Oleh :
Preseptor :
dr. Sri Mutia, Sp. PD
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya dengan rahmat, karunia dan izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “Dengue Shock Syndrome” sebagai salah satu tugas dalam
bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utara.
referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan referat ini. Semoga
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4
2.1 Definisi............................................................................................ 4
2.2 Epidemiologi................................................................................... 4
2.3 Etiologi............................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi..................................................................................... 6
2.5 Patogenesis....................................................................................... 8
2.6 Manifestasi Klinis........................................................................... 11
2.7 Diagnosis........................................................................................ 14
2.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 15
2.9 Tatalaksana..................................................................................... 18
2.10 Komplikasi..................................................................................... 20
2.11 Prognosis........................................................................................ 21
BAB 3. KESIMPULAN..................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
Berdarah Dengue.2
mengalami fase demam selama 2-7 hari, fase pertama: 1-3 hari ini penderita akan
merasakan demam yang cukup tinggi 40oC, kemudian pada fase kedua penderita
mengalami fase kritis pada hari ke 4- 5, pada fase ini penderita akan mengalami
turunnya demam hingga 37oC dan penderita akan merasa dapat melakukan
aktivitas kembali (merasa sembuh kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan
pengobatan yang adekuat dapat terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan
yang ketiga ini akan terjadi pada hari ke 6-7 ini, penderita akan merasakan demam
kembali, fase ini dinamakan fase pemulihan, di fase inilah trombosit akan
Gejala yang akan muncul ditandai seperti demam mendadak, sakir kepala,
nyeri belakang bola mata, mual dan manifestasi perdarahan seperti mimisan atau
1
2
penderita.1
Sampai saai ini DBD masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat
dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang terjadi
keluarga dan berkurang usia harapan dalam keluarga, kematian anggota keluarga
adalah biaya pengobatan yang cukup mahal, sedangkan dampak tidak langsung
adalah kehilangan waktu kerja dan biaya lain yang dikeluarkan selain pengobatan
Mengingat obat untuk membunuh virus Dengue hingga saat ini belum
ditemukan dan vaksin untuk mencegah DBD masih dalam tahap uji coba, maka
cara yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah dengan memberantas nyamuk
penular (vektor). Pemberantasan vektor ini dapat dilakukan pada saat masih
Dengue yang berat atau Dengue Shock Syndrome (DSS). Namun sampai saat ini
mekanisme respons imun pada infeksi oleh virus dengue masih belum jelas,
antara lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya sendiri.
Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor lingkungan
perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk sebagai vektor
2.1 Definisi
kriteria DBD disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. DSS
adalah kelanjutan dari DBD dan merupakan stadium akhir perjalanan penyakit
2.2 Epidemiologi
tahun terakhir. Terjadi peningkatan jumlah kasus DBD dari tahun 1968 yaitu 58
kasus menjadi 126.675 kasus pada tahun 2015. Peningkatan dan penyebaran kasus
2.3 Etiologi
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. keempatnya ditemukan
di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
4
5
dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat
berat.3,4,5
aegypti dan A. albopictus). Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada
penularan infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar
liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum
dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus
transmission). Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh
manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang
demam timbul.3,4
• Virus
virus dengan diameter 30 nm terdiri atas asam ribonukleast rantai tunggal dengan
berat molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
• Vektor
yang terinfeksi, khususnya Ae. aegypti. Nyamuk ini merupakan spesies tropikal
dan subtropikal yang menyebar luas di dunia. Perindukan nyamuk Aedes terjadi
dalam bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng yang berisi air dan tempat
penampungan air lainnya). Sehingga nyamuk yang belum matur dapat ditemukan
• Host
Inkubasi virus dengue terjadi dalam 4-10 hari. Setelah masa inkubasi
tersebut infeksi oleh virus dengue dapat menyebabkan spektrum penyakit yang
luas, walaupun sebagian besar infeksi asimptomatik atau subklinis. Virus dengue
masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menghisap darah
manusia. Selama fase akut virus dapat ditemukan dalam darah. Respon imun
humoral dan selular berkontribusi dalam melawan virus ini dengan membentuk
2.4 Patofisiologi
dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun mencapai 20% pada
kasus berat yang diikuti efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia. Jika
penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok Syndrome (DSS) yang akan
melibatkan 3 faktor yaitu: (1) perubahan vaskuler; (2) trombositopenia; dan (3)
kelainan koagulasi.6
Setelah virus Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak
berlangsung 5-7 hari. Respon imun humoral atau seluler muncul akibat dari
infeksi virus ini. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada
infeksi Dengue primer antibodi mulai terbentuk dan pada infeksi sekunder kadar
demam pada hari ke 5, meningkat pada minggu pertama sampai minggu ketiga
dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat
pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat
pada hari kedua. Diagnosis dini pada infeksi primer hanya dapat ditegakkan
dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari kelima, sedangkan pada infeksi
sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibodi IgG
pada sebagian besar kasus Demam Berdarah Dengue. Trombosit mulai menurun
8
pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Jumlah trombosit
secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal biasanya tercapai
pada 7-10 hari sejak permulaan sakit. Trombositopenia dan gangguan fungsi
DBD stadium akut telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis, Disseminated
Intravaskular Coagulation (DIC) dapat dijumpai pada kasus yang berat dan
disertai syok dan secara potensial dapat terjadi juga pada kasus DBD tanpa syok.
