Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DEMOKRASI INDONESIA DAN


NEGARA HUKUM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila Dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : H. Haris Syafei, M.Si.

Disusun oleh :

Isyfina Kamilah

Euis Lasma Yuniar

Siska Franida

Muhammad

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL-ANDINA SUKABUMI

2020/2021
KATA PENGANTAR
Bissmillahirahmaanirrahiim,
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Demokrasi
Indonesia dan Negara Hukum. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan dengan
kerjasama kelompok kami sehingga dapat mempercepat pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah Demokrasi Indonesia dan
Negara Hukum dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Sukabumi, 06 November 2020

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................1

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DEMOKRASI......................................................................2

2.2 DEMOKRASI INDONESIA.........................................................................3

2.3 NEGARA HUKUM.......................................................................................5

2.4 CIRI-CIRI NEGARA HUKUM.....................................................................6

2.5 INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM..............................................6

2.6 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN DEMOKRASI.....................9

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara hukumyang berkedaulatan rakyat dan merupakan
negara kesatuan yang berbentuk Republik. Sebagai negara hukum, maka
Indonesia harus memenuhi konsep negara hukum pada umumnya di dunia
yaitu sebagai negara berdasarkan konstitusional, menganut asas demokraasi,
mengakui dan melindungi hak asasi manusia, serta peradilan yang bebas dan
tidak memihak.
Berdasarkan hukum dan paham demokrasi itulah negara Indonesia
menganut sistem pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat atau biasa
dikenal dengan istilah sistem pemerintahan “demokrasi”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian Demokrasi?
2. Bagaimana perkembangan Demokrasi di Indonesia?
3. Apa yang dimaksud negara hukum?
4. Apa saja ciri-ciri negara hukum?
5. Bagaimana Indonesia sebagai negara hukum?
6. Apa hubungan negara hukum dengan demokrasi?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


1. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Hakikat Demokrasi Indonesia.
2. Untuk mengetahui perkembangan Demokrasi di Indonesia.
3. Untuk memahami arti dari negara hukum.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri negara hukum.
5. Untuk mengetahui Indonesia sebagai negara hukum
6. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara demokrasi dan negara
hukum.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DEMOKRASI


Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan
kratein artinya pemerintah. Secara sederhana, demokrasi berarti pemerintahan
oleh rakyat,dalam hal ini kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Diantara
beberapa pengertian tentang demokrasi, barangkali pengertian yang dikemukakan
oleh Abraham Lincoln dapat merangkum makna demokrasi dalam sebuah kalimat
sederhana. Menurut Abraham Lincoln demokrasi adalah pemerintahan yang
berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Peranan Negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah tentang
demokrasi, ini karena dua alasan:
1. Hampir semua Negara di dunia menjadikan demokrasi sebagai asasnya
yang fundamental
2. Demokrasi sebagai asas Negara secara esensial telah memberikan arah
bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai
organisasi tertinggi tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang
berbeda-beda.
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam system pemerintahan,
demokrasi juga melahirkan system yang bermacam-macam. Seperti sistem
presidensial, sistem parlementer, sistem referendum (meletakkan
pemerintahsebagai bagian/ badan pekerja dari parlemen). Di beberapa Negara ada
yang menggunakan sistem campuran antara presidensial dengan parlementer.
Sebagai suatu sistem sosial kenegaraan, USIS (1995:6) mengintisarikan
demokrasi sebagai sistem yang memiliki 11 (sebelas) pilar atau soko guru, yakni
“Kedaulatan Rakyat, Pemerintah berdasarkan persetujuan dari yang diperintah,
Kekuasaan mayoritas, Hak-hak minoritas, Jaminan Hak Asasi Manusia, Pemilihan
yang bebas dan jujur, Persamaan di depan hukum, Proses hukum yang wajar,

2
Pembatasan pemerintahan secara konstitusional, Pluralisme Sosial, Ekonomi dan
politik, dan Nilai-nilai toleransi, Pragmatisme, Kerjasama dan mufakat.”
Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehen
dak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti
suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas
persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.

