Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

PENYAKIT GRAVE
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia

Oleh :

Vadhilla Safitri
150611032

Preseptor :
dr. Sri Mutia, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA ACEH UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

referat yang berjudul “Dengue Shock Syndrome” sebagai salah satu tugas dalam

menjalani Kepanitraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Penyakit Dalam

Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara.

Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih yang tak

terhingga kepada dr.Sri Mutia, Sp.PD sebagai pembimbing yang telah

meluangkan waktunya memberi arahan kepada penulis selama mengikuti KKS di

bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh

Utara.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan

saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan referat ini. Semoga

referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Batam, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB 2. LAPORAN KASUS............................................................................... 3
BAB 3. ANALISA KASUS................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Penyakit graves merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang gejala

klinisnya khas yang berkaitan dengan tirotoksikosis, pembesaran kelenjar tiroid,

serta gejala-gejala opthalmologi seperti eksopthalmus hingga diplopia. Penyakit

grave’s terjadi pada 0.5% populasi dan sebagian besar diderita oleh wanita. Jika

dibandingkan dengan penyebab hipertiroid lainnya penyakit grave’s merupakan

penyebab tersering dari hipertiroidisme, yaitu 50-80% dari kasus hipertiroidisme.

Penyakit ini disebabkan karena adanya antibodi yang kerjanya menyerupai

Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang beredar dalam sirkulasi. Antibodi

tersebut kemudian merangsang Reseptor TSH yang berada di kelenjar tiroid,

sehingga terjadi peningkatan produksi hormon tiroid.1,2

Penyebab timbulnya penyakit graves masih belum diketahui secara pasti,

namun terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan angka

kejadiannya seperti pada seorang perokok. Gejala penyakit ini sangat khas, yang

meliputi gejala dermatologis, dan gejala opthalmologis yang disertaigejala-gejala

yang muncul akibat terjadinya tirotoksikosis, seperti misalnya penurunan berat

badan, sulit tidur, tremor, serta pada keadaan yang berat dapat terjadi krisis tiroid.

Pada kasus tertentu gejala yang timbul juga dapat berupa kelemahan anggota

badan yang muncul secara tiba – tiba. Keluhan ini biasanya jarang ditemukan,

namun jika terjadi dapat diikuti dengan gangguan kontraki otot jantung, sehingga

dapat mengancam nyawa pasien.1,2,3,4 Krisis tiroid adalah tirotoksikosis yang amat

membahayakan, meskipun jarang terjadi. Insidensi dari krisis tiroid sendiri kurang

1
2

dari 10%. Namun demikian, rerata mortalitas dari krisis tiroid ini sendiri

mencapai 20-30%. Rata-rata kematian pada orang dewasa sangat tinggi mencapai

90%, jika pada awal pasien tidak terdiagnosa dan jika pasien tidak mendapatkan

pengobatan yang adekuat. Di jepang kasus definitif untuk krisis tiroid berjumlah

282 kasus dan suspected case berjumlah 72 kasus. Rerata kematian dari kasus

definitive sejumlah 11%, sedangkan jumlah kasus yang suspected sejumlah 9.5%.5
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Jeniskelamin : Perempuan

No.RM : 134585

Umur : 34 tahun

Alamat : Paya Bakong, Aceh Utara

Tanggal Pemeriksaan : 6 Februari 2020

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Demam sejak 2 hari yang lalu.

Keluhan Tambahan

Jantung berdebar-debar, lemas, dan sulit tidur.

Riwayat Penyakit Sekarang

Paisien datang ke RSCM dengan keluhan utama demam sejak dua hari yang lalu,

serta demam bersifat naik turun. Pasien juga mengeluhkan jantung berdebar-

debar, Keluhan ini dirasakan sejak 8 bulan yang lalu dan hilang timbul tanpa

dipengaruhi aktivitas. Keluhan disertai munculnya benjolan di bagian leher dan

tidak merasa nyeri. Keluhan ini disertai dengan sesak napas yang sering kambuh.

Sesak tidak dipengaruhi posisi, tidak disertai dengan bunyi ngik (mengi) dan

dirasakan memberat dengan aktivitas dan berkurang jika istirahat. Sesak napas

dirasakan memberat sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini tanpa

disertai dengan nyeri dada. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat walaupun

3
4

tidak sedang berada dibawah matahari ataupun saat beraktivitas berat. Pasien juga

mengalami penurunan berat badan sedangkan nafsu makan meningkat dan pasien

sering merasa lapar. Pasien mengalami penurunan berat badan dari 66 kg menjadi

52 kg dalam waktu 3 bulan terakhir. Namun sejak akhir-akhir ini pasien

mengalami penurunan nafsu makan dan makan lebih sedikit. Pasien mengatakan

adanya peningkatan frekuensi buang air besar. Pasien juga merasa lemas dan

sedikit gemetar didaerah jari kedua tangan. Pasien juga merasakan sangat mudah

lelah walaupun hanya melakukan aktivitas yang sangat sederhana dan ringan.

Selain itu, pasien mengeluhkan sulit tertidur pada malam hari.

Pasien mengeluhkan mata melotot yang dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Pasien

juga merasa pandangan menjadi sedikit kabur dan kadang merasa berkunang-

kunang. Sebelum keluhan yang terjadi dalam 8 bulan terakhir ini, pasien tidak

pernah mengalami keluhan yang sama. Pasien mengaku selama ini tidak teratur

minum obat.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien telah didiagnosis menderita Penyakit Graves sejak delapan bulan yang lalu

oleh dokter.

Riwayat Pemakaian Obat

Thyrozol 1x10 mg, propanolol 1x40 mg, neurodex 1x1

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti pasien.


5

Riwayat Kebiasaan Sosial

Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya berada dirumah.

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESENT

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

Nadi : 102x/menit, reguler, pengisian cukup

Frekuensi Nafas : 23 x/menit

Temperatur : 36,7o C

BB : 52 kg

TB : 165 cm

BMI : 19,1 (Normal)

STATUS GENERAL

Kulit

Warna : Sawo matang

Turgor : Kembali cepat

Ikterus : (-)

Pucat : (-)

Sianosis : (-)

Oedema : (-)
6

Kepala

Bentuk : Kesan Normocephali

Rambut : Berwarna hitam

Mata : Eksopthalmus (+/+)

Telinga : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Hidung : Sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Mulut

Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)

Gigi geligi : Karies (-)

Lidah : Beslag (-), Tremor (-)

Mukosa : Basah (+)

Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal

Faring : Hiperemis (-)

Leher

Struma difus : +/+

Teraba pembesaran tiroid ukuran 9,5 x 6 cm, Simetris, Konsistensi Kenyal,

permukaan rata, tidak nyeri.

Thorax

1. Thoraks depan

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.

Retraksi : (-)
7

Palpasi

Stem premitus Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal

Perkusi

Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor

Auskultasi

Suara pokok Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-),Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

2. Thoraks Belakang

Inspeksi

Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris.

Retraksi : (-)

Palpasi

Stem premitus Paru kanan Paru kiri


8

Lap. Paru atas Normal Normal


Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal

Perkusi

Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor

Auskultasi

Suara pokok Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler

Suara tambahan Paru kanan Paru kiri


Lap. Paru atas Rh(-) , Wh(-) Rh(-),Wh(-)
Lap. Paru tengah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)
Lap. Paru bawah Rh(-) , Wh(-) Rh(-), Wh(-)

Jantung

Inspeksi : pulsasi Ictus cordis terlihat

Palpasi : pulsasi Ictus cordis teraba

Perkusi : Batas atas : ICS III Sinistra

Batas kanan : Linea Parasternal Dextra

Batas Kiri : ICS V LMCS

Auskultasi : HR : 110 x/menit, reguler, bising (-). BJ I >

BJ II

Abdomen
9

Inspeksi : Kesan simetris, distensi (-)

Palpasi : Distensi abdomen (-), Nyeri tekan (-), Lien tidak teraba,

hepar tidak teraba

Perkusi : Tympani (+), Shifting Dullness (-)

Auskultasi : peristaltik usus normal

Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas

Ekstremitas Superior Inferior


Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normotonus Normotonus Normotonus Normotonus
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium Darah Rutin (4 Februari 2020)

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai Rujukan


Haemoglobin 11,4 g/dL 12,0 – 16,0 g/dL
Eritrosit 4,56 juta/mm3 3,8 – 5,8 juta/mm3
Hematokrit 36,1 % 37 – 47%
MCV 79,1 fl 79 – 99 fl
MCH 24,9 pg 27 – 32 pg
MCHC 31,5% 33 – 35%
Trombosit 196 ribu/mm3 150-450 ribu/mm3
Leukosit 9,26 ribu/mm3 4,00 – 11,00 ribu/mm3
Glukosa Darah Sewaktu 59 mg/dl 110 – 200
Salmonela IgM Thyphi Negatif Negatif <=2
10

Positif >4

Positif kuat >=6


Dengue IgG Positif Negatif
Dengue IgM Negatif Negatif

Hasil Laboratorium Endokrin (4 Februari 2020)

FT4 4,96 ng/dL 0,82-1,63 ng/dL


TSH <0,01 UI/ml 0,38-4,31 UI/ml

DIAGNOSA SEMENTARA

1. Grave disease

2. Struma nodusa toksik

3. Adenoma toksik

DIAGNOSA KERJA

Dengue Fever + Hipertiroid ec Grave disease

PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 16 gtt/I

- Paracetamol 3x500 mg

- Thyrozol 1x10 mg

- Propanolol 2x40 mg
11

PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad bonam

 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

 Quo ad functionam : dubia ad bonam


13

BAB 3
ANALISA KASUS

Penyakit Grave’s merupakan suatu penyakit autoimun yang melibatkan

kelenjar tiroid, pada penyakit ini terdapat adanya autoantibodi di sistem sirkulasi

yang mengaktifkan reseptor TSH yang juga menjadi karakteristik pada penyakit

ini. Pada kasus ini pasien merupakan seorang perempuan dengan usia 34 tahun

dan keluhan hipertiroid telah dialami sebelumnya oleh pasien sejak 8 bulan lalu.

Pada penyakit hipertiroid, penyakit grave’s merupakan penyebab tersering dari

terjadinya hipertiroid. Penyakit grave’s biasanya lebih sering terjadi pada wanita

dengan perbandingan 5:1 hingga 10: 1 jika dibandingkan dengan kasusnya pada

laki-laki. Sebagian besar kasus penyakit grave’s memang terjadi pada kurun usia

antara 40 hingga 60 tahun, walapun demikian penyakit grave’s ini dapat terjadi

pada semua umur. Beberapa faktor yang berkaitan dengan meningkatnya kejadian

penyakit grave’s antara lain adanya faktor stress dalam kehidupan, infeksi,

riwayat melahirkan, serta pada pasien dengan riwayat merokok. 1,3,4 Penyakit

Grave’s terjadi akibat kurangnya supresor sel T yang disebabkan masalah genetik,

yang kemudian menyebabkan adanya antibodi IgG di sirkulasi. Adanya antibodi

IgG dalam sirkulasi kemudian akan mengaktifkan reseptor G-protein–coupled

thyrotropin. Dengan diaktifkannya reseptor tersebut kemudian memicu terjadinya

hipertrofi dan hiperplasia jaringan folikular yang menyebabkan pembesaran

kelenjar tiroid dan juga peningkatan produksi hormon tiroid. Dengan terjadinya

peningkatan jumlah hormon tiroid akan menimbulkan gejala-gejala klinis tertentu

13
yang pada pasien ini ditandai dengan penurunan berat badan, sulit untuk tidur,

serta peningkatan motilitas usus yang ditandai dengan sering BAB.

Pada pasien ini juga ditemukan adanya gejala opthalmopati yang berupa

eksopthalmus. Adanya eksopthalmus disebabkan karena antibodi IgG juga dapat

bekerja pada jaringan ikat di sekitar orbita yang memiliki protein yang

menyerupai reseptor TSH. Pengaktifan reseptor tersebut menyebabkan

pembentukan sitokin, membantu pembentukan glikosis aminoglikan yang

hidrofilik pada jaringan fibroblast di sekitar orbita yang berakibat pada

peningkatan tekanan osmotik, peningkatan volume otot ekstra okular, akumulasi

cairan dan secara klinis menimbukan opthalmopati.2,4

Pada penyakit Grave’s jumlah hormon tiroid meningkat. Salah satu efek

dari peningkatan jumlah hormon tiroid adalah meningkatnya jumlah dan fungsi

dari pompa Na+ K+ ATPase. Dengan terjadi peningkatan kerja pompa tersebut,

kebutuhan akan energi berupa ATP juga akan meningkat, hal itu lah yang

menyebabkan terjadinya peningkatan laju metabolisme basal pada penderita

tirotoksikosis.5,6,7

Diagnostik suatu penyakit hamper pasti diawali oleh kecurigaan klinis.

Untuk ini telah dikenal indeks klinis Wayne dan New Castle yang didasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik teliti. Kemudian dilanjutkan dengan

pemeriksaan penunjang untuk konfirmasi diagnosis anatomis, status tiroid dan

etiologi. Menurut indeks Wayne dikatakan hipertiroid apabila jumlah score ≥ 20

sedangkan pada indeks New castle dinyatakan hipertiroid jika jumlah score 40-80.

Pada kasus ini, skor dari indeks wayne pasien adalah 29, dan skor indeks
newcastle pasien adalah 45. Disamping itu, salah satu pemeriksaan laboratorium

yang cukup penting dari pemeriksaan fungsi tiroid untuk konfirmasi diagnosis

yaitu ditemukannya peningkatan FT4 dan penurunan TSH. Hal ini sesuai dengan

negative feedback mechanism antara TSH dan produksi hormone tiroid.yang

menunjukkan terjadinya hipertiroidisme.1,2,3,4,8

Indeks Diagnostik Wayne

Nilai
Gejala Nilai Tanda
Positif Negatif
Dyspneu d’effort 1 Palpable tiroid 3 -3

Palpitasi 2 Bruit 2 -2

Fatigue 2 Exophthalmus 2 0

Suka udara panas -5 (Eye) lid lag 1 0

Suka udara dingin 5 Hiperkinetic (gelisah) 4 -2

Over sweating 3 Fine finger tremor 1 0

Gugup 2 Tangan hangat 2 -2

Appetite ↑ 3 Tangan basah 1 -1

Appetite ↓ -3 Atrium fibrilasi 4 0

BB ↑ -3 Nadi < 80 x/menit 0 3

BB ↓ 3 Nadi 80-90 x/menit 0 0

Nadi > 90 x/menit 3 0


Eutiroid ≤ 11

Equivocal = 11 - 10

Hipertiroid ≥ 20

Indeks diagnostik New Castle


Item Grade Score Item Grade Score
Age of onset 15-24 0 Hiperkinesis Present 4

25-34 4 Absent 0

35-44 8 Fine finger tremor Present 7

45-54 12 Absent 0

55 16 Pulse rate >90 16

Psychological Present -5 80-90 8

precipitant Absent 0 <80 0

Frequent checking Present -3 Thyroid bruit Present 18

Absent 0 Absent 0

Severe anticipatory Present -3 Exophthalmos Present 9

anxiety Absent 0 Absent 0

Increased appetite Present 5 Lid retraction Present 2

Absent 0 Absent 0

Goiter Present 3

Absent 0
Eutiroid : 11 -23

Equivocal : 24 – 39

Hipertiroid : 40 – 80

Menurut indeks Wayne jika >20, maka dapat dikatakan hipertiroid.Pada kasus

didapatkan Dyspneu d’effort (+1), palpitasi (+2), kelelahan (+2), Suka udara

dingin (+5), keringat berlebihan (+3), nafsu makan meningkat (+3), berat badan

turun (+3), tiroid teraba (+3), eksoftalmus (+2), Hiperkinetik (+4), fine finger
tremor (+1), tangan basah (+1) nadi >90 x/menit (+3), dan indeks Wayne pada

kasus ini didapatkan 32.

Produksi T4, T3 yang tinggi tersebut berasal dari stimulasi antibodi

stimulasi hormon tiroid (TSH-Ab) atau thyroid stimulating immunoglobulin (TSI)

yang berinteraksi dengan reseptor TSH di membran epitel folikel tiroid, yang

mengakibatkan peningkatan aktivitas saraf simpatis tubuh. Salah satunya

peningkatan saraf simpatis di jantung, sehingga impuls listrik dari nodus SA

jantung meningkat, menyebabkan kontraksi jantung meningkat lalu

mengakibatkan fraksi ejeksi darah dari ventrikel berkurang dan meningkatkan

tekanan darah dan denyut nadi.

Penanganan pada penyakit grave’s bertujuan untuk menurunkan kadar

hormon tiroid hingga mencapai eutiroid, serta meredakan gejala-gejala yang

muncul. Pada kasus ini pemberian Thyrozol (Tiamazol) bertujuan untuk

menurunkan kadar hormon tiroid hingga mencapai eutiroid dengan menghambat

proses organifikasi dan reaksi autoimun, sementara propanolol bertujuan untuk

menurunkan gejala-gejala yang timbul. Dengan tiamazol dan propanolol aktivasi

endotel pulih menjadi normal, OAT (obat anti tiroid) juga menghambat ekspresi

HLA-DR di sel folikel sehingga imunologis membaik. Penggunaan propanolol

bertujuan untuk menurunkan gejala-gejala hipertiroidisme yang diakibatkan

peningkatan kerja dari β-adrenergic. Propanolol juga dikatakan dapat menurunkan

perubahan T4 ke T3 di sirkulasi, sehingga dapat menurunkan jumlah hormon yang

dalam bentuk aktif. Tiamazol merupakan obat antitiroid derivat tioimidazol yang

umumnya digunakan untuk pengelolaan hipertiroidisme selain Propiltiourasil


(PTU) yang merupakan derivat tiourasil. Obat anti tiroid (OAT) derivat

tioimidazol sebenarnya lebih bagus dipilih karena waktu paruhnya lebih lama (4-6

jam) dibanding PTU (1-2 jam) dan dapat dikonsumsi sebagai dosis tunggal

sehingga meningkatkan kepatuhan pasien. Dosis dimulai dengan 30 mg

CMZ/MTZ (Karbimazol/Metimazol atau Tiamazol) atau 400 mg PTU sehari

dalam dosis terbagi. Biasanya dalam 4-6 minggu sudah tercapai eutiroidisme.

Kemudian dosis dititrasi sesuai respon klinis. Lama pengobatan 1-1,5 tahun,

kemudian dihentikan untuk melihat apakah terjadi remisi.1,2,3,7

Krisis tiroid adalah tirotoksikosis yang amat membahayakan, meskipun

jarang terjadi. Krisis tiroid sering terjadi pada pasien dengan hipertiroid yang

tidak diberikan terapi atau mendapat terapi yang tidak adekuat, dan dipicu oleh

adanya infeksi, trauma, pembedahan tiroid atau diabetes melitus yang tidak

terkontrol. Sindrom ini paling sering terjadi pada pasien dengan penyakit Graves,

tiroiditis dan struma multinodosa toksik. Diagnosis dari krisis tiroid dapat

ditegakkan melalui temuan-temuan klinis. Burch & Watorfsky (1993)

mengembangkan suatu skoring yang disebut dengan APACHE (Acute Phisiology,

Age, and Chronic Health Evaluation) dengan kriteria yang terdiri dari suhu,

sistem saraf pusat, gastrointestinal, kardiovaskuler, dan sejarah presipitasi untuk

penegakkan diagnosis dari krisis tiroid. Adapun kesimpulan dari scoring ini

adalah jika skor pasien > 45 menunjukan highly suggestive. Skor 25-44

menunjukkan suggestive of impending storm dan jika skor < 25 menunjukkan

kemungkinan kecil terjadi krisis tiroid. Pada pasien dijumpai suhu 38,8 oC dan

nadi 110x/i, tidak ada penurunan kesadaran, gangguan jantung, gangguan


gastrointestinal (seperti diare), dan riwayat faktor pencetus (infeksi). Penjumlahan

dari seluruh kriteria ini menempatkan pasien pada kasus dengan skor 32.

Tatalaksana krisis tiroid harus segera diberikan bila tanda-tanda terjadinya krisis

tiroid sudah tampak, kalau mungkin pasien dirawat dibangsal dengan kontrol yang

baik. Terapi yang diberikan antara lain, a) rehidrasi, koreksi elektrolit, dan kalori.

b) koreksi hipertiroidisme dengan cepat. c) pemberian antipiretik (asetaminofen).

d) propanolol. e) pemberian glukokortikoid. f) mengobati faktor pencetus

(misalnya infeksi).5,7,9
DAFTAR PUSTAKA

1. Ginsberg J. Diagnosis and management of Grave’s disease. CMAJ.

2003;168(5):575-85.

2. Ngu W, Tymms D. Unusual case of weakness in the UK. BMJ Case Reports.

2010; doi:10.1136/bcr.03.2010.2785

3. Lin S. Thyrotoxic Periodic Paralysis. Mayo Clin Proc. 2005; 80(1): 99-105

4. Simu M, Rosca E, Reisz D. Thyroid myopathy - a case study. TMJ 2008;

58:67-9.

5. Akamizu, et al. 2012. Diagnostic Criteria and Clinico-Epidemiological

Features of Thyroid Storm Based on a Japanese Nationwide Survey. Jurnal of

Endocrine. Vol.33

6. Siraj E. Update on the Diagnosis and Treatment of Hyperthyroidism. JCOM.

2008; 15(6); 298-307.

7. Djokomoeljanto R. Kelenjar Tiroid, Hipotiroidisme, dan Hipertiroidisme.

Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid V. Jakarta, 2009.

8. N. Diartha Budi Legawa. Seorang Penderita Penyakit Grave’s Disease

Dengan Tetraparesis: Case Report. Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana, Denpasar, Bali. jurnal medika udayana 2014.3(6).

9. Kusumo S, et al, Krisis Tiroid. Case Report. Maj Ked Ter Intensif. 2012;

2(4): 220 - 24

20

Anda mungkin juga menyukai