Terjadinya syok yang berlangsung akut dapat cepat teratasi bila mendapatkan
2.5 Patogenesis
dan belum dapat diketahui secara jelas. Terdapat dua teori yang dikemukakan dan
paling sering dianut adalah : Virulensi virus dan Imunopatologi yaitu Hipotesis
• Virulensi Virus
(DEN 1, 2, 3, 4). Terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh
virulensi virus dalam hal kemampuan mengikat dan menginfeksi sel target.
Perbedaan manifestasi klinis demam dengue, DBD dan Dengue Syok syndrome
yang berbeda-beda.
1. Teori Imunopatologi
kalinya dengan serotype virus dengue yang heterolog akan mempunyai risiko
yang lebih besar untuk menderita Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok
Dengue. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenali virus lain
yang kemudian berikatan dengan reseptor dari membrane sel leukosit, terutama
suatu proses yang akan meningkatkan infeksi sekunder pada replikasi virus
10
dengue di dalam sel mononuklear yaitu terbentuknya komplek imun dengan virus
yang berkadar antibodi rendah dan bersifat subnetral dari infeksi primer. Komplek
imun melekat pada reseptor sel mononukleus fagosit (terutama makrofag) untuk
menimbulkan viremia yang lebih hebat dan semakin banyak sel makrofag yang
terkena. Sedangkan respon pada infeksi tersebut terjadi sekresi mediator vasoaktif
2. Teori Endotoksin
sebagai komponen kapsul luar bakteri gram negative akan mudah masuk ke dalam
sirkulasi pada keadaan iskemia berat. Telah dibuktikan oleh peneliti sebelumnya
bahwa endotoksin berhubungan erat dengan kejadian syok pada Demam Berdarah
Dengue. Endotoksinemia terjadi pada 75% Sindrom Syok Dengue dan 50%
3. Teori Mediator
4. Teori Apoptosis
reaksi terhadap beberapa stimuli. Akibat dari apoptosis adalah fragmentasi DNA
11
5. Teori Endotel
menyebabkan pengeluaran sitokin dan kemokin. Sel endotel yang telah terinfeksi
virulensi virus sehingga dapat bersifat simptomatik, atau berupa demam yang
Masa inkubasi dalam tubuh manusia selama 4-6 hari (rentang 3-14 hari)
timbul gejala prodromal yang tidak khas berupa nyeri kepala, tulang belakang,
1. Demam Dengue
(saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot,
menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah halus pada hari ke-
6atau ke7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan. Selain itu, dapat juga
ditemukan ptekie. Pada keadaan wabah telah dilaporkan adanya demam dengue
Bentuk klasik ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai
dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot,
tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Biasanya ditemukan juga nyeri
perut dirasakan di epigastrium dan dibawah tulang iga. Bentuk perdarahan yang
paling sering adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif, kulit mudah memar dan
ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatum mole, yang
biasanya ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan perdarahan gusi
lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada
fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4
cm di bawah arcus costae kanan. Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase
demam, pada saat ini terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai
dengan gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara,
Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3
sampai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian
jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar
mulut, nadi cepat-lemah, tekanan darah <20 mmHg, hipotensi, pengisian kapiler
terlambat dan produksi urin yang berkurang. Kebanyakan pasien masih tetap sadar
pengobatan tidak adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai
(pneumonia, sepsis, flebitis) dan terlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi
klinik infeksi virus yang tidak lazim seperti ensefalopati dan gagal hati. Pada masa
sinus bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik
Dengue probable :
- Mual, muntah
- Ruam
- Lekopenia
- Muntah berkepanjangan
- Perdarahan mukosa
- Letargi, lemah
tidak jelas)
• Gangguan organ berat, hepar (AST atau ALT ≥ 1000, gangguan kesadaran,
mempengaruhi uji ini tetapi sangat membantu diagnosis, sensitivitas uji ini
a. Deteksi Antigen
flavivirus dan penting untuk replikasi dan viabilitas virus. Selama replikasi virus,
NS1 terlokalisir dalam organel sel. Protein NS1 di- sekresikan oleh sel mamalia,
tetapi tidak oleh sel-sel serangga. Bentuk protein sekresi berupa heksamer, yang
terdiri dari subunit dimer. Glikosilasi protein ini diyakini pen- ting untuk sekresi.
Antigen NS1 muncul awal pada hari pertama setelah serangan demam dan
menurun ke tingkat tidak terdeteksi setelah 5-6 hari. Protein NS1 merupakan
antigen yang memperbaiki dan saling melengkapi, serta juga menghasilkan respon
humoral yang sangat kuat. Penelitian telah banyak didedikasikan untuk kegunaan
NS1 sebagai alat diagnosis infeksi virus dengue, karena disekresikannya protein
ini11
Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang paling sering
16
dipakai dan digunakan sebagai baku emas pada pemeriksaan serologis. Terdapat
- Uji ini sensitif tetapi tidak spesifik, artinya dengan uji serologis ini tidak dapat
- Antibodi HI bertahan didalam tubuh sampai lama sekali (48 tahun), maka uji ini
- Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen empat kali lipat dari titer
serum akut atau konvalesen dianggap sebagai presumtive positif, atau diduga
keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (Recent dengue infection )
Uji serologi yang jarang digunakan sebagai uji diagnostik secara rutin oleh
karena selain cara pemeriksaan agak ruwet, prosedurnya juga memerluikan tenaga
komplemen fiksasi hanya bertahan sampai beberapa tahun saja ( 2 – 3 tahun ).12
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Biasanya uji neutralisasi memakai cara yang disebut Plaque Reduction
Neutralization Test ( PRNT ) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang
dengan HI antibodi komplemen tetapi lebih cepat dari antibodi fiksasi dan
bertahan lama (48 tahun). Uji neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu yang
Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi yang banyak
sekali dipakai. Sesuai namanya test ini akan mengetahui kandungan IgM dalam
serum pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji mac elisa adalah :12
1. Pada perjalanan penyakit hari 4 – 5 virus dengue, akan timbul IgM yang diikuti
oleh IgG.
2. Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, secara cepat dapat ditentukan
3. Ada kalanya hasil uji terhadap masih negatif, dalam hal ini perlu diulang.
5. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2 – 3 bulan setelah adanya infeksi.
Untuk memeperjelas hasil uji IgM dapat juga dilakukan uji terhadap IgG. Untuk
itu uji IgM tidak boleh dipakai sebagai satu – satunya uji diagnostik untuk
pengelolaan kasus.
