Anda di halaman 1dari 11

II.1.

4 Lingkungan Kerja

II.1.4.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Dalam dunia kerja pada suatu perusahaan banyak sekali aspek penunjang
yang mendukung berjalannya suatu perusahaan antara lain contohnya adalah
karyawan, peralatan kerja dan lain-lain. Hal-hal tersebut perlu sekali diperhatikan
agar pencapaian tujuan dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Yang akan
kita bahas disini adalah masalah lingkungan kerja karena lingkungan kerja sangat
berpengaruh terhadap keadaan karyawan yang ada pada suatu perusahaan.

Dengan memperhatikan lingkungan kerja diharapkan dapat menambah


semangat dalam bekerja. Apabila semangat kerja karyawan meningkat maka
produktivitas karyawan juga akan meningkat. Apabila hal ini dapat berjalan dengan
baik maka pencapaian tujuan suatu perusahaan akanberjalan dengan baik dan
lancer.

Lingkungan kerja adalah semua fasilitas atau segala komponen yang ada di
sekitar para karyawan yang mampu mempengaruhi pekerja dalam mengerjakan atau
melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk meningkatkan
produktivitasnya itu sendiri maka lingkungan kerja sangat mempegaruhi kinerja
karena lingkungan kerja yang baik akan menciptakan kemudahan pelaksanaan
tugas.

Karyawan akan dapat bekerja secara optimal jika didukung oleh suatu
kondisi lingkungan kerja yang baik. Suatu kondisi lingkungan kerja bisa dikatakan
baik apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara sehat, optimal, aman,
dan nyaman. Sedangkan lingkungan kerja yang tidak baik dapat memberikan akibat
yang dalam jangka panjang terus terasa, seperti banyaknya tenaga yang dibutuhkan
dan rancangan kerja yang tidak efisien, serta dapat mempengaruhi semangat kerja
karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Hal senada yang dikemukakan oleh Nitisemito (2015) yang mengatakan


Lingkungan kerja yaitu
“berhubungan erat dengan faktor psikologis kerja karyawan bahwa yang
dimaksud dengan lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan. Misalnya adalah kebersihan, music dan lain-
lain. Karena hal itu dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan,
setiap perusahaan haruslah mengusahakan sedemikian rupa sehingga
mempunyai pengaruh yang positif terhadap karyawan.”

Nitisemito, (2015), juga mengemukakan pengertian lainnya dari lingkungan


kerja, yaitu:

“Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar para


pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas
yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik, dan sebagainya.”

Adapaun Michael Armstrong, (2010) menjelaskan lingkungan kerja


merupakan

“Cara-cara di mana pekerjaan diorganisasikan, dikelola dan dijalankan akan


memengaruhi struktur upah dan penggunaan pembayaran kontinjensi.
Pengenalan teknologi baru dapat menghasilkan perubahan besar pada
sistem dan proses. Dibutuhkan keterampilan yang berbeda-beda, metode
kerja yang baru dan oleh karena itu penghargaan dikembangkan. Hasilnya
mungkin merupakan perluasan dari basis keterampilan organisasi dan
karyawannya, termasuk multiskilling (memastikan bahwa orang memiliki
berbagai keterampilan yang memungkinkan mereka bekerja secara fleksibel
dalam berbagai tugas, sering kali dalam kerja tim”

Sama halnya seperti Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja


(2011), yang mengemukakan pengertian dari lingkungan kerja, yaitu:

“Lingkungan kerja maksudnya adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan


yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seorang bekerja, metode
kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perorangan maupun
sebagai kelompok.”
Dari beberapa pendapat tersebut bisa kita ambil apa yang dimaksud dengan
lingkungan kerja merupakan suatu lingkungan yang dimana karyawan dapat
mengerjakan kewajibannya dengan optimal sehingga dapat menyelesaikan
kewajibannya sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Lalu untuk dapat menyelesaikan kewajiban secara optimal, perlu ada


penyesuaian keberadaan sarana prasarana perlengkapan kerja dengan kemampuan
karyawan. Keberadaan lingkungan kerja harus sesuai dengan keberadaan karyawan
yang ada dalam organisasi agar tercipta produktivitas kerja yang tinggi, untuk itu
dalam menyesuaikan karyawan dengan lingkungan kerja perlulah dilakukan
pendekatan ergonomi.

Ergomi itu sendiri merupakan ilmu yang menyelaraskan antara kewajiban


dan keadaan lingkungan kerja secara efisien serta mengoptimalkan kemampuan
karyawan untuk mencapai produktivitas yang baik.

