Anda di halaman 1dari 5

Adaptasi Kebiasaan Baru Menggunakan Transportasi Umum demi Mencegah

Penularan Covid-19

Sejumlah kota maupun provinsi kita sudah tidak lagi memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar
dan mulai membuka akses untuk penggunaan transportasi umum secara lebih luas. Di masa seperti ini
penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) harus tetap di jalankan sesuai dengan protokol kesehatan
untuk dapat mensukseskan Indonesia bebas corona.

Di masa AKB, hal dasar seperti jaga jarak sangat penting dilakukan agar terhindar dari penyebaran
COVID-19 saat sedang menggunakan kendaraan umum.

Jaga jarak juga dimasukan dalam salah satu poin utama dalam panduan cara aman agar terhindar dari
COVID-19 yang dikeluarkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
Berikut ini adalah 6 poin utama yang wajib dilakukan di masa AKB bagi yang akan menggunakan sarana
angkutan umum dan transportasi publik sebagai berikut:

1. Senantiasa pakai masker dengan benar

2. Usahakan tidak menyentuh bagian kendaraan.

3. Tetap jaga jarak dengan penumpang lain.

4. Usahakan bayar ongkos/tiket angkutan umum secara non tunai.

5. Jika menggunakan ojek , bawa helm sendiri

6. Jika harus menyentuh wajah dan mata, pakai tisu bersih.

Peran semua orang sangat penting dalam menekan penyebaran COVID-19, sehingga penerapan hal-hal
sederhana di atas menjadi sangat penting untuk diterapkan.

Ayo Stop Penyebaran Covid mulai dari diri kita sendiri

Iklan Layanan Masyarakat Pencegahan Covid di Transportasi Umum

A. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat (ILM) adalah iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang
bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang
harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keselarasan dan kehidupan umum.

Iklan layanan masyarakat dapat dikampanyekan oleh organisasi profit atau non profit dengan
tujuan sosial ekonomis yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kriteria
Menurut dewan periklanan di Amerika Serikat yang mensponsori ILM ada beberapa kriteria
yang digunakan untuk menentukan sebuah iklan tertentu merupakan iklan layanan masyarakat
atau bukan.

 Tidak komersial (contoh: iklan pemakaian helm dalam berkendara)


 Tidak bersifat keagamaan.
 Tidak bersifat politis.
 Berwawasan nasional
 Diperuntukkan untuk semua lapisan masyarakat.
 Diajukan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima.
 Dapat diiklankan.
 Mempunyai dampak dan kepentingan tinggi sehingga patut memperoleh dukungan media
lokal maupun nasional.

Di Indonesia tidak ada organisasi khusus yang dibentuk untuk menangani ILM. Pada umumnya
ILM dibuat secara sendiri-sendiri oleh biro iklan yang bekerja sama dengan media dan
pengiklan. Hal ini mengakibatkan kurangnya komitmen dan sinergi dalam merumuskan iklan,
biaya, serta pesan yang ingin disampaikan sehingga ILM tidak dilakukan secara rutin. Selain itu
ILM juga dikenakan pajak iklan, walalupun ruang dan waktunya disumbangkan oleh media.

B. Iklan Layanan Masyarakat Menggunakan Media Sosial

Iklan Layanan Masyarakat merupakan salah satu alat dalam pemasaran media sosial (Social
Media Marketing). Pemasaran media social sosial menggunakan prinsip dan teknik dari
pemasaran komersil untuk mempengaruhi target audiens dengan secara sukarela menerima,
menolak, memodifikasi, atau membebaskan perilaku untuk mendapatkan keuntungan pada
individu tersebut, kelompok, atau masyarakat secara menyeluruh. Pemasaran media sosial
digunakan untuk mempengaruhi audiens untuk mengubah perilaku mereka demi kesehatan,
mencegah luka-luka, melindungi lingkungan, atau berkontribusi pada komunitas. Pada
pemasaran media sosial hasil akhir bukan profit berupa uang yang akan didapat bagi si
pemasar, tetapi keuntungan perubahan sikap, pengetahuan, dan perilaku demi hidup yang
lebih baik sesuai tujuan pemasar kepada audiens.
Proses komunikasi di dalam iklan dalam menjangkau khalayaknya terjadi jika dilakukan
dalam jangka yang intens atau lama. Seperti halnya iklan layanan masyarakat tentang
Pencegahan Covid di Transportasi Umum. Semakin sering iklan menerpa masyarakat semakin
besar juga perhatian masyarakat akan iklan tersebut yang nantinya akan terbentuk awareness.
Terpaan iklan (exposure to advertisement) adalah merupakan suatu proses dimana terjadi
respon kognitif atau pemikiran ketika mereka membaca, melihat atau mendengar komunikasi
tersebut (Belch, 1990, p.150).

Menurut Jalaludin Rakhmat (1989), terpaan media (media exposure) dapat


dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca majalah
atau surat kabar maupun melihat di media sosial. Dalam ILM “Pencegahan Covid di Transportasi
Umum”, produk yang ditawarkan yaitu supaya audiens terutama masyarakat bekerja tetap
menjaga jarak di Transportasi Umum, dengan cara berjaga jarak, masyarakat bisa mencegah
penularan covid di lingkungan transportasi itu sendiri. Ketika audiens berinteraksi dengan pesan
melalui iklan inilah diartikan audiens sedang menerima terpaan (exposure) iklan (Shimp, 2000:
182). Jadi terpaan ILM “Pencegahan Covid di Transportasi Umum” adalah audiens berinteraksi
dengan pesan dari pemasar dengan melihat ILM “Pencegahan Covid di Transportasi Umum” di
media sosial.

Penggunaan media sosial facebook merupakan variabel kedua yang ditelitipengaruhnya


terhadap tingkat keberhasilan masyarakat pekerja dalam menjaga jarak agar terhindar dari
covid. Munculnya facebook sebagai salah satu media sosial diawali dari perkembangan media
baru yang berbasis internet. McQuail (2011: 156) mengidentifikasi lima kategori utama media
baru yang samasama memiliki kesamaan saluran tertentu dan kurang lebih dibedakan
berdasarkan jenis penggunaan, konten dan konteks. Media sosial termasuk dalam kategori
media partisipasi kolektif (collective participatory media). Penggunaan internet sebagai ajang
berbagi dan bertukar informasi, gagasan dan pengalaman, serta untuk mengembangkan
hubungan pribadi yang aktif. Situs jejaring sosial (media sosial) termasuk di dalam kelompok ini.
Melalui media sosial, pengguna dapat menjalin persahabatan dan berbagi informasi dengan
pengguna lainnya tanpa ada hambatan berupa jarak dan waktu. Media sosial menjadi media
interaksi baru yang membuat ruangruang bagi masyarakat untuk saling berbagi, bercerita dan
menyalurkan ide-idenya. Akibatnya, masyarakat melakukan migrasi virtual untuk berinteraksi di
ruang maya/virtual agar dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya. Jika sebelumnya,
komunikasi dan interaksi kita hanya sebatas tatap muka, maka hal tersebut semakin
terpanjangkan dengan hadirnya media social. Salah satunya melalui facebook.

Pemilihan facebook sebagai media untuk mencari informasi sekaligus bersosialisasi


merupakan internalisasi dari teori Uses and Gratification. Teori Uses and Gratification
menjelaskan kapan dan bagaimana audien sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau
kurang aktif dalam menggunakan media dan akibat atau konsekuensinya dari penggunaan
media itu.

Anda mungkin juga menyukai