2.2 DEMOKRASI INDONESIA


Demokrasi yang diterapkan di Indonesia berbeda dengan demokrasi yang
dipraktekkan di negara lain. Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah bagaimana meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun
kehidupan sosial dan politik yang demokratis dalam masyarakat yang beraneka
ragam pola adat budayanya.
Dalam perjalanan sejarah politik bangsa kita, negara kesatuan RI pernah
melaksanakan demokrasi Parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi
Pancasila. Perkembangan tersebut dibagi dalam empat periode :
1. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer
2. Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin
3. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru
4. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi
Untuk lebih memahami perkembangan pemerintahan demokrasi yang
pernah ada di Indonesia, di bawah ini akan diuraikan penjelasannya.
1. Demokrasi Parlementer (Liberal)

Demokrasi Parlementer di negara kita telah dipraktekkan pada masa


berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949) kemudian dilanjutkan pada
masa berlakunya RIS 1949 dan UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer
tersebut secara yuridis formal berakhir pada tanggal 5 Juli 1959 bersamaan
dengan pemberlakuan kembali UUD 1945.
Pada masa berlakunya demokrasi parlementer (1945-1959), kehidupan politik dan
pemerintahan tidak stabil, Salah satu faktor penyebab ketidakstabilan tersebut
adalah sering bergantinya kabinet yang betugas sebagai pelaksana pemerintahan.

3
2. Demokrasi Pancasila Terpimpin

Istilah Demokrasi Terpimpin untuk pertama kalinya dipakai secara resmi


dalam pidato Presiden Soekarno pada 10 November 1956 ketika membuka sidang
konstituante di Bandung.
Mengapa lahir demokrasi terpimpin?
Secara konsepsional, demokrasi terpimpin berarti pemerintahan rakyat yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaawaratan/ perwakilan.
Demokrasi terpimpin menonjolkan "kepemimpinan" yang jauh lebih besar
daripada demokrasinya, sehingga ide dasar demokrasi kehilangan artinya. Akibat
dominannya kekuasaan presiden dan kurang berfungsinya lembaga legislatif
dalam mengontrol pemerintahan, maka kebijakan pemerintah seringkali
menyimpang dari ketentuan UUD l045. Misalnya pada 1960 presiden
membubarkan DPR hasil pemilihan umum tahun 1955 dan digantikan oleh DPR
Gotong Royong melalui penetapan presiden, pirnpinan DPR/MPR dijadikan
menteri sehingga otomatis menjadi pembantu presiden; dan pengangkatan
presiden seumur hidup melalui Tap. MPRS No. III/MPRS/1963.
Secara konsepsional pula, demokrasi terpimipin memiliki kelebihan yang
dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat pada waktu itu.
3. Demokrasi Pancasila Pada Orde Baru

a. Latar Belakang dan Makna Demokrasi Pancasila


Sejak lahirnya orde baru, diberlakukan Demokrasi Pancasila, sampai saat ini.
Secara konsepsional, demokrasi Pancasila masih dianggap dan dirasakan paling
cocok diterapkan di Indonesia. Demokrasi Pancasila bersumberkan pada pola
pikir dan tata nilai sosial budaya bangsa Indonesia, dan menghargai hak individu
yang tidak terlepas dari kepentingan sosial.
Konsepsi tentang demokrasi pancasila adalah; Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan yang
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

4
Jadi Demokrasi Pancasila berpangkal tolak dari kekeluargaan dan gotong-royong.
Dengan demikian dalam demokrasi Pancasila nilai-nilai perbedaan tetap
dipelihara sebagai sebuah kekayaan dan anugerah Tuhan YME.
Apabila kita kaji ciri dan prinsip demokrasi Pancasila, dapat dikatakan
bahwa demokrasi Pancasila tidak bertentangan dengan prinsip demokrasi
konstitusional. Namun demikian, praktek demokrasi yang dijalankan pada masa
Orde Baru masih terdapat berbagai penyimpangan yang tidak sejalan dengan ciri
dan prinsip demokrasi Pancasila. Penyimpangan tersebut secara transparan
terungkap setelah munculnya gerakan "Reformasi" dan jatuhnya kekuasaan Orde
Baru.
4. Demokrasi pada Orde Reformasi

Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap


demokrasi Pancasila. Perbedaannya terletak pada aturan pelaksanaan dan praktek
penyelenggaraan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktek pelaksanaan demokrasi
tersebut, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi pada orde reformasi
sekarang ini, yaitu:
a. Pemilihan Umum Lebih Demokratis.
b. Partai Politik Lebih Mandiri
c. Pengaturan HAM
d. Lembaga Demokrasi Lebih Berfungsi

