Anda di halaman 1dari 71

UJIAN TENGAH SEMESTER

BAHASA INDONESIA

Kelompok 5
REGULER 3 TINGKAT III

Disusun oleh:
1. Iis Nopitasari (1815401111)
2. Asti Mahadewi (1815401112)
3. Dina Lestari (1815401113)
4. Elvina Meuthia Maharani (1815401114)
5. Salsabillah Rihma Awdestin (1815401115)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN DIII KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2021
A. BAHASA
1. Pengertian Bahasa
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui
bahasa yang diungkapkan

2. Sifat - Sifat Bahasa

Hakikat bahasa adalah suatu konsep mendasar tentang bahasa. Adapun


beberapa sifat-sifat bahasa yang merupakan hakikat bahasa itu sendiri adalah :

- Sifat Sistematis

Adalah segala usaha untuk menguraikan sesuatu dalam hubungan yang


terartur dengan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara
utuh.

- Sifat Manasuka
Ini juga yang disebut dengan arbitrer atau manasuka.
Kearbitrean bahasa tidak liar sepenuhnya. Konsep terserah yang terkandung
dalam sebuah bahasa dibatasi dengan konsep konvensional atau kesepakatan
bersama. Sementara itu, antara masyarakat bahasa Inggris dan
masyarakat bahasa Indonesia tidak sepakat
- Sifat Manusiawi
Artinya hanya manusia saja yang bisa memiliki dan
mengembangkannya, bahasa juga manusia gunakan sebagai media untuk
berkomunikasi selain manusia seperti hewan dan tumbuhan tidak mampu untuk
membuat bahasa atau memakai bahasa.

3. Fungsi bahasa 
Adalah sebagai alat berinteraksi dengan manusia, alat untuk berfikir, serta
menyalurkan arti kepercayaan di masyarakat. Selain sebagai alat komunikasi
maupun berinteraksi, bahasa juga memiliki arti penting sebagai metode
pembelajaran pada lingkup bahasa itu sendiri.
- Fungsi Bahasa Secara Umum
Menurut Gorys Keraf (1997 : 1), bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Bahasa sebagai simbol bunyi yang diucapkan langsung oleh manusia,
baik lisan maupun tulisan menjadi alat komunikasi paling efektif diantara yang
lainnya, karena bahasa digunakan oleh dua belah pihak yang sepakat untuk
berkomunikasi dengan cara tertentu.
Berdasarkan pengertian tentang bahasa diatas, bahasa sendiri memiliki
beberapa fungsi secara umum yakni sebagai alat untuk mengekspresikan
diri,sebagai alat komunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat
untuk melakukan kontrol sosial.
- Bahasa sebagai Alat Ekspresi Diri
Sedari kecil, manusia sudah menggunakan bahasa sebagai ungkapan
ekspresi diri pada orangtuanya. Pada taraf permulaan, bahasa pada anak-anak
sebagian berkembang sebagai alat untuk menyatakan dirinya (Gorys Keraf,
1997 : 4).
- Bahasa sebagai Alat Komunikasi
Sebagai akibat dari bentuk ekspresi diri, bahasa telah menjadi alat untuk
berkomunikasi. Sebagai bentuk komunikasi, bahasa bermaksud untuk
menyampaikan suatu maksud tertentu yang ingin dipahami orang lain.
Perbedaan mendasar bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat
komunikasi adalah saat berkomunikasi penggunaan bahasa disesuaikan oleh
orang yang dituju, agar maksud dari ungkapan bahasa mudah tersampaikan.
- Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial
Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih
bahasa yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.
Seseorang akan menggunakan bahasa yang non-formal pada saat berbicara
dengan teman dan menggunakan bahasa formal pada saat berbicara dengan
orang tua atau yang dihormati.
- Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial
Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial dapat
diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Buku-buku pelajaran
dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh dari alat kontrol sosial
menggunakan bahasa (Wahyuni, 2006 : 9).
Bahasa melayu adalah bahasa sederhana. Komunikatif, dijadikan bahasa
yang menjadi ciri khas bagi perdagangan dan pelayanan di pelabuhan
Indonesia maupun di negara-negara luar Indonesia. Bahasa melayu tidak
mempunyai tingkatan-tingkatan bahasa seperti yang dimiliki oleh bahasa lain.
Bahasa melayu dijadikan bahasa kebudayaan.

Kedudukan Bahasa Indonesia


- Bahasa Nasional
Lambang kebanggaan kebangsaan Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-
nilai luhur yang mendasari perilaku bangsa Indonesia.
- Lambang Identitas Nasional
Bahasa Indonesia mewakili jati diri bangsa Indonesia, selain Bahasa
Indonesia terdapat pula lambang identitas nasional yang lain yaitu bendera
Merah-Putih dan lambang negara Garuda Pancasila.
- Alat perhubungan
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku dengan bahasa yang
berbeda-beda, maka kan sangat sulit berkomunikasi kecuali ada satu bahasa
pokok yang digunakan. Maka dari itu digunakanlah Bahasa Indonesia sebagai
alat komunikasi dan perhubungan nasional.
- Alat pemersatu bangsa
Mengacu pada keragaman yang ada pada Indonesia dari suku, agama, ras,
dan budaya, bahasa Indonesia dijadikan sebagai media yang dapat membuat
kesemua elemen masyarakat yang beragam tersebut kedalam sebuah persatuan.
B. Politik Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu,
para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan
Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2)
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah
Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan
tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang
Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia.
Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa
persatuan atau bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki oleh bahasa Indonesia
sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan
dimungkinkan oleh kenyataan bahwa (1) bahasa Melayu, yang mendasari
bahasa Indonesia itu, telah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca)
selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan Indonesia dan (2) di
dalam masyarakat Indonesia tidak terjadi persaingan bahasa, yaitu persaingan
di antara bahasa daerah yang satu dan bahasa daerah yang lain untuk
mencapai kedudukan sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional. Dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
1. Lambang kebanggaan nasional,
2. Lambang identitas nasional,
3. Alat pemersatu berbagai kelompok etnik yang berbeda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya, serta
4. Alat perhubungan antar budaya dan antar daerah.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai :
1. Bahasa resmi kenegaraan,
2. Bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan,
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional,
4. Bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional,
5. Sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern,
6. Bahasa media massa,
7. Pendukung sastra indonesia, serta
8. Pemerkaya bahasa dan sastra daerah.
Dalam hubungan dengan kedudukan bahasa Indonesia, baik sebagai
bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara, bahasa-bahasa yang
digunakan masyarakat di Indonesia kecuali bahasa Indonesia, bahasa rumpun
Melayu, dan bahasa asing berkedudukan sebagai bahasa daerah. Kedudukan
tersebut berdasarkan kenyataan bahwa bahasa daerah itu digunakan sebagai
sarana perhubungan dan pendukung kebudayaan di daerah atau dalam
masyarakat etnik tertentu di Indonesia. Dalam hubungan itu, bahasa daerah
berfungsi sebagai :
1. Lambang kebanggaan daerah
2. Lambang identitas daerah
3. Alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah
4. Sarana pendukung budaya daerah dan bahasa indonesia, serta
5. Pendukung sastra daerah dan sastra indonesia.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa selain bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa rumpun Melayu, berfungsi sebagai :
1. Alat perhubungan antarbangsa dan
2. Sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
C. Ragam Bahasa
a. Ragam bahasa menurut Bachman (1999)

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-


beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kavvan bicara. orang yang dibicarakan, serta menurut medium
pembicara.
Ragam bahasa menurut Dendy Sugono (1999) Sehubungan dengan
pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua pokok, yaitu masalah penggunaan
bahasa baku dan takbaku. Dalam situasi resmi. seperti di sekolah, di
kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya,
dalam situasi takresmi, seperti di rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.

b. Fungsi bahasa Indonesia dalam kapasitasnya sebagai bahasa nasional:

1. Mampu menyatukan ribuan bahasa yang beragam di Indonesia


2. Speaker Indonesia mampu
3. Simbol kebanggaan nasional
4. Simbol identitas nasional
5. Berarti menyatukan berbagai kelompok etnis
6. Pemersatu alat perhubungan antara budaya dan antar-regional

Fungsi sebagai bahasa negara:

1. Bahasa resmi negara


2. Bahasa pengantar dalam pendidikan
3. Berarti komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
pembangunan nasional dan pelaksanaan
4. Budaya dan pengembangan alat-alat ilmu pengetahuan dan teknologi

Factor penentu digunakannya ragam Bahasa

1. Waktu
2. Tempat
3. Sosiokultural
4. Situasi

c. Ragam Bahasa Indonesia


1. Ragam Ringkas
Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana santai dan akrab
biasanya berbeda jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang
digunakan dalan suasana resmi
2. Ragam Lisan

Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh
alat ucap (organ of speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus
memperhatikan beberapa hal seperti tata bahasa. kosakata, dan lafal
dalam pengucapannya

3. Ragam Tulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam
ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata
cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan pemilihan
kosakata,

4. Ragam baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka acuan
norma bahasa dalam penggunaannya

d. Ragam Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

1. Pengertian

Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi utama masyarakat


Indonesia. Ada kalanya Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua,
setelah bahasa ibunya oleh karena masyarakat Indonesia berada dalam
tataran situasi bilingual atau multilingual.

2. Dalam Situasi Apa Digunakan

yaitu pada situasi formal, penggunaan bahasa Indonesia yang benar


menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa.

