Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Profesi dan Etika Keguruan Elvi Yenti, S.Pd. M.Si

POTENSI DASAR MANUSIA DALAM BELAJAR MENGAJAR

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

Wafika Rahma Diyanti (11910723005)

Widya Septri Runanda (11910724164)

KELAS :

Pendidikan Kimia 3C

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan,
keselamatan dan kemudahan serta hidayah-Nya kepada kami dalam mengerjakan makalah
Profesi dan Etika Keguruan dengan baik serta mengajari manusia tentang al-qur’an dan
kandungannya, yang dengan akal fikiran sebagai potensi dasar bagi manusia untuk
menimbang sesuatu itu baik atau buruk, menciptakan hati nurani sebagai pengontrol dalam
tindak tanduk, yang telah menciptakan fisik dalam sebagus-bagusnya rupa untuk
mengekspresikan amal ibadah kita kepada-Nya.

Sholawat bermutiarakan salam senantiasa kita hanturkan kepada revolusionar muslim


sejati baginda Muhammad SAW, serta para sahabatnya yang telah membebaskan umat
manusia dari lembah kemusyrikan dan kejahiliyah menuju alam yang bersyarat nilai-nilai
tauhid dan bertaburan cahaya ilmu pengetahuan dan kebenaran. Dalam penulisan makalah ini
kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas makalah ini, tanpa adanya bantuan mungkin kami tak dapat
menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Semoga makalah ini dapat membantu setiap pembacanya apabila terdapat beberapa
kesalahan kami mohon maaf, karena kami masih tahap belajar dalam pembuatan makalah
yang baik dan benar.Semoga bermanfaat bagi setiap pembaca karena membaca dapat
membantu wawasan kita.

Pekanbaru, 31 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan ......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 5

A. Pengertian Manusia ........................................................................................ 5


B. Potensi Dasar Manusia .................................................................................... 5
C. Potensi Fitrah ................................................................................................. 6
D. Bentuk-bentuk Fitrah Manusia........................................................................ 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15

A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang
tidak diberikan kepada makhluk lainnya.kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi
dasar yang disertakan Allah atasnya. Potensi ini adalah modal utama bagi manusia
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Bilamana tujuan pendidikan Islam diarahkan pada pembentukan manusia
seutuhnya, maka proses kependidikan yang harus dikelola di atas pola dasar dari fitrah
yang telah dibentuk Allah dalam setiap pribdi manusia. Pola dasar ini mengandung
potensi psikologis yang kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek-aspek
kemampuan dasar yang dapat dikembangkan secara dialektis interaksional (saling
mengacu dan mempengaruhi) untuk terbentuknya kepribadian yang serba utuh dan
sempurna melalui arahan kependidikan.
Seorang pendidik tidak dituntut untuk mencetak anak didiknya menjadi orang ini
dan itu, tetapi cukup denganmenumbuh-kembangkan potensi dasarnya serta
kecenderungan-kecenderungannya terhadap sesuatu yang diminati sesuai dengan
kemampuan dan bakat yang ada.Apabila anak mempunyai sifat dasar yang dipandang
sebagai pembawaaan jahat, upaya pendidikan adalah mendidik, mengarahkan, dan
memfokuskan untuk menghilangkan serta menggantikan atau setidak-tidaknya
mengurangi elemen-elemen kejahatan tersebut.

B. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan Manusia?
B. Apa saja Potensi Dasar yang ada pada manusia?
C. Apa itu potensi fitrah?
D. Apa saja bentuk dari potensi fitrah manusia?

C. Tujuan Pembahasan
A. Menjelaskan tenatang pengertian manusia
B. Menjelaskan tentang potensi dasar yag ada pada manusia
C. Menjelaskan tentang potensi fitrah
D. Menjelaskan bentuk dari potensi fitrah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
SWT.Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi
dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti :
Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-
macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses
selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian
besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah
evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan
dengan bidang studi biologi, serta Al-Qur’an memandang manusia sebagai makhluk
biologis, psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah,
sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai insan dan al-nas bertalian dengan
hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau
menentang takdir Allah.

B. Potensi Dasar Manusia


Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang
tidak diberikan kepada makhluk lainnya.kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi
dasar yang disertakan Allah atasnya. Potensi ini adalah modal utama bagi manusia
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia harus diolah
dan digunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat menunaikan tugas dan
tanggung jawabnya dengan sempurna. Manusia adalah mahkluk yang dapat dididik
dan mendidik.manusia sebagai mahkluk yang dapat dididik dapat dipahami dalam
firman Allah dalam Al-Qur'an Al-Baqoroh ayat 31 dan Surat Al-Alaq ayat 1-5.
Sedangkan manusia sebagai mahkluk yang mendidik dapat dipamahi dari firman Allah
dalam Al-quran surah al lukman ayat 13-20, yang mengisahkan bagaimana lukman
mengajar dan mendidik anak anaknya.
Juga dalam sebuah hdis disebutkan,yang artinya sebagai berikut :"hak anak
terhadap orang tuanya ialah orang tua memberi nama yang baik,pendidikan yang
5
baik,mengajarkannya menulis,berenang,memanah, dan memberi nafkah yang
halal,serta mengawinkannya apabila ia dewasa.(HR Buchari).
Dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimilikinya,juga sekaligus
yaitu seluruh usaha dan aktifitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka beribdah
kepada Allah. Manusia juga perlu diberi pendidikan, pengajaran, pengalaman,
keterampilan, teknologi dan sarana pendukung lainnya.Manusia yang dapat
melaksanakan fungsi itulah yang demikian yang diharapkan muncul menjadi penerus
bangsa dan bisa memajukan negara dengan potensi itu.
Manusia juga memiliki sejumlah potensi atau kemampuan.dalam mengembangkan
potensi tersebut pendidikanlah menjadi proses untuk menumbuhkan dan
menggembangkan potensi potensi tersebut. Pendidikan akan berusaha untuk
menampakkan potensi-potensi lain tersebut yang dimiliki oleh setiap perserta didik.

C. Potensi Fitrah
Fitrah berasal dari kata (fi’il) fathara yang berarti “menjadikan” secara etimologi
fitrah berarti kejadian asli, agama, ciptaan, sifat semula jadi, potensi dasar dan
kesucian.1Dalam kamus Bahasa Arab Mahmud Yunus, fitrah diartikan sebagai agama,
ciptaan, perangai, kejadian asli. 2
Dalam pemikiran pendidikan Islam, fitrah penciptaan manusia merupakan yang
paling banyak dibahas oleh para ahli, mengingat salah satu aspek pendidikan Islam
adalah upaya menumbuh kembangkan potensi manusia yang dibawa sejak lahir.
Potensi inilah yang dalam konteks pendidikan Islam disebut fitrah. 3
Dengan mencermati pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa makna
fitrah manusia adalah sesuatu kekuatan atau kemampuan (potensi terpendam) yang
menetap pada diri manusia sejak awal kejadiannya sebagai sifat kodrati, untuk
komitmen terhadap keimanan kepada-Nya, cenderung kepada hanif (kebenaran), dan
potensi itu merupakan ciptaan Allah.Dari ini telah dirasa cukup dalam menjelaskan
definisi fitrah, sehingga agar dapat mencakup secara holistik mengenai fitrah itu
sendiri di dalam ajaran Islam yang didasari oleh al-Qur’an dan al-Hadist, maka di
bawah ini akan dilanjutkan dengan pemaparan mengenai fitrah dalam tinjauan al-
Qur’an dan al-Hadist. yakni QS. Ar-Rum (30): 30.