6. Uji mac elisa mempunyai sensitifitas sedikit dibawah uji HI, dengan kelebihan
uji mac elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama
f. IgG Elisa
Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang sebanding dengan uji HI
,hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kita uji untuk infeksi dengue
IgM / IgG dengue blot, dengue rapid IgM, IgM elisa, IgG elisa, yang telah beredar
di pasaran. Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat kenaikan titer
18
antibodi fase konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik empat kali
2.9 Tatalaksana
Bila kita berhadapan dengan sindroma syok Dengue maka hal pertama
yang harus diingat adalah bahwa renjatan ini harus segera diatasi oleh karena
itu penggantian cairan intravaskuler yang hilang harus segera dilakukan. Angka
kematian sindrom syok dengue sepuluh kali lipat dibandingkan dengan penderita
DBD tanpa renjatan, dan renjatan dapat terjadi karena keterlambatan penderita
penatalaksanaan renjatan yang tidak adekuat. Pada kasus SSD cairan kristaloid
adalah pilihan utama yang diberikan. Selain resusitasi cairan, penderita juga
dengan TD sistolik 100 mmHg dan tekanan nadi lebih dari 20 mmHg, frekuensi
nadi kurang dari 100 kali per menit dengan volume yang cukup, akral teraba
hangat, dan kulit tidak pucat serta diuresis 0,5-1cc/kgBB/jam) jumlah cairan
dikurangi menjadi 7ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit keadaan tetap
stabil pemberian cairan menjadi 5ml/kgBB/jam. Bila dalam waktu 60-120 menit
24-48 jam setelah renjatan teratasi tanda-tanda vital dan hematokrit tetap stabil
serta diuresis cukup maka pemberian cairan infus harus dihentikan (karena jika
hipervolemi edeme paru atau gagal jantung dapat terjadi). 12 Pengawasan dini
penyakit masih berlangsung, ternyata cairan kristaloid hanya sekitar 20% saja
yang menetap dalam pembuluh darah setelah 1 jam saat pemberian). Oleh karena
pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran, tekanan darah, frekuensi nadi,
frekuensi jantung, dan napas, pembesaran hati, nyeri tekan daerah hipokondrium
setelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti perembesan plasma
masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan pilihna, tetapi bila
pada penderita diberikan transfusi darah segar 10ml/kgBB dan dapat diulang
sesuai kebutuhan.12 Sebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita harus
menit. Bila keadaan tetap belum teratasi maka untuk memantau kecukupan cairan
dilakukan pemasangan katetar vena sentral dna pemberian koloid dapat ditambah
tekanan vena sentral 15-18 cm H2O. bila keadaan tetap belum teratasi harus
vasopressor.12
2.10 Komplikasi
Pada sebagian besar penderita ditemukan tanda kegagalan peredaran darah yaitu
kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat
danlemah, kecil sampai tidak dapat diraba. Tekanan darah menurun menjadi 20
mmHg atau kurang, dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau lebih
rendah. Penderita kelihatan lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam fase kritis
syok. Penderita seringkali mengeluh nyeri di daerah perut sesaat sebelum syok
buruk. Tatalaksana sindrom syok dengue sama dengan terapi demam dengue,
yaitu pemberian cairan ganti secara adekuat. Pada sebagian besar penderita,
yang baik. Nilai hematokrit dan trombosit harus diperiksa setiap hari mulai hari
ke-3 sakit sampai 1-2 hari setelah demam menjadi normal. Pemeriksaan inilah
pemberiancairan intravena.13
2.11 Prognosis
komplikasi yang muncul. Kematian sering terjadi jika terdapat perdarahan yang
berat, syok yang tidak dapat teratasi, efusi pleura dan ascites yang berat dan
kejang. Kematian dapat juga disebabkan oleh sepsis karena tindakan dan infeksi
sekunder yang terjadi selama perjalanan penyakit. Kematian terjadi pada kasus
tahun terakhir. Terjadi peningkatan jumlah kasus DBD dari tahun 1968 yaitu 58
kasus menjadi 126.675 kasus pada tahun 2015. Sindrom renjatan dengue (dengue
shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh tanda
renjatan atau syok dapat berakibat fatal. Kegawat daruratan DBD dinyatakan
tersebut sangat tergantung pada daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka
akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun bila daya tahan rendah
maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat menimbulkan
kematian.
plasma dan penggantian cairan yang adekuat akan mencegah terjadinya syok.
pengobatan yang tepat dan cepat akan menurunkan angka kematian DBD.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. Infodatin situasi DBD di
BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV. Jilid III. Perhimpunan Dokter Spesialis
8. Dengue Virus Infection. Centers for Disease Control and Prevention. Division
9. Cook GC. Manson's Tropical Diseases. 22th Edition. United Kingdom :Elsevier
23
24
13. Dengue Virus Infection. Centers for Disease Control and Prevention. Division