3. Ketaatan terhadap kaidah yang berlaku


Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang baik
dan benar adalah kaidah bahasa dan kaidah itu sendiri meliputi 6 aspek
diantaranya adalah : Tata bahasa (Kata dan Kalimat),
Kosakata,Ejaan;,Makna;, kelogisan, Dan Pada aspek tata bunyi.
D. TATA EJAAN BAHASA INDONESIA (KAIDAH PUEBI)
Pemakaian Huruf

1. Pemakaian Huruf Kapital

1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Misalnya:


1. Bagaimana caranya?
2. Kakek memetik mangga.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan. Misalnya:
1. James Watt
2. James Prescott Joule

Catatan:

a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
1. 360 kelvin
2. 200 pascal
b. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang
bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama
kata tugas. Misalnya:
1. Ahmad Aldian bin Chandra
2. Aisyah binti Abu Bakar

3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.


Misalnya:
1. Ibu bertanya, “ Siapa yang menjemput adik?”
2. Dian mengingatkan adiknya, “Jangan lupa sarapan ya, Dik!”
4.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
1. Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengakui enam agama,
yaitu Islam, Buddha, Hindu, Protestan, Katolik, dan Konghucu
2. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka
5.) - Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
1. Pangeran Diponegoro
2. Sultan Hasanudin
- Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
gelakehormatan,keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
1. Sehat selalu, Baginda
2. Selamat pagi, Panglima
6.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya:
1. Gubernur Lampung
2. Walikota Bandar Lampung
7.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa. Misalnya:
1. bangsa Singapura
2. suku Lampung

Catatan:

Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:

1. Gaya berpakaiannya kekorea-koreaan


2. Menginggriskan kata-kata
8.) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
1. tahun Masehi
2. bulan Desember

8.) b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya:
1. Konferensi Meja Bundar
2. Peristiwa Bandung Lautan Api

Catatan:

Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama


tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:

1. Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa


Indonesia.
2. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
1. Lampung
2. Asia Tenggara

Catatan:

a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak


ditulis dengan huruf kapital.
1. Berlayar ke teluk mandi di sungai
2. Menyebrangi selat berenang dindanau

b. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama


jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
1. jeruk bali
2. nangka belanda

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis


dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain
dalam kelompoknya. Misalnya:

1. Kita mengenal beberapa gula, seperti gula jaw, gula pasir,


gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
2. Ada beberapa jenis pisang, yaitu pisang ambon, pisang
kapok, pisang raja, dan lain-lain
Contoh berikut bukan nama jenis:

1. Dia mengoleksi batik Cirebom, batik Pekalongan, batik


Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura
2. Para penari menghafalkan tarian Lampung, tarian Aceh,
dan tarian Bali

10.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:
1. Republik Ceko
2. Dewan Perwakilan Rakyat

11.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel,
dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata
tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak
pada posisi awal. Misalnya:
1. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
2. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra

12.)Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama


gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
1. S. E : Sarjana Ekonomi
2. S.H.I : Sarjana Hukum Islam

13.)Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk


hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman,
serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
1. “Dimana Bapak sekarang?” Tanya Mila.
2. “Ayo makan Dik!” kata orang itu.
Catatan:

a. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau


pengacuan. Misalnya:
1. Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
2. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
b. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
1. Sudahkah Anda tahu?
2. Siapa nama Anda?

1. Pemakaian Huruf Miring


1.) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka. Misalnya:
1. Rihana sudah merangkum buku Asuhan Kebidanan Kehamilan
2. Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala

2.) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan


huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
1. Mahasiswa diminta untuk membuat kalimat dengan ungkapan
anak emas
2. Huruf terakhir kata cepat adalah t

3.) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:.
1. Makanan yang mengandung monosodium glutamate tidak baik
untuk kesehatan
2. Indonesia pernah mengalami kerja paksa, Romusha

Catatan:
1. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi,
dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan
huruf miring.
2. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang
dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis
dengan huruf miring.

A. Singkatan dan Akronim


1.) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:
1. SE : Sarjana Ekonomi
2. S.Sos. : Sarjana Sosial

2.) a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik. Misalnya:
1. PBB :Perserikatan Bangsa-Bangsa
2. WHO ;Organisasi Kesehatan Dunia

b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. NIM : Nomor Induk Mahasiswa
2. NIP : Nomor Induk Pegawai

3.) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik. Misalnya:
1. hlm. : halaman
2. dll. : dan lain-lain
4.) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
1. a.n. : atas nama
2. d.a. : dengan alamat

5.) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan


mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
1. km : kilometer
2. mm : millimeter

6.) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. LAN : Lembaga Administrasi Negara

7.) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1. Unila : Universitas Lampung
2. Itera : Institut Teknologi Sumatera

8.) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1. puskesmas : pusat kesehatan masyarakat
2. rapim : rapat pimpinan

B. Angka dan Lambang Bilangan


Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor.
a. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
b. Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100), D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)
1.) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian. Misalnya:
1. Dia membeli mangga sampai tiga kali
2. Kami membeli makanan lebih dari empat jenis
2.) Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:
1. Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
2. Tiga orang pemenang undian motor wajib membayar pajak

Catatan: Penulisan berikut dihindari:

1. 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.


2. 3 orang pemenang undian motor wajib membayar pajak
3. 4 orang orang peserta lomba berhasil masuk tahap selanjutnya
4. 2 buah senjata tajam diamankan polisi

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:

1. Panitia mengundang 250 orang peserta.


2. Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:


1. 250 orang peserta diundang panitia.
2. 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu

3.) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian


dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:
1. Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya.
2. Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
4.) Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi,
dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:
1. 2 tahun 6 bulan 5 hari
2. 1 jam 20 menit
5.) Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar. Misalnya:
1. Jalan Kepodang No.1
2. Hotel Amelia, Kamar 5
6.) Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
1. Surah yasin: 15
2. Markus 16:15-16
7.) Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1. Bilangan Utuh
1.) lima belas (15)
2.) empat puluh (40)
2. Bilangan Pecahan
1.) dua perempat (2/4)
2.) lima satu-pertiga (5 1/3)
8.) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
1. abad XIX
2. abad ke-21
9.) Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya:
1. tujuh lembar uang 10.000-an (tujuh lembar uang sepuluh ribuan)
2. tahun 2000-an (tahun dua ribuan)

10.) Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan


dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Misalnya:

1. Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2. Telah diterima uang sebanyak Rp3.950.000,00 (tiga juta sembilan
ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit
handphone.

11.)Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf


dilakukan seperti berikut. Misalnya:

1. Bukti pembelian barang seharga Rp15.000.000,00 (lima belas juta


rupiah) harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
2. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp700.500,00 (tujuh
ratus ribu lima ratus rupiah).

12.) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf. Misalnya:

1. Kelapadua
2. Tigaraksa
E. TATA EJAAN BAHASA INDONESIA (KAIDAH PUEBI)
PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoneisa) adalah Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang sudah ditetapkan pada 26 November 2015 dan ditetapkan
sebagai pengganti EYD.
Salah satu wujud bahasa baku adalah penggunaan kata yang mengikuti
kaidah yang sudah ditetapkan

A. Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Baca Titik

1) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.


Misalnya:
a) Mereka duduk di sana.
2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:

1. Kondisi Kebahasaan di Indonesia


1) Bahasa Indonesia
      1. Kedudukan
      2. Fungsi
2) Bahasa Daerah
      1. Kedudukan
      2. Fungsi
3) Bahasa Asing
      1. Kedudukan
      2. Fungsi

Catatan:

1. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda


kurung dalam suatu perincian.
2. Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu
angka (seperti pada Misalnya III.A.2.b).
3. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel,
bagan, grafik, atau gambar.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun,
judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan
tempat terbit.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang menunjukkan jumlah.
a. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
b. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, ilustrasi, atau tabel.
c. Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan
pengirim surat serta (b) tanggal surat.

2. Tanda Koma
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
1. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung,
seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
(setara).
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang
mendahului induk kalimatnya.
3. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
4. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru,
seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai
sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain dalam kalimat.
6. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-
bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
8. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki
atau catatan akhir.
9. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar
akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
10.Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
11.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi.
12.Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
3. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang
diikuti pemerincian atau penjelasan
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.

Penulisan Kata
1. Kata Dasar

Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

2. Kata Berimbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan
akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -
wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.

2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.


Catatan: Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal
kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan
dengan tanda hubung (-)

Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau


sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.

3. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau


sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.

3. Kata Ulang

Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur
pertama.
Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama
lembaga, dokumen, dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang
sempurna diberi huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya, sedangkan
bentuk ulang lain hanya diberi huruf kapital pada huruf pertama unsur
pertamanya.
4. Gabungan Kata
1) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah.
2) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
3) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
4) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
5) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
5. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
6. Partikel
1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis
serangkai.
3) Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.

Pemenggalan Suku Kata dan Kata Ganti


Pemenggalan Suku Kata

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:


a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan
(terma-suk gabungan huruf konsonan) di antara dua
huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan
yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara
kedua huruf konsonan itu.
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan
atau lebih yang masing-masing melambangkan satu
bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf kon-
sonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara
bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Catatan :
1. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasar- nya mengalami
perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Catatan :
2. Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar
Catatan :
3. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal
atau akhir baris tidak dilakukan.
4. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu
unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya
dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap unsur gabungan itu
dipenggal seperti pada kata dasar.
5. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris
dipenggal di antara unsur-unsurnya.
6. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih
tidak dipenggal.

Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.

F. TATA KATA BAHASA INDONESIA


A. Tata Kata
Tata dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kaidah, aturan, dan
susunan; cara menyusun; system (biasanya digunakan dalam kata majemuk).
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti
dan terdiri dari satu atau lebih morfem contohnya : kebun, lihat, anak. Kata
adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata
terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-
kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat. Tata kata adalah kaidah
penyusunan huruf sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar dan
mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran
dengan ciri-ciri mempunyai arti dan bisa dibentuk menjadi sebuah kalimat.
B. Kata Dasar
Kata dasar (akar kata) adalah kata yang paling sederhana yang belum
memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal tunggal
dan bentuk dasar kompleks
1. Ciri-ciri kata dasar:
b. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
c. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki
imbuhan atau yamg merupakan kata turunan.
d. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan
mengalami perbedaan makna.
e. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa
perlu dibubuhi imbuhan.

2. Jenis-jenis kata dasar


a. Kata dasar bersuku satu: teh, oh , ya, wah
b. Kata dasar bersuku dua: mata, kamu, tiga, bunga
c. Kata dasar bersuku tiga: telinga,kecapi, kemiri
d. Kata dasar bersuku empat: halilintar, kelelawar,
e. Kata dasar bersuku lima: Indonesia, administrasi
f. Kata dasar serupa bentuk ulang: kura-kura,
Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata
dasar kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar
yang hanya terdiri atas stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks
adalah kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih.
C. Kata Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata
yang telah beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata
tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks),
sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam,
berlari, tertinggal,bermain,berkelahi
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena
mendapatkan imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran.

Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan


penulisan kata
·    Macam-Macam Imbuhan
1. Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-
imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-, di-, ter-, ke-,
pe-, per-, dan se-
2. Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-
bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. 
 3. Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada
beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah,
-tah, dan –pun.
1. Pengimbuhan
Imbuhan atau afiks adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai
untuk menurunkan kata. Afiks atau imbuhan dibagi menjadi 4 yaitu: prefiks
(awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), dan konfiks (gabungan antara
prefiks dan sufiks).
Jenis-jenis Imbuhan
a. Prefiks
Prefiks atau awalan adalah awalan yang ditempatkan di bagian muka suatu
kata dasar.
b. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah apabila morfem terikat digunakan di bagian
belakang kata.
c. infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang di selipi di tengah kata dasar.
d. Konfiks
Konfiks adalah gabungan antara sufiks dan prefiks. Artinya gabungan
antara imbuhan depan dengan imbuhan akhiran yang terletak di belakang.
Contoh morfennya ber-an.
2. Pengulangan
Pengulangan atau reduplikasi merupakan alat morfologi yang produktif di
dalam pembentukan kata. Pengulangan ini dapat di lakukan terhdap kata dasar,
kata berimbuhan, maupun kata gabung. Kata yang terbentuk sebagai hasil dari
proses pengulangan ini bisa dikenal dengan nama kata ulang.
Dilihat dari hasil pengulangan itu dapat dibedakan adanya empat macam kata
ulang yaitu:
1. Kata ulang murni adalah kata ulang yang bagianya pengulangannya
sama dengan kata dasar yang diulangnya.
2. Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang bagian
perulangannya terdapat perubahan bunyi, baik bunyi vokal maupun
konsonan.
3. Kata ulang sebagian, yaitu kata ulang yang pengulangannya hanya
terjadi pada suku kata awalnya saja dan disertai dengan penggantian
vokal suku pertama itu dengan bunyi e pepet.
4. Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang disertai dengan
pemberian imbuhan. Menurut proses pembentukannya ada tiga macam
kata ulang berimbuhan, yaitu:
a. Sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan, kemudian baru di
ulang. Umpamanya pada kata dasar atur, mula-mula diberi akhiran-an
sehingga menjadi aturan. Kemudian kata aturan diulang-ulang
sehingga menjadi aturan-aturan.
b. Sebuah kata dasar mula-mula diulang, kemudian baru diberi imbuhan.
Umpamnya kata lari mula-mula diulang-ulang sehingga menjadi lari-
lari. Kemudian kata lari diberi awalan ber- sehingga menjadi berlari-
lari.
c. Sebuah kata dasar diulang dan sekaligus Diberi imbuhan. Umpamanya
pada kata dasar hari sekaligus diulang dan diberi awalan ber-
sehingga menjadi bentuk berhari-hari.
Pengulangan kata berpungsi membentuk kata-kata tertentu yang
sesuai untuk di gunakan dalam satuan ajaran. Sedangkan makna yang
didapat sebagai hasil proses pengulangan itu
3. Pemajemukan
Kata majemuk merupakan gabungan dua atau lebih morfem atau kata
dasar yang mengandung satu makna atau pengertian baru. Kata-kata dalam
kata majemuk tidak menonjolkan makna tiap kata. Namun kelompok kata
itu secara bersama-sama membentuk suatu arti atau makna baru.
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua
buah kata yang menimbulkan suatu kata baru. sedangkan,pengertian proses
pemajemukan kata menurut Tata Baku Bahasa Indonesia (1988) yang menyatakan
bahwa pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan
morfem dengan kata, atau kata dengan kata   yangmenimbulkan pengertian baru
yang khusus.
Kata Majemuk memiliki ciri khas berikut:
 Gabungan kata – kata tersebut membentuk satu makna baru
 Gabungan kata – kata tersebut ke luar membentuk satu pusat yang fokus
terhadap kesatuan gabungan kata itu, bukan dimaknai dengan masing-
masing bagian yang membentuknya.
 Gabungan kata – kata tersebut walaupun dipisah maknanya tidak jauh
berbeda dibandingkan ketika menjadi kata majemuk
 Umumnya terdiri dari dua kata dasar (tanpa imbuhan).
 Frekuensi (keseringan) pemakaiannya tinggi.
 Kebanyakan sifatnya endosentris yaitu terbentuk menurut hukum
Diterangkan Menerangkan (DM)  (Diterangkan mendahului Menerangkan).

Klasifikasi Kata Majemuk Berdasarkan Metode Penulisannya

Berdasarkan metode penulisannya, kata majemuk diklasifikasikan menjadi dua :

1. Kata Majemuk senyawa


Kata majemuk senyawa merupakan kata majemuk yang metode penulisannya
disatukan atau dirangkaikan. Seakan sudah melebur menjadi satu kata.
2. Kata majemuk non-senyawa
Kata majemuk non-senyawa merupakan kata majemuk yang metode penulisan
morfem dasarnya tetap dipisah.

Klasifikasi Kata Majemuk Berdasarkan Kelas atau Golongan Kata Pembentuknya

Berdasarkan kelas kata pembentuknya, kata majemuk diklasifikasikan menjadi :

1. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata benda (nomina)

2. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata kerja (verba)

3.Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata sifat (adjektiva)

4. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata kerja (verba)

5. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (ajektiva) + kata benda (nomina)

6. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata sifat (adjektiva)

7. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata kerja (verba)

8. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata benda (nominal)

9. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata sifat (ajektiva)
10. Kata majemuk yang terbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata benda
(nomina)

11. Kata majemuk yang berbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata kerja
(verba)

12. Kata majemuk yang terbentuk dari kata keterangan (adverbia) + kata benda
(nominal)

Klasifikasi Kata Majemuk Ditinjau dari Segi Hubungan Kata Pembentuknya.

Berdasarkan hubungan kata pembentuknya kata majemuk dibedakan menjadi


empat meliputi :

1. Kata majemuk yang kata pertamanya merupakan sebuah awalan (prefiks).


2. Kata majemuk yang kata pertamanya menjadi pangkal kata.
3. Kata majemuk yang kata keduanya menjadi pangkal kata.
4. Kata majemuk yang kata pertamanya memiliki hubungan setara / sederajat
dengan kata keduanya.

G. KALIMAT
Kalimat biasanya merupakan serangkaian kata yang disusun sesuai dengan
kaidah yang berlaku. Setiap kata yang terlibat disusun sesuai dengan kaidahnya.
Pada setiap kata juga termasuk ke dalam kelas atau kategori serta memiliki
fungsi dalam kalimat tersebut.
A.Pengertian Kalimat
Kalimat memiliki beberapa pengertian, diantaranya:
1.      Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam kalimat, sekurang-
kurangnya terdiri dari subjek dan predikat.
2.      Kalimat adalah gabungan dari duah buah kata atau lebih yang
menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir.
3.      Cook, Elson dan Picket berpendapat bahwa kalimat adalah satuan
bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola
intonasi akhir dan terdiri dari klausa.
4.      Ramlan berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau
turun.
5.      Lado berpendapat bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi
lengkap. 

B.Unsur-Unsur Kalimat
Dalam setiap kalimat tentunya memiliki suatu unsur dalam penyusunan
kalimatnya.
Adapun unsur-unsur dalam suatu kalimat seperti berikut ini:
1. Subjek/Subyek (S)
2. Predikat (P)
3. Objek/Obyek (O)
4. Pelengkap
5. Keterangan (K)
Ciri dan Contoh dari Masing Masing Unsur Kalimat
1.Subjek/Subyek (S)
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukan pelaku, sosok(benda),
sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal / pokok pembicaraan. Di dalam
pola penulisan kalimat bahasa Indonesia, pada umumnya subjek terletak sebelum
predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Pada umumnya, subjek berwujud nomina.
Maka perhatikan contoh berikut:
a. Mereka datang dari Bandung.
b. Justin Bieber merupakan penyanyi asal Canada.
c. Bambang pergi ke Spanyol.
Dari contoh kalimat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kata mereka,
Justin Bieber, dan Bambang merupakan Subjek.
Tak hanya itu, terdapat juga subjek yang bukan merupakan nomina. Maka
perhatikan contoh berikut:
a. Berwudhu harus dilakukan sebelum menjalankan sholat.
b. Delapan adalah sebuah angka.
c. Patah hati dapat dialami oleh semua orang.
Ciri-ciri subjek:
a. Menjawab pertanyaan “apa” atau “siapa”
b. Diikuti dengan kata “itu”
c. Diawali dengan kata “bahwa”

2.Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan)
apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku).
Unsur yang dapat mengisi predikat dapat berupa kata, sebagai contoh verba,
adjektiva, atau nominal, numeral serta preposisional. Tak hanya itu, adapun
frasa, sebagai contoh frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa
numeralia (bilangan).
Simak contoh kalimat sebagai berikut:
a. Gilang bermain gitar di lantai atas.
b. Setiawan memasak samyang.
c. Putra sedang melihat game online.
Dari contoh tersebut, maka kata bermain , memasak, dan melihat merupakan
sebuah predikat.
Ciri-ciri predikat:
a. Menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana.
b. Bisa berupa kata “ialah” atau “adalah”.
c. Ingkaran dapat diwujudkan dengan kata “tidak”
3. Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat yang berawalan
meng- dan kata benda itu dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Letak objek biasanya terdapat setelah predikat dengan kategori verbal
transitif (kalimat aktif transitif) yang minimal memiliki tiga unsur utama (SPO).
Dalam kalimat aktif, objek akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya
dipasifkan. Sebaliknya, objek yang ada dalam kalimat pasif akan menjadi subjek
jika kalimatnya menjadi kalimat aktif. Pada umumnya, objek berkategori nominal.
Perhatikan contoh objek dalam suatu kalimat:
a. Laras bermain slime.
b. Zaidan membeli sebuah boneka.
c. Lele itu memakan pelet.
Dalam kalimat di atas, kata slime, sebuah boneka, dan pelet merupaan
sebuah objek.
Ciri-ciri objek:
a. Berada di belakang predikat.
b. Dapat berubah menjadi subjek dalam kalimat pasif.
c. Tidak didahului dengan preposisi,
d. Diawali dengan kata “bahwa”

4. Pelengkap
Objek dan pelengkap mempunyai kesamaan. Dalam sebuah kaliam,
keduanya memiliki kesamaan yaitu: bersifat wajib ada sebab untuk melengkapi
makna verba predikat kalimat, menempati posisi dibelakang predikat serta tidak
didahului preposisi. Perbedaan keduanya terletak dalam kalimat pasif. Dalam
kalimat pasif, pelengkap tidak menjadi subjek. Jika ada objek dan juga pelengkap
di dalam kalimat aktif, objeklah yang akan menjadi subjek kalimat pasif, bukan
pelengkap. Perhatikan contoh dari kalimat pelengkap:
a. Gilang selalu ingin berbuat baik.
b. Kaki Aji tersandung pintu.
c. Mukena itu terbuat dari sutra.
Ciri-ciri pelengkap:
a. Berada dibelakang kalimat.
b. Tidak didahului preposisi.
5. Keterangan (K)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang
bagian kalimat yang lainnya.Keterangan adalah sebuah unsur kalimat yang
menjelaskan lebih lanjut mengenai sesuatu yang tertera di dalam sebuah kalimat.
Contohnya keterangan akan memberikan informasi mengenai tempat, waktu, cara,
sebab, dan juga tujuan Seperti: ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan
sehingga.
Ciri-ciri keterangan:
a. Bukan termasuk ke dalam Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti
subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
b. Tidak terikat dengan posisi (mempunyai kebebasan tempat
diawal/diakhir , atau diantara subjek dan predikat).
C.Jenis Keterangan
Keterangan dapat dibedakan berdasarkan fungsi atau perannya di dalam
suatu kalimat. Simak ulasan di bawah:
a. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berwujud kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan waktu berupa kata merupakan kata yang menyatakan waktu,
contoh: kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan juga malam.
Keterangan waktu berupa frasa adalah untaian kata yang juga menyatakan
waktu, contoh: kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan juga minggu depan
b. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berwujud frasa yang menyebutkan tempat dengan
ditandai oleh preposisi, contoh: di, pada, dan juga dalam.
Contoh: Justin Bieber akan mengadakan konser di New Zealand.
c. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berwujud kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menjelaskan cara. Keterangan cara yang berwujud kata ulang adalah
perulangan adjektiva.Ket erangan cara yang berwujud frasa ditandai dengan
kata “dengan” atau “secara”. Keterangan cara yang berwujud anak kalimat
ditandai dengan kata “dengan” dan “dalam”.
Contoh: Ibu memotong ikan dengan menggunakan pisau dapur.
d. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berwujud frasa dan anak kalimat. Keterangan sebab yang
berwujud frasa ditandai dengan adanya kata “karena” atau “lantaran” yang
diikuti dengan nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berwujud
anak kalimat ditandai dengan adanya konjungtor “karena” atau “lantaran”.
Contoh: Bapak menyuruhku menjauhi Gilang karena tidak berperilaku baik.
e. Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan dapat berupa frasa ataupun anak kalimat. Keterangan
tujuan yang berwujud frasa ditandai dengan kata “untuk” atau “demi”.
Sementara keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai dengan
adanya konjungtor supaya, agar, dan untuk.
Contoh: Sebelum berangkat ke Jakarta, Gilang memeluk
ibunya supaya hatinya tenang.
f. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi akan memberikan penjelasan nomina, contoh: subjek
atau objek. Jika ditulis, keterangan aposisi diapit dengan tanda koma, tanda
pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh: Dosen saya, Bapak Sudarso, terpilih menjadi dosen teladan.
g. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan akan memberikan penjelasan nomina (subjek ataupun
objek. Namun berbeda halnya dengan keterangan aposisi.
Contoh: Gilang, mahasiswa tingkat dua, mendapatkan beasiswa ke luar
negeri.
h. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas ini akan memberikan pembatas antara nomina.
Contoh: subjek, predikat, objek, keterangan, dan juga pelengkap.

D.Jenis-Jenis Kalimat
1.      Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a.      Kalimat langsung adalah kalimat yng secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang
memberikan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda titik dua (“...”) dan dapat
berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh : “saya sangat
terkejut” , kata ibu,”karna melihat ular”.
b.      Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali
ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai
dengan tana petik dua dan sedahdirubah menjadi kalimat berita.
Contoh : adik berkata bahwa sepeda itu harus segera dibawa
kebengkel

2.      Berasarkan Struktur Gramatikal


Menurut strukturnya, kalimat bahasa indonesia dapat berupa kalimat tunggal
dan dapat pula berupa kalimat majemuk.
a. Kaimat Tunggal
Yaitu kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
b. Kalimat Majemuk setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua klimat tunggal atau lebih.
Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjdi 4 jenissebagai berikut.
1)      Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh
kata dan atau serta,jika kalimat tunggal itu sejalan. Dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara perjumlahan.
2)      Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu apat
dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu
menunjukanpertentangan,dan hasilnya disebut kalimat majemuk
setara pertentangan. Kata-kata penghubung lain yang dapat
digunakan dalam kalimat majemuk setara pertentangan
ialah sedangkan dan melainkan.
3)      Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubugkan oleh
kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya
berurutan ,dan hasilnya disebut kalimat majemuk perurutan.
4)      Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih iyu dihubungkan oleh
kata atau jika kalimat itu menunjukan pemilihan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
c.  Kalimat majemuk setara rapatan
Yaitu suatu bentuk yang meraptkan dua atau lebih kalimat tunggal.
Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang sama.
Contoh :
Kami berlatih .
Kami bertanding .
d. Kalimat majemuk tidak setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang
bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tiak bebas
(klausa terikat).
e.       Kalimat majemuk taksetaraberusur sama
Kalimat majemuk taksetara dapat dirapatkan andaikata unsur-usur
subjeknya sama
Contoh :
Kami sudah lelah
Kami ingin pulang
f.       Kalimat majemuk campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat)
dan kalimat majemuk setara ,atau terdiri atas kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk tak setara (BERTINGKAT). Misalnya
1.      Karena hari sudah malam,kami berhenti dan langsung pulang
(bertingkaat  + setara )
2.      Kami pulang tetapi mereka masih bekerja karena tugas nya belum
selesai. (setara + bertingkat )

3.      Berdasarkan bentuk gayanya (retorika)


Menurut gaya penyampaiannya kalimat maajemuk dapat digolongkan
menjadi tiga macam ,yaitu :
a.       Kalimat yang melepas
Kalimat ini disusun dengan diawali unsur utama,yaitu induk kalimat
dan ikuti oleh unsur tambahan,yaitu anak kalimat. Unsur anak kalimat
ini seakan-seakan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalau pun unsur
ini tidak di ucapkan,kalimat itu sudah bermakna lengkap. Misalnya :
Saya akan dibelikan motor oleh ayah jika saya lulus ujian sekolah.
b.      Kalimat yang berklimaks
Yaitu kalimat yang disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Misalnya : Karena sulit kendaraan,ia
datang terlambat ke sekolahnya.
c.   Kalimat yang berimbang
Yaitu kalimat yang disusun dalam bentuk maemuk setara atau
majemuk campuran,gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang.
Misalnya : Jika stabilitas nasiaonal mantap, masyarakat dapat bekerja
dengan tenang dan  dan dapat beribadah dengan leluasa.