1
Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam(Jakarta: Pustaka al-Husna, 1985), hal.215.
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia(Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah Penafsir Al-
Qur’an, 1973), hal. 319.
3
Mohammad Muchlis Solichin, “Fitrah: Konsep dan Pengembangannya dalam Pendidikan Islam”, Jurnal
Tadris. Vol. 2. No.2, 2007, hal. 242.
6
‫ٱَّلل َٰرَلِكَ ٱلذِّي ُه ۡٱل َق ِّي ُم ََ َٰلَك هِه أ َ ۡكث َ َر‬
ِۚ‫ق ه‬ ِ ‫علَ ۡي ٍَ ۚا ََل ت َۡبذِي َل ِلخ َۡل‬ َ ‫ط َر ٱلىه‬
َ ‫اس‬ ِ ‫ِيه َحى ِٗيف ۚا ف ِۡط َرتَ ه‬
َ َ‫ٱَّلل ٱلهتِي ف‬ ِ ّ‫فَأَقِمۡ ََ ۡج ٍَكَ لِلذ‬

٠ٓ َ‫اس ََل يَعۡ لَ ُمُن‬


ِ ‫ٱلىه‬

Artinya:

“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya (sesuai


dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah.Yang Allah menciptakan manusia
diatas fitrah itu.Itulah agama yang lurus.Namun kebanyakan orang tidak
mengetahuinya”.

Adapun sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
yang berbunyi:

ً‫كل مُلُد يُلذ على الفطرة فأبُاي يٍُداوً أَ يىصراو‬


Artinya:

“ Tiap-tiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Hanya bapak ibu lah yang
menjadikan Yahudi, Nasrani dan Majusi” (HR. Muslim).
Berdasarkan makna fitrah diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia sejak
asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus, dan dipahami oleh para
ulama sebagai tauhid.Dengan demikian potensi dasar manusia menurut penjelasan
ayat diatas adalah tauhid, yaitu ketundukkan dan penyerahan totalitas diri manusia
kepada Tuhannya dzat Yang Maha Esa.

Bilamana tujuan pendidikan Islam diarahkan pada pembentukan manusia


seutuhnya, maka proses kependidijan yang harus dikelola di atas pola dasar dari fitrah
yang telah dibentuk Allah dalam setiap pribadi manusia. Pola dasar ini mengandung
potensi psikologis yang kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek-aspek
kemampuan dasar yang dapat dikembangkan secara dialektis interaksional (saling
mengacu dan mempengaruhi) untuk terbentuknya kepribadian yang serba utuh dan
sempurna melalui arahan kependidikan. Salah satu asal potensial dari apa yang disebut
fitrah kemampuan berfikir manusia dimana rasio atau intelegensia (kecerdasan)
menjadi pusat pengembangannya. Pada pendidik muslm sejak dahulu menganggap
bahwa berfikir inilah yang menjadi kriterium (pembeda) yang esensial antara manusia
dan makhluk-makhluk lainnya. Di samping itu kemampuan ini memiliki kapabilitas

7
untuk berkembang secara optimal mungkin yang banyak bergantung pada daya guna
proses pendidikan.
Berdasarkan pemikiran M Arifin ia memberi asumsi bahwa potensi fitrah manusia
sangat banyak dan satu dengan yang lainna saling mempengaruhi dalam upaya
terbentuknya kepribadian manusia yang baik. Selain itu, salah satu potensi fitrah yang
membedakan manusia dengan makhlu lainnya adalah potensi berfikir dimana dengan
potensi ini manusia bisa didik sedangkan hewan tidak memiliki dan tumbuh-tumbuhan
tidak dapat didik seperti manusia karena hidup hanya berdasarkan isnting, perasaan,
dan dorongan keinginan berkembang mengikuti nalurinya yang terbatas.
Pada sisi yang lain, M Arifin lebih khusus terkait dengan pengertian fitrah
mengemukakan sebagai berikut:
Proses pengembangan kemampuan manusia kelalui pendidikan tidaklah menjamin
akan terbentuknya watak dan bakat seseorang untuk menjadi baik menurut kehendak
pencipta-Nya, mengingat Allah sendiri telah menggariskan bahwa di dalam diri
manusia terdapar kecenderungan dua arah yaitu ke arah perbuatan fisik (menyimpang
dari peraturan) dank e araha ketaqwaan (menaati peraturan/ perintah) .
M Arifin memperkuat pendapatnya tersebut dengan beberapa ayat al-Qur’an. QS. Asy-
Syam (91): 7-10, yaitu:

‫َاب َم ْه دَسهاٌَا‬ َ ‫( فَأ َ ْل ٍَ َم ٍَا فُ ُج‬7) ‫س هُاٌَا‬


َ ‫ ََقَذْ خ‬9) ‫( قَذْ أ َ ْفلَ َح َم ْه هكاٌَا‬8) ‫ُرٌَا ََت َ ْق َُاٌَا‬ َ ‫ََوَ ْفس ََ َما‬
Artinya:
Dan jiwa serta penyempurnaanya (ciptaannya).Maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu.Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

D. Bentuk-bentuk Fitrah Manusia


1. Fitrah beragama. Fitrah beragama adalah merupakan potensi bawaan yang
mendorong manusia untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh kepada Tuhan, yang
menguasai dan mengatur segala aspek kehidupan manusia dan fitrah ini
merupakan sentral yang mengarahkan dan mengontrol fitra-fitrah lainnya.
2. Fitrah berakal budi. Fitrah ini merupakan potensi bawaan yang mendorong
manusia untuk berfikir dan berzikir dan memahami tanda-tanda keagungan Tuhan
yang ada di alam semesta, berkreasi dan berbudaya, serta memahami persoalan
dan tentang hidup dan berusaha memecahkannya.

8
3. Fitrah kebersihan dan kesucian. Fitrah ini mendorong manusia untuk selalu
berkomitmen terhadap kebersihan dan kesucian diri serta lingkungannya.
4. Fitrah bermoral atau berakhlak. Fitrah ini mendorong manusia untuk komitmen
terhadap norma-norma atau nilai-nilai dan aturan yang berlaku.
5. Fitrah kebenaran. Fitrah ini mendorong manusia untuk selalu mencari dan
mencapai kebenaran.
6. Fitrah kemerdekaan. Fitrah ini mendorong manusia untuk bersikap bebas merdeka,
tidak terbelenggu, dan tidak mau diperbudak oleh sesuatu yang lain kecuali oleh
keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan.
7. Fitrah keadilan. Fitrah ini mendorong manusia untuk berusaha menegakkan ke
adilan di muka bumi.
8. Fitrah persamaan dan persatuan. Fitrah ini mendorong manusia untuk mewujudkan
persamaan hak serta menentang diskriminasi ras, etnik, bahasa, dan sebagainya,
dan berusaha menjalin kesatuan dan persatuan di muka bumi.
9. Fitrah individu. Fitrah ini mendorong manusia bersikap mandiri, bertanggung
jawab atas segala tindakan yang dilakukan, mempertahankan harga diri dan
kehormatannya serta menjawa keselamatan diri dan hartanya.
10. Fitrah sosial. Fitrah ini mendorong manusia untuk hidup bersama, bekerjasama,
bergotong royong, saling membantu, dan sebagainya.
11. Fitrah ekonomi. FItrah ini mendiring manusia untuk memenugi kebutuhan
hidupnya melalui aktivitas ekonomi
12. Fitrah seni. Fitrah ini mendorong manusia untuk menghargai seni dalam
kehidupannya. 4
Secara ringkas otak kiri berfungsi untuk menghafal/ mengingat.Logika/ berhitung,
menganalisis, memutuskan, dan bahasa; sedangkan otak kanan berfungsi untuk
melakukan aktivitas imajinasi/ intuisi.Kreasi/ kreativitas.Inovasi, seni. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sekarang ini berkat buah dari kegiatan berpikir sejumlah
manusia di muka bumi ini

4
Halid Hafi, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2008), Hal.68-82.
9
Bakat dan
Kecerdasan

Insting (naluri)

Hereditas
(keturunan)
potensi dasar
karakter (Tabiat)

Nafs (Drives)

Intuisi (Ilham)

Aspek-aspek fitrah merupakan komponen dasar yang bersifat dinamis, responsive


terhadap pengaruh lingkungan sekitar, termasuk pengaruh pendidikan. Lebih lanjut
H.M Arifin (menguraikan komponen-komponen dasar tersebut sebagai berikut:
a. Bakat, suatu kemampuan pembawaan yang potensial mengacu kepada
perkembangan kemampuan akademis (ilmiah) dan keahlian (professional) dalam
berbagai bidang kehidupan. Menurut Arifin, bakat in berpangkal pada kemampuan
kognisi (daya cipta), konasi (kehendak) dan emosi (rasa) yang disebut dalam
psikologi dengan tri chotomie (tiga kekuatan rohaniah) manusia.
b. Insting atau gharizah adalah kemampuan berbuat dan bertingkah laku tanpa
melalui proses belajar. Kemampuan insting ini pun merupakan pembawaan sejak
lahir. Dalam psikologi pendidikan kemampuann ini termasuk capability, yaitu
kemampuan berbuat sesuatu melalui belajar. Jenis-jenis tingkah laku manusia yang
digolongkan insting:
(1) Melarikan diri (flight) karena rasa takut (fear)
(2) Menolak (repulsion) karena jijik (disgust)
(3) Ingin tahu (curiosity) karena menakjubi sesuatu (wonder)
(4) Melawan (pugnacity) karena kemarahan
(5) Merendahkan diri (self-abasement) karena perasaan mengabdi (subjection)
(6) Menonjolkan diri (self-abasement) karena adanya harga diri atau manja
(elation)
(7) Orang tua (parental) karena perasaan halus budi (tender)
(8) Berkelamin (sexual) karena keinginan mengadakan reproduksi
(9) Mencari sesuatu (acquisition) karena keinginan mendapatkan sesuatu yang
baru.
(10) Berkumpul (quisition) karena ingin bergaul atau bermasyarakat
(11) Membangun sesuatu (contruction) atau bermasyarakat

10
(12) Menarik perhatian orang lain (appeal) karena ingin diperhatikan oleh orang
lain
c. Nafsu dan dorrongan-dorongan (drives). Dalam tasawuf dikenal adanya nafsu-
nafsu lawwamah yang mendorong kea rah perbuatan mencela dan merendahkan
orang lain (egosentris), nafsu ammarah (polemos) yang mendorong kea rah
perbuatan meerusak, membunuh, atau memusuhi orang lain (destruktif), nafsu
birahi (eros) yang mendorong ke arah perbuatan seksual untuk memuaskan
tuntutan akan pemuasan hidup berkelamin, Nafsu muthmainnah (religios) yang
mendorong kea rah ketaatan kepada Tuhan. Menurut al-Ghazali, nafsu manusia
terdiri dari nafsu malakiya yang ecenderung ke arah perbuatan mulia sebagaimana
hanya para malaikat, dan nafsu bahimiyah yang mendorong ke arah perbuatan
rendah sebagaimana nafsu binatang.
d. Karakter atau tabiat manusia merupakan kemampuan psikologis yang dibawa sejak
lahir. Karakter ini berkaitan dengan tingkah laku moral, sosial, dan etis seseorang.
Karakter terbentuk olej kekuatan dalam diri manusia, bukan terbentuk oleh
pengaruh dari luar. Karakter erat hubungannya dengan personalitas (kepribadian)
seseorang. Oleh karena itu, ciri-ciri keduanya hamper tidak dapat dibedakan
dengan jelas.
e. Hereditas atau keturunan merupakan factor kemampuan dasar yang mengandung
ciri-ciri psikologis dan fisiologis yang diturunkan atau diwariskan oleh orang tua,
meski dalam garis yang telah jauh.
f. Intuisi adalah kemampuan psikologis manusia untuk menerima ilham Tuhan.
Intuisi menggerakkan hati nurani (conscience) manusia yang membimbingna kea
rah perbuatan dalam situasi khusus di luar kesadaran alam pikirnya, namun
mengandung makna yang bersifat kontrukstif bagi kehiupannya. Intuisi biasanya
diberikan Tuhan kepada orang-orang yang bersih hatinya. 5