Senada dengan Bennet yang dikutip Sedarmayanti, Tata Kerja dan


Produktivitas Kerja (2011), yang mengemukakan bahwa ergonomi adalah ilmu
penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kemampuan esensial
manusia untuk memperoleh keluaran yang optimum. Selaras dengan pendapat di
atas Suma’mur yang dikutip oleh Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja
(2011), mengemukakan:

“Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan


pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan
mencapai produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya.”

Berpegangan dari pendapat-pendapat tersebut maka selanjutnya Tarwaka


dikutip oleh Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja (2011),
mengemukakan:

“Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan


atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
keseluruhan menjadi lebih baik.”

Berdasarkan beberapa pengertian ergonomi tersebut, maka bisa


disimpulkan bahwa ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi mengenai keterbatasan dan sifat kemampuan karyawan
untuk membuat suatu sistem kerja sehingga sistem yang ada dapat membuat
karyawan bekerja pada sistem dengan baik, guna mencapai tujuan melalui pekerjaan
yang dilakukan dengan efisien dan nyaman. Kemudian ilmu ergonomi ini dapat
berupaya untuk menyerasikan suatu cara, alat, dan lingkungan kerja terhadap
keunggulan, kemampuan dan segala keterbatasan karyawan sehingga manusia
dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya.

II.1.4.2 Jenis-Jenis Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2012) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis


lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni, (1) lingkungan kerja fisik, dan (2)
lingkungan kerja non fisik.

1) Lingkungan Kerja Fisik


Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan
baik secara langsung maupun scara tidak langsung. Lingkungan kerja
fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni:
a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan. Seperti:
pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya.
b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya:
temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan,
maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik
mengenai fisik dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya,
kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang
sesuai
2) Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan
sesama rekan kerja ataupun hubungan dengan bawahan.
Lingkungan kerja non fisik ini merupakan lingkungan kerja yang tidak
bisa diabaikan. Menurut Nitisemito perusahaan hendaknya dapat
mencerminkan kondisi yang mendukung kerjasama antara tingkat
atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di
perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana
kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian diri.
Membina hubungan yang baik antar sesama rekan kerja, bawahan
maupun atasan harus dilakukan karena kita saling membutuhkan.
Hubungan kerja yang terbentuk sangat mempengaruhi psikologis
karyawan. Untuk menciptakan hubunganhubungan yang harmonis dan
efektif, pimpinan perlu:
a. Meluangkan waktu untuk mempelajari aspirasi-aspirasi emosi pegawai
dan bagaimana mereka berhubungan dengan tim kerja dan Menciptakan
suasana yang meningkatkan kreativitas.
b. Pengelolaan hubungan kerja dan pengendalian emosional di tempat
kerja itu sangat perlu untuk diperhatikan karena akan memberikan
dampak terhadap prestasi kerja pegawai. Hal ini disebabkan karena
manusia itu bekerja bukan sebagai mesin. Manusia mempunyai
perasaan untuk dihargai dan bukan bekerja untuk uang saja.
II.1.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik sehingga
dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi
lingkungan kerja yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai
apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman dan
nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka
waktu yang lama.
Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan
kerja. Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu
kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan pegawai, diantaranya yaitu:
1) Tempat Kerja yang Sesuai dengan Manusia
Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja (2011),
mengemukakan tentang lingkungan fisik dalam arti semua keadaan yang
terdapat disekitar tempat kerja, akan mempengaruhi pegawai baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
a. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang langsung berhubungan dengan
pegawai, seperti: pusat kerja, meja, kursi dan lain-lain.
b. Lingkungan perantara, dapat juga disebut lingkungan kerja yang
mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: pencahayaan, temperatur,
kelembaban, sirkulasi udara, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak
sedap, warna dan lain-lain.
Berikut ini adalah perancangan yang perlu dilakukan agar tempat kerja
dapat dikatakan nyaman atau sesuai:
a. Perancangan berdasarkan individu ekstrim
b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan
c. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya
2) Kondisi Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Kegiatan Manusia
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan efektif
dan mencapai suatu hasil kerja yang optimal, apabila diantaranya
ditunjang oleh suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi
lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat
melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman.
Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam
jangka waktu yang lama, lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang
baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak
faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti, Tata
Kerja dan Produktivitas Kerja (2011), yang dapat mempengaruhi
terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan
kemampuan pegawai, diantaranya adalah:
1) Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai
guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak
menyilaukan.

2) Temperatur/Suhu Udara di Tempat Kerja


Dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur yang berbeda, tubuh manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keadaaan normal dengan suatu sistem tubuh yang
sempurna yang terjadi diluar tubuh. Dengan demikian tubuh manusia
masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar tubuh tidak
lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin.

3) Kelembaban di Tempat Kerja


Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur
udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban,
kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia. Suatu keadaan dengan
temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi akan
menimbulkan pengurangan panas dari tubuh-tubuh secara besar-besaran.

4) Sirkulasi Udara di Tempat Kerja


Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di
sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang
dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen disekitar tempat
kerja ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya
tanaman disekitar tempat kerja akan memberikan kesejukan dan
kesegaran pada jasmani.

5) Kebisingan di Tempat Kerja


Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan. Yaitu bunyi yang dapat mengganggu
ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan
komunikasi.

6) Getaran Mekanis di Tempat Kerja


Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat
mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh pegawai dan
dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.

7) Bau Tidak Sedap di Tempat Kerja


Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja.

8) Tata Warna di Tempat Kerja


Menata warna ditempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan
dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat
dipisahkan dengan penataan dekorasi. Seperti dekorasi ruangan dengan
tata warna putih akan memberikan kesan ruang yang sempit menjadi
tampak luas.

9) Dekorasi di tempat kerja


Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena
itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hiasan ruang kerja tetapi
berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, dan
perlengkapan lainnya untuk bekerja.

10) Musik di Tempat Kerja


Menurut pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan
suasana, waktu dan tempat bekerja dapat merangsang dan
membangkitkan pegawai untuk bekerja.
11) Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerjatetap dalam
keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja.
Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja dapat
memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Pengamanan (SATPAM).

II.1.4.4 Manfaat Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang baik dapat memicu produktifitas dan kepuasan kerja
karyawan. Siagian (2014), mengemukakan bahwa manfaat lingkungan kerja adalah
menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas dan prestasi kerja meningkat,
selain itu lingkungan kerja juga dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja
karyawan. Kepuasan kerja muncul sebagai akibat dari situasi kerja yang ada di
dalam perusahaan. Kepuasan kerja tersebut mencerminkan perasaan karyawan
mengenai senang atau tidak senang, nyaman atau tidak nyaman atas lingkungan
kerja perusahaan dimana dia bekerja

II.1.4.5 Indikator Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja di perusahaan terbagi ke dalam dua dimensi yaitu :


lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik.

1) Lingkungan Kerja Fisik


Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat disekitar tempat kerja dan dapat mempengaruhi karyawan.
Siagian (2014) mengemukakan bahwa dimensi lingkungan kerja fisik
terdiri dari beberapa indikator yaitu:
a. Bangunan tempat kerja
Bangunan tempat kerja di samping menarik untuk dipandang juga
dibangun dengan pertimbangan keselamatan kerja, agar karyawan
merasa nyaman dan aman dalam melakukan pekerjaannya.
b. Peralatan kerja yang memadai
Peralatan yang memadai sangat dibutuhkan karyawan karena akan
mendukung karyawan dalam menyelesaikan tugas yang di embannya di
dalam perusahaan.
c. Fasilitas
Fasilitas perusahaan sangat dibutuhkan oleh karyawan sebagai
pendukung dalam menyelasikan pekerjaan yang ada di perusahaan.
Selain itu ada hal yang perlu di perhatikan oleh perusahaan yakni tentang
cara memanusiakan karyawannya, seperti tersedianya fasilitas untuk
karyawan beristirahat setelah lelah bekerja dan juga tersedianya tempat
ibadah.
d. Tersedianya sarana angkutan
Tersedianya sarana angkutan akan mendukung para karyawan untuk
sampai di tempat kerja dengan tepat waktu, baik yang diperuntukkan
karyawan maupun angkutan umum yang nyaman, murah dan mudah di
peroleh.
2) Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik adalah terciptanya hubungan kerja yang
harmonis antara karyawan dan atasan. Siagian (2014) mengemukakan
bahwa dimensi lingkungan kerja non fisik terdiri dari beberapa indikator
yaitu:
a. Hubungan rekan kerja setingkat
Indikator hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan rekan
kerja yang harmonis dan tanpa saling intrik di antara sesama rekan
sekerja. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap
tinggal dalam satu organisasi adalah adanya hubungan yang harmonis
dan kekeluargaan.
b. Hubungan atasan dengan karyawan
Hubungan atasan dengan bawahan atau karyawannya harus di jaga
dengan baik dan harus saling menghargai antara atasan dengan
bawahan, dengan saling menghargai maka akan menimbulkan rasa
hormat diantara individu masingmasing.
c. Kerjasama antar karyawan
Kerjasama antara karyawan harus dijaga dengan baik, karena akan
mempengaruhi pekerjaan yang mereka lakukan. Jika kerjasama antara
karyawan dapat terjalin dengan baik maka karyawan dapat
menyelesaikan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien.

Dari beberapa indikator diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa


lingkungan kerja non fisik dapat tercipta dengan baik jika hubungan antara karyawan
dengan sesama karyawan lain terjalin secara harmonis, dan juga hubungan antara
karyawan dengan atasan terjalin dengan baik pula.

Anda mungkin juga menyukai