Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MOTIVASI PERAWAT DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA

RUANG TERHADAP PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN OLEH


PERAWAT PELAKSANA PADA RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI SEMARANG

Dhinamita Nivalinda*, M.C. Inge Hartini**, Agus Santoso***

*) Departemen DKKD PSIK FK Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang
**) RS Elisabeth, Jl. Kawi No. 1 Semarang
***) Departemen DKKD PSIK FK Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang

Email : diena_mitha@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat yang mencerminkan perilaku kinerja dipengaruhi motivasi
dan kepemimpinan, salah satunya kepemimpinan kepala ruang. Kepemimpinan kepala ruang yang efektif akan
mempengaruhi upaya menggerakkan perawat dalam lingkup wewenangnya untuk menerapkan budaya
keselamatan pasien. Perawat dengan motivasi baik akan menerapkan budaya keselamatan pasien dengan baik.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh motivasi perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap
penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RS Pemerintah di Semarang. Jenis penelitian
kuantitatif non eksperimental dengan pendekatan cross sectional pada 105 responden menggunakan kuesioner.
Analisis data dengan Product moment, regresi sederhana, regresi linier berganda. Hasil penelitian adalah ada
pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 10,3%, ada pengaruh gaya
kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 36,8%. Ada pengaruh secara
bersama-sama antara motivasi perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya
keselamatan pasien sebesar 39,2%. Terdapat pengaruh antara motivasi perawat dan gaya kepemimpinan kepala
ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien oleh perawat pelaksana di RS Pemerintah di Semarang.

138 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 138-145


PENDAHULUAN komitmen dan cara organisasi dalam
Upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.6
keselamatan pasien di rumah sakit sudah Budaya keselamatan pasien terdiri dari
merupakan sebuah gerakan universal. Berbagai beberapa elemen. Elemen pada budaya
negara maju telah menggeser paradigma keselamatan pasien antara lain budaya terbuka
quality kearah paradigma baru quality- (open), adil (just), pelaporan (reporting),
safety. Ini berarti bukan hanya mutu pembelajaran (learning) dan penginformasian
pelayanan yang harus ditingkatkan tetapi yang (informed).6 Bersikap terbuka dan adil berarti
lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan berbagi informasi secara terbuka dan bebas,
pasien secara konsisten dan terus menerus.1 serta perlakuan adil bagi staf ketika insiden
Laporan Institute of Medicine di Amerika terjadi.7 Budaya pelaporan adalah perawat
Serikat yang berjudul To err is human: mempunyai kepercayaan dalam sistem
building a safer health system menyatakan pelaporan insiden. Budaya pembelajaran
bahwa sebanyak 58% dari 98000 kesalahan adalah berkomitmen untuk pembelajaran
yang mengakibatkan kematian ternyata dapat keselamatan, mengkomunikasikannya dengan
dicegah. 2 Laporan tersebut juga yang lain serta selalu mengingatnya. Budaya
mengemukakan penelitian di rumah sakit Utah penginformasian berarti belajar dari
dan Colorado yaitu ditemukan Kejadian Tidak pengalaman masa lalu, mampu
Diharapkan (KTD/Adverse Event) sebesar mengidentifikasi dan mengurangi insiden di
2,9% dengan 6,6% diantaranya meninggal, masa mendatang karena belajar dari peristiwa
sedangkan di New York sebesar 3,7% dengan yang telah terjadi.8
angka kematian 13,6%. Angka kematian akibat Budaya keselamatan pasien merupakan hal
KTD pada pasien rawat inap di Amerika yang yang penting. Budaya keselamatan pasien akan
berjumlah 33,6 juta pada tahun 1997 menurunkan adverse event (AE) sehingga
berdasarkan penelitian di Utah, Colorado dan akuntabilitas rumah sakit di mata pasien dan
New York adalah berkisar 44.000 sampai masyarakat akan meningkat.9 Budaya
98.000. Publikasi WHO tahun 2004 mengenai keselamatan pasien membantu organisasi
angka penelitian rumah sakit di Amerika, mengembangkan clinical governance,
Inggris, Denmark, dan Australia menemukan organisasi dapat lebih menyadari kesalahan
KTD sebesar 3,2 16,6 %. Berbagai negara yang telah terjadi, menganalisis dan mencegah
selanjutnya segera mengembangkan sistem bahaya atau kesalahan yang akan terjadi,
keselamatan pasien dengan mengurangi komplikasi pasien, kesalahan
1,3
mempertimbangkan data tersebut. berulang serta sumber daya yang diperlukan
Upaya yang dilakukan rumah sakit untuk untuk mengatasi keluhan dan tuntutan.7,10
meningkatkan keselamatan pasien antara lain Survei terhadap 2.287 perawat di 22 rumah
melalui program tujuh langkah menuju sakit menunjukkan buruknya budaya
keselamatan rumah sakit dan penerapan keselamatan berdampak pada peningkatan luka
standar keselamatan pasien rumah sakit. jarum suntik dan kejadian nyaris cedera (near
Langkah awal dalam mencapai keselamatan miss) antara perawat rumah sakit.5 Hasil
pasien tersebut adalah melalui penerapan penelitian menunjukkan bahwa setiap
budaya keselamatan pasien yang disertai penurunan 10% dalam budaya keselamatan
kepemimpinan yang baik. Hal ini tertuang unit perawatan intensif (ICU) maka lama
dalam tahap pertama program tujuh langkah perawatan pasien (LOS) meningkat 15%.11
menuju keselamatan rumah sakit yakni bangun Penelitian terhadap 179 rumah sakit di
kesadaran akan nilai keselamatan pasien, Amerika Serikat menyatakan bahwa rumah
ciptakan kepemimpinan dan budaya yang sakit dengan skor budaya keselamatan pasien
terbuka dan adil.1,4 lebih positif memiliki tingkat yang lebih
Budaya keselamatan adalah nilai, rendah dalam komplikasi atau adverse
keyakinan, perilaku yang dianut individu events.12
dalam suatu organisasi mengenai keselamatan Membangun budaya keselamatan pasien
yang memprioritaskan dan mendukung yang memungkinkan seluruh tim mendukung
peningkatan keselamatan.5 Budaya dan meningkatkan keselamatan pasien
keselamatan pasien merupakan nilai, sikap, dipengaruhi oleh kepemimpinan yang kuat.6,7
persepsi, kompetensi dan pola perilaku Lingkup kepemimpinan dalam penerapan
individual dan kelompok yang menentukan budaya keselamatan pasien salah satunya

Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan 139
Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah
Di Semarang
Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso
adalah kepemimpinan kepala ruang. Upaya kepemimpinan kepala ruang dan penerapan
kepala ruang dalam melaksanakan budaya keselamatan pasien. Analisis bivariat
kepemimpinan yang efektif di ruangannya menggunakan analisis regresi linier sederhana
mempengaruhi penerapan budaya keselamatan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
pasien. Kepala ruang akan dapat (hubungan) antara dua variabel sedangkan
mempengaruhi strategi dan upaya untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh
menggerakkan perawat dalam lingkup antarvariabel tersebut digunakan analisis
wewenangnya untuk bersama-sama korelasi Product Moment karena data
menerapkan budaya keselamatan pasien.13 berdistribusi normal.
Upaya untuk menjadi pemimpin yang paling Analisis multivariat pada penelitian ini
efektif yaitu perlunya menyesuaikan gaya-gaya menggunakan analisis regresi linier berganda
kepemimpinannya terhadap situasi.14 Gaya untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua
kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang atau lebih variabel independen terhadap satu
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan variabel dependen. Etika penelitian yang
organisasi dengan tujuan individu, untuk dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
mencapai suatu tujuan.15 mendapatkan ethical clearance dari Komisi
Penerapan budaya keselamatan pasien Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas
oleh perawat mencerminkan perilaku kinerja Kedokteran Universitas Diponegoro.
perawat dan dipengaruhi oleh motivasi
perawat, dengan motivasi yang baik HASIL PENELITIAN
diharapkan perawat dapat menerapkan budaya Karakteristik responden dapat dilihat pada
keselamatan pasien yang baik.16 Tabel 1 dan Tabel 2.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh motivasi perawat dan Tabel 1 Distribusi karakteristik responden
gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap menurut usia dan masa kerja di RS Pemerintah
penerapan budaya keselamatan pasien oleh di Semarang, Juni 2013 (n=105)
perawat pelaksana di RS Pemerintah di No Karakteristik Mean Minimum-
Semarang. Maksimum
1 Usia 32,52 23-56
METODE PENELITIAN 2 Masa kerja 8,5342 0,25-35,00
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif non eksperimental dengan Tabel 2 Distribusi frekuensi karakteristik
pendekatan cross sectional. Sampel sejumlah responden menurut jenis kelamin, keikutsertaan
105 responden melalui purposive sampling pelatihan dan usia di RS Pemerintah di
dengan kriteria inklusi perawat pelaksana dan Semarang, Juni 2013 (n=105)
No Karakteristik Frekuensi Persentase
pendidikan DIII Keperawatan. Penelitian
dilakukan di RS Pemerintah di Semarang pada 1. Jenis kelamin
tanggal 15 sampai dengan 29 Juni 2013. Alat a. Laki-laki 43 41
pengumpul data yang digunakan yaitu b. Perempuan 62 59
kuesioner, terdiri dari karakteristik responden, Total 105 100
motivasi perawat, gaya kepemimpinan kepala 2. Keikutsertaan
ruang dan penerapan budaya keselamatan pelatihan
pasien. keselamatan pasien 50 47,6
Hasil uji normalitas menunjukkan nilai a. Pernah 55 52,4
asymp sig 0,068 untuk variabel motivasi, b. Tidak pernah
asymp sig 0,808 untuk variabel gaya Total 105 100
kepemimpinan kepala ruang dan asymp sig 3 Usia
a. 20-40 tahun 90 85,7
0,397 untuk variabel penerapan budaya
b. 40-65 tahun 15 24,3
keselamatan pasien. Hal ini menunjukkan Total 105 100
bahwa data berdistribusi normal dan
pengkategorian data menggunakan mean
Hasil distribusi frekuensi motivasi
sebagai cut of point. perawat, gaya kepemimpinan kepala ruang dan
Analisis univariat dalam penelitian ini penerapan budaya keselamatan pasien dapat
untuk mendeskripsikan karakteristik
dilihat pada Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5.
responden, motivasi perawat, gaya

140 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 138-145


Tabel 3 Distribusi frekuensi motivasi perawat di Tabel 5 Distribusi frekuensi penerapan
RS Pemerintah di Semarang, Juni 2013 (n=105) budaya keselamatan pasien oleh perawat
No Motivasi Frekuensi Persentase pelaksana di RS Pemerintah di Semarang,
Juni 2013 (n=105)
1. Tinggi 47 44,8 No Penerapan budaya Frekuensi Persentase
2. Rendah 58 55,2 keselamatan pasien
Total 105 100 1. Baik 51 48,6
2. Kurang baik 54 51,4
Tabel 4 Distribusi frekuensi gaya Total 105 100
kepemimpinan kepala ruang
di RS Pemerintah di Semarang,
Juni 2013 (n=105)
No Gaya kepemimpinan Frekue Persent
kepala ruang nsi ase

1. Efektif 57 54,3
2. Kurang efektif 48 45,7
Total 105 100

Tabel 6 Pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan budaya keselamatan pasien di RS Pemerintah di
Semarang, Juni 2013 (n=105)
Variabel Variabel r p value A b1 R2
Independen Dependen
Motivasi perawat Penerapan budaya keselamatan pasien 0,321 0,001 60,932 0,499 0,103

Tabel 7 Pengaruh gaya kepemimpinan Karu terhadap penerapan budaya keselamatan pasien di RS
Pemerintah di Semarang, Juni 2013 (n=105)
Var. Independen Var. r p value A b2 R2
Dependen
Gaya kepemimpinan kepala ruang Penerapan budaya 0,607 0,0001 58,902 0,545 0,368
keselamatan pasien