Para pakar pendidikan Islam, bahkan banyak yang memperluas makna fitrah selain
iman, tauhid, dan Islam juga berpembawaan yang baik.jadi pada dasarnya manusia
menurut kodrat berpembawaan baik. yakni menyukai kebaikan, keindahan, kebanara,
keadilan dan sebagainya. Mahfum mukhalafahnya, manusia pada dasarnya tidak
menyukai keburukan, kejahatan, ketidak adilan, dan sejenisnya. Sementara itu,
ternyata kemudian ia dilengkapi pula pada ptensi jujur atau durhaka dan takwa (QS.

5
Afifuddin Harisah, Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan.(Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2001), hal. 43-52.
11
Asy-Syams; 8).Maka segenap fitrah manusia yang berupa potensi itu selain
diusahakan agar tumbuh dan berkembang, mesti dan perlu untuk untuk juga diddidik
dan diarahkan.Karena pengaruh orang tua (mewakili lingkungan berupa pergaulan,
bacaan, pendidikan, dan lain sebagainya) dapat mempengaruhi manusia menjadi
buruk, jahat, daan seterusnya.
Apabila kita melihat program pendidikan sebagai usaha untuk menumbuh
kembangkan anak, melestarikan nilai-nilai Ilahi dan insani, serta membekali anak
didik dengan kemampuan yang produktif, dapat kita katakan bahwa fitrah merupakan
potensi dasar anak didik yang dapat mengantarkan pada tumbuhnya daya kemampuan
manusia untuk bertahan hidup maupun memperbaiki hidup. Hal tersebut dapat
dilakukan melalui pembekalan berbagai kemampuan dari lingkungan sekolah dan luar
sekolah yang terpola dalam program pendidikan.
Seorang pendidik tidak dituntut untuk mencetak anak didiknya menjadi orang ini
dan itu, tetapi cukup denganmenumbuh-kembangkan potensi dasarnya serta
kecenderungan-kecenderungannya terhadap sesuatu yang diminati sesuai dengan
kemampuan dan bakat yang ada.Apabila anak mempunyai sifat dasar yang dipandang
sebagai pembawaaan jahat, upaya pendidikan adalah mendidik, mengarahkan, dan
memfokuskan untuk menghilangkan serta menggantikan atau setidak-tidaknya
mengurangi elemen-elemen kejahatan tersebut.
Namun realitas menunjukkan masih banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan
dalam hal mendesain pendidikan selama ini yakni mendesain pendidikan secara
parsial belum terintegrasi.Seringkali yang dididik adalah tangan manusia, manusianya
sendiri tidak tersentuh. Karena itu lulusan akan ahli tangannya-misal ahli membuat
desain atau ahli melukis atau ahli memainkan alat music-tetapi ia belum tentu
manusia. Padahal pendidikan itu adalah untuk memanusiakan manusia.Seringkali yang
didik adalah otaknya, karenanya pendidikan yang kita lakukan itu hanya menghasilkan
kecerdasan manusia yang belum tentu manusia yang cerdas; pendidikan yang kita
lakukan hanya menghasilkan keterampilan manusia yang belum tentu berupa manusia
yang terampil. Oleh karena itu Al-Syaibani mengatakan bahwa pendidikan seharusnya
menghembangkan aspek jasmani, akan, dan ruhani manusia secara seimbang dan
terintegrasi. 6
Berbagai macam metode pendidikan seperti strategi aktif learning sebagai slaah
satu pengembangan potensu dasar dalam konteks saat ini, karena strategi akfit learning

6
Toni Pransiska. 2016. Konsepsi Fitrah Manusia Dalam Perspektif Islam dan Implikasinya Dalam Pendidikan
Islam Kontemporer, Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. 17.No.1, hlm. 1-7.
12
merupakan kumpulan cara-cara pembelajaran yang disusun untuk menjadikan siswa
aktif sejak awal melalui kegiatan-kegiatan yang membangun kerja tim dan mendorong
mereka ntuk lebih memikirkan pelajaran.
Metode tersebut, mempunyai oeran penting untuk membantu siswa
mengoptimalkan potensi fitrahnya, hal ini karena di dalam strategi aktif learning
terdapat teknik untuk melaksanakan kegiatan belajar di dalam satu kelas penuh dan
dalam kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat, mempraktikkan ketrampilan,
mengajukan pertanyaan, dan bahkan mendorong siswa mengajar satu sama lain.
Dengan demikian, ia dapat mengembangkan potensi-potensi spiritual, intelektual
maupun emosional. Dalam strategi aktif learning terdapat metode meninjau kembali
apa yang telah mereka pelajari, menilai bagaimana perubahan seorang siswa dan
membahas langkah selanjutnya agar proses pembelajaran terus berlangsung.
Masing-masing metode ini sangat dibutuhkan setiap peserta didik, mengingat
proses belajar mengajar bukanlah semata kegiatan menghafal informasi yang
diberikan oleh seorang guru, tetapi lebih dari itu, yang dinamakan proses belajar
mengajar merupakan fenomena komplek, meliputi pikiran, tindakan dan asosiasi
karena itu sampai sejauh mana guru mengubah lingkungan, rancangan pembelajaran,
sejauh itu pula proses belajar mengajar berlangsung.
Selain itu, ditinjau dari aspek neurologis, strategi aktif learning sangat penting
karena memori manusia tidak hanya bekerja sekedar menerima informasi melainkan
juga mengolahnya. Sedangkan untuk dapat mengolah informasi secara efektif, memori
akan terbantu dengan melakukan perenungan secara internal dan eksternal, karena itu
informasi perlu diuji dengan mengikhtisarkannya, atau menjelaskan kepada orang lain.
Menurut John Holt sebagaimana oleh Melvin L. silberman dalam bukunya Active
Learning , menjelaskan proses belajar mengajar akan meningkatkan jika para siswa
diminta melakukan hal-hal sebagai berikut
a. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri
b. Memberikan contih
c. Mengenalinya dalam berbagai bentuk dan situasi
d. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan yang lain
e. Menggunakannya dengan berbagai cara
f. Memprediksikan sejumlah konsekuensinya
g. Menyebutkan lawan atau kebalikannya

13
Seharusnya pendidikan Islam melahirkan generasi yang mampu menghadapi era
global. Setidaknya, lima kemampuan yang mereka harus miliki, yatiu:
1. Kemampuan belajar mendidik dan melatih anak didik agar selalu terus menerus
terbiasa dan terampil belajar. Dengan kemampuan ini, arus informasi dan perubaha
yang selalu dan kerap terjadi di era global ini akan selalu dapat diantisipasi.
Patutlah dalam hal ini, pendidikan Islam memperhatikan pernyataan UNESCO
bahwa dalam abad 21, belajar hendaknya berpijak pada 4 pilarm yaitu: a) learning
how to know b) learning how to do c) learning to be d) learning how to live
together
2. Kemampuan melakukan penelitian: eksploratif, kritis, inovatif, dan kreatif
3. Kemampuan membangun jaringan kerjasama
4. Kemampuan beradaptasi dengan keaneka-ragaman budaya
5. Berpegang teguh pada nilai dan prinsip 7

