mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi, dan karya sosial di samping psikiater.
Untuk fasilitas, kadang dirawat inap di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat
darurat, yang menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24 jam. Di dalam
lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik diberikan untuk
memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan solusi alternatif yang sesuai untuk
pasien, dan untuk memberikan penanganan pada pasien dalam jangka waktu tertentu.
Bahkan diagnosis tepatnya merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan
intervensi pada keadaan kritis.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai permasalahan pasien,
memberikan perawatan jangka pendek, memberikan pengawasan selama 24 jam ,
mengerahkan tim untuk menyelesaikan intervensi pada tempat kediaman pasien,
menggunakan layanan manajemen keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut,
memberikan peringatan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan
pelayanan konseling lewat telepon.
Sejarah
Sejak tahun 1960s permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik telah
mengalami suatu pertumbuhan cepat dalam kaitannya dengan peningkatan spesialis
medis, dan banyaknya pilihan perawatan maya, seperti pengobatan psikiatriks. Sekarang
keadaan kegawatdaruratan psikiatrik juga telah meningkat dengan mantap, terutama di
daerah perkotaan. Kegawatdaruratan psikiatrik berhubungan dengan orang-orang yang
yang menganggur dan tunawisma dalam kaitannya dengan kemampuan, kenyamanan,
dan kehidupan yang tidak terjamin. Banyak dari pasien kegawatdaruratan psikiatrik
terkait karakteristik demografis dan keadaan sosial. Penanganan individual dibutuhkan
untuk pasien yang memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik.

Jenis-Jenis Kegawatdaruratan Psikiatrik


1.Percobaan Bunuh Diri
Mulai tahun 2000, WHO memperkirakan satu juta orang di dunia bunuh diri setiap
tahunnya. Tidak terhitung jumlahnya yang berusaha utnuk bunuh diri. Pelayanan
kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk menangani gangguan mental yang dihubungkan
dengan suatu resiko bunuh diri. Para petugas kesehatan di sini diharapkan untuk
meramalkan tindakan kekerasan pasien pada diri sendiri atau pada orang lain. Faktor
yang mendorong ke arah suatu bunuh diri berasal dari sangat banyak sumber, termasuk
psikososial, biologi, hubungan antar pribadi, religius dan antropologi. Para petugas
kesehatan akan menggunakan semua sumber daya mereka yang tersedia untuk
menentukan faktor resiko, membuat suatu penilaian, dan memutuskan perawatan mana
yang diperlukan
2.Perilaku Kekerasan
Agresi dapat merupakan hasil dari faktor internal dan eksternal yang menciptakan suatu
pengaktifan pada sistem syaraf yang otonom. Pengaktifan ini dapat muncul menjadi
gejala seperti meninju rahang, melompat, membanting pintu, menampar, atau menjadi
mudah terkejut. Diperkirakan bahwa 17% pengobatan ke pelayanan kegawatdaruratan
psikiatrik berhubungan dengan pembunuhan dan 5% melibatkan bunuh diri dan
pembunuhan. Kekerasan dihubungkan dengan banyak kondisi, seperti intoksikasi akut,
penyakit kejiwaan akut, gangguan kepribadian psikosis paranoid, gangguan kepribadian
anti sosial, gangguan kepribadian narsistik, dan gangguan kepribadian borderline. Faktor
resiko lainnya yang dapat mendorong ke arah prilaku kekerasan telah diketahui. Faktor
resiko ini misalnya, kehadiran halusinasi, delusi, kerusakan syaraf, putus sekolah, belum
menikah, kemiskinan, atau laki-laki. Faktor resiko lain prilaku kekerasan termasuk IQ
yang tinggi dan memiliki pengetahuan tentang gangguan mental. Para petugas kesehatan
menilai dengan lengkap faktor resiko prilaku kekerasan yang ada untuk memberikan
keamanan dan perawatan pada pasien.
3.Psikosis
Pasien dengan gejala psikosis sering ditemukan di bagian kegawatdaruratan psikiatrik.
Menentukan sumber psikosis dapat menjadi sulit. Kadang pasien masuk ke dalam status
psikosis setelah sebelumnya putus dari perawatan yang direncanakan. Pelayanan
kegawatdaruratan psikiatrik tidak akan mampu menyediakan penanganan jangka panjang
untuk pasien jenis ini, cukup dengan istirahat ringkas dan mengembalikan pasien kepada
orang yang menangani kasus mereka dan/atau memberikan lagi pengobatan psikiatrik
yang diperlukan. Suatu kunjungan pasien yang menderita suatu gangguan mental yang
kronis dapat menandakan perubahan dalam lifestyle dari individu atau suatu pergeseran
kondisi medis. Pertimbangan ini dapat berperan dalam perencanaan perawatan.
Seseorang dapat juga sedang menderita psikosis akut. Kondisi seperti itu dapat disiapkan
untuk diagnosis dengan memperoleh riwayat psikopatologi pasien, melakukan suatu
pengujian status mental, pelaksanaan pengujian psikologis, perolehan neuroimages, dan
memperoleh pengujian neurofisiologi lain. Berdasarkan ini, tenaga kesehatan dapat
memperoleh suatu diagnosa diferensial dan menyiapkan pasien untuk perawatan. Seperti
pertimbangan penanganan pasien lainnya, asal psikosis akut dapat sukar ditentukan
karena keadaan mental dari pasien. Bagaimanapun, psikosis akut digolongkan sebagai
keadaan yang memerlukan penanganan darurat yang segera dan penuh perhatian. Tidak
adanya perawatan dan identifikasi dapat mengakibatkan bunuh diri, pembunuhan, atau
kekerasan.

4.Ketergantungan dan Penyalahgunaan Obat

Penyebab umum lain pada penderita dengan gejala psikosis adalah intoksikasi obat.
Gejala akut ini terjadi setelah masa pengamatan atau penanganan psikofarmakologis yang
terbatas. Bagaimanapun isunya, seperti ketergantungan obat atau penyiksaan, sukar untuk
ditangani di Unit Gawat Darurat. Intoksikasi alkohol akut seperti halnya bentuk lain
penyalahgunaan obat memerlukan intervensi psikiatrik. Bertindak sebagai suatu penekan
sistem syaraf pusat, efek awal alkohol pada umumnya diinginkan dan ditandai oleh
banyak bicara, pusing, dan berkurangnya hambatan sosial. Di samping pertimbangan
konsentrasi lemah, penampilan verbal dan motorik, pengertian yang mendalam,
pertimbangan dan kehilangan memori jangka pendek yang bisa diakibatkan perubahan
tingkah laku yang menyebabkan luka atau kematian, tingkat alkohol di bawah 60
miligram per deciliter darah pada umumnya tidak mematikan. Bagaimanapun, individu
dengan 200 miligram per deciliter darah dipertimbangkan menderita intoksikasi dan level
konsentrasi pada 400 miligram per deciliter darah bersifat mematikan, menyebabkan
anesthesia yang lengkap dari sistem pernapasan. Di luar perubahan tingkah laku
berbahaya yang terjadi setelah mengkonsumsi sejumlah alkohol tertentu, intoksikasi
idionkrasi bisa terjadi pada beberapa individu setelah mengkonsumsi sedikit alkohol.
Kelainan ini pada umumnya terdiri dari kebingungan, disorientasi, delusi dan halusinasi
visual, agresi meningkat, amukan, hasutan, kekerasan. Pecandu minuman alkohol yang
kronis dapat menderita halusinasi, dimana konsumsi yang diperpanjang dapat
mencetuskan halusinasi auditorik. Peristiwa seperti ini dapat terjadi untuk beberapa jam
atau seminggu penuh. Antipsikotik merupakan obat yang sering digunakan untuk
menangani gejala ini.
Klinikus harus menentukan penggunaan obat, dosis, dan waktu penggunaan untuk
menentukan perawatan jangka pendek dan panjang yang diperlukan. Perawatan yang
sesuai harus pula ditentukan. Hal ini meliputi fasilitas pasien rawat jalan, kediaman pusat
perawatan, atau rumah sakit. Perawatan segera dan jangka panjang ditentukan oleh
keseriusan dan ketergantungan fisiologis yang ditimbulkan dari penyalahgunaan obat.
5.Reaksi dan Interaksi Obat
Overdosis, interaksi obat, dan reaksi berbahaya dari pengobatan psikiatris, terutama
antipsikotik, dimasukkan ke dalam kegawatdaruratan psikiatri. Neuroleptic malignant
syndrome adalah komplikasi mematikan dari generasi pertama atau kedua obat
antipsikotik. Jika tidak ditangani, neuroleptic malignant syndrome dapat mengakibatkan
demam, kekakuan otot, kebingungan, tanda vital tidak stabil, atau bahkan kematian.
Sindrom serotonin dapat terjadi ketika monoamine oxidase inhibitor bercampur dengan
buspirone. Gejala sindrom serotonin yang parah meliputi hyperthermia, mata gelap, dan
tachycardia yang boleh mendorong kearah shock. Sering pasien dengan gejala medis
umum yang parah, seperti tanda vital yang tidak stabil, akan ditransfer ke unit gawat
darurat umum atau pelayanan medis untuk meningkatkan monitoring.

6.Gangguan kepribadian
Gangguan yang termanifestasi pada kelainan fungsi pada area kognisi, afek, fungsi
interpersonal dan impuls kontrol dapat digolongkan sebagai gangguan kepribadian.
Pasien yang menderita gangguan kepribadian pada umumnya tidak akan mengeluh
tentang gejala gangguan mereka. Pasien yang menderita kegawatdaruratan dari gangguan
kepribadian dapat menunjukkan perilaku curiga, psikosis, atau delusi. Pasien rawat jalan
yang dibandingkan dengan populasi yang umum, prevalensi dari individu yang menderita
gangguan kepribadian yang dirawat di rumah sakit pada umumnya 7-25% lebih tinggi.
Klinikus bekerjasama dengan pasien untuk menstabilkan individu terkait kebutuhan dasar
mereka.
7.Kecemasan
Pasien yang menderita kasus kecemasan yang ekstrim boleh mencari perawatan ketika
semua sistem pendukung telah dikerahkan dan mereka tidak mampu untuk
menghilangkan kecemasan itu. Rasa cemas bisa hadir lewat jalan yang berbeda dari suatu
dasar penyakit medis atau gangguan psikiatrik, suatu gangguan fungsional sekunder dari
gangguan psikiatrik yang lain, dari suatu gangguan psikiatrik utama seperti gangguan
panik atau gangguan cemas umum, atau sebagai hasil stress dari kondisi seperti gangguan
penyesuaian atau gangguan stress pasca trauma. Pada umumnya langkah awal yang
dilakukan klinikus adalah menyediakan sebuah " pelabuhan aman" untuk pasien sehingga
proses penilaian dan perawatan dapat cukup terfasilitasi. Inisiasi perawatan untuk suasana
hati dan gangguan cemas sangat penting karena pasien yang menderita gangguan
kecemasan mempunyai resiko tinggi kematian prematur.
8.Bencana
Bencana alami dan hasil perbuatan manusia dapat menyebabkan stress psikologis yang
parah pada korban peristiwa tersebut. Manajemen kegawatdaruratan sering meliputi
layanan kegawatdaruratan psikiatrik yang dirancang untuk membantu korban mengatasi
situasi tersebut. Dampak bencana dapat menyebabkan orang untuk merasa shock, merasa
panik, atau kebingungan. Jam, hari, bulan dan bahkan tahun setelah suatu bencana,
individu dapat mengalami mimpi buruk, kelesuan, penarikan diri, memori memburuk,
kelelahan, hilangnya selera, kesulitan untuk tidur, depresi, lekas marah, atau serangan
panik. Dalam kaitan dengan lingkungan yang penuh resiko dan kekacauan suatu bencana,
para tenaga kesehatan menilai dan memperlakukan pasien secepat mungkin. Kecuali jika
suatu kondisi sedang mengancam hidup pasien atau orang lain di sekitar pasien,
pertimbangan dasar penyelamatan diri dan medis lainnya diatur dulu. Segera setelah itu
klinikus boleh mengijinkan individu untuk menukar udara agar melegakan perasaan
pengasingan, sifat mudah kena luka dan ketakberdayaan. Bergantung atas skala dari
bencana, banyak korban menderita penyakit gangguan stress pasca trauma baik yang akut
ataupun kronis. Pasien yang menderita gangguan ini sering datang ke rumah sakit jiwa
untuk menstabilkan diri.
9.Pelecehan
Peristiwa fisik, perkosaan atau pelecehan seksual dapat mengakibatkan hasil yang
berbahaya kepada korban dari tindakan kriminal. Korban dapat menderita kecemasan
yang ekstrim, ketakutan, ketidakberdayaan, kebingungan, gangguan makan atau tidur,
permusuhan, rasa bersalah dan malu. Penanganan pada umumnya meliputi pertimbangan
psikologis, medis, dan undang-undang yang sah. Bergantung pada ketentuan hukum di
daerah, para tenaga kesehatan diperlukan untuk melaporkan aktivitas kriminal kepada
suatu kepolisian. Tenaga kesehatan pada umumnya mengumpulkan dan mengidentifikasi
data sepanjang penilaian awal dan menunjuk pasien yang jika perlu akan menerima
perawatan medis.

Penatalaksanaan
Penanganan di pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik berprinsip untuk menstabilkan
kondisi kehidupan. Ketika distabilkan, pasien yang menderita kondisi kronis dapat
dipindahkan ke tempat yang menyediakan rehabilisasi psikiatrik jangka panjang. Bentuk
yang berbeda dari pengobatan psikiatrik, psikoterapi, atau terapi ECT dapat digunakan
dalam penanganan kegawatdaruratan.
Pengenalan dan keefektifan dari pengobatan psikiatrik sebagai pilihan pengobatan di
psikiatrik telah mengurangi pemanfaatan pengekangan fisik pada kasus kegawatdaruratan
psikiatrik, dengan mengurangi gejala berbahaya sakit jiwa atau intoksikasi obat.

Arbaa_Fivonehttp://www.blogger.com/profile/03530980450130384378noreply@blogger
.com

Anda mungkin juga menyukai