4.      Jenis kalimat Menurut Fungsinya


Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan
berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas
empat macam,yaitu :
a.       Kalimat berita atau pernyataan (deklaratif),
b.      Kalimat tanya (introgatif),
c.       Kalimat perintah (imperatif),dan
d.      Kalimat seru (ekslamatif)
5.      Kalimat Berita (Deklaratif)
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai  untuk menyatakan suatu
berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu : bersifat bebas,boleh langsung atau
tak langsung,aktif atau pasif,tunggal atau majemuk , berintonasi
menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik (.).
Contoh :
a.       Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
b.      Perayaan HUT RI 63 berlangsung meriah.

6.      Kalimat Tanya (Introratif)     


Kalimat tanya adlah kalimat yang dipakai untuk memperoleh
informasi.Ciri –ciri kalimat tanya, yaitu : diakhiri tanda tanya(?),
berintonasi naik dan sering pula hadir kata apa(kah), bagaimana,
dimana, siapa, yang mana,dll. Contoh :
a.       Apakah barang ini milikmu?
b.      Kapan adikmu kembali ke Indonesia?

7.      Kalimat Perintah (Imperatif)


Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan melarang
orang berbuat sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan
diakhiri tanda titik (.) atau seru (!). Contoh :
a. Tolonglah bawa motor ini ke bengkel.(k.perintah halus)
b. Buka pintu itu! (k.perintah suruhan)
8.      Kalimat Seruan (Ekslamatif)  
Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk
mengungkapkan perasaan emosi yang kuat,termasuk kejadian yang tiba-
tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat ini berintonasi naik dan
diakhiri tanda seru (!). Contoh :
a.       Hai,ini dia orang yang kita cari!
b.      Wah,pintar benar anak ini !
H. KALIMAT EFEKTIF

A. Pengertian Kalimat Efektif

   Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan


kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang
ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan
keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.

Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa
syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya
dengan cepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.

B. Syarat Kalimat Efektif


1. Kesepadanan Struktur
Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur
bahasa yang dipakai dalam kalimat.

Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadaan struktur, yaitu:

a. Memiliki Subjek dan Predikat yang jelas.


           Menghindarkan penggunaan kata depan di, dalam, bagi, untuk,
pada, dan sebagainya di depan subjek.
Contohnya :
1. Bagi semua siswa kelas VII harus mengikuti kegiatan studi tur
(tidak efektif).
2. Semua siswa kelas VII harus mengikuti kegiatan studi tour
(efektif).

b. Tidak memiliki Subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal


Contohnya :
1. Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa (tidak efektif)
2. Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh warga
desa(efektif)

c. Beberapa kata penghubung intrakalimat

Beberapa kata penghubung intrakalimat (seperti sehingga, dan, atau, lalu,


kemudian, sedangkan, bahkan) tidak digunakan pada kalimat tunggal,
misalnya sebagai berikut :

1. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti


acara pertama.

2. Kepararelan bentuk.

Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam


kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata
pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun
jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnnya berbentu
nomina.

Contohnya :
1. Langkah –langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami,
mengetahui, dan mengaplikasikan defenisi kalimat efektif (tidak
efektif).
2. Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah
memahami,mengetahui, dan mengaplikasikan defenisi kalimat efektif
(efektif).

3. Kehematan Kata.
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu
digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata didalam kalimat. Hal
yang harus diperhatikan adalah:

a. Menghindari unsur yang sama dalam majemuk.

Contohnya :
1. Saya tidak suka apel dan saya tidak suka papaya (tidak efektif).
2. Saya tidak suka pisang dan anggur (efektif).
3. Karena dia tidak diundang, dia tidak datang pada acara itu.

b. Menghindari kesinoniman dalam kalimat.

Contohnya :
1. Saya hanya memiliki tiga buah buku saja (tidak efektif).
2. Saya hanya memiliki tiga buku (efektif).

c. Menghindari penjamakan pada kata jamak.

Contohnya:
1. Para mahasiswa-mahasiswi berunjuk rasa di depan gedung
rektorat (tidak efektif).
2. Para mahasiswa berunjuk rasa didepan gedung rektorat
(efektif).

4. Kecermatan.

Yang dimaksud dengan kecermatan adalah cermat dan tepat dalam


memilih kata sehingga tidak menimbulkan keracunan dan makna garis.

Contohnya :
1. Guru baru pergi ke ruang guru (tidak efektif).
2. Guru yang baru pergi ke ruang guru (efektif).
3. Dialah istri Pak Lurah yang baru (tidak efektif).
5. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide


pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat.
Ada beberapa cara:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (awal kalimat)

Contohnya:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

b. Membuat urutan yang bertahap

Contohnya :
1. Bukan seribu, sejuta, seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar (Salah).
2. Bukan seratus, seribu, sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar (Benar).

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)

            Contohnya: Dongeng itu sangat menarik. Dongeng itu


mengharukan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

        Contohnya : anak itu bodoh tetapi pintar.

e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel-lah,-


pun,-kah
            Contohnya:
1. Dapatkan ia menjawab pertanyaanku?
2. Kamulah yang harus bertanggung jawab menyelesaikan
tugas ini.

6. Kepaduan

Kalimat Efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang


disampaikan tidak terpecah-pecah.Berikut ini ciri-ciri kalimat yang padu
ialah :

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele

Oleh karena itu, hindari penggunaan kalimat yang panjang dan


bertele-tele. Contohnya:

1. Farhan menceritakan tentang pengalaman bertandingnya. (tidak


efektif)
2. Farhan menceritakan pengalaman bertandingnya. (efektif).

b. Kalimat yang padu menggunakan pola  aspek + agen + verba  secara


tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat persona

Contohnya:

1. Surat itu saya sudah baca. Kalimat tersebut tidak menunjukkan


kepaduan karena aspek terletak di antara agen dan verba. Seharusnya
kalimat itu seperti:
2. Surat itu sudah saya baca.

c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara


predikat kata kerja transiti dan ojek penderita.

Contohnya :
1. Mahasiswa harus menyadari akan pentingnya perpustakaan.
Kata akan pada kalimat tidak diperlukan karena kata kerja transitif
menyadari harus diikuti secara langsung oleh objek penderita
pentingnya perpustakaan. Perbaikan kalimat tersebut adalah sebagai
berikut:
2. menyadari pentingnya perpustakaan.

7. Kelogisan.

Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide yang ada dalam kalimat itu
dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai kaidah EBI.

Contohnya:

1. Waktu dan tempat kami persilahkan! (tidak efektif).


2. Bapak dekan kami persilahkan! (efektif).

C. Contoh Kalimat Efektif

 Diana membeli kue untuk adiknya.


 Anak-anak harus berhati-hati jika melewati lorong.
 Setiap hari Jumat anak-anak latihan pramuka.
 Pihak sekolah memasang CCTV untuk keamanan sekolah.
I. TATA PARAGRAF

A. Konsep Dasar Paragraf


Kata paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu dari kata para yang berakti
sebelum’ dan kata grafeinyang berakti ‘menulis’, ‘menggores’. Paragraf atau
alinea merupakan  gabungan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan dan
membentuk sebuah gagasan.
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua tujuan mengapa paragraf diperlukan,
yaitu:
1. Untuk memudahkan pengetian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam
sebuah alinea hanya boleh ada satu tema. Bila terdapat dua tema, paragraf itu
harus dipecah menjadi dua paragraf.
2. Untuk memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.
Dengan demikian, kita memiliki kesempatan untuk berhenti lebih lama
daripada perhentian pada ahir kalimat. Disamping itu, kita juga bisa
berkonsentrasi terhadap tema paragraf.

B. Jenis – Jenis Paragaraf dan Contoh


1. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
a. Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau
menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan
itu.

Contoh dari paragraf pembuka adalah tulisan  tentang  cerita dongeng


“Cinderella” selalu  ditulis, Pada zaman  dahulu kala  hiduplah….  Cobalah
dengan  gaya berbeda.  Misalnya  pembuka  pada  cerita “Cinderella”,  Ini  adalah
Kisah  tentang sepasang sepatu  yang  mengubah  nasib seorang  gadis.

b.  Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang
terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Contoh dari paragraph penghubung atau isi :

Mengapa  tulisan saya sering tidak selesai ya? Kesulitannya apa yaa. Saya
mencoba menganalisis diri dalam menulis nih. Pertama, saya tidak PD alias tidak
percaya diri kalau mengungkapkan pikiran.

c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung
kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf
penghubung.

Contoh paragraph penutup :


Ternyata  menyelesaikan tulisan  sebanyak 700  kata  itu  cukup  menantang  buat
saya. Tetapi  ini  tantangan  yang  menarik.  Semoga  saya  bisa mengikuti
pelatihan  ini  sampai  selesai  dengan  mengerjakan  tugas-tugas  tepat  waktu
dan  dapat melanjutkan  Kebiasaan  menulis  setiap  harinya. Terima  kasih
Omjay  dengan  kesempatan  belajar  ini.

2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama


1) Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di awal sebuah paragraf dan bersifat deduksi. 

