Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP KADAR HORMON INSULIN-LIKE

GROWTH FACTOR-1 (IGF-1) DAN PENINGKATAN BERAT BADAN


PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN PERAWATAN METODE
KANGURU

THE EFFECT OF INFANT MASSAGE TO THE LEVEL OF INSULIN-


LIKE GROWTH FACTOR-1 (IGF-1) AND WEIGHT GAIN ON LOW
BIRTH WEIGHT INFANTS WITH KANGAROO CARE

Fitrahwaty Jabbar
P4400215042

SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER KEBIDANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
iii

LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fitrahwaty Jabbar

NIM : P4400215042

Program Studi : Magister Kebidanan

Mrnyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benra-

benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya

orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Agustus 2017

Yang Menyatakan

Fitrahwaty Jabbar
iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan

selesainya penyusunan tesis ini.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi Sarjana Strata Dua pada Jurusan Magister

Kebidanan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Selama penyusunan tesis ini, penulis mendapat bimbingan

dan masukan dari dosen program studi Magister Kebidanan

Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin serta bantuan dari

berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada:

1. Kedua orang tua H. Abdul Jabbar, S.Pd dan Hj. Halijah yang

mendukung dan memberikan dorongan untuk terus berjuang

hingga saat ini.

2. Keluarga tercinta, suami Antamil, ST., MT, dan ananda Ahmad

Maulana Rafif yang senantiasa mendukung dan mengerti

kesibukan ummi selama proses penyusunan tesis.

3. Dr. Ema Alasiry, Sp.A (K) dan Prof, dr. Veni Hadju, Ph.D selaku

pembimbing I dan II yang telah memberikan banyak perhatian

dan arahan untuk proposal tesis ini.

4. Tim penguji Dr. dr. Burhanuddin Bahar, MS, Dr. dr. Isharya

Sunarno, SpOG(K), dan Prof.Dr. dr. A. Wardihan Sinrang, MS

yang bersedia untuk menjadi penguji.


v

5. Seluruh dosen pengajar program studi Kebidanan fakultas

kedokteran Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

yang telah memberi dan mengajarkan ilmunya yang sangat

bermanfaat.

6. Seluruh teman–teman angkatan IV Magister Kebidanan dan staf

ruang Anggrek RSKD Pemprov Sul-Sel, yang senantiasa

memberikan bantuan dan dukungan selama penyusunan tesis.

Semoga amal kebaikan bapak dan ibu serta rekan – rekan

sekalian mendapat balasan dari Allah SWT, amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan

tesis ini masih banyak kekurangan – kekurangan karena itu

diharapkan ada masukan dan saran dari semua pihak untuk

perbaikan rencana penyusunan tesis ini kedepan.

Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi

kemajuan pengetahuan khususnya di bidang kebidanan serta dapat

diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Makassar, Agustus 2017

Fitrahwaty Jabbar
vi

ABSTRAK

FITRAHWATY JABBAR. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kadar Insulin-


Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan Peningkatan Berat Badan Pada Bayi
Berat Lahir Rendah Dengan Perawatan Metode Kanguru (Dibimbing oleh
Ema Alasiry dan Veni Hadju)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat bayi


terhadap kadar IGF-1 dan peningkatan berat badan pada bayi berat lahir
rendah (BBLR) dengan perawatan metode kanguru (PMK).
Jenis penelitian yang digunakan adalah percobaan semu dengan
desain pre-pascauji kelompok kontrol. Sampel penelitian adalah BBLR
dengan berat badan 1.500-2.499 gram yang mendapat PMK di ruang
perinatologi RSKDIA Pertiwi, RSKDIA Siti Fatimah dan RSIA Khadijah 1
Makassar. Sebanyak 40 bayi dibagi menjadi 2 kelompok, yakni bayi yang
mendapat pijat dan PMK (kelompok intervensi) dan bayi yang mendapat
PMK saja (kelompok kontrol). Pemberian pijat dilakukan selama 7 hari
dengan frekuensi 1 kali pada pagi hari setelah 1-2 jam pemberian ASI.
Pengambilan saliva dilakukan pada hari pertama dan ke-7 menggunakan
absorbent method. Kemudian, disimpan dalam tabung dan dibekukan
pada suhu 2-3°c. Selanjutnya, diperiksa menggunakan metode ELISA di
laboratorium Biomolekuler RSPTN Unhas. Analisis data menggunakan uji
Paired T-test dan Wilcoxon untuk melihat perbedaan kadar IGF-1 dan
berat badan sebelum dan setelah intervensi pada masing-masing
kelompok. Sementara untuk melihat selisih rerata kadar IGF-1 dan berat
badan antara kedua kelompok digunakan uji-T Independen.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap kadar IGF-1 antara kedua kelompok setelah diberikan intervensi
dengan nilai p=0,09. Sebaliknya, pada peningkatan berat badan ada
perbedaan yang signifikan dengan nilai 0,03. Rerata kadar IGF-1 pada
kelompok intervensi setelah dilakukan pijat sebesar 185.1 ng/ml dan pada
kelompok kontrol sebesar 94.7 ng/ml. Sementara nilai rerata selisih berat
badan pada kelompok yang dipijat dan PMK sebesar 245 gram
sedangkan pada kelompok yang mendapat PMK saja hanya sebesar 195
gram. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kadar IGF-1
antara kedua kelompok setelah dilakukan pijat+PMK dengan nilai p=0.09
(p>0.05). sebaliknya, untuk peningkatan berat badan terdapat perbedaan
yang signifikan setelah intervensi dengan nilai p=0.03 (p<0.05). Pijat bayi
dengan PMK tidak berpengaruh terhadap kadar IGF-1, tetapi dapat
membantu meningkatkan berat badan BBLR.

Kata kunci: Pijat bayi, Hormon Pertumbuhan, IGF-1, BBLR, Berat Badan.
vii

ABSTRACT

FITRAHWATY JABBAR. The Effect of Infant Massage to The Level of Insulin-


Like Growth Factor-1 (IGF-1) and Wieight Gain on Low Birth Weight Baby With
Kangaroo Care (supervised by Ema Alasiry and Veni Hadju)

This study aims to determine the effect of infant massage on IGF-1 levels
and weight gain in low birth weight (LBW) infants with kangaroo care (KC).
A quasy experimental pre-posttest with control group design was used.
The sample in this study was LBW with body weight 1500-2499 gram that got
PMK in perinatology room of RSKDIA Pertiwi, RSKDIA Siti Fatimah and RSIA
Khadijah 1 Makassar. 40 infants were recruited into 2 groups, infants who received
massage and KC (intervention group) and Infants receiving KC only (control
group). Giving massage for 7 days with frequency 1 time in the morning after 1-2
hours breastfeeding. Saliva sample were collected on days 1 and 7, before and
after intervention using absorbent method then frozen at a temperature 2-3°c and
analyzed by ELISA method in RSPTN Unhas laboratory. The data were analyzed
using Paired T-test and Wilcoxon test to see difference of IGF-1 and weight gain
before and after intervention in each group, while to see the difference of average
IGF-1 and weight gain level between the two groups was used Independent T-
Test.
The results show no significant difference to IGF-1 level between the two
groups after being given intervention with p value 0.09. Otherwise, on weight gain
there is a significant difference with the value of p 0.03. The average of IGF-1 level
in the intervention group after the massage was 185.1 ng / ml and in the control
group was 10.8 ng / ml. While the mean value of body weight in the massaged
group and KC is 245 grams and in the group who get the KC only mounted to195
grams. The research result indicates that no difference in IGF-1 levels between
the two groups after a massage with the value of p=0.009>0.05. conversely, for
weight gain there is a significant difference after intervention with p value
0.03<0.05. infant massage in LBW shows no difference in levelof IGF-1 but is able
to increase the body weight of LBW.

Keywords: Infant Massage, Growth Hormone, IGF-1, BBLR, Weight Gain.


viii
ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN TESIS ........................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................iv

ABSTRAK .................................................................................................................vi

ABSTRACT .............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................xv

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xvi

BAB I......................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7

1. Tujuan Umum ............................................................................................ 7

2. Tujuan Khusus........................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8


x

1. Manfaat ilmiah ........................................................................................... 8

2. Manfaat Praktis.......................................................................................... 8

BAB II ........................................................................................................................ 9

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 9

A. Landasan Teori ............................................................................................. 9

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ............................................................... 9

2. Pijat Bayi.................................................................................................. 18

3. Pertumbuhan Bayi ................................................................................... 27

4. Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1) ........................................................ 29

B. Kerangka Teori ........................................................................................... 34

C. Kerangka Konsep ....................................................................................... 35

D. Definisi Operasional .................................................................................... 36

E. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 36

BAB III ................................................................................................................. 37

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 37

C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 37

1. Populasi ................................................................................................... 37

2. Besar Sampel .......................................................................................... 38

D. Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja ................................................... 38

1. Instrumen Penelitian ................................................................................ 38

2. Prosedur Kerja......................................................................................... 40
xi

E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 44

1. Data Primer ............................................................................................. 44

2. Data Sekunder......................................................................................... 45

F. Etika Penelitian ........................................................................................... 45

G. Analisis Data.................................................................................................... 46

H. Alur Penelitian ............................................................................................. 47

BAB IV .................................................................................................................... 48

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 48

A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 48

1. Analisis Univariat ..................................................................................... 49

2. Analisis Bivariat ....................................................................................... 50

B. Pembahasan ............................................................................................... 53

1. Karakteristik Responden.......................................................................... 53

2. Perbedaan Rerata Kadar IGF-1 Sebelum Dan Setelah Intervensi Pada

Masing-masing Kelompok. ............................................................................ 55

3. Perbedaan Rerata Berat Badan Sebelum Dan Setelah Pijat Bayi Pada

Masing-Masing Kelompok ............................................................................. 58

4. Perbandingan Rerata Selisih Kadar IGF-1 Dan Berat Badan Pada

Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol. ................................................ 60

C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 64

BAB V ..................................................................................................................... 66

A. Kesimpulan ................................................................................................. 66
xii

B. Saran .......................................................................................................... 66

1. Kebijakan ................................................................................................. 67

2. Bagi Peneliti Lain ..................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................................... 73
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Karakteristik Responden yang dirawat di ruang perinatologi

RSKDIA Pertiwi, RSKDIA Siti Fatimah dan RSIA Khadijah 1

Makassar

Tabel 4.2 Perbedaan rerata kadar IGF-1 awal dan berat badan awal pada

kedua kelompok

Tabel 4.3 Perbandingan selisih kadar iGF-1 dan berat badan pada

kedua kelompok
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perawatan Metode Kanguru

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Gambar 4.1 Grafik rerata selisih kadar IGF-1 dan berat badan pada kedua

kelompok
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

1. Metode pijat bayi menurut Field

2. Lembar penjelasan kepada calon responden

3. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

4. Rekomendasi persetujan etik

5. Surat izin penelitian

6. Surat permohonan penelitian di RSKDIA Pertiwi, RSKDIA Siti

Fatimah dan RSIA Siti Khadijah 1 Makassar

7. Surat permohonan pemakaian laboratorium RSUP Unhas

8. Surat keterangan selesai meneliti di laboratorium RSUP Unhas

9. Hasil SPSS

10. Master tabel


xvi

DAFTAR SINGKATAN

Lambang Keterangan

AKB Angka Kematian Bayi

AKN Angka Kematian Neonatal

ACS Acid Labile Subunit

BBLR Bayi Berat Lahir Rendah

DCI Developmental Care Intervention

EUGR Extra Uterine Growth Restriction

ELISA Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

GH Growth Hormone

GHRH Growth HormoneReleasing Hormone

HPH Hypothalamus-Pituitary-Hepar

IGF-1 Insulin-Like Growth Factor-1

IGFBP-3 Insulin-Like Growth Factor Binding Protein-3

IUFD Intra Uterine Fetal Death

PMK Perawatan Metode Kanguru

ROP Retinopathy Of Prematurity


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk

mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan

berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya

pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam

kandungan, dilahirkan, dan sampai berusia delapan belas tahun

(Soetjiningsih & Ranuh, 2013).

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan

angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan

dengan anak diantaranya Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka

Kematian Bayi (AKB). Perhatian terhadap upaya penurunan angka

kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal

memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Dalam 5 tahun terakhir,

Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni 19/1000 kelahiran,

sementara untuk AKB 35/1000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan

RI, 2015).

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu

faktor risiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi


2

khususnya pada masa postnatal. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari

seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering

terjadi di negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah (Pudjiadi et al.,

2010). Di Indonesia sendiri dalam 5 tahun terakhir, penyebab kematian

pada kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

sebanyak 29,5% dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%

(Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Terkhusus di provinsi Sulawesi Selatan, pada tahun 2014

berdasarkan data dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan, jumlah

BBLR yaitu 4.376 kasus (3,02% kasus), dan tertinggi di kota Makassar

yakni sebesar 690 kasus (Latief et al., 2015).

Kematian perinatal pada BBLR 35 kali lebih besar dari bayi normal

pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila

berat badan makin rendah. (Roestam, 2012). Selain itu BBLR juga akan

kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama, sampai 10% untuk bayi

dengan berat lahir lebih dari 1500 gram dan 15% untuk berat bayi kurang

dari 1500 gram.

Jika BBLR dalam minggu pertama tidak mencapai pertumbuhan

yang diharapkan maka akan mengalami beberapa komplikasi diantaranya

Extra Uterine Growth Restriction (EUGR) dan dapat mengalami gangguan

mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga

membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Vayssière et al., 2015).


3

Salah satu cara untuk mencegah komplikasi akibat berat badan

rendah adalah dengan melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan

dan perkembangan bayi yang dikenal dengan the Developmental Care

Intervention (DCI) atau intervensi perawatan perkembangan. DCI

merupakan istilah umum yang terdiri dari beberapa intervensi (nutrisi,

peran orangtua, stimulasi, dan sebagainya) yang bertujuan untuk

memfasilitasi bayi untuk beradaptasi pada lingkungan dan juga untuk

memodulasi pengalaman sensorik sebagai akibat dari tindakan

pengobatan yang sama dan berulang-ulang pada awal kehidupannya

(Ramachandran & Dutta, 2013). Hasil yang diharapkan dari DCI adalah

peningkatan pembangunan fisik, kognitif, sosial dan emosional. Intervensi

yang dimaksud disini dapat berupa Perawatan Metode Kanguru (PMK)

dan Pijat Bayi.

Metode kanguru atau skin-to-skin contact, dimulai pada tahun 1979

di bogota, Columbia, sebagai cara untuk mempertahankan suhu badan

bayi dan dapat menjalin hubungan psikologis yang lebih erat antara ibu

dan bayinya. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa perawatan

kanguru memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi, termasuk

peningkatan pasokan ASI dan keberhasilan menyusui lebih besar

sehingga peningkatan berat badan lebih cepat (Bagby & Bowen, 2012).

Telah banyak bukti tentang manfaat dari PMK yang telah diakui dan

menjadi evidence based dalam perawatan BBLR khususnya dalam

regulasi termal, stabilitas fisiologis, dan meningkatkan bonding dan


4

breastfeeding,. PMK telah menjadi standar operasional prosedur rutin bagi

perawatan BBLR yang dapat menjadi alternatif pengganti fungsi inkubator

untuk mendukung tumbuh kembang bayi di beberapa fasilitas pelayanan

kesehatan di Indonesia.

Meskipun dilakukan PMK, peningkatan berat badan pada BBLR

terkadang masih belum signifikan, sehingga perlu intervensi perawatan

yang lain, salah satunya adalah stimulasi / rangsangan. Pijat bayi

merupakan bentuk stimulasi dini yang dikenal juga mempunyai efek positif

untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Field, sebagai pelopor dalam

penelitian pijat modern, khususnya terapi pijat bayi, telah banyak

melakukan penelitian tentang manfaat pijat bayi sejak tahun 1990. Bahkan

sebuah institusi untuk penelitian sentuhan / pijat yang dikenal dengan the

Touch Research Institute (TRI) dia dirikan di sekolah kedokteran,

Universitas Miami.

Studi meta analisis yang dilakukan oleh Li Wang dan kawan-kawan

dari sumber Medline, Embase, CINAHL, dan Cochrane Library, dengan

menggunakan istilah Boolean "(pijat atau sentuhan atau rangsangan

taktil)" dari tahun 1976 hingga Januari 2012, menunjukkan bahwa terapi

pijat bayi bisa menjadi praktik yang aman dan efektif untuk meningkatkan

berat badan dan mempersingkat lama perawatan di rumah sakit. (Li Rn &

Zhong Rn, 2016; Wang, He, & Zhang, 2013).

Selain itu penelitian terbaru yang menguatkan manfaat pijat pada

bayi prematur adalah penelitian yang dilakukan di Miami, Florida oleh


5

Miguele et al, yang mana 30 bayi prematur pada kelompok eksperimen

dipijat selama 5 hari dengan frekuensi 3 kali sehari menunjukkan

peningkatan berat badan yang signifikan dibanding kelompok kontrol

(Diego, Field, & Hernandez-Reif, 2014).

Untuk dapat menilai pertumbuhan bayi, banyak indikator yang

dapat dilihat selain peningkatan berat badan, tinggi badan dan lingkar

kepala, salah satunya adalah melihat kadar hormon pertumbuhan atau

Growth Hormone (GH), khususnya serum Insulin-Like Growth Factor-1

(IGF-1) (Embleton, Cleminson, & Zalewski, 2016).

IGF-1 memiliki struktur molekul alami yang serupa dengan insulin

dan disekresi oleh hati sebagai akibat dari stimulasi hormon pertumbuhan.

Kadar IGF-1 yang rendah berperan dalam frekuensi sakit dan kematian

neonatal . Salah satunya dapat menyebabkan terjadinya Retinopathy of

prematurity (ROP) (Liegl, Lofqvist, Hellstrom, & Smith, 2016).

Sebagian besar serum IGF-1 berikatan dengan IGF Binding

Protein-3 (IGFBP-3) dan protein lain yaitu Acid Labile Subunit (ACS).

Tetapi IGF-1 adalah penanda yang paling dapat diandalkan pada masalah

gangguan pertumbuhan (Chiesa et al., 2008).

Karena IGF-1 lebih cepat peningkatannya pada masa pubertas,

mereka harus diinterpretasikan relatif terhadap usia tulang daripada usia

kronologis. Tingkat IGF-1 yang normal membantu menyingkirkan

kemungkinan defisiensi hormon pertumbuhan atau GHD (Growth

Hormone Deficiency), namun tingkat IGF-1 bisa rendah dalam kondisi


6

selain GHD seperti deprivasi psikososial, kekurangan gizi, dan

hipotiroidisme.

Tingkat IGF-1 normalnya rendah pada usia bayi dan anak-anak

sehingga tidak bisa digunakan untuk membedakan normal atau tidak

normal pada kelompok usia tersebut. Tingkat IGFBP-3 (karier mayor dari

IGF) tidak seperti IGF-1 yang tidak dipengaruhi oleh kekurangan gizi

memungkinkan diskriminasi antara yang normal dan tidak pada usia anak

yang lebih muda. Bayi yang kekurangan hormon pertumbuhan dapat

menderita hipoglikemia. Anak-anak dengan defisiensi hormon

pertumbuhan akan tumbuh lebih lambat daripada anak normal dan jika

tidak ditangani dengan baik akan menjadi pendek ketika dewasa.

Beberapa studi tentang efek pijat terhadap kadar IGF-1 diantaranya

yang dilakukan oleh Tiffany Field beserta teman-temannya di Miami,

Amerika, menunjukkan bahwa bayi prematur yang dipijat selama 5 hari

menunjukkan peningkatan yang lebih besar pada berat badan, tingkat

serum insulin, dan IGF-1. (T Field et al., 2008). Kemudian hasil penelitian

lain yang dilakukan di Semarang, Indonesia pada bayi usia 1 bulan yang

diberikan pijat bayi selama 30 hari, menunjukkan perbedaan signifikan

pada kelompok perlakuan dan kontrol, yang mana kadar IGF-1 meningkat

pada kelompok intervensi (Hartanto & Bahtera, 2015).

Namun penelitian yang melihat pengaruh penerapan pijat bayi pada

BBLR dengan PMK terhadap kadar hormon faktor pertumbuhan

khususnya IGF-1 belum pernah dilakukan sepengetahuan peneliti. Oleh


7

karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh pijat bayi

terhadap kadar hormon IGF-1 dan peningkatan berat badan pada BBLR

dengan PMK.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah ada

pengaruh pijat bayi terhadap peningkatan kadar IGF-1 dan berat badan

pada bayi berat lahir rendah dengan PMK? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap kadar IGF-1 dan

peningkatan berat badan pada BBLR yang mendapat PMK.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kadar IGF-1 dan berat badan sebelum dan setelah

dilakukan pijat bayi dan PMK.

b. Mengetahui kadar IGF-1 dan berat badan sebelum dan setelah

dilakukan PMK saja.

c. Membandingkan selisih kadar IGF-1 dan peningkatan berat badan

antara kedua kelompok.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Hasil Penelitian ini dapat memperkaya jumlah penelitian tentang

pijat bayi terhadap kadar IGF-1 dan peningkatan berat badan pada

BBLR dengan PMK dan juga diharapkan menjadi sumber informasi

dan bagian dari landasan dalam pengembangan evidence based bagi

ilmu kebidanan.

2. Manfaat Praktis

Sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan bayi BBLR dan

menjadi masukkan bagi tenaga kesehatan untuk lebih mendukung

dalam pemberian stimulasi berupa pijat bayi sebagai bagian dari

perawatan BBLR untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi, baik di

fasilitas kesehatan maupun di rumah.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

a. Definisi

Definisi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

menurut World Health Organization (WHO) adalah bila berat

badannya kurang dari 2500 gram saat dilahirkan tanpa

memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam satu jam setelah lahir (IDAI, 2009b).

b. Klasifikasi

Sebelum tahun 1961, BBLR dikategorikan berdasarkan berat

badan saja, maka dianggap bayi prematur atau berdasarkan umur

kehamilan, yaitu kurang dari 37 minggu. Ternyata tidak semua bayi

dengan berat badan lahir rendah, bermasalah dengan prematur,

tetapi terdapat beberapa kriteria sebagai berikut (Manuaba,

Chandranita, & Fajar, Manuaba, 2007):

1) Berat badan lahir rendah, sesuai dengan umur kehamilan,

menurut perhitungan hari pertama haid terakhir


10

2) Bayi dengan ukuran kecil masa kehamilan (KMK), artinya bayi

yang berat badannya kurang dari persentil ke-10 dari berat

sesungguhnya yang harus dicapai, menurut umur kehamilan.

3) Atau berat badan lahir rendah ini disebabkan oleh kombinasi

keduanya, artimya :

a) Umur kehamilannya belum waktunya umtuk lahir

b) Tumbuh-kembang intra uteri, mengalami gangguan

sehinggaAda terjadi kecil masa kehamilan.

WHO (1979), membagi umur kehamilan menjadi tiga

kelompok sebagai berikut :

1) Preterm, yaitu kurang dari 37 minggu

2) Term, yaitu mulai 37 – 42 minggu atau umur antara 259 - 293

hari

3) Postterm, yaitu lebih dari 42 minggu (294 hari)

Berdasarkan ciri bentuk, BBLR dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Small for gestation age (SGA) atau kecil untuk masa kehamilan

(KMK)

2) Appropriate for gestation age (AGA) atau sesuai masa

kehamilan (SMK).

Berikut tabel pertumbuhan dan perkembangan janin intrauteri

berdasarkan Hadlock (1991).


11

c. Faktor Penyebab

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir

rendah (Proverawati & Ismawati, 2010) yaitu :

1) Faktor ibu

a) Penyakit

 Mengalami komplikasi kehamilan seperti : anemia,

perdarahan antepartum, pre eklampsia-eklampsia,

infeksikandung kemih

 Menderita penyakit seperti : malaria, infeksi menular

seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.

b) Usia ibu

Usia <16 tahun, usia >35 tahun, multigravida yang jarak

kehamilan terlalu dekat, mempunyai riwayat BBLR

sebelumnya

c) Keadaan sosial ekonomi

 Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.

Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan

antenatal yang kurang

 Aktivitas fisik yang berlebihan

 Perkawinan yang tidak sah

2) Faktor janin
12

Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik

(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan

kembar

3) Faktor plasenta

Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,

solutio plasenta, sindrom transfusi bayi kembar (sindrom

parabiotik), ketuban pecah dini.

4) Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di

dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

5) Faktor lain

Penyalahgunaan obat, merokok, kecanduan alkohol.

d. Permasalahan Pada BBLR

BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai

permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya

disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil (IDAI, 2009b).

1) Ketidakstabilan suhu tubuh

2) Gangguan pernafasan

3) Imaturitas immunologis

4) Masalah gastrointestinal dan nutrisi

5) Fungsi hati yang belum sempurna

6) Anemia atau polisitemia


13

7) Hipoglikemi

8) Masalah pada jantung

9) Perdarahan otak

10) Risiko infeksi

e. Penatalaksanaan BBLR

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang

menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang

bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa

neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk

mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun

penatalaksanaan BBLR meliputi (Trihono et al., 2013) :

1) Dukungan respirasi

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah

mencapai dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi

memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi

dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk

memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko

mengalami defisiensi surfaktan dan periodik apneu. Dalam

kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,

merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah

aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini


14

menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen

diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.

2) Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah

tercapainya respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal.

Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat

dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks

yang melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan

metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang

netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan

pengeluaran kalori minimal. Suhu aksilar optimal bagi bayi

dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, dan suhu netral bagi bayi

adalah 36,7°C – 37,3°C (World Health Organization, 2003)

Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi

dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu :

a) Perawatan Metode Kanguru (PMK) atau kontak kulit dengan

kulit antara bayi dengan ibunya.

b) Pemancar pemanas

c) Ruangan yang hangat

d) Inkubator

3) Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral

asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan
15

sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih

kurang sehingga sangat rentan dengan penyakit.

4) Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi

BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti

makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan

metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi

bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral

atau dengan kombinasi keduanya.

Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama

(sampai 10% untuk berat bayi ≥1500 gram dan 15% untuk bayi

berat lahir <1500 gram). Berat lahir biasanya tercapai dalam 14

hari kecuali apabila terjadi komplikasi.

5) Peran dan Dukungan Keluarga

Kelahiran bayi berat lahir rendah merupakan kejadian

yang tidak diharapkan dan membuat stress bila keluarga tidak

siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki kecemasan

terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit

perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari

ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah

terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah.


16

Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari

bidan atau dokter.

Bidan dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR

dalam menghadapi krisis emosional, antara lain dengan

memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat,

menyentuh, dan terlibat dalam perawatan bayi. Dukungan lain

yang dapat diberikan adalah dengan menginformasikan kepada

orang tua mengenai kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan

orang tua bahwa bayinya memperoleh perawatan yang terbaik

dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat mengenai

kondisi bayinya.

f. Perawatan Metode Kanguru (PMK)

Perawatan Metode Kanguru adalah perawatan bayi dalam

keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakkan

secara tegak / vertikal di dada ibu antara kedua payudara ibu

kemudian diselimuti. yang dilakukan dari kulit-ke-kulit dengan ibu

(Wiknyosastro, Prayanti, & Nurani, 2011). Ini adalah sebuah

metode yang mudah dan sederhana untuk meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan bayi yang lahir prematur. Esensinya

antara lain adalah kontak kulit dengan kulit, ASI Eksklusif, support

atau dukungan pada bayi dari ibu, dapat dlakukan di awal

kelahiran, terus menerus dan berkepanjangan, dapat dilanjutkan di


17

rumah, dan metode yang lembut efektif dapat menghindarkan

agitasi / kegelisahan yang secara rutin dialami di ruang perawatan

rumah sakit dengan bayi prematur / BBLR.

Kangaroo Mother Care atau skin-to skin contact, pertama

kali disampaikan oleh Rey dan Martinez, di Bogotá, Kolombia,

tahun 1979 (World Health Organization, 2003), dikembangkan

sebagai alternatif untuk perawatan inkubator yang tidak memadai

dan tidak cukup bagi bayi baru lahir prematur yang telah ditangani

untuk masalah awal dan hanya perlu pengawasan untuk tumbuh

kembang. Hampir dua dekade implementasi dan penelitian telah

membuat jelas bahwa PMK adalah lebih dari sebuah alternatif

untuk perawatan inkubator. Berikut gambar PMK yang benar

Gambar 1.1 Perawatan Metode Kanguru


Telah banyak penelitian tentang manfaat perawatan metode

kanguru, diantaranya PMK Telah terbukti efektif untuk

pengendalian termal, menyusui dan ikatan antara ibu-bayi yang


18

baru lahir, terlepas dari pengaturan, berat badan, usia kehamilan,

dan klinis (Gürol & Polat, 2012), efektif dalam mengurangi respon

nyeri pada bayi prematur C C Johnston et al., 2009; C Celeste

Johnston et al., 2003), bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya,

termasuk peningkatan pasokan ASI dan keberhasilan menyusui

(Bagby & Bowen, 2012; Ghavane et al., 2012), PMK juga

mendukung stabilitas fisiologis, terutama kardiorespirasi, dan telah

dikonfirmasi oleh Cochrane meta-analysis (2012).

PMK dilakukan dengan 2 cara (World Health Organization,

2003), yakni :

1) Secara terus menerus dalam 24 jam atau disebut juga dengan

secara kontinyu, hal ini dapat dilakukan di Rumah Sakit yang

menyediakan fasilitas rawat gabung dan perawatan metode

kanguru

2) Secara intermitten atau dengan cara selang-seling. PMK secara

intermitten juga memberikan manfaat sebagai pelengkap

perawatan konvensional atau inkubator

2. Pijat Bayi

a. Definisi

Kata pijat (Oxford Dictionary) menyimpulkan menggosok

atau memijat kulit dengan tangan untuk merangsang atau

memanipulasi. Pijatan adalah manipulasi jaringan lunak untuk


19

tujuan terapeutik (Permenkes RI No. 66, 2014). Menurut Field,

pelopor dalam penelitian pijat modern menyatakan bahwa Pijat

adalah suatu bentuk perawatan yang lebih intensif diantaranya

berupa sentuhan dan stimulasi yang terus-menerus dan merupakan

upaya pemenuhan kebutuhan tubuh secara fisik, kasih sayang

serta stimulasi mental (Braun & Simonson, 2008).

Pijat telah dipraktekkan hampir di seluruh dunia sejak dahulu

kala termasuk di Indonesia. Di negeri ini, seni pijat diajarkan secara

turun temurun, dan masih tetap dilakukan di berbagai daerah di

Indonesia karena pelaksanaanya yang dianggap mudah dan

murah.

Pijat bayi adalah seni perawatan kesehatan pada bayi

dengan terapi sentuh dengan teknik-teknik tertentu sehingga

manfaat pengobatan dan kesehatan dapat tercapai (Roesli, 2010).

Pijat bayi adalah ketika orang tua atau wali dengan penuh

kasih memberikan sentuhan positif pada bayi mereka, dengan cara

menenangkan, menggunakan minyak alami non-aroma yang

berkualitas tinggi sehingga orang tua dapat berkomunikasi baik

secara verbal maupun non-verbal dengan bayi, sehingga mereka

merasa dicintai, dihargai dan dihormati (IAIM, 2014).

b. Manfaat Pijat Bayi

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pemijatan pada bayi

memberikan manfaat sangat besar pada perkembangan bayi, baik


20

secara fisik maupun secara emosional. Pijat bayi akan merangsang

peningkatan aktivitas nervus vagus yang akan menyebakan

penyerapan lebih baik pada sistem pencernaan sehingga bayi akan

lebih cepat lapar dan ASI akan lebih banyak diproduksi (Diego,

Field, & Hernandez-Reif, 2005). Hasil penelitian Field et al (2011)

membuktikan bahwa terdapat peningkatan berat badan hingga 20%

pada bayi yang dilakukan terapi pijat baik oleh profesional maupun

oleh ibu bayi dibandingkan kelompok yang tidak diberi perlakuan.

Dapat disimpulkan pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi

lebih baik dari bayi yang tidak mendapatkan pijat bayi.

Dalam review terbaru oleh lembaga Touch Research

Institutes di sekolah kedokteran, Universitas Miami ; terapi pijat

telah terbukti memiliki efek menguntungkan pada kondisi yang

bervariasi termasuk depresi prenatal, bayi prematur, bayi jangka

penuh, autisme, kondisi kulit, sindrom nyeri termasuk arthritis dan

fibromyalgia, hipertensi, kondisi autoimun termasuk asma dan

beberapa sclerosis, kondisi kekebalan tubuh termasuk HIV dan

kanker payudara dan masalah penuaan termasuk Parkinson dan

demensia (Tiffany Field, 2016)

Manfaat lain oleh beberapa penelitian menunjukkan bahwa

pijat bayi dapat memperbaiki konsentrasi bayi, meningkatkan

produksi ASI (Reif-H, Diego, & Field, 2007), membantu proses

tumbuh kembang dan kecerdasan anak, membantu meringankan


21

ketidaknyamanan dalam pencernaan dan tekanan emosi, memacu

perkembangan otak dan sistem saraf (Procianoy, Mendes, &

Silveira, 2010), meningkatkan kepercayaan diri ibu, lebih lanjut

memudahkan orangtua “mengenali” bayinya, hiburan

menyenangkan keluarga, membina ikatan yang kuat antara

orangtua dengan anak yang terbentuk atas dasar cinta dan

keterbukaan komunikasi sehingga mempersingkat lama perawatan

di rumah sakit (Gürol & Polat, 2012).

Selanjutnya membuat bayi semakin tenang atau rileks,

meningkatkan efektivitas istirahat (pola tidur) bayi (Astrilya & Murti,

2013). Bahkan studi terbaru menunjukkan bahwa pijat bayi dapat

mengurangi tumor nekrotik factor-alpha dan interleukin-6 pada bayi

prematur dan BBLR (Windiani, Mantik, Soetjiningsih, & R, 2013)

dan membantu menurunkan kadar bilirubin pada bayi jaundice

(Dalili, Sheikhi, Shariat, & Haghnazarian, 2016).

Memberikan pijat bayi, sentuhan yang sehat, kontak mata,

suara dan gerakan, maka orang tua secara bertahap akan

mendapatkan kepercayaan dalam memahami dan sensitif

merespon isyarat bayi mereka. Hal ini membantu untuk

membangun interaksi, yang memberikan dasar arsitektur otak yang

sehat: terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan mental

seumur hidup, empati, regulasi emosional, dan keterampilan

kognitif (Lee, 2006; Livingston et al., 2009).


22

c. Frekuensi Pijat Bayi

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan,

sesuai keinginan orang tua. dengan lebih cepat mengawali

pemijatan bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar,

terlebih jika pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak

kelahiran sampai berusia 5-7 bulan. Pemijatan sebaiknya dilakukan

pada pagi hari, 1-2 jam setelah minum susu untuk menghindari

regurgitasi dan muntah. atau bisa juga sebelum mandi di pagi hari

dan malam hari sebelum bayi tidur, karena aktivitas bayi sepanjang

hari yang cukup melelahkan (Wang et al., 2013).. Tentunya, bayi

juga perlu relaksasi agar otot-otot menjadi kendur kembali,

sehingga bayi dapat tidur lebih nyenyak dan tenang. Tindakan pijat

dikurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi. Sejak usia enam

bulan, pijat dua hari sekali sudah memadai.

Lama waktu yang digunakan dalam pemijatan tidak ada

ketentuan baku. Namun, berdasarkan banyak penelitian yang

mengalokasikan waktu pemijatan sekitar 15 menit. Dalam penelitian

oleh Field, menilai efek kumulatif dari 5 hari terapi pijat (tiga pijat

sehari atau Sebanyak 15 pijat) pada bayi prematur aktivitas dan

stres perilaku menggunakan desain kelompok acak terkontrol. Lima

hari pijat dipilih karena studi terbaru oleh kelompok kami telah

menemukan kerangka waktu ini efektif untuk meningkatkan


23

pertumbuhan bayi prematur dan pengembangan (Diego et al.,

2005; T Field et al., 2008)

Beberapa intervensi taktil juga memiliki peranan positif

dalam perkembangan bayi. Pijat bayi memiliki efek positif dalam

memicu mielinisasi dan memperbaiki aktivitas hipotalamus serta

produksi somatotropin sehingga bermanfaat dalam pertumbuhan

bayi. Pemijatan sebaiknya dilakukan oleh orangtua bayi sambil

melakukan interaksi dengan bayi, misal berbicara atau menyanyi.

PMK memicu regulasi diri, menurunkan stres dan nyeri, dan

memfasilitasi perkembangan dan maturasi bayi. Berbagai variasi

dalam perawatan dari ibu memicu sinaptogenesis, pembelajaran,

dan daya ingat, sehingga dalam merawat bayi kita perlu melibatkan

orangtua.

d. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Pemijatan

Menurut (Roesli, 2010), hal-hal yang dianjurkan selama

pemijatan berlangsung adalah :

1) Lakukan kontak mata dengan bayi disertai pancaran kasih

sayang selama pemijatan berlangsung.

2) Ciptakan suasana yang tenang/lembut selama pemijatan.

3) Awali pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan, kemudian

secara bertahap tambahkanlah tekanan pada sentuhan

tersebut, terutama bila anda sudah yakin bahwa bayi mulai

terbiasa dengan pijatan yang sedang dilakukan.


24

4) Tanggaplah pada isyarat yang diberikan bayi anda. Bila bayi

menangis, cobalah untuk menenangkannya sebelum

melanjutkan pemijatan. Bila bayi menangis lebih keras,

hentikanlah pemijatan. Karena mungkin bayi minta digendong,

disusui atau sudah mengantuk dan ingin tidur.

5) Mandikanlah bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi

merasa segar dan bersih setelah terlumuri minyak atau baby oil/

lotion.

6) Hindarkan mata bayi dari percikan atau lelehan minyak atau

baby oil/ lotion.

e. Tindakan yang Tidak Dianjurkan Dilakukan Pemijatan

Menurut (Subakti & Anggraini, 2008), hal-hal yang tidak

dianjurkan selama pemijatan berlangsung, adalah :

1) Memijat bayi langsung setelah minum (sebaiknya 1-2 jam

setelah minum)

2) Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan, memijat bayi

pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat.

3) Memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat (biasanya dengan

tanda bayi rewel, menangis, dan memberontak)

4) memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi.

f. Teknik Pijat Bayi

Teknik-teknik pijatan untuk bayi pada dasarnya hampir sama

dengan pijatan untuk orang dewasa, tapi tekanan kuat harus


25

dikurangi agar bayi tidak merasa terganggu atau tidak nyaman.

Teknik pijatan tersebut antara lain (Gichara, 2006) :

1) Effleurage (mengusap lembut)

Effelurage adalah istilah pemijatan bagi tindakan

menekan ke depan dan lalu kembali ke arah yang berlawanan.

Effleurage merupakan tindakan pijatan yang memberikan efek

menenangkan yang dilakukan secara lembut. Kebanyakan

pemijatan pada bayi merupakan bentuk tekanan yang lembut.

Gerakan yang lembut menunjukkan kasih sayang dimana pada

saat bersamaan reaksi syaraf juga dapat dirangsang. Effleurage

dilakukan dengan menekan dan menggerakkan tangan secara

berputar diseluruh tubuh termasuk bagian tangan dan kaki.

2) Petrissage (meremas)

Terdiri dari gerakan membetot (picking up), memeras

(wringing), meremas (squeezing) dan menggelinding (rolling).

Telapak tangan Anda di taruh dibagian yang akan dibetot, lalu

genggam lembut, gunakan satu atau dua tangan, tarik sedikit,

kemudian lepaskan. Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan

meremas untuk meredakan otot tegang. Gerakan meremas

dilakukan pada bagian tubuh bayi dengan jari tangan secara

lembut, lalu lepaskan. Gerakan ini dapat diterapkan ke setiap

bagian tubuh kecuali wajah.

3) Percussion Movement (gerakan perkusi)


26

Termasuk satu seni pijat ringan, cepat dan gerakan kejut.

Dilakukan dengan kedua tangan bergantian secara cepat.

Gerakan menepuk-nepuk dilakukan pada hampir semua bagian

tubuh, namun yang paling penting adalah tubuh bagian

belakang bayi (pinggul) atau bagian berotot besar dengan

menggunakan tangan seperti gerakan memukul gendang.

Tenaga yang digunakan untuk memijat dengan teknik ini diambil

dari pergelangan tangan, bukan dari siku atau bahu.

Memberikan pijat bayi, sentuhan yang sehat, kontak

mata, suara dan gerakan, maka orang tua secara bertahap akan

mendapatkan kepercayaan dalam memahami dan sensitif

merespon isyarat bayi mereka. Hal ini membantu untuk

membangun interaksi, yang memberikan dasar arsitektur otak

yang sehat: terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan

mental seumur hidup, empati, regulasi emosional, dan

keterampilan kognitif (Lee, 2006; Livingston et al., 2009).

Untuk urutan / langkah-langkah pijat bayi pada penelitian

ini berdasarkan metode Field yang dikutip oleh Utami Roesli

(terlampir).

g. Efek Samping Pemijatan

Pemijatan adalah teknik relaksasi yang lembut dan jarang

menyebabkan efek samping. Namun bila pemijatan dilakukan

terlalu dalam, dapat menyebabkan perdarahan pada organ vital


27

seperti hati dengan adanya pembentukan penumpukan darah

(Subakti & Anggraini, 2008).

3. Pertumbuhan Bayi

a. Definisi

Pertumbuhan adalah suatu proses yang berhubungan

dengan banyak faktor yang kompleks yakni, faktor internal seperti

genotype, faktor eksternal seperti nutrisi dan lingkungan serta

sistem pertanda internal (internal signalling system) seperti hormon

dan faktor-faktor pertumbuhan (Hall & Guyton, 2011).

Pertumbuhan merupakan perubahan yang terjadi di dalam

tubuh yang meliputi ukuran, jumlah, atau dimensi tingkat sel, organ,

maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran

panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Pertumbuhan

dapat dilihat secara fisik, seperti ukuran lingkar kepala. Berat

badan, panjang badan, lingkar lengan atas, dan lain-lain (Chalid,

Wahyuni, & Islam, 2014).

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis

besar terbagi dalam dua faktor yakni faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal termasuk genetik faktor genetik yang

menentukan laju pertumbuhan, umur,jenis kelamin, pubertas, dan

tinggi dewasa dan sistem hormonal yang mengontrol dan


28

mengatur metabolisme sel. Sedangkan faktor eksternal sangat

banyak dan tidak semuanya dimengerti, dan yang paling penting

adalah faktor lingkungan yang meliputi fisikobiopsikososial, selain

itu faktor nutrisi dan stimulasi eksternal juga berperan penting

dalam proses pertumbuhan.

Pengaruh psikologis dan sosial dapat mencegah potensi

ekpresi genetik sepenuhnya untuk pertumbuhan. Malnutrisi, lewat

defisiensi diet, malabsorbsi atau sebagai manifestasi dari penyait

kronis dapat juga menganggu pertumbuhan normal (Soetjiningsih &

Ranuh, 2013).

c. Fase Pertumbuhan

Pada hampir semua spesies mamalia, pertumbuhan

merupakan suatu proses yang cepat yang dapat dibagi menjadi

fase fetal, menyusu dan puber. Pada manusia ada suatu periode

yang panjang yang memisahkan antara masa menyusu dan puber.

Namun khusus untuk pertumbuhan bayi, maka dibatasi pada fase

perkembangan fetus, menyusu, penyapihan dan akhir masa bayi.

Selama masa fetus dan menyusu, ibu berperan penting dalam

memberikan nutrisi pada janin yang sedang berkembang dan pada

bayi setelah lahir (Linder, 2010).

Masa pertumbuhan bayi dibagi dalam dua (Soetjiningsih &

Ranuh, 2013), yaitu : Pertumbuhan Janin Intra Uteri dan

Pertumbuhan Setelah Lahir / Ekstra Uteri.


29

4. Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1)

a. Definisi

Insulin-Like Growth Factor (IGF) adalah bagian dari berbagai

peptida yang berhubungan dengan insulin, yang meliputi insulin,

IGF-1, IGF-2, dan merupakan substansi anabolik yang memiliki

peranan sebagai modulator endokrin, parakrin, dan autokrin untuk

pertumbuhan dan perkembangan intrauterin dan postnatal. IGF-1

lebih sensitif terhadap status metabolik dibandingkan dengan IGF-

2. Sekresi GH secara pulsatil merangsang jaringan sensitif GH

untuk memproduksi IGF-1. IGF-1 di plasma dihasilkan secara

primer oleh hepar dan berikatan dengan IGFBP spesifik. Sebagian

besar IGF-1 yang bersirkulasi berikatan dengan IGFBP3

membentuk kompleks 150 kDa. Konsentrasi IGFBP3 di serum

berhubungan langsung dengan konsentrasi GH dan status nutrisi,

sehingga pada malnutrisi, konsentrasi IGFBP dan IGF-1 menurun,

sedangkan GH meningkat. IGF-1 juga mengatur kadar IGFBP3

secara langsung (Clemmons, 2016).

IGF-1 memberikan umpan balik negatif dengan menghambat

sekresi GH. Kemudian terjadi penurunan sekresi GHRH dan

merangsang pelepasan somatostatin di hipotalamus. Kadar IGF-1

serum juga dipengaruhi oleh prolaktin, laktogen plasenta, hormon

tiroid, dan steroid, yang bekerja dengan mempengaruhi kadar GH.


30

b. Manfaat

IGF-1 berperan dalam berbagai aktivitas perangsang

pertumbuhan GH. IGF-1 merangsang pertumbuhan tulang dan

diferensiasi myoblas selama perkembangan fetus.

IGF-1 yang dihasilkan oleh sel stromal di sumsum tulang

juga mempengaruhi hematopoiesis. Faktor eritropoietik yang

ditemukan dalam serum pasien anefrik adalah IGF-1. Pada

neonatus dan hewan coba yang mengalami hipofisektomi, injeksi

IGF-1 juga merangsang eritropoiessi.

IGF-I disebut juga somatomedin C adalah rantai tunggal

polipeptida dari 70 asam amino yang menengahi tindakan

somatotropik hormon pertumbuhan dan memainkan peran penting

dalam regulasi metabolisme glukosa dan dihasilkan oleh hati

dibawah kendali hormon pertumbuhan atau Growth Hormone (GH)

(Hall & Guyton, 2011). Oleh karena itu IGF-1 dikatakan mediator

kerja GH sebagai pemicu pertumbuhan dan metabolik, diregulasi

oleh berbagai faktor lokal dan endokrin.

Manfaat lain dari IGF-1 yaitu meningkatkan sintesis protein

dan mencegah terjadinya proteolisis, meningkatkan filtrasi pada

ginjal, dan keseimbangan kadar nitrogen positif.

Produksi IGF-I postnatal terlibat dalam kedua somatik dan

otak pertumbuhan, terlepas dari usia kehamilan dan asupan kalori


31

postnatal, konsentrasi IGF-I dan bioavailabilitas berkorelasi dengan

peningkatan pertumbuhan berat badan lahir dan bayi prematur (T

Field et al., 2008).

IGF-1 dapat meningkatkan sensitiivtas insulin relatif dalam

sindrom metabolik yang berhubungan dengan resistensi insulin,

misalnya adipositas, diabetes melitus, dan hipertrigliseridemi

c. Mekanisme Pijat bayi Terhadap Kadar IGF-1 dan Pertumbuhan

Bayi

GH memproduksi IGF-1 yang memperantarai efek

rangsangan pertumbuhan. Sekresi GH diatur oleh growth hormone-

releasing hormone (GHRH) dari hypothalamus dan oleh

somatostatin, suatu hormon penghambat. Dengan adanya

rangsangan pijat terhadap kulit bayi, IGF-1 meningkatkan

pertumbuhan seluruh tubuh dengan cara mempengaruhi

pembentukan protein, pembelahan sel, dan diferensiasi sel (Hall &

Guyton, 2011). IGF-1 bersirkulasi dalam plasma sebagai bagian

dari komples dengan protein pengikat (IGFBPs). Protein pembawa

ini memperpanjang separuh jangka hidup dari peptida IGF,

mentranspor IGF ke sel target dan modulasi interaksi antar IGF

dengan permukaan membran reseptor (Clemmons, 2016).

Transmisi sinyal sensorik somatik mechanoreseptor ke

dalam sistem saraf pusat; baik semua atau hampir semua

informasi sensorik dari segmen somatik dari tubuh memasuki


32

sumsum tulang belakang melalui akar posterior. Segera setelah

memasuki cord, serat saraf terpisah menjadi dua kelompok besar

(Hall & Guyton, 2011):

1) Dorsal lemniscal system (dorsal columns and spino-cervical

tracts)

Ini adalah serabut saraf mielin besar (lebih cepat).

Mereka mengirimkan informasi yang harus ditransmisikan

dengan cepat.. Sensasi pijat termasuk ditularkan oleh sistem ini.

2) Anterolateral spinothalamic system

Sistem ini di anterior dan kolom lateral. Impuls

ditransmisikan pada kecepatan yang lebih rendah.Sensasi yang

ditransmisikan oleh sistem spinotalamikus antero-lateral

diantaranya adalah sensasi nyeri dan suhu.

Mekanisme lain menjelaskan bahwa pijat bayi dapat

menyebabkan peningkatan berat badan dengan meningkatkan

insulin dan IGF-1 karena insulin mempromosikan konversi glukosa

menjadi cadangan jangka pendek (glukogen) dan penyimpanan

jangka panjang (lipid), dan IGF-1 memainkan peran penting dalam

meningkatkan pertumbuhan dengan merangsang pertumbuhan sel

dan menghambat apoptosis (Gorospe, 2012).

IGF-1 terutama lebih rendah di bayi prematur dan BBLR,

IGF-1 secara signifikan berkorelasi dengan berat lahir, panjang

badan dan indeks ponderal. Studi yang mengamati hubungan


33

positif antara IGF-1 tingkat dan berat badan menunjukkan bahwa

IGF-1 mungkin menjadi salah satu faktor mediasi berat badan yang

lebih besar pada bayi prematur dipijat, dan sebaliknya mungkin

juga benar, yaitu bahwa kenaikan berat badan merangsang insulin

dan IGF-1(T Field et al., 2008).

Pijat bayi juga telah dicatat dapat mengurangi perilaku stres

dan memberi ketenangan pada neonatus. Ini kemungkinan hasil

dari respon parasimpatis yang ditimbulkan oleh stimulasi reseptor

tekanan yang pada gilirannya, berhubungan dengan penurunan

level kortisol dan peningkatan aktivitas vagus pada bayi prematur

yang menerima pijat. Sepanjang nervus vagus yang mempersarafi

lambung dan pankreas, peningkatan aktivitas vagus dapat

menyebabkan kenaikan berat badan lebih besar dengan

meningkatkan aktivitas lambung dan mempromosikan pelepasan

insulin. Stimulasi taktil dan peningkatan aktivitas vagal juga telah

dikaitkan dengan pelepasan hormon penyerapan makanan

(misalnya gastrin) yang dapat berkontribusi untuk absorpsi

makanan yang lebih efisien.


34

B. Kerangka Teori

Faktor Risiko BBLR


Faktor Ibu : Termoregulasi
 Umur
 Paritas
 Jarak kehamilan Nutrisi
 Riwayat persalinan
BBLR
 Status ekonomi
Pencegahan
 Anemia BBLR Infeksi
 Komplikasi kehamilan
 Penyakit ibu

Faktor Janin :
DCI :
 Infeksi intra uteri
 Kelainan kongenital

Pijat Bayi + PMK

Sistem Somatosensorik Nervus Vagus


(mechanoreseptor)

Hormon Gastrin
Hypotalamus dan Insulin

Hypofise
Motilitas Gastrik

Hepar Organ lain


Hormon
Gastrin dan
Insulin
IGF-1 Aksi metabolisme

Stress
Penyerapan
Nutrisi
Bone & Blood Cartilage
Tissue Glucose Growth

Pertumbuhan (Berat
Badan Bayi)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


35

C. Kerangka Konsep

Kadar IGF-1

Sistem
Pijat Bayi + PMK somatosensory
(H-P-H)

Pertumbuhan /
berat badan

Genetik Nutrisi (ASI)


Stress
Lingkungan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

= variabel bebas = variabel diteliti

= variabel terikat = variabel tidak diteliti

= variabel antara

= variabel moderator

= variabel kendali
36

D. Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Kriteria objektif Alat ukur Skala


1. Berat badan
1500- 2499
Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 Lembar
1 BBLR gram. Nominal
gram tanpa melihat usia kehamilan checklist
2. Mendapatkan
ASI saja

Perawatan bayi melekat / skin-to-skin Dilakukan secara


Lembar
2 PMK contact antara kulit ibu dengan kulit bayi secara kontinyu (20- Nominal
checklist
secara kontinyu 24 jam)

1. Dilakukan
Terapi sentuh yang dilakukan pada
pemijatan
masing-masing area tubuh dengan
Pijat 2. Tidak Lembar
3 metode field (terlampir), selama 7 hari Nominal
bayi dilakukan checklist
dengan frekuensi satu kali dan durasi 10-
pemijatan
15 menit.

Kadar hormon pertumbuhan yang


diperiksa sebelum dan setelah dilakukan 1. Tidak ada
Kadar Uji
4 pijat bayi. Pengambilan sampel kadar kenaikan Rasio
IGF-1 laboratorium
IGF-1 melalui saliva bayi sebanyak 2-3 2. Ada kenaikan
ml.

Timbangan
Berat badan bayi yang ditimbang dengan
1. Tidak ada analog
Berat menggunakan alat ukur yang terstandar.
5 kenaikan dengan Rasio
Badan Penimbangan dilakukan pada saat
2. Ada kenaikan kepekaan
sebelum dan setelah perlakuan
100 gram

E. Hipotesis Penelitian

“Terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kadar hormon IGF-1 dan

peningkatan berat badan pada bayi berat lahir rendah dengan perawatan

metode kanguru”.

Anda mungkin juga menyukai