7
Nandang Kosim dan Lukman Syah. 2016. Potensi Dasar Manusia Menurut Ibnu Taimiyah dan Impikasinya
Dalam Pendidikan Islam, Jurnal Qathruna.Vol. 3 No.1., hlm. 84-86.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang
tidak diberikan kepada makhluk lainnya.kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi
dasar yang disertakan Allah atasnya. Manusia adalah mahkluk yang dapat dididik dan
mendidik.manusia sebagai mahkluk yang dapat dididik dapat dipahami dalam firman
Allah dalam Al-Qur'an Al-Baqoroh ayat 31 dan Surat Al-Alaq ayat 1-5.Sedangkan
manusia sebagai mahkluk yang mendidik dapat dipamahi dari firman Allah dalam Al-
quran surah al lukman ayat 13-20, yang mengisahkan bagaimana lukman mengajar
dan mendidik anak anaknya.Manusia yang dapat melaksanakan fungsi itulah yang
demikian yang diharapkan muncul menjadi penerus bangsa dan bisa memajukan
negara dengan potensi itu. Pendidikan akan berusaha untuk menampakkan potensi-
potensi lain tersebut yang dimiliki oleh setiap perserta didik.
Fitrah beragama adalah merupakan potensi bawaan yang mendorong manusia
untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh kepada Tuhan, yang menguasai dan mengatur
segala aspek kehidupan manusia dan fitrah ini merupakan sentral yang mengarahkan
dan mengontrol fitra-fitrah lainnya.Fitrah ini merupakan potensi bawaan yang
mendorong manusia untuk berfikir dan berzikir dan memahami tanda-tanda
keagungan Tuhan yang ada di alam semesta, berkreasi dan berbudaya, serta
memahami persoalan dan tentang hidup dan berusaha memecahkannya.Fitrah ini
mendorong manusia untuk komitmen terhadap norma-norma atau nilai-nilai dan
aturan yang berlaku.
Fitrah ini mendorong manusia bersikap mandiri, bertanggung jawab atas segala
tindakan yang dilakukan, mempertahankan harga diri dan kehormatannya serta
menjawa keselamatan diri dan hartanya.Aspek-aspek fitrah merupakan komponen
dasar yang bersifat dinamis, responsive terhadap pengaruh lingkungan sekitar,
termasuk pengaruh pendidikan.Bakat, suatu kemampuan pembawaan yang potensial
mengacu kepada perkembangan kemampuan akademis dan keahlian dalam berbagai
bidang kehidupan. Menurut Arifin, bakat in berpangkal pada kemampuan kognisi ,
konasi dan emosi yang disebut dalam psikologi dengan tri chotomie manusia.

15
B. Saran dan Kritik
Penulis telah memberikan gambaran umum tentang potensi Dasar Manusia dalam
Belajar Mengajar.Namun tidak menutup kemungkinan, banyak persoalan seputar tema
yang diangkat yang belum tuntas, sehingga perlu tinjauan kembali dari teman-teman, dan
lebih khusus dosen pemandu untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini dan semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin Harisah. 2016. Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Halid Hafi, dkk. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Hasan Langgulung. 1985. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna.

Mahmud Yunus. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan


Penerjemah Penafsir Al-Qur’an.

Mohammad Muchlis Solichin. 2007. “Fitrah: Konsep dan Pengembangannya dalam


Pendidikan Islam”. Jurnal Tadris. Vol. 2. No.2.

Nandang Kosim dan Lukman Syah. 2016. Potensi Dasar Manusia Menurut Ibnu Taimiyah
dan Impikasinya Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Qathruna.Vol. 3 No.1.

Toni Pransiska. 2016. Konsepsi Fitrah Manusia Dalam Perspektif Islam dan Implikasinya
Dalam Pendidikan Islam Kontemporer. Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. 17.No.1.

17

Anda mungkin juga menyukai