BAHASA INDONESIA
Kelompok 5
REGULER 3 TINGKAT III
Disusun oleh:
1. Iis Nopitasari (1815401111)
2. Asti Mahadewi (1815401112)
3. Dina Lestari (1815401113)
4. Elvina Meuthia Maharani (1815401114)
5. Salsabillah Rihma Awdestin (1815401115)
- Sifat Sistematis
- Sifat Manasuka
Ini juga yang disebut dengan arbitrer atau manasuka.
Kearbitrean bahasa tidak liar sepenuhnya. Konsep terserah yang terkandung
dalam sebuah bahasa dibatasi dengan konsep konvensional atau kesepakatan
bersama. Sementara itu, antara masyarakat bahasa Inggris dan
masyarakat bahasa Indonesia tidak sepakat
- Sifat Manusiawi
Artinya hanya manusia saja yang bisa memiliki dan
mengembangkannya, bahasa juga manusia gunakan sebagai media untuk
berkomunikasi selain manusia seperti hewan dan tumbuhan tidak mampu untuk
membuat bahasa atau memakai bahasa.
3. Fungsi bahasa
Adalah sebagai alat berinteraksi dengan manusia, alat untuk berfikir, serta
menyalurkan arti kepercayaan di masyarakat. Selain sebagai alat komunikasi
maupun berinteraksi, bahasa juga memiliki arti penting sebagai metode
pembelajaran pada lingkup bahasa itu sendiri.
- Fungsi Bahasa Secara Umum
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bahasa sebagai simbol bunyi yang diucapkan langsung oleh manusia,
baik lisan maupun tulisan menjadi alat komunikasi paling efektif diantara yang
lainnya, karena bahasa digunakan oleh dua belah pihak yang sepakat untuk
berkomunikasi dengan cara tertentu.
Berdasarkan pengertian tentang bahasa diatas, bahasa sendiri memiliki
beberapa fungsi secara umum yakni sebagai alat untuk mengekspresikan
diri,sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat
untuk melakukan kontrol sosial.
- Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Sedari kecil, manusia sudah menggunakan bahasa sebagai ungkapan
ekspresi diri pada orangtuanya. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak
sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya (Gorys Keraf,
1997 : 4).
- Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Sebagai akibat dari bentuk ekspresi diri, bahasa telah menjadi alat untuk
berkomunikasi. Sebagai bentuk komunikasi, bahasa bermaksud untuk
menyampaikan suatu maksud tertentu yang ingin dipahami orang lain.
Perbedaan mendasar bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat
komunikasi adalah saat berkomunikasi penggunaan bahasa disesuaikan oleh
orang yang dituju, agar maksud dari ungkapan bahasa mudah tersampaikan.
- Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih
bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.
Seseorang akan menggunakan bahasa yang non-formal pada saat berbicara
dengan teman dan menggunakan bahasa formal pada saat berbicara dengan
orang tua atau yang dihormati.
- Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Buku-buku pelajaran
dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh dari alat kontrol sosial
menggunakan bahasa (Wahyuni, 2006 : 9).
Bahasa melayu adalah bahasa sederhana. Komunikatif, dijadikan bahasa
yang menjadi ciri khas bagi perdagangan dan pelayanan di pelabuhan
Indonesia maupun di negara-negara luar Indonesia. Bahasa melayu tidak
mempunyai tingkatan-tingkatan bahasa seperti yang dimiliki oleh bahasa lain.
Bahasa melayu dijadikan bahasa kebudayaan.
1. Waktu
2. Tempat
3. Sosiokultural
4. Situasi
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh
alat ucap (organ of speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus
memperhatikan beberapa hal seperti tata bahasa. kosakata, dan lafal
dalam pengucapannya
3. Ragam Tulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam
ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata
cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan pemilihan
kosakata,
4. Ragam baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka acuan
norma bahasa dalam penggunaannya
1. Pengertian
Catatan:
a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
1. 360 kelvin
2. 200 pascal
b. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama
kata tugas. Misalnya:
1. Ahmad Aldian bin Chandra
2. Aisyah binti Abu Bakar
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
8.) b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
1. Konferensi Meja Bundar
2. Peristiwa Bandung Lautan Api
Catatan:
9.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
1. Lampung
2. Asia Tenggara
Catatan:
10.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:
1. Republik Ceko
2. Dewan Perwakilan Rakyat
11.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel,
dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata
tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak
pada posisi awal. Misalnya:
1. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
2. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra
3.) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:.