2.3 NEGARA HUKUM


Pengertian negara hukum secara sederhana adalah negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam
negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan
hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum.
Dengan demikian dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum,
bukan kekuasaan belaka, serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang
berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara
hukum. Supremasi hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan,

5
kemanfaatan, dan kepastian. Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak
boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”. Negara-negara komunis atau
negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak gagasan tentang
konstitusionalisme, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai negara hukum dalam
arti sesungguhnya. Dalam negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan
sistem hukum yang berpuncak pada konstitusi atau undang-undang dasar. Negara
tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan warga
negara. Namun seiring perkembangan zaman, negara hukum formil berkembang
menjadi negara hukum materiil yang berarti negara yang pemerintahannya
memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan warga dengan
dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat.
Negara bersifat aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

2.4 CIRI-CIRI NEGARA HUKUM


Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule of
Law. FriedrichJulius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental
memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut.

1. Adanya perlindungan juga pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia


Pengakuan hak asasi manusia adalah merupakanunsur utama dalam ciri – ciri
negara hukum secara umum di Indonesia. hal ini karena hak asasi manusia adalah
hak yang paling dasar dimana pelanggaran terhadapnya harus bisa ditindak tegas.
Disitulah hukum diperlukan, sebagai alat maupun  pedoman dalam usaha
penegakan, perlindungan, dan pengakuan terhadap hak asasi manusia.
2. Ada sistem ketatanegaraan
Sistem ketatanegaraan adalah sebuah sistem kelembagaan yang mengatur
urusan – urusan kenegaraan. Di Indonesia, kita mengenal beberapa lembaga tinggi
negara seperti Majelis Permusyawarahan Rahkyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Komisi
Yudisial, dan lembaga kepresidenan. Setiap lembaga tersebut memiliki tugas dan
wewenang masing – masing untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan
sistem ketatanegaraan. Sebagai contoh, Kekuasaan Konstitutif dalam MPR untuk

6
merubah dan memutuskan undang-undang;  Tugas, Fungsi, dan Wewenang
DPR  untuk mengusulkan undang-undang; serta Wewenang Mahkamah Konstitusi
Menurut UUD 1945 untuk mengatur perselisihan yang terjadi karena pemilihan
umum, dan lain sebagai nya.
3. Memiliki sistem peradilan yang bebas serta tidak memihak
Peradilan dalam negara hukum haruslah bebas dan tidak bias atau tidak
memihak. Peradilan disini adalah termasuk hakim, jaksa, petugas administrasi
pengadilan, dan tentu saja hukum yang ditetapkan. Akan tetapi, akhir – akhir ini
di Indonesia sering terjadi kasus yang melibatkan pejabat peradilan seperti jaksa
dan hakim yang menerima suap atau gratifikasi saat menangani sebuah kasus.
Tidak hanya di tingkat daerah, hal tersebut juga terjadi di area pemerintahan
pusat. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia adalah negara hukum yang
seharusnya memiliki sistem peradilan yang independen. Hal tersebut tentu saja
telah mencoreng nama baik peradilan di Indonesia.
4. Semuanya mempunyai persamaan kedudukan di muka hukum
Di negara hukum, semua warga negara memiliki kedudukan yang sama di
muka hukum. Baik itu pejabat, orang kaya, maupun rakyat jelata, semua akan
dihukum apabila melakukan kesalahan atau pelanggaran terhadap hukum.
Perlakuan yang sama juga akan diterapkan selama mereka menjalani proses
hukum.
Sayangnya, belakangan ini di Indonesia, kita bisa menemukan beberapa kasus
dimana para pejabat tinggi negara melakukan pelanggaran hukum, namun
mendapat keistimewaan dalam masa menjalani hukuman. Antara lain, sel dengan
fasilitias khusus yang beberapa tahun lalu ditemukan pada salah satu elit politik
yang mengubah hotel prodeo menjadi hotel bintang lima. Selain itu, kita juga
pernah mengetahui adanya salah seorang pejabat tinggi dirjen perpajakan yang
bisa keluar masuk penjara selama masa hukuman dan mendapat kesempatan untuk
bisa berlibur di berapa tempat wisata di Indonesia.
5. Terdapat peradilan pidana dan perdata
Di Indonesia, kita mengenal ada dua macam peradilan. Peradilan tersebut
adalah peradilan pidana yang menyangkut pelanggaran kepentingan orang banyak