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deduktif:


Zaman sekarang kebudayaan Indonesia telah berangsur – angsur punah. Anak-
anak akrab dan hafal dengan kebudayaan luar negeri. Anak-anak sangat gemar
dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear,
Frozen dan kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun
remaja-remaja yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film
seperti Spiderman, Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah
seperti Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya. Selain itu dalam hal permainan mereka lebih menyukai kartu
remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau komputer hingga game
online ketimbang permainan asli daerah kita seperti engklek, gobak sodor,
dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya.

2) Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di akhir sebuah paragraf dan bersifat induksi.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf induktif :


Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena yang sekarang sedang berkembang
adalah cerita – cerita dari luar negeri lebih familiar bagi anak-anak diantaranya
cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen  dan
kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun remaja-remaja
yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film seperti Spiderman,
Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah seperti Malin Kundang. Timun
Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain sebagainya. Selain itu dalam
hal permainan mereka lebih menyukai kartu remi,  puzzle UNO,  dan permainan
lainnya dari PS atau komputer hingga game online ketimbang permainan asli
daerah kita seperti engklek, gobak sodor, dakonan, gundu, egrang dan lain
sebagainya. Hal-hal di atas mengindikasikan bahwa sekarang ini kebudayaan luar
lebih disukai dan menjadi kiblat untuk anak – anak maupun para remaja
Indonesia.

3) Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan perpaduan antara paragraf deduktif
dengan paragraf induktif. 

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deduktif-induktif:


Zaman sekarang kebudayaan Indonesia telah berangsur – angsur punah. Anak-
anak akrab dan hafal dengan kebudayaan luar negeri. Anak-anak sangat gemar
dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear,
Frozen dan kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun
remaja-remaja yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film
seperti Spiderman, Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah
seperti Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya. Selain itu dalam hal permainan mereka lebih menyukai kartu
remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau komputer hingga game
online ketimbang permainan asli daerah kita seperti engklek, gobak sodor,
dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya. Hal-hal di atas mengindikasikan
bahwa kebudayaan luar lebih disukai dan menjadi kiblat untuk anak – anak
maupun para remaja Indonesia.

4) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di tengah sebuah paragraf. Sebuah wacana yang menggunakan jenis
paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang bersifat khusus di awal paragraf
dan akhir paragraf isinya berupa rincian atau contoh-contoh sedangkan kalimat-
kalimat yang berada di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir)
sifatnya umum.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf ineratif:


Anak-anak zaman sekarang lebih gemar dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob,
Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen dan kartun-kartun lainnya yang
ditayangkan di televisi. Begitu pun remaja-remaja yang lebih menggandrungi
drama korea maupun  film- film seperti Spiderman, Harry Potter,
Batman. Budaya asli indonesia sudah berangsur-angsur punah. Cerita asli daerah
seperti Malin Kundang Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya secara senggaja ditinggalkan. Selain itu dalam hal permainan mereka
lebih menyukai kartu remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau
komputer hingga game online ketimbang permainan asli daerah kita
seperti engklek, gobak sodor, dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya.

3. Jenis Paragraf Berdasarkan Kontennya

Jenis jenis paragraf berdasarkan kontennya sangat banyak digunakan, terutama


bagi anda yang ingin menjadi jurnalis.
1) Paragraf naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis
wacana narasi. Narasi adalah tipe wacana yang berisi kejadian atau kisah.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf naratif :


Pak Rudi adalah salah satu guru honorer di Kabupaten Grobogan yang setiap hari
mengajar di SD N 1 Karangrejo. Pekerjaan tersebut tetap ia lakukan hingga siang
hari. Dari pekerjaannya sebagai guru honor tersebut ia hanya mendapatkan balas
jasa sebesar Rp500.000,00, sesuai UMP guru di Kabupaten Grobogan. Meskipun
begitu, Pak Rudi menjalaninya dengan penuh keikhlasan demi mengamalkan
ilmu-ilmunya.

2) Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana deskripsi. Wacana deskripsi adalah tipe wacana yang berisi
penggambaran atau pemaparan dengan jelas, rinci dan lengkap mengenai suatu
hal, baik seseorang, suasana, benda, tempat, sifat, hewan maupun tumbuhan
tertentu.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deskriptif :


Langit Grobogan mulai terang. Walau jalan raya sempit, tidak sedikit kendaraan
yang memadatinya dan terdengar menderu. Anak sekolah memdominasi jalanan
tersebut. Pekerja pun turut meramaikan jalanan dengan terburu-buru. Perlahan
keramaian kendaraan di jalan berkurang hingga siang hari. Meskipun jalanan
sempit namun pepohonan di sekitar jalanan meneduhi para pengguna jalan.

3) Paragraf ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana ekspositori. Wacana ekspositori adalah tipe wacana yang berisi
penjelasan, membentangkan dan pemaparan akan sesuatu, sehingga pembaca
memdapatkan pengetahuan dan wawasan yang telah disampaikan penulis.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf ekspositori :


Kabupaten Grobogan menjadi kabupaten terluas urutan kedua di Provinsi Jawa
Tengah setelah Cilacap. Awalnya kabupaten Grobogan beribukota di Kecamatan
Grobogan namun kemudian berpindah ke Kecamatan Purwodadi. Makanan khas
daerah ini ialah becek. Beberapa tempat wisata yang bisa kita kunjungi di
Kabupaten Grobogan diantaranya Kedung Ombo, Pemandangan
Jatipohon, api abadi mrapen dan Bledug Kuwu.

4) Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana argumentasi. Wacana argumentasi adalah tipe wacana yang
berisi pendapat, pembuktian, pendirian, gagasan, dalih, dasar atau hujah  terhadap
sesuatu.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf argumentatif :


Polusi udara terjadi di seluruh negara, bahkan di daerah Grobogan utamanya
terjadi di kota purwodadi. Kendaraan bermotor menjadi sumber utama polusi di
daerah ini. Hal ini mengakibatkan udara menjadi tercemar. Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Grobogan mencatat bahwa Tahun 2016 terjadi kenaikan tingkat
kendaraan dari tahun sebelumnya, berakibat naiknya polutan udara sebanyak
125%.

5) Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana persuasi. Wacana persuasi adalah tipe wacana yang berisi ajakan,
bujukan atau himbauan kepada seseorang dengan memberikan alasan dan prospek
bagus bagi yang meyakini, melaksanakan sesuatu, atau membeli benda tertentu.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf persuatif:


Slogan Grobogan Bersemi sudah sepatutnya tidak sekedar klaim belaka.
Kendaraan bermotor yang bejubel telah merampas udara bersih yang menjadi hak
kita sebagai warga Grobogan. Bukan lagi zamannya kita mengkambing hitamkan
orang lain. Langkah solutifnya, mari semi kan tumbuhan-tumbuhan hijau di
sekitar kita.

C. Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat
dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu
masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari
masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari
satu ide atau masalah.

2. Kesatuan Bentuk (Kohesi)


Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan
mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi,
penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa penghubung
antarkalimat.

3. Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama


Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan
pokok. Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama, paragraf
tersebut tidak efektif.

Fungsi Contoh Kata dan Frasa


Menyatakan hubungan: Akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab
Akibat/hasil itu, dengan demikian, jadi

Pertambahan Berikutnya, demikian juga, kemudian,


selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya,
tambahan lagi
Perbandingan
Dalam hal yang sama, lain halnya
dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu,
berbeda dengan itu
Pertentangan
Akan tetapi, bagaimanapun, meskipun
begitu, namun, sebaliknya, walaupun
Tempat demikian

Berdekatan dengan itu, di sini, di


Tujuan seberang sana, tak jauh dari sana, di
bawah,  persis, di depan … di
Waktu sepanjang…
Agar, untuk/guna, untuk maksud itu

Singkatan Baru-baru ini, beberapa saat kemudian,


mulai sebelum, segera, sesudah, sejak,
ketika

Singkatnya, ringkasnya, akhirnya,


sebagai simpulan, pendek kata

D. Pola-Pola Pengembangan Paragraf

1. Pola Klimaks-Antikklimaks, merupakan pola yang berisi rincian gagasan


paragraf mulai yang dari yang terbawah hingga yang teratas. Atau, bisa juga
berisi rincian gagasan yang dimulai dari puncak menuju ke gagasan yang
terendah.
2. Pola Kausalitas, merupakan pola paragraf yang berisi sebab akibat suatu hal,
di mana sebab menjadi gagasan utama, dan akibat  menjadi penjelasnya.
3. Pola Sudut Pandang, merupakan pola yang berisi sudut pandang penulis
terhadap suatu hal.
4. Pola Definisi Luas, merupakan pola yang berisi definisi suatu hal atau gagasan
abstrak yang luas.
5. Pola Pertentangan, berisi beberapa gagasan paragraf yang saling bertentangan
satu sama lain.
6. Pola Perbandingan,  berisi beberapa gagasan yang diperbandingan satu sama
lain.
7. Pola Generalisasi,  merupakan pola yang berisi simpulan umum dari beberapa
gagasan khusus. Atau, bisa juga berisi pengembangan dari gagasan yang
bersifat umum.
8. Pola Klasifikasi, merupakan pola yang pengelompokkan suatu topik tertentu
ke dalam kelompok tertentu, Pola ini biasanya mengandung kata antara lain,
dibagi, dan sejenisnya.
9. Pola Analogi, merupakan pola yang berisi perumpamaan suatu hal dengan hal
lainnya.
10. Pola Contoh, merupakan pola paragraf yang berisi contoh dari topik atau
gagasan yang bertujuan untuk menguatkan gagasan tersebut.

E. Contoh Paragraf Berdasarkan Pola Pengembangannya


1. Pola Klimaks-Antiklimaks

Badan Fahmi tersungkur jatuh ke tanah. Sontak, semua orang yang ada di
sekitarnya panik dan membopong badan Fahmi ke klinik terdekat. Selama di
klinik, Fahmi belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, keluarga Fahmi
pun datang ke klinik untuk melihat kondisinya. Sontak, keluarga Fahmi pun
menjadi cemas hatinya tatkala melihat Fahmi yang terkulai lemas di pembaringan
klinik.

2. Pola Kausalitas
Pendidikan moral sudah semestinya diterapkan lagi dalam kegiatan proses
belajar dewasa ini. Sebab, anak-anak zaman sekarang sudah semakin jauh dari
nilai moralitas. Hal ini bisa dilihat dari maraknya kenakalan remaja dan pergaulan
bebas yang mereka lakukan. Untuk itu, pendidikan moral harus kembali
diterapkan di dalam proses belajar mengajar anak agar mereka menjadi anak yang
bermoral baik.

3. Pola Sudut Pandang


Ini adalah tahun keduaku sekolah di SMAN 7. Aku mengambil jurusan IPS
dan kini aku berada di kelas X1 IPS 6. Di sini, aku berkenalan dengan sejumlah
teman baru yang belum pernah kutemui sebelumnya. Salah satu diantara teman
baru tersebut adalah Anwar. Dia adalah satu murid kelas kami yang
menyenangkan, karena dia murid yang ramah serta sering membantu teman-teman
lainnya.

4. Pola Definisi Luas


Navigasi merupakan fitur pencarian yang terletak di bagian blog. Fitur ini
mempunyai fungsi yang dapat membuat pembaca bisa menemukan tema atau
judul tulisan yang hendak dibaca oleh pembaca di dalam blog tersebut.

5. Pola Pertentangan
Semangat belajar Alina menurun menjelang ujian kenaikan kelas. Hal ini bisa
dilihat dari seringnya dia terlambat masuk ke kelas, serta dalam mengumpulkan
tugas. Selain itu, Alina sering sekali terlihat tidak fokus saat belajar di dalam
kelas. Kondisi yang dialami Alina tersebut berbeda  dengan apa yang dialami
Alisya saat ini. Semangat belajarnya justru semakin tinggi, dan dia pun semakin
rajin dan fokus dalam belajar.

6. Pola Perbandingan
Tempe mengandung zat protein yang lebih banyak ketimbang tahu. Hal itu
disebabkan proses pembuatan tempe lebih sedikit dibanding dengan proses
pembuatan tahu. Adapun zat protein yang dimiliki tempe adalah sebear 15,4 gram,
5,4 gram lebih besar dibanding protein pada tahu.

7. Pola Generalisasi

Pendidikan moral harus diajarkan sejak kecil di lingkungan keluarga. Adapun


cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai moral ke anak
adalah dengan memberikan kisah-kisah tentang orang yang mempunyai moral
yang baik. Selain itu, orang tua juga mesti bisa mencontohkan nilai-nilai moral
dalam kehidupan sehari-hari.

8. Pola Klasifikasi
Alat musik yang biasanya dimainkan dalam sebuah grup musik (band) dibagi
atas beberapa macam, yaitu gitar, bass, drum, piano atau kibord. Sementara itu,
orang-orang yang memainkan alat-alat tersebut dikelompokkan menjadi gitaris,
bassis, drumer, dan kibordis.
9. Pola Analogi
Seekor kuda akan merasa keletihan jika terus-menerus dipacu. Begitu pula
manusia. Saat manusia dipaksa untuk terus bekerja, maka manusia pun akan
mengalami keletihan yang teramat sangat. Untuk itu, istirahatkanlah tubuh sejenak
di sela-sela waktu kerja agar tidak keletihan.

10. Pola Contoh


Selain digoreng, tempe ternyata bisa diolah menjadi varian olahan lain yang
tidak kalah enak. Misalnya saja tempe bacem. Olahan dari tempe ini dibuat
dengan cara merebus tempe bersamaan dengan berbagai macam bumbu yang
membuat tempe menjadi berwarna kecoklatan.
J. KARYA TULIS ILMIAH DALAM BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah

Karya ilmiah adalah karangan yang memaparkan pendapat, hasil pengamatan,


tinjauan, dan penelitian dalam bidang tertentu yang disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan, bersantun bahasa, dan isi yang
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

Pengertian karya ilmiah menurut para Ahli:

1. Menurut Sudjiman dan Sugono (1991) adalah karya tulis dengan


penyusunan berdasarkan kajian ilmiah. Sedangkan menurut Suriasumantri
(1995) dalam Finoza (2010), karya tulis ilmiah adalah tulisan yang
memuat argumentasi penalaran keilmuan serta dikomunikasikan lewat
bahasa tulisan yang baku dengan sistematis-metodis dan sintesis analitis.
2. Menurut Eko Susilo (1995) karya ilmiah adalah salah satu karangan atau
tulisan yang didapat sesuai sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil
pengamatan, pemantauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun
menurut metode tertentu serta sistematika penulisan yang bersantun
bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau
keilmiahannya.

Pengertian karya tulis ilmiah menurut KBBI merupakan karya tulis yang dibuat
menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan berdasarkan fakta (observasi,
eksperimen, dan kajian pustaka).

B. Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah

1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan
dimaknai oleh pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan.
Pembaca harus bisa langsung memahami konten dari karya ilmiah.
2. Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus
memberikan pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa
yang tidak membingungkan. Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu
bisa langsung diterima oleh pembacanya.
3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari
penulisnya. Sebab, karya ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan
dari hasil analisis penelitian, bukan dari perasaan subjektif dari penulisnya.
4. Menggunakan Bahasa Baku
Menggunakan bahasa baku agar mudah dipahami. Penggunaan bahasa
baku itu meliputi setiap aspek penulisannya. Mulai dari penulisan sumber,
teori, hingga penulisan kesimpulan. Ketidakbakuan pada tulisan karya
ilmiah hanya akan membuat pembacanya bingung dan apa yang ingin
disampaikan dalam tulisan tidak dipahami pembaca.
5. Menggunakan Kaidah Keilmuan
Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kaidah keilmuan atau istilah-
istilah akademik dari bidang penelitian si penulis. Hal itu bertujuan untuk
menunjukkan bahwa peneliti atau penulisnya memiliki kapabilitas pada
bidang kajian yang dibahas dalam karya ilmiah.
6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang
memiliki satu makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan
keruntutan pikiran yang logis dan kecermatan penelitian.
7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan
babnya dan bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele
atau tepat sasaran. Sebuah karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus
memiliki alur logika yang saling bersambung.
8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya
ilmiah tidak dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus
menunjukkan fakta-fakta dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak
memiliki kecondongan subjektifitas.
9. Menggunakan Kalimat Efektif
Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini
berkaitan dengan semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat
dalam karya ilmiah agar pembaca tidak dipusingkan dengan penggunaan
kalimat yang berputar-putar.

C. Jenis-jenis Karya Ilmiah


Beberapa jenis karya ilmiah yang paling banyak diterbitkan oleh manusia
adalah sebagai berikut :

1. Makalah
Makalah merupakan karya ilmiah yang menyajikan sebuah masalah yang
penyelesaianya mengandalkan berbagai macam data yang ada di lapangan.
Karya ilmiah ini bersifat empiris dan juga objektif. Dalam penyajiannya,
makalah biasanya dipresentasikan dalam sebuah kegiatan seminar.
Sistematika Makalah ada tiga bagian, yaitu:
a. Pendahuluan (Bagian awal)
b. Pembahasan (Bagian inti)
c. Kesimpulan (Bagian Penutup)
2. Artikel
Dalam konteks jurnalistik, pengertian karya ilmiah artikel merupakan
karya ilmiah yang memuat pendapat subjektif pembuatnya mengenai
sebuah peristiwa ataupun masalah tertentu, sedangkan jika dipandang dari
sudut pandang ilmiah, artikel dapat diartikan sebagai karya tulis yang
sengaja dirancang untuk dimuat dalam jurnal ataupun kumpulan artikel
yang dibuat dengan memperhatikan kaidah penulisan ilmiah dan
mengikuti pedoman ilmiah yang berlaku.
Sistematika Artikel:
a. Judul
b. Nama Penulis -- tanpa gelar akademik
c. Abstrak --ringkasan tulisan, gambaran umum isi artikel.
d. Kata Kunci --3-5 keywords.
e. Pendahuluan -- latar belakang masalah dan rumusan singkat (1-2
kalimat) pokok bahasan dan tujuannya.
f. Kerangka Teori (Kajian Teori) --dasar teori yang menjadi acuan.
g. Pembahasan --kupasan, analisis, argumentasi, komparasi,
keputusan, dan pendirian atau sikap penulis
h. Penutup -- simpulan dan saran
i. Daftar Pustaka
3. Skripsi
Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa untuk bisa
mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi memuat tulisan berisi pendapat
penulis dengan mengacu ataupun berdasarkan teori yang telah diterbitkan
sebelumnya.
4. Kertas Kerja
Kertas Kerja atau Work paper pada dasarnya sama dengan makalah,
namun dibuat dengan analisis yang lebih mendalam dan tajam serta
dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya dihadiri oleh
ilmuwan.
5. Paper
Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan mahasiswa dalam
kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum
menyelesaikan jenjang studi Diploma, S1, S2 dan atau S3. Sistematika
penulisannya pun sama dengan artikel dan makalah, tergantung panduan
yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan.
6. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan program
studi S2 atau Pascasarjana yang bersifat lebih mendalam dibandingkan
dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang didapat dari
penelitian yang dilakukan individu yang bersangkutan.
7. Disertasi
Disertasi atau Ph.D thesis diperuntukkan bagi mahasiswa program S3 atau
meraih gelar Doktor/Dr. yang mengemukakan analisis yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan dengan data dan fakta yang sahih atau
valid dengan analisis yang terinci. Disertasi berisi suatu temuan penulis
sendiri yang berupa temuan orisinal.