1. Makanan yang mengandung monosodium glutamate tidak baik
untuk kesehatan
2. Indonesia pernah mengalami kerja paksa, Romusha
Catatan:
1. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi,
dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan
huruf miring.
2. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang
dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis
dengan huruf miring.
2.) a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik. Misalnya:
1. PBB :Perserikatan Bangsa-Bangsa
2. WHO ;Organisasi Kesehatan Dunia
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. NIM : Nomor Induk Mahasiswa
2. NIP : Nomor Induk Pegawai
3.) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik. Misalnya:
1. hlm. : halaman
2. dll. : dan lain-lain
4.) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
1. a.n. : atas nama
2. d.a. : dengan alamat
6.) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. LAN : Lembaga Administrasi Negara
7.) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1. Unila : Universitas Lampung
2. Itera : Institut Teknologi Sumatera
8.) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1. puskesmas : pusat kesehatan masyarakat
2. rapim : rapat pimpinan
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
12.) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf. Misalnya:
1. Kelapadua
2. Tigaraksa
E. TATA EJAAN BAHASA INDONESIA (KAIDAH PUEBI)
PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoneisa) adalah Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang sudah ditetapkan pada 26 November 2015 dan ditetapkan
sebagai pengganti EYD.
Salah satu wujud bahasa baku adalah penggunaan kata yang mengikuti
kaidah yang sudah ditetapkan
Catatan:
2. Tanda Koma
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
1. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung,
seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
(setara).
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimatnya.
3. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
4. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru,
seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
6. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-
bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
8. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki
atau catatan akhir.
9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar
akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
10.Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
11.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi.
12.Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
3. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang
diikuti pemerincian atau penjelasan
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Penulisan Kata
1. Kata Dasar
2. Kata Berimbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -
wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
3. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama
lembaga, dokumen, dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang
sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya, sedangkan
bentuk ulang lain hanya diberi huruf kapital pada huruf pertama unsur
pertamanya.
4. Gabungan Kata
1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah.
2) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
3) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
4) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
5) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
5. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
6. Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis
serangkai.
3) Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
1. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata benda (nomina)
2. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata kerja (verba)
3.Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata sifat (adjektiva)
4. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata kerja (verba)
5. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (ajektiva) + kata benda (nomina)
6. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata sifat (adjektiva)
7. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata kerja (verba)
8. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata benda (nominal)
9. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata sifat (ajektiva)
10. Kata majemuk yang terbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata benda
(nomina)
11. Kata majemuk yang berbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata kerja
(verba)
12. Kata majemuk yang terbentuk dari kata keterangan (adverbia) + kata benda
(nominal)
G. KALIMAT
Kalimat biasanya merupakan serangkaian kata yang disusun sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Setiap kata yang terlibat disusun sesuai dengan kaidahnya.
Pada setiap kata juga termasuk ke dalam kelas atau kategori serta memiliki
fungsi dalam kalimat tersebut.
A.Pengertian Kalimat
Kalimat memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
1. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam kalimat, sekurang-
kurangnya terdiri dari subjek dan predikat.
2. Kalimat adalah gabungan dari duah buah kata atau lebih yang
menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
3. Cook, Elson dan Picket berpendapat bahwa kalimat adalah satuan
bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi akhir dan terdiri dari klausa.
4. Ramlan berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau
turun.
5. Lado berpendapat bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi
lengkap.
B.Unsur-Unsur Kalimat
Dalam setiap kalimat tentunya memiliki suatu unsur dalam penyusunan
kalimatnya.
Adapun unsur-unsur dalam suatu kalimat seperti berikut ini:
1. Subjek/Subyek (S)
2. Predikat (P)
3. Objek/Obyek (O)
4. Pelengkap
5. Keterangan (K)
Ciri dan Contoh dari Masing Masing Unsur Kalimat
1.Subjek/Subyek (S)
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukan pelaku, sosok(benda),
sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal / pokok pembicaraan. Di dalam
pola penulisan kalimat bahasa Indonesia, pada umumnya subjek terletak sebelum
predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Pada umumnya, subjek berwujud nomina.
Maka perhatikan contoh berikut:
a. Mereka datang dari Bandung.
b. Justin Bieber merupakan penyanyi asal Canada.
c. Bambang pergi ke Spanyol.
Dari contoh kalimat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kata mereka,
Justin Bieber, dan Bambang merupakan Subjek.
Tak hanya itu, terdapat juga subjek yang bukan merupakan nomina. Maka
perhatikan contoh berikut:
a. Berwudhu harus dilakukan sebelum menjalankan sholat.
b. Delapan adalah sebuah angka.
c. Patah hati dapat dialami oleh semua orang.
Ciri-ciri subjek:
a. Menjawab pertanyaan “apa” atau “siapa”
b. Diikuti dengan kata “itu”
c. Diawali dengan kata “bahwa”
2.Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan)
apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku).
Unsur yang dapat mengisi predikat dapat berupa kata, sebagai contoh verba,
adjektiva, atau nominal, numeral serta preposisional. Tak hanya itu, adapun
frasa, sebagai contoh frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa
numeralia (bilangan).
Simak contoh kalimat sebagai berikut:
a. Gilang bermain gitar di lantai atas.
b. Setiawan memasak samyang.
c. Putra sedang melihat game online.
Dari contoh tersebut, maka kata bermain , memasak, dan melihat merupakan
sebuah predikat.
Ciri-ciri predikat:
a. Menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana.
b. Bisa berupa kata “ialah” atau “adalah”.
c. Ingkaran dapat diwujudkan dengan kata “tidak”
3. Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat yang berawalan
meng- dan kata benda itu dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Letak objek biasanya terdapat setelah predikat dengan kategori verbal
transitif (kalimat aktif transitif) yang minimal memiliki tiga unsur utama (SPO).
Dalam kalimat aktif, objek akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya
dipasifkan. Sebaliknya, objek yang ada dalam kalimat pasif akan menjadi subjek
jika kalimatnya menjadi kalimat aktif. Pada umumnya, objek berkategori nominal.
Perhatikan contoh objek dalam suatu kalimat:
a. Laras bermain slime.
b. Zaidan membeli sebuah boneka.
c. Lele itu memakan pelet.
Dalam kalimat di atas, kata slime, sebuah boneka, dan pelet merupaan
sebuah objek.
Ciri-ciri objek:
a. Berada di belakang predikat.
b. Dapat berubah menjadi subjek dalam kalimat pasif.
c. Tidak didahului dengan preposisi,
d. Diawali dengan kata “bahwa”
4. Pelengkap
Objek dan pelengkap mempunyai kesamaan. Dalam sebuah kaliam,
keduanya memiliki kesamaan yaitu: bersifat wajib ada sebab untuk melengkapi
makna verba predikat kalimat, menempati posisi dibelakang predikat serta tidak
didahului preposisi. Perbedaan keduanya terletak dalam kalimat pasif. Dalam
kalimat pasif, pelengkap tidak menjadi subjek. Jika ada objek dan juga pelengkap
di dalam kalimat aktif, objeklah yang akan menjadi subjek kalimat pasif, bukan
pelengkap. Perhatikan contoh dari kalimat pelengkap:
a. Gilang selalu ingin berbuat baik.
b. Kaki Aji tersandung pintu.
c. Mukena itu terbuat dari sutra.
Ciri-ciri pelengkap:
a. Berada dibelakang kalimat.
b. Tidak didahului preposisi.
5. Keterangan (K)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang
bagian kalimat yang lainnya.Keterangan adalah sebuah unsur kalimat yang
menjelaskan lebih lanjut mengenai sesuatu yang tertera di dalam sebuah kalimat.
Contohnya keterangan akan memberikan informasi mengenai tempat, waktu, cara,
sebab, dan juga tujuan Seperti: ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan
sehingga.
Ciri-ciri keterangan:
a. Bukan termasuk ke dalam Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti
subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
b. Tidak terikat dengan posisi (mempunyai kebebasan tempat
diawal/diakhir , atau diantara subjek dan predikat).
C.Jenis Keterangan
Keterangan dapat dibedakan berdasarkan fungsi atau perannya di dalam
suatu kalimat. Simak ulasan di bawah:
a. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berwujud kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan waktu berupa kata merupakan kata yang menyatakan waktu,
contoh: kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan juga malam.
Keterangan waktu berupa frasa adalah untaian kata yang juga menyatakan
waktu, contoh: kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan juga minggu depan
b. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berwujud frasa yang menyebutkan tempat dengan
ditandai oleh preposisi, contoh: di, pada, dan juga dalam.
Contoh: Justin Bieber akan mengadakan konser di New Zealand.
c. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berwujud kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menjelaskan cara. Keterangan cara yang berwujud kata ulang adalah
perulangan adjektiva.Ket erangan cara yang berwujud frasa ditandai dengan
kata “dengan” atau “secara”. Keterangan cara yang berwujud anak kalimat
ditandai dengan kata “dengan” dan “dalam”.
Contoh: Ibu memotong ikan dengan menggunakan pisau dapur.
d. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berwujud frasa dan anak kalimat. Keterangan sebab yang
berwujud frasa ditandai dengan adanya kata “karena” atau “lantaran” yang
diikuti dengan nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berwujud
anak kalimat ditandai dengan adanya konjungtor “karena” atau “lantaran”.
Contoh: Bapak menyuruhku menjauhi Gilang karena tidak berperilaku baik.
e. Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan dapat berupa frasa ataupun anak kalimat. Keterangan
tujuan yang berwujud frasa ditandai dengan kata “untuk” atau “demi”.
Sementara keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai dengan
adanya konjungtor supaya, agar, dan untuk.
Contoh: Sebelum berangkat ke Jakarta, Gilang memeluk
ibunya supaya hatinya tenang.
f. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi akan memberikan penjelasan nomina, contoh: subjek
atau objek. Jika ditulis, keterangan aposisi diapit dengan tanda koma, tanda
pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh: Dosen saya, Bapak Sudarso, terpilih menjadi dosen teladan.
g. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan akan memberikan penjelasan nomina (subjek ataupun
objek. Namun berbeda halnya dengan keterangan aposisi.
Contoh: Gilang, mahasiswa tingkat dua, mendapatkan beasiswa ke luar
negeri.
h. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas ini akan memberikan pembatas antara nomina.
Contoh: subjek, predikat, objek, keterangan, dan juga pelengkap.
D.Jenis-Jenis Kalimat
1. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Kalimat langsung adalah kalimat yng secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang
memberikan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda titik dua (“...”) dan dapat
berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh : “saya sangat
terkejut” , kata ibu,”karna melihat ular”.
b. Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali
ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai
dengan tana petik dua dan sedahdirubah menjadi kalimat berita.
Contoh : adik berkata bahwa sepeda itu harus segera dibawa
kebengkel
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa
syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya
dengan cepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
2. Kepararelan bentuk.
Contohnya :
1. Langkah –langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami,
mengetahui, dan mengaplikasikan defenisi kalimat efektif (tidak
efektif).
2. Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah
memahami,mengetahui, dan mengaplikasikan defenisi kalimat efektif
(efektif).
3. Kehematan Kata.
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu
digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata didalam kalimat. Hal
yang harus diperhatikan adalah:
Contohnya :
1. Saya tidak suka apel dan saya tidak suka papaya (tidak efektif).
2. Saya tidak suka pisang dan anggur (efektif).
3. Karena dia tidak diundang, dia tidak datang pada acara itu.
Contohnya :
1. Saya hanya memiliki tiga buah buku saja (tidak efektif).
2. Saya hanya memiliki tiga buku (efektif).
Contohnya:
1. Para mahasiswa-mahasiswi berunjuk rasa di depan gedung
rektorat (tidak efektif).
2. Para mahasiswa berunjuk rasa didepan gedung rektorat
(efektif).
4. Kecermatan.
Contohnya :
1. Guru baru pergi ke ruang guru (tidak efektif).
2. Guru yang baru pergi ke ruang guru (efektif).
3. Dialah istri Pak Lurah yang baru (tidak efektif).
5. Ketegasan
Contohnya:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Contohnya :
1. Bukan seribu, sejuta, seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar (Salah).
2. Bukan seratus, seribu, sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar (Benar).
6. Kepaduan
Contohnya:
Contohnya :
1. Mahasiswa harus menyadari akan pentingnya perpustakaan.
Kata akan pada kalimat tidak diperlukan karena kata kerja transitif
menyadari harus diikuti secara langsung oleh objek penderita
pentingnya perpustakaan. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai
berikut:
2. menyadari pentingnya perpustakaan.
7. Kelogisan.
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide yang ada dalam kalimat itu
dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai kaidah EBI.
Contohnya:
b. Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang
terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Contoh dari paragraph penghubung atau isi :
Mengapa tulisan saya sering tidak selesai ya? Kesulitannya apa yaa. Saya
mencoba menganalisis diri dalam menulis nih. Pertama, saya tidak PD alias tidak
percaya diri kalau mengungkapkan pikiran.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung
kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf
penghubung.
2) Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di akhir sebuah paragraf dan bersifat induksi.
3) Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan perpaduan antara paragraf deduktif
dengan paragraf induktif.
4) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di tengah sebuah paragraf. Sebuah wacana yang menggunakan jenis
paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang bersifat khusus di awal paragraf
dan akhir paragraf isinya berupa rincian atau contoh-contoh sedangkan kalimat-
kalimat yang berada di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir)
sifatnya umum.
2) Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana deskripsi. Wacana deskripsi adalah tipe wacana yang berisi
penggambaran atau pemaparan dengan jelas, rinci dan lengkap mengenai suatu
hal, baik seseorang, suasana, benda, tempat, sifat, hewan maupun tumbuhan
tertentu.
3) Paragraf ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana ekspositori. Wacana ekspositori adalah tipe wacana yang berisi
penjelasan, membentangkan dan pemaparan akan sesuatu, sehingga pembaca
memdapatkan pengetahuan dan wawasan yang telah disampaikan penulis.
4) Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana argumentasi. Wacana argumentasi adalah tipe wacana yang
berisi pendapat, pembuktian, pendirian, gagasan, dalih, dasar atau hujah terhadap
sesuatu.
5) Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana persuasi. Wacana persuasi adalah tipe wacana yang berisi ajakan,
bujukan atau himbauan kepada seseorang dengan memberikan alasan dan prospek
bagus bagi yang meyakini, melaksanakan sesuatu, atau membeli benda tertentu.
C. Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat
dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu
masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari
masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari
satu ide atau masalah.
Badan Fahmi tersungkur jatuh ke tanah. Sontak, semua orang yang ada di
sekitarnya panik dan membopong badan Fahmi ke klinik terdekat. Selama di
klinik, Fahmi belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, keluarga Fahmi
pun datang ke klinik untuk melihat kondisinya. Sontak, keluarga Fahmi pun
menjadi cemas hatinya tatkala melihat Fahmi yang terkulai lemas di pembaringan
klinik.
2. Pola Kausalitas
Pendidikan moral sudah semestinya diterapkan lagi dalam kegiatan proses
belajar dewasa ini. Sebab, anak-anak zaman sekarang sudah semakin jauh dari
nilai moralitas. Hal ini bisa dilihat dari maraknya kenakalan remaja dan pergaulan
bebas yang mereka lakukan. Untuk itu, pendidikan moral harus kembali
diterapkan di dalam proses belajar mengajar anak agar mereka menjadi anak yang
bermoral baik.
5. Pola Pertentangan
Semangat belajar Alina menurun menjelang ujian kenaikan kelas. Hal ini bisa
dilihat dari seringnya dia terlambat masuk ke kelas, serta dalam mengumpulkan
tugas. Selain itu, Alina sering sekali terlihat tidak fokus saat belajar di dalam
kelas. Kondisi yang dialami Alina tersebut berbeda dengan apa yang dialami
Alisya saat ini. Semangat belajarnya justru semakin tinggi, dan dia pun semakin
rajin dan fokus dalam belajar.
6. Pola Perbandingan
Tempe mengandung zat protein yang lebih banyak ketimbang tahu. Hal itu
disebabkan proses pembuatan tempe lebih sedikit dibanding dengan proses
pembuatan tahu. Adapun zat protein yang dimiliki tempe adalah sebear 15,4 gram,
5,4 gram lebih besar dibanding protein pada tahu.
7. Pola Generalisasi
8. Pola Klasifikasi
Alat musik yang biasanya dimainkan dalam sebuah grup musik (band) dibagi
atas beberapa macam, yaitu gitar, bass, drum, piano atau kibord. Sementara itu,
orang-orang yang memainkan alat-alat tersebut dikelompokkan menjadi gitaris,
bassis, drumer, dan kibordis.
9. Pola Analogi
Seekor kuda akan merasa keletihan jika terus-menerus dipacu. Begitu pula
manusia. Saat manusia dipaksa untuk terus bekerja, maka manusia pun akan
mengalami keletihan yang teramat sangat. Untuk itu, istirahatkanlah tubuh sejenak
di sela-sela waktu kerja agar tidak keletihan.
Pengertian karya tulis ilmiah menurut KBBI merupakan karya tulis yang dibuat
menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan berdasarkan fakta (observasi,
eksperimen, dan kajian pustaka).
1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan
dimaknai oleh pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan.
Pembaca harus bisa langsung memahami konten dari karya ilmiah.
2. Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus
memberikan pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa
yang tidak membingungkan. Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu
bisa langsung diterima oleh pembacanya.
3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari
penulisnya. Sebab, karya ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan
dari hasil analisis penelitian, bukan dari perasaan subjektif dari penulisnya.
4. Menggunakan Bahasa Baku
Menggunakan bahasa baku agar mudah dipahami. Penggunaan bahasa
baku itu meliputi setiap aspek penulisannya. Mulai dari penulisan sumber,
teori, hingga penulisan kesimpulan. Ketidakbakuan pada tulisan karya
ilmiah hanya akan membuat pembacanya bingung dan apa yang ingin
disampaikan dalam tulisan tidak dipahami pembaca.
5. Menggunakan Kaidah Keilmuan
Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kaidah keilmuan atau istilah-
istilah akademik dari bidang penelitian si penulis. Hal itu bertujuan untuk
menunjukkan bahwa peneliti atau penulisnya memiliki kapabilitas pada
bidang kajian yang dibahas dalam karya ilmiah.
6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang
memiliki satu makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan
keruntutan pikiran yang logis dan kecermatan penelitian.
7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan
babnya dan bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele
atau tepat sasaran. Sebuah karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus
memiliki alur logika yang saling bersambung.
8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya
ilmiah tidak dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus
menunjukkan fakta-fakta dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak
memiliki kecondongan subjektifitas.
9. Menggunakan Kalimat Efektif
Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini
berkaitan dengan semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat
dalam karya ilmiah agar pembaca tidak dipusingkan dengan penggunaan
kalimat yang berputar-putar.
1. Makalah
Makalah merupakan karya ilmiah yang menyajikan sebuah masalah yang
penyelesaianya mengandalkan berbagai macam data yang ada di lapangan.
Karya ilmiah ini bersifat empiris dan juga objektif. Dalam penyajiannya,
makalah biasanya dipresentasikan dalam sebuah kegiatan seminar.
Sistematika Makalah ada tiga bagian, yaitu:
a. Pendahuluan (Bagian awal)
b. Pembahasan (Bagian inti)
c. Kesimpulan (Bagian Penutup)
2. Artikel
Dalam konteks jurnalistik, pengertian karya ilmiah artikel merupakan
karya ilmiah yang memuat pendapat subjektif pembuatnya mengenai
sebuah peristiwa ataupun masalah tertentu, sedangkan jika dipandang dari
sudut pandang ilmiah, artikel dapat diartikan sebagai karya tulis yang
sengaja dirancang untuk dimuat dalam jurnal ataupun kumpulan artikel
yang dibuat dengan memperhatikan kaidah penulisan ilmiah dan
mengikuti pedoman ilmiah yang berlaku.
Sistematika Artikel:
a. Judul
b. Nama Penulis -- tanpa gelar akademik
c. Abstrak --ringkasan tulisan, gambaran umum isi artikel.
d. Kata Kunci --3-5 keywords.
e. Pendahuluan -- latar belakang masalah dan rumusan singkat (1-2
kalimat) pokok bahasan dan tujuannya.
f. Kerangka Teori (Kajian Teori) --dasar teori yang menjadi acuan.
g. Pembahasan --kupasan, analisis, argumentasi, komparasi,
keputusan, dan pendirian atau sikap penulis
h. Penutup -- simpulan dan saran
i. Daftar Pustaka
3. Skripsi
Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa untuk bisa
mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi memuat tulisan berisi pendapat
penulis dengan mengacu ataupun berdasarkan teori yang telah diterbitkan
sebelumnya.
4. Kertas Kerja
Kertas Kerja atau Work paper pada dasarnya sama dengan makalah,
namun dibuat dengan analisis yang lebih mendalam dan tajam serta
dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya dihadiri oleh
ilmuwan.
5. Paper
Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan mahasiswa dalam
kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum
menyelesaikan jenjang studi Diploma, S1, S2 dan atau S3. Sistematika
penulisannya pun sama dengan artikel dan makalah, tergantung panduan
yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan.
6. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan program
studi S2 atau Pascasarjana yang bersifat lebih mendalam dibandingkan
dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang didapat dari
penelitian yang dilakukan individu yang bersangkutan.
7. Disertasi
Disertasi atau Ph.D thesis diperuntukkan bagi mahasiswa program S3 atau
meraih gelar Doktor/Dr. yang mengemukakan analisis yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan dengan data dan fakta yang sahih atau
valid dengan analisis yang terinci. Disertasi berisi suatu temuan penulis
sendiri yang berupa temuan orisinal.
1. Topik
Pada karya ilmiah, Topik adalah hal paling dasar yang harus ditentukan
terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan topik yaitu ;
a. Sesuai dengan prodi/bidang ilmu yang dikuasai
b. Menarik, utamanya bagi peneliti itu sendiri
c. Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik
yang diperkirakan akan menjadi masalah ataupun sudah menjadi
masalah. Masalah tidaklah selalu negatif, bisa jadi masalah bersifat
positif.
d. Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
e. Terbatas, walaupun bersifat dasar dan umum, topik haruslah tetap
terbatas akan suatu bidang tertentu.
f. Memperhatikan proses pengumpulan data
g. Bermanfaat
Dalam pembuatan topik perhatikan pokok masalah yang ada, lalu tuangkan dalam
dua kata agar memiliki sifat keterbatasan, contoh-contoh topik:
2. Tema
Tema merupakan topik yang sudah bertujuan. Sederhananya tema adalah
topik yang sudah dberikan kata operasional ( mengandung pe-an), contoh:
a. Topik : Material Mesin, Tema : (Perawatan) (Material Mesin)/
Pemilihan Material Mesin.
b. Topik : Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan, Tema : (penguatan)
(Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan)
c. Topik : Minyak Goreng, Tema : (Pembuatan) (Minyak Goreng)
d. Topik : metode manufaktur baru, Tema : (Pengembangan) (metode
manufaktur baru)
e. Topik : humpping bead GMAW kecepatan tinggi , Tema : (humpping
bead) (GMAW kecepatan tinggi)
3. Judul
Judul memiliki sifat lebih spesifik ketimbang topik dan tema, perubahan
dari tema ke judul cukup ditambahkan keterangan seperti tempat, metode
penelitian,dll. Contohnya:
a. Judul : Perawatan Material Mesin di Bengkel A dengan Metode X
b. Judul : (penguatan) (Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan) dengan
metode XXXXX
c. Judul : (Pembuatan) (Minyak Goreng) dari jagung
d. Judul : (Pengembangan) (metode manufaktur baru) untuk (magnet
neodimium)
e. Judul : (Pengaruh aliran fluida) terhadap (humpping bead) pada
( GMAW kecepatan tinggi)
b. Halaman persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyusun karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda tangan
dan nama terang pembimbing, dan 4) kata persetujuan
c. Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik oleh
kepala sekolah. Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyiapkan karya ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta tanggal,
bulan, dan tahun, 4) tanda tangan dan nama terang guru pembimbing dan
kepala sekolah serta cap stempel.
d. Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama
siswa, ditulis dari belakang (seperti penulisan nama pengarang pada daftar
pustaka) apabila terdiri dari dua bagian nama atau lebih, 2) tahun
pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda petik, huruf kapital hanya
pada awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5) nama kota,
6) nama sekolah.
Penulisan isi abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan spasi
tunggal. Paragraf pertama berisi uraian singkat mengenai latar belakang
masalah dan tujuan penelitian. Paragraf kedua berisi metode penelitian,
mencakup populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.
e. Kata.Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada
pembaca tentang penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya
singkat tapi jelas. Yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1) puji
syukur kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa karya dibuat, (3)
kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih kepada pihak
yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6)
tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun karangan ilmiah.
f. Daftar isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah beserta
letak nomor halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan
lampiran. Komponen isi karya ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi
antara lain meliputi judul-judul bab dan subbab.
2. Bagian.Pendahuluan
b. Rumusan masalah.
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan, dan
ini ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas
sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-kalimat
pertanyaan secara jelas.
c. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas.
Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang
berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus
sesuai dengan tujuan pembahasan.
d. Tujuan.
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan
tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan
judul.
e. Landasan Teori.
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran langkah
kerja sehingga membantu penulis dalam membahas masalah yang sedang
diteliti secara mendalam.
f. Hipotesis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis adalah sesuatu yang
dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi,
dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan dengan demikian
hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang dirumuskan dan untuk
sementara diterima, serta masih harus dibuktikan kebenarannya dengan
data-data otentik yang ada, pada bab-bab berikutnya. Hipotesis harus
dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta jelas.
3. Bagian Isi
a. BAB II/Landasan Teori
Sementara pada bagian bab II adalah penulisan landasan teori dan tinjauan
pustaka. Di sini Anda bisa menuliskan referensi apa saja yang Anda
gunakan untuk menunjang penelitian Anda. Landasan teori juga harus
ditulis secara terstruktur sesuai dengan tahapan pembahasan penelitian.
Selanjutnya akan diteruskan pada bab pembahasan.
4. Bagian Penutup
a. Kesimpulan, dan Saran
Pada bagian penutup ini memaparkan kesimpulan akhir dari penelitian
karya tulis ilmiah yang dilakukan. Apakah penelitian yang dilakukan
mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang diangkat ataukah
sebagai batu loncatan awal untuk penelitian lanjutan pun harus dipaparkan.
b. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi semua buku atau tulisan
ilmiah yang menjadi rujukan dalam melakukan penelitian. Maksudnya
ketika Anda ingin menulis karya ilmiah yang bisa berupa artikel, makalah,
atau presentasi Anda harus membuat daftar pustaka atau mudahnya itu
harus mencantumkan sumber rujukan penelitian.
c. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)