Tabel 8. Model regresi linier berganda


Model R Square Unstandardized Coefficients Standardized Sig
Coefficients
B Std. Err Beta
1 0,392
(Constant) 45,654 7,930 0,0001
Motivasi perawat 0,249 0,125 0,161 0,049
Gaya kepemimpinan Karu 0,503 0,072 0,561 0,0001
Variabel dependen : penerapan budaya keselamatan pasien

Setiap melakukan analisis regresi linier adalah variabel motivasi perawat dan gaya
berganda harus memenuhi asumsi atau kepemimpinan kepala ruang dengan p value
persyaratan yang ditetapkan meliputi asumsi kurang dari 0,25. Variabel-variabel tersebut
eksistensi, independensi, linieritas, selanjutnya dianalisis dengan analisis regresi
homoscesdasity, normalitas dan linier berganda. Persamaan regresi linear
multikolinearitas. Hasil uji asumsi regresi berganda yang diperoleh yaitu :
linier secara keseluruhan berdasarkan sejumlah Y = 45,654 + 0,249 X1 + 0,503 X2,
uji asumsi yang telah dilakukan dapat dengan :
disimpulkan bahwa model regresi memenuhi Y : penerapan budaya keselamatan pasien,
syarat asumsi untuk dilakukan analisis regresi X1 : motivasi perawat,
linier berganda. X2 : gaya kepemimpinan kepala ruang.
Variabel yang masuk dalam model Nilai koefisien determinasi (R2)
multivariat adalah variabel yang hasil analisis menunjukkan niai 0,392 artinya bahwa
bivariatnya mempunyai p value kurang dari persentase pengaruh variabel motivasi perawat
0,25. Hasil seleksi bivariat didapatkan bahwa dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap
variabel yang masuk dalam model multivariat penerapan budaya keselamatan pasien sebesar

Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan 141
Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah
Di Semarang
Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso
39,2%. Nilai Beta yang paling besar Senioritas dan produktivitas pekerjaan
ditunjukkan dari variabel gaya kepemimpinan berkaitan secara positif, semakin lama bekerja
kepala ruang yaitu sebesar 0,561. Hal ini semakin terampil dan berpengalaman dalam
berarti bahwa variabel yang paling besar melaksanakan pekerjaannya.18 Pengalaman dan
pengaruhnya terhadap penerapan budaya kesempatan pekerjaan akan dapat
keselamatan pasien adalah variabel gaya meningkatkan konsep individu, pemecahan
kepemimpinan kepala ruang. masalah dan keterampilan motorik.17
Nilai F hitung sebesar 32,859 yang berarti Masa kerja yang bervariasi akan
bahwa F hitung lebih dari F tabel (3,085), maka mempengaruhi ketrampilan dan pengalaman
dapat disimpulkan Ho ditolak. Hal ini berarti perawat dalam pekerjaaannya yaitu
terdapat pengaruh secara bersama-sama antara memberikan pelayanan yang aman pada
motivasi perawat dan gaya kepemimpinan pasien. Pengalaman berbeda dari tiap perawat
kepala ruang terhadap penerapan budaya akan menyebabkan kemampuan yang berbeda
keselamatan pasien. dalam pemecahan masalah terkait insiden
keselamatan pasien maupun kinerja pelayanan
PEMBAHASAN yang memperhatikan keselamatan pasien.
Sebagian besar responden dalam tahap Pelatihan merupakan proses
usia dewasa muda yaitu 20 sampai dengan 40 pembelajaran yang melibatkan perolehan
tahun yang merupakan perkembangan puncak keahlian, konsep atau sikap untuk
dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kinerja.21 Banyaknya responden
keterampilan yang dimiliki serta kebiasaan yang belum mendapat pelatihan akan
berfikir rasionalnya akan meningkat.17,18 menyebabkan responden kurang mendapat
Kondisi ini akan mempengaruhi perawat dalam keahlian maupun konsep yang akan berdampak
mengaplikasikan ilmu pengetahuan, pada kinerja dalam memberikan pelayanan
ketrampilan dan kreativitas yang dimiliki yang aman pada pasien.
termasuk dalam menerapkan budaya Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keselamatan pasien. sebagian besar responden yaitu sejumlah 57
Usia menentukan perilaku dan responden (53%) mempunyai motivasi rendah.
kemampuan seseorang untuk bekerja, termasuk Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
bagaimana merespons stimulus yang diberikan perawat antara lain keinginan adanya
individu.19 Usia responden yang bervariasi ini peningkatan, rasa percaya bahwa gaji yang
dapat menimbulkan respon berbeda tiap dimiliki sudah mencukupi, memiliki
individu terhadap perilaku kepemimpinan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan
kepala ruang sehingga menimbulkan persepsi nilai-nilai yang diperlukan. Faktor lainnya
gaya kepemimpinan kepala ruang yang juga yaitu adanya umpan balik, adanya kesempatan
berbeda. untuk mencoba pendekatan baru dalam
Hasil penelitian sebelumnya tahun 2008 melakukan pekerjaan, adanya instrumen
menyatakan bahwa dari segi disiplin kaum kinerja untuk promosi, kerja sama dan
perempuan lebih sering mangkir dengan alasan peningkatan penghasilan.15
rumah tangga.20 Peran, tugas, tanggung jawab Banyaknya responden yang mempunyai
antara laki-laki dan perempuan di lingkungan motivasi rendah dapat dijelaskan dari
keluarga berbeda begitu pula secara fisik. sedikitnya perawat yang kebutuhan mencapai
Kodratnya perempuan lebih sering tidak masuk prestasinya tinggi. Hal ini ditunjukkan dari
kerja dibandingkan laki-laki misalnya karena hasil distribusi pada pasien. Kebutuhan untuk
hamil atau melahirkan, tetapi karyawan wanita mencapai prestasi merupakan kunci dalam
cenderung lebih rajin, disiplin dan sabar.19 motivasi dan kepuasan kerja karena akan
Lebih dominannya jumlah perempuan ini mendorong untuk mengembangkan kreativitas
dapat mempengaruhi perilaku kinerja perawat dan mengarahkan kemampuan demi mencapai
termasuk dalam menerapkan budaya prestasi kerja optimal.21 Prestasi kerja tersebut
keselamatan pasien karena tanggung jawab juga termasuk dalam mencapai penerapan
perempuan di lingkungan keluarga yaitu budaya keselamatan pasien yang baik.
sebagai ibu yang harus meninggalkan anaknya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
di rumah karena bekerja. sebagian besar reponden yaitu sejumlah 57
responden (54,3%) mempunyai persepsi bahwa
gaya kepemimpinan kepala ruang efektif.

142 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 138-145


Pemimpin yang efektif menerapkan gaya Motivasi kerja perawat akan berdampak
tertentu dalam kepemimpinannya memenuhi terhadap kinerja perawat yang ditampilkan.24
beberapa prinsip yang tercakup dalam gaya Perawat dalam memberikan pelayanan
kepemimpinan suportif, direktif, partisipatif keperawatan menunjukkan kinerja yang
dan orientasi prestasi. Prinsip ini antara lain berbeda-beda dikarenakan motivasi. Hal ini
mampu mengenali kebutuhan bawahan, juga termasuk dalam penerapan budaya
merangsang dan mencoba memenuhi keselamatan pasien. Perawat termotivasi oleh
kebutuhan tersebut, serta memberikan reward kebutuhan fisiologis, keselamatan, perhatian
atas keberhasilan mencapai tujuan. Pemimpin dan cinta, harga diri dan aktualisasi diri.
harus mampu membantu bawahan Perawat juga termotivasi oleh kebutuhan
mengidentifikasi jalan paling efektif dan kognitif terhadap pengetahuan.25 Hasil
memberikan jalan yang jelas bagi bawahan penelitian ini sesuai dengan penelitian
untuk mencapai tujuan dengan memberi sebelumnya yang menyatakan ada hubungan
bimbingan dan pengarahan maksimal. yang signifikan antara motivasi dengan sikap
Pemimpin harus berusaha mengurangi mendukung penerapan program patient safety
hambatan dalam proses pencapaian tujuan di instalasi perawatan intensif RSUD dr.
kinerja bawahan. Pemimpin harus berusaha Moewardi Surakarta.26
meningkatkan kesempatan bawahan merasakan Motivasi menunjukkan sejauh mana
kepuasan pribadi melalui pencapaian kinerja seorang individu ingin ataupun bersedia
yang efektif. Pemimpin yang dapat berusaha untuk mencapai kinerja yang baik di
menerapkan hal-hal tersebut maka bawahan pekerjaan.27 Hasil penelitian ini sesuai dengan
akan lebih mudah mencapai tujuan kinerjanya hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan
secara efektif. 14,22 bahwa perawat dengan motivasi tinggi maka
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap perawat dalam mendukung penerapan
penerapan budaya keselamatan pasien sebagian program patient safety akan semakin tinggi
besar responden yaitu sejumlah 54 responden pula.26
(51,4%) berada pada kategori kurang baik. Persentase pengaruh variabel motivasi
Rumah sakit yang mengadopsi budaya perawat terhadap penerapan budaya
keselamatan pasien sebagai nilai keselamatan keselamatan pasien adalah sebesar 10,3%.
berarti setiap individu dalam rumah sakit Seseorang yang bekerja untuk memenuhi
tersebut bertanggung jawab dalam memberikan kebutuhan maka pencapaian prestasi bisa
pelayanan secara aman. Nilai atau dimensi berubah sebagai dampak faktor dalam
budaya keselamatan menjadi perekat setiap organisasi seperti program pelatihan,
individu, dikomunikasikan dan diajarkan dari pembagian dan jenis tugas yang diberikan, tipe
dan ke setiap individu menjadi aturan yang supervisi yang dilakukan.28 Pencapaian prestasi
ditaati sehingga membentuk perilaku setiap ini termasuk penerapan budaya keselamatan
individu.23 Hasil penelitian ini menunjukkan pasien yang baik.
bahwa dimensi atau nilai dalam budaya Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
keselamatan pasien belum menyatu dalam diri pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala
semua individu sehingga belum semua perawat ruang terhadap penerapan budaya keselamatan
menunjukkan perilaku yang menjunjung tinggi pasien. Hasil ini sesuai dengan penelitian
nilai-nilai tersebut. Hal ini dapat menjadi sebelumnya yaitu ada hubungan bermakna
pemicu bagi rumah sakit dalam meningkatkan antara kepemimpinan kepala ruang dengan
penanaman nilai budaya keselamatan pasien. kepatuhan perawat dalam menerapkan
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pedoman patient safety.29
pengaruh antara motivasi perawat terhadap Budaya keselamatan yang kuat
penerapan budaya keselamatan pasien. membutuhkan kepemimpinan yang mencakup
Kekuatan pengaruh tersebut rendah (r sebesar komponen seperti mampu menetapkan dan
0,321) dan berpola positif artinya semakin mengkomunikasikan visi keselamatan dengan
tinggi motivasinya maka semakin baik jelas, menghargai dan memberdayakan staf
penerapan budaya keselamatan pasiennya. untuk mencapai visi. Komponen lainnya yaitu
Motivasi merupakan energi yang mendorong terlibat aktif dalam upaya peningkatan
seseorang untuk menjalankan tugas pekerjaan keselamatan pasien, menjadi panutan bagi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. bawahan, fokus pada masalah sistem bukan

Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan 143
Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah
Di Semarang
Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso
pada kesalahan individu, dan terus melakukan terhadap penerapan budaya keselamatan pasien
perbaikan sistem.30 oleh perawat pelaksana di RS Pemerintah di
Hasil penelitian ini menunjukkan Semarang. Penelitian selanjutnya diharapkan
pengaruh yang kuat (r sebesar 0,607) dan dapat meneliti lebih lanjut tentang penerapan
berpola positif. Hal ini berarti semakin efektif budaya keselamatan pasien di beberapa rumah
gaya kepemimpinan kepala ruangnya maka sakit dan faktor-faktor lain yang
semakin baik penerapan budaya keselamatan mempengaruhi.
pasiennya. Pemimpin yang efektif dalam
menerapkan gaya kepemimpinan tertentu perlu DAFTAR PUSTAKA
menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan 1. Departemen Kesehatan R.I. Panduan
karakteristik bawahan dan situasi, serta nasional keselamatan pasien rumah sakit
memadukan beberapa gaya kepemimpinan (patient safety). 2006.
tergantung situasi dan kondisi yang 2. McFadden, K., Stephanie C., Charles R..
dihadapi.22,23 The patient safety chain: transformational
Persentase pengaruh variabel gaya leaderships effect on patient safety
kepemimpinan kepala ruang terhadap culture, initiatives, and outcomes. USA:
penerapan budaya keselamatan pasien pada Journal of operation management. Vol.
penelitian ini adalah sebesar 36,8%. 27. 390-404. 2009
Keberhasilan pelaksanaan inovasi klinis tidak 3. Institute of medicine. To err is human :
hanya membutuhkan dukungan kepemimpinan building a safer health system.
yang efektif, tetapi juga membutuhkan Washington DC : National academy press.
dukungan organisasi dan alat implementasi.30 26-48. 2000.
Penerapan budaya keselamatan pasien yang 4. Rachmawati, E. Model pengukuran
baik juga berlaku untuk inovasi klinis karena budaya keselamtan pasien di RS
perubahan dari budaya menyalahkan menjadi Muhammadiyah Aisyah tahun 2011.
budaya keselamatan pasien merupakan upaya 2011. Diakses tanggal 28 September
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Hal 2012.http://lemlit. uhamka.ac.id
ini didukung aspek pengembangan teknologi, /index.php?pilih=
tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang news&mod=yes&aksi=lihat&id=103&jud
mendukung keselamatan dan proses pelayanan ul=keselamatan-pasien-di-rs-
yang dibangun sebagai sistem pertahanan/ muhammadiyah.html.
barier.23 5. The health foundation inspiring
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat improvement. Evidence scan: does
pengaruh secara bersama-sama antara motivasi improving safety culture affect patient
perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang outcomes?. 2011. Diakses tanggal 28
terhadap penerapan budaya keselamatan September
pasien. Persentase pengaruh variabel motivasi 2012.http://www.health.org.uk/public/cms
perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang /75/76/313/3078/Does%20improving%20
terhadap penerapan budaya keselamatan pasien safety%20culture%20affect%20outcomes.
sebesar 39,2%. Penerapan budaya keselamatan pdf?realName=fsu8Va.pdf.
pasien terutama berfokus pada prosedur 6. Bowie, P. Leadership and implementing a
manajemen sumber daya manusia dan perilaku safety culture. Practice nurse:40.(10):32-
kinerja dalam keselamatan pasien yang 35.2010.
berhubungan dengan pengawasan, kedisiplinan 7. National Patient Safety Agency (NPSA).
individu dan kepemimpinan yang efektif.31 Hal Seven step to patient safety: the full
ini menunjukkan untuk membangun budaya reference guide. London: National patient
keselamatan yang kuat perlu didukung safety agency. 2004.
kepemimpinan yang kuat, motivasi dan 8. Carthey, J., Clarke, J. Implementing
kedisiplinan individu dalam kinerja human factor in healthcare: how to guide.
keselamatan pasien serta sistem manajemen London: Patient safety first. 2010.
sumber daya manusia. 9. Surijah, A. Pentingnya safety culture di
rumah sakit upaya meminimalkan adverse
SIMPULAN events. 2008. Diakses tanggal 27 Oktober
Terdapat pengaruh antara motivasi 2012. http://management-
perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang

144 Jurnal Managemen Keperawatan . Volume 1, No. 2, November 2013; 138-145


update.org/index.php?act=jurnal&sm=jur Pemerintah di Semarang. Tesis.
nal_hrd. Semarang: Universitas Diponegoro. 2008.
10. Bird, D. Patient safety: improving 21. Simamora. Manajemen sumber daya
incident reporting. Journal of nursing manusia. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
standar. 20(14-16), 43. 2005. Ilmu Ekonomi YKPN. 2004.
11. Huang, D., Clermont G, Kong L, 22. Safaria, T. Kepemimpinan. Yogyakarta:
Weissfeld L, Sexton J. Intensive care unit Graha ilmu. 2004.
safety culture andoutcomes: a US 23. Cahyono, J. Membangun budaya
multicenter study. Int J qual health care. keselamatan pasien dalam praktik
2010. kedokteran. Yogyakarta: Kanisius. 2008.
12. Mardon, R, Khanna K, Sorra J, Dyer N, 24. Suyanto. Mengenal kepemimpinan dan
Famolaro T. Exploring relationships manajemen keperawatan. Yogyakarta:
between hospital patient safety culture and Mitra cendekia press. 2009.
adverse events. Rockville: J patient saf, 25. Swansburg, R., Laurel C. Pengembangan
6(4):226-32. 2010 staf keperawatan: suatu komponen
13. Thompson, P., Mary B., Nicole A. Patient pengembangan SDM. alih bahasa Agung
safety: the four domains of nursing W. Jakarta: EGC. 2001.
leadership. Nursing Economic. 26. Ariyani. Analisis pengetahuan dan
November-December.Vol 23. No 6: motivasi perawat yang mempengaruhi
Glocester County NJ. 2005. sikap mendukung penerapan program
14. Martin, R. Path goal theory of leadership : patient safety di instalasi perawatan
encyclopedia of group processes & intensif RSUD Moewardi Surakarta tahun
intergroup relations. Ed. John M, Michael 2008. Tesis. Semarang: MIKM UNDIP.
A. 636-37. Thousand Oaks. CA: SAGE. 2009.
2009. 27. Ivancevich, J., Robert K., Michael T.
15. Suarli, S, Yanyan B. Manajemen Perilaku dan manajemen organisasi. Ed
keperawatan dengan pendekatan praktis. ketujuh. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. 2006.
Jakarta: Erlangga. 2009. 28. Nursalam. Manajemen keperawatan:
16. Gibson, JL, John M.I., James H.D. aplikasi dalam praktik keperawatan
Perilaku struktur proses organisasi. Jilid I profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Edisi kedelapan. Adiami N (Alih Bahasa). medika.2007.
Bina rupa aksara. Jakarta. 1996. 29. Anugrahini, C. Hubungan faktor individu
17. Potter, P., Anne G.. Buku ajar dan organisasi dengan kepatuhan perawat
fundamental keperawatan: konsep, proses dalam menerapkan pedoman patient
dan praktik. alih bahasa Yasmin A. Edisi safety di RSAB Harapan Kita
4. Volume 1. Jakarta: EGC. 2005. Jakarta.Tesis. Depok: Magister
18. Robbins, S., Juge T. Perilaku Keperawatan FIK UI. 2010.
organisasi.Edisi 12. Jakarta: Salemba 30. Singer, S., Anita L. Creating a culture of
empat. 2008. safety in hospitals. Diakses tanggal 1
19. Sopiah. Perilaku organisasional. April 2013.http://iis-
Yogyakarta: Andi. 2009. db.stanford.edu/evnts/4218/Creating_Safe
20. Murhayati, T. Analisis pengaruh faktor- ty_Culture-SSingerRIP.pdf. 2005.
faktor intrinsik motivasi perawat terhadap 31. Agency for healthcare research & quality.
pelaksanaan asuhan keperawatan di RS AHRQ's patient safety initiative. USA:
AHRQ publication No. 04-RG005.2003

Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan 145
Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah
Di Semarang
Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso

Anda mungkin juga menyukai