7
dan peradilan perdata yang membahasa masalah antara orang perorangan. Dalam
hukum perdata, Indonesia membahas beberapa masalah yang berhubungan dengan
hukum perdata, antara lain hukum tentang diri seseorang, hukum keluarga, hukum
kekayaan,  dan hukum waris. Proses Peradilan Pidana dan Perdata di
Indonesia  ini juga menjadi salah satu ciri – ciri umum negara hukum di
indonesia. oleh karena itu, di Indonesia pun dikenal dengan adanya hukum pidana
dengan hukum perdata.
6. Ada kebebasan berpendapat
Kebebasan berpendapat bagi warga negara dijamin dalam negara hukum.
Seperti halnya di Indonesia, kebebasan berpendapat diatur dalam konstitusi resmi
Indonesia, yaitu Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Lebih khususnya, undang – undang tentang kebebasan berpendapat tersebut
tercantum dalam pasal 28 Undang – Undang Dasar 1945.
Oleh karena, itu, rakyat Indonesia memiliki kebebasan untuk berpendapat
dalam bentuk apapun demi perbaikan dan kemajuan bangsa dan negara. Pendapat
atau aspirasi tersebut bisa diwujudkan dalam sebuah usulan dari anggota
perwakilan rakyat, kegiatan yang menjadi program sebuah kelompok, maupun
tulisan dan tindakan melalui media elektronik yang saat ini telah sangat
berkembang dan mudah diakses oleh semua kalangan. Akan tetapi, kebebasan
tersebut bukan berarti warga negara bisa berbicara semau sendiri mengungkapkan
pendapat dan kritiknya. Semua itu harus disertai dengan bukti dan alasan yang
rasional.

2.5 INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM


Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
Pasal 1 ayat 3UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”.

Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-


prinsip sebagai berikut.
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional;
2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi;

8
3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi;
4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1)
UUD 1945)
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR);
6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil;
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpahdarah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, danikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadidan keadilan sosial; dan9. Adanya jaminan akan
hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD1945).

2.6 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN DEMOKRASI


Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa
negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun, negara hukum
belum tentu negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara
demokrasi.
Franz MagnisSuseno (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan adanya 5 gugus
ciri hakiki dari negara demokrasi. Kelima ciri tersebut adalah :
1) negara hukum;
2) pemerintahan di bawah kontrol nyata masyarakat;
3) pemilihan umum yang bebas;
4) prinsip mayoritas; dan
5) adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.

9
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan demokrasi dalam negara-kebangsaan Indonesia dapat
dikembalikan pada dinamika kehidupan bernegara Indonesia sejak Proklamasi
Kemerdekaan sampai saat ini, dengan mengacu kepada konstitusi tertulis yang
pernah dan sedang berlaku, yakni UUD 1945, Konstitusi RIS, dan UUDS 1950,
serta praksis kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang menjadi dampak
langsung dan dampak pengiring dari berlakunya setiap konstitusi serta dampak
perkembangan internasional pada setiap jamannya itu. Pelaksananaa demokrasi di
Indonesia bertujuan untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia, yaitu
mewujudkan tujuan nasional. Pelaksanaan demokrasi juga diarahkan untuk
membangun civil society (masyarakat madani) di mana di dalamnya peran serta
masyrakat dalam penyelenggaraan negara sangatlah besar, dalam masyarakat
madani partisipasi dan kemandirian masyarakat sangat diperlukan untuk
mensukseskan tujuan pembangunan nasional, khususnya dan umumnya tujuan
negara.

10
DAFTAR PUSTAKA
1. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan
Pengarang : Dr. H. Muhammad Rakhmat., SH., MH.

2. Pendidikan kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi


Pengarang : PROF.DR.H.KAELAN, M.S. & DRS. H. ACHMADZUBAIDI,
M.Si.c.
Penerbit : PARADIGMAd.
Tahun Terbit : 2007e.
Jumlah Halaman:208f.
Kota Terbit : Yogyakartag. Edisi : Pertama

Anda mungkin juga menyukai