D. Memilih Topik dan Judul

1. Topik
Pada karya ilmiah, Topik adalah hal paling dasar yang harus ditentukan
terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan topik yaitu ;
a. Sesuai dengan prodi/bidang ilmu yang dikuasai
b. Menarik, utamanya bagi peneliti itu sendiri
c. Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik
yang diperkirakan akan menjadi masalah ataupun sudah menjadi
masalah. Masalah tidaklah selalu negatif, bisa jadi masalah bersifat
positif.
d. Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
e. Terbatas, walaupun bersifat dasar dan umum, topik haruslah tetap
terbatas akan suatu bidang tertentu.
f. Memperhatikan proses pengumpulan data
g. Bermanfaat

Dalam pembuatan topik perhatikan pokok masalah yang ada, lalu tuangkan dalam
dua kata agar memiliki sifat keterbatasan, contoh-contoh topik:

a. Mesin > Mesin Magnetik / Material Mesin


b. Jembatan > Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan
c. Minyak > Minyak Goreng
d. magnet > magnet neodymium
e. GMAW kecepatan tinggi > humpping bead GMAW kecepatan tinggi
f. baja paduan rendah > ketangguhan baja paduan rendah
g. Dari OJT atau kerja praktek di departemen inspection di perusahaan
bidang migas, maka akan di jumpai topik:
1) erosi korosi
2) korosi sumuran
3) box-up repair
4) patching repair
5) marine growth preventer
6) coating blistering
7) interferensi arus

2. Tema
Tema merupakan topik yang sudah bertujuan. Sederhananya tema adalah
topik yang sudah dberikan kata operasional ( mengandung pe-an), contoh:
a. Topik : Material Mesin, Tema : (Perawatan) (Material Mesin)/
Pemilihan Material Mesin.
b. Topik : Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan, Tema : (penguatan)
(Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan)
c. Topik : Minyak Goreng, Tema : (Pembuatan) (Minyak Goreng)
d. Topik : metode manufaktur baru, Tema : (Pengembangan) (metode
manufaktur baru)
e. Topik : humpping bead GMAW kecepatan tinggi , Tema : (humpping
bead) (GMAW kecepatan tinggi)

3. Judul
Judul memiliki sifat lebih spesifik ketimbang topik dan tema, perubahan
dari tema ke judul cukup ditambahkan keterangan seperti tempat, metode
penelitian,dll. Contohnya:
a. Judul : Perawatan Material Mesin di Bengkel A dengan Metode X
b. Judul : (penguatan) (Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan) dengan
metode XXXXX
c. Judul : (Pembuatan) (Minyak Goreng) dari jagung
d. Judul : (Pengembangan) (metode manufaktur baru) untuk (magnet
neodimium)
e. Judul : (Pengaruh aliran fluida) terhadap (humpping bead) pada
( GMAW kecepatan tinggi)

E. Teknik Penulisan Karya Ilmiah


1. Bagian Pembuka
a. Kulit Luar/Kover
Halaman ini memuat 1) Judul karangan ilmiah lengkap dengan anak judul
(jika ada) 2) Keperluan Penyusunan 3) Nama Penyusun 4) logo lembaga
pendidikan 5) Nama Lembaga Pendidikan 6) Nama Kota 7) Tahun
Penyusunan

b. Halaman persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyusun karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda tangan
dan nama terang pembimbing, dan 4) kata persetujuan

c. Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik oleh
kepala sekolah. Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyiapkan karya ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta tanggal,
bulan, dan tahun, 4) tanda tangan dan nama terang guru pembimbing dan
kepala sekolah serta cap stempel.

d. Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama
siswa, ditulis dari belakang (seperti penulisan nama pengarang pada daftar
pustaka) apabila terdiri dari dua bagian nama atau lebih, 2) tahun
pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda petik, huruf kapital hanya
pada awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5) nama kota,
6) nama sekolah.
Penulisan isi abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan spasi
tunggal. Paragraf pertama berisi uraian singkat mengenai latar belakang
masalah dan tujuan penelitian. Paragraf kedua berisi metode penelitian,
mencakup populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.

e. Kata.Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada
pembaca tentang penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya
singkat tapi jelas. Yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1) puji
syukur kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa karya dibuat, (3)
kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih kepada pihak
yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6)
tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun karangan ilmiah.

f. Daftar isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah beserta
letak nomor halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan
lampiran. Komponen isi karya ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi
antara lain meliputi judul-judul bab dan subbab.

g. Daftar Tabel, gambar, grafik, bagan/skema, singkatan/lambang (jika ada)


Daftar tabel, gambar, , grafik, bagan/skema, singkatan/lambang berisi
nomor urut halaman tempat tabel, gambar, , grafik, bagan/skema,
singkatan/lambang tersebut disajikan. Tiap-tiap jenis dikelompokkan dan
diberi nomor urut tersendiri. Tajuk daftar tabel, gambar, , grafik,
bagan/skema, singkatan/lambang dituliskan dengan huruf kapital semua,
dan terletak di tengah-tengah penulisan.

2. Bagian.Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah.


Bagian ini memuat alasan penulis mengambil judul itu dan manfaat praktis
yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Alasan-alasan ini
dituangkan dalam paragraf-paragraf yang dimulai dari hal yang bersifat
umum sampai yang bersifat khusus.

b. Rumusan masalah.
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan, dan
ini ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas
sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-kalimat
pertanyaan secara jelas.

c. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas.
Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang
berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus
sesuai dengan tujuan pembahasan.

d. Tujuan.
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan
tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan
judul.

e. Landasan Teori.
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran langkah
kerja sehingga membantu penulis dalam membahas masalah yang sedang
diteliti secara mendalam.

f. Hipotesis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis adalah sesuatu yang
dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi,
dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan dengan demikian
hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang dirumuskan dan untuk
sementara diterima, serta masih harus dibuktikan kebenarannya dengan
data-data otentik yang ada, pada bab-bab berikutnya. Hipotesis harus
dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta jelas.

g. Sumber data atau kajian pustaka.


Sumber data atau kajian pustaka yang digunakan penulis karangan ilmiah
biasanya adalah kepustakaan, tempat kejadian peristiwa (hasil observasi),
interview, seminar, diskusi, dan sebagainya termasuk juga mengutip dari
berbagai sumber.

h. Metode, dan teknik.


Metode Pengumpulan Data, metode pengumpulan data adalah cara
mencari data bagi suatu penulisan, ada yang secara deduktif dan atau
induktif. Mencari data dapat dilakukan dengan cara studi pustaka,
penelitian lapangan, wawancara, dll.
Teknik Penelitian adalah penjabaran metode penelitian, sistem atau metode
penelitian dengan meneliti langsung objeknya, teknik penelitian yang dapat
digunakan ialah teknik wawancara, angket, daftar kuesioner, dan observasi.
Semua ini disesuaikan dengan masalah yang dibahas.

3. Bagian Isi
a. BAB II/Landasan Teori
Sementara pada bagian bab II adalah penulisan landasan teori dan tinjauan
pustaka. Di sini Anda bisa menuliskan referensi apa saja yang Anda
gunakan untuk menunjang penelitian Anda. Landasan teori juga harus
ditulis secara terstruktur sesuai dengan tahapan pembahasan penelitian.
Selanjutnya akan diteruskan pada bab pembahasan.

b. BAB III/Pembahasan / Penyajian Hasil Penelitian


Dalam bagian inti ini dalam penelitian karya tulis ilmiah memaparkan
penelitian yang dilakukan dengan mengambil studi kasus pada bagian
pendahuluan. Dalam bagian inti pembahasan dalam karya tulis ilmiah
diuraikan terkait landasan teori yang mendukung penelitian yang
dilakukan.
Pengambilan landasan teori ini bisa dari perkataan para ahli yang
melakukan bidang studi yang terkait dengan studi penelitian yang
dilakukan. Bahkan, bisa membuat landasan teori baru jika benar-benar
studi penelitian dalan karya tulis ilmiah merupakan studi yang unik dan
menarik.

4. Bagian Penutup
a. Kesimpulan, dan Saran
Pada bagian penutup ini memaparkan kesimpulan akhir dari penelitian
karya tulis ilmiah yang dilakukan. Apakah penelitian yang dilakukan
mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang diangkat ataukah
sebagai batu loncatan awal untuk penelitian lanjutan pun harus dipaparkan.
b. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi semua buku atau tulisan
ilmiah yang menjadi rujukan dalam melakukan penelitian. Maksudnya
ketika Anda ingin menulis karya ilmiah yang bisa berupa artikel, makalah,
atau presentasi Anda harus membuat daftar pustaka atau mudahnya itu
harus mencantumkan sumber rujukan penelitian.
c. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)

Anda mungkin juga menyukai