Resume Uts Kelompok 9 Salinan
Resume Uts Kelompok 9 Salinan
Disusun oleh:
KELOMPOK 9
1. Anisa Verani Cahya (1815401127)
2. Helda Yatri (1815401130)
3. Fadhillah Fajariani (1815401131)
4. Lisla Yusianti Br Simamora (1815401132)
5.Azhara Nahda Ananda (1815401133)
REGULER 3
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEBIDANAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2021
BAHASA
1. Pengertian Bahasa
Secara sederhana definisi atau pengertian bahasa adalah alat untuk menyampaikan suatu hal yang
terlintas di dalam hati. Akan tetapi, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat
berkomunikasi. Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, konsep
maupun perasaan.
Dalam studi sosiolinguistik, bahasa bisa dijadikan sebagai sebuah lambang dan bersifat arbitrer,
berupa bunyi, produktif, beragam, dinamis dan yang paling penting adalah manusiawi.
Bahasa merupakan sebuah sistem yang berarti bahwa bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen
yang berpola tetap dan dapat dikaidahkan. Bahasa mempunyai sistem berupa lambang lambang
bunyi.
Setiap lambang bahasa dapat melambangkan sesuatu yang disebut dengan makna atau konsep.
Karena itulah dapat disimpulkan bahwa setiap bunyi atau perkataan memiliki suatu makna.
a. Plato
Menurut Plato, bahasa ialah pernyataan yang terdapat pada pikiran seseorang dengan
menggunakan perantara ucapan dan juga nama beda atau sesuatu yang dapat
mencerminkan ide seseorang di dalam arus udara dengan media mulut.
b. Soerjono
Sedangkan bahasa menurut Soerjono Soekanto ialah sebuah sarana perhubungan rohani
yang penting dalam kehidupan bersama.
c. Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure juga turut serta memberikan pengertian bahasa sebagai suatu ciri
yang membuat pembeda, hal tersebut karena dengan menggunakan bahasa setiap
kelompok yang terdapat di masyarakat dapat menjadi diri sendiri sebagai suatu kesatuan
yang berbeda dibandingkan kelompok lain.
2. Sifat Bahasa
Bahasa yang adalah media komunikasi antarmanusia itu, mengandung beberapa sifat, yaitu:
a. Sistematik
b. Manasuka
c. Ujaran
d. Manusiawi
e. Komunikatif
Bahasa diatur oleh sistem. Setiap bahasa memiliki dua sistem, yaitu sistem bunyi dan system
makna.
a) Sistem Bunyi, tidak semua bunyi yang dapat ditangkap indra termasuk bunyi bahasa atau
“fonem”, yaitu bunyi yang dapat dipergunakan atau dirangkaikan dengan bunyi lain yang
membentuk “kata”.
“fonem” adalah unsur bahasa yang terkecil yang dapat membedakan makna. “Kata”
adalah unsur bahasa yang terkecil yang memiliki makna.
b) Sistem makna, yang merupakan lapisan dalam “Deep Structure”, istilah linguistik disebut
“Langue” atau “Makna”.
Bagaimana jika sebaliknya :
Ada maknanya, tidak ada tuturan-nya ?
Jika demikian, tuturan-nya diadakan, dibuat, dengan cara itulah kekayaan atau
perbendaharaan kosakata suatu bahasa bertambah, sebagaimana proses perolehan “kata
pungut”.
Struktur kata yang terdiri atas dua lapisan : “Parole” dan “Langue”, Tuturan dan Makna
itu, tidak “satu lawan satu”, sebuah “makna” tuturannya tidak hanya satu, melainkan
beberapa tuturan, seperti :
Bunga/kembang/sari/puspa/kesuma
Setiap bahasa memiliki pola dan kaidah yang bersistem, yang harus ditaati agar dapat dipahami
oleh faktor pemakainya. Sebagai contoh dalam Bahasa Indonesia terdapat gabungan beberapa
bunyi yang membentuk sebuah kata, misalnya ”mahasiswa” tidak betul kita mengubahnya
menjadi ”siswamaha”.
1. Malam Minggu
2. Beras Mahal
3. Minyak Kelapa
4. Shampoo Baru
5. Pengusaha Wanita
”Saya mencintai negeri ini” (kata Fahmi) tetapi kalimat, ”Ini saya negeri mencintai” (tidak kata
Fahmi).
Dengan tidak mengubah susunan, tidak menambah atau mengurangi deretan huruf itu, dapat
menjadi beberapa kalimat berbeda artinya, di antaranya
Dengan tidak mengubah susunan, tidak menambah, mengurangi deretan huruf- huruf itu, hanya
membubuhkan tandabaca menata pisah rangkai, silahkan anda susun menjadi sebuah kalimat
yang bermakna “ikannya tidak mati” Bisakah !? Ayolah !.
Penambahan kosakata, pembuatan kata baru yang secara historik dikaji “etimologi”, kajian
tentang asal usul keberadaan kata, dibuat manusia secara “arbitrary”, secara manasuka, fonem-
fonem dipilih, secara acak. Dengan makna yang disimbolkan, tanpa harus mempertimbangkan
rumusan atau formula klasifikasi makna itu, susunan tuturan fonemnya harus begitu. Manusia
bebas memiliki, mengambil secara acak “semau gue”, bunyi-bunyi bahasa kemudian
menyusunnya menjadi “kata” untuk maksud mengungkapkan “makna” tertentu. Sebagai contoh:
1) Mengapa manusia yang baru lahir, disebut “bayi” tidak disebut “bugil”.
2) Mengapa laki-laki yang sudah tua disebut “kakek” tidak disebut “kolak”
Kita tidak memberi alasan, pertimbangan analisis apapun, kata itu disebut
begitu. Jadi pilihan bunyi bahasa yang dirangkaikan, disusun menjadi kata bunyi, bugil, kakek,
kolak dan lain-lain itu, dibuat, bukan atas dasar kriteria atau formula tertentu, melainkan secara
“manasuka”.
a. Berbicara adalah Keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan menurut Djago
Tarigan (1990 : 149), adalah: Pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampai, berkaitan sangat
erat; pesan yang disampaikan penutur dalam bentuk ujaran diterima mitratutur berupa bunyi
bahasa, yang kemudian diproses dialihkan pada bentuk semula, untuk dipahami, direspon secara
interaktif dan diharap terjadi komunikasi yang komunikatif
Menurut H.G.Tarigan (1998 : 15), berbicara adalah: kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran,
gagasan, perasaan dan penalaran.
Dengan berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada orang lain. Dengan
menyimak orang menerima, memahami informasi dari orang lain kegiatan berbicara dan
menyimak adalah kegiatan resiprokal, interaktif, saling memahami.
Proses Menulis :
tulisan
Coding code ing = mengkodekan bahasa mengubah ”bahasa” menjadi kode-kode yang disepakati
secara konvensional.
Makin maju peradaban manusia makin berfungsi kegiatan berbahasa tulis, tuntutan
berkomunikasi menggunakan bahasa tulis. Pengajaran administrasi di berbagai instansi;
penulisan makalah, skripsi, tesis, disertasi serta penulisan buku.
Bahasa disebut manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang
memanfaatkannya. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan
manusia lain dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik berkomunikasi menggunakan
bahasa lisan, juga berkomunikasi menggunakan bahasa tulis.
Mengapa hanya manusia yang berbahasa ? Mengapa makhluk lain, misalnya khewan yang
padahal memiliki alat artikulasi, mulut dengan kelengkapannya, lidah, bibir, gigi, tenggorokan,
bahkan selaput suara, telinga; yang berfungsi normal, tidak mampu berbahasa ? Jawabannya :
Karena khewan tidak memiliki otak, tidak memfungsikan otak untuk kegiatan intelektual,
keterampilan berbahasa yang dilakukan manusia : Menyimak, Berbicara, Membaca, Menulis
yang dimodali kekayaan kosakata, adalah aktivitas intelektual, karya otak manusia yang
berpendidikan.
Sebagaimana kita ketahui kemampuan manusia berbahasa bukanlah ”instink” tidak dibawa anak
manusia sejak lahir, namun manusia dapat belajar bahasa sampai terampil berbahasa, mampu
berbahasa untuk kebutuhan berkomunikasi.
Jika ”pesan” ”KUDA”Kesan-nya sama ”KUDA” tidak berubah jadi ”KUBA” atau ”DUDA”
Agar terjadi komunikasi yang komunikatif, hendaklah kita senantiasa berupaya menggunakan
lafal dan intonasi yang tepat sesuai dengan maksud, isi pesan yang kita sampaikan.
Demikian manusia sebagai pembuat, pengguna, penata serta pengembang bahasa, hendaklah
senantiasa berupaya untuk menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar, taat asas.
4. Fungsi Bahasa
9 Kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula. Sebagai contoh pendapat seorang tokoh
masyarakat akan didengar dan ditanggapi dengan tepat apabila ia dapat menggunakan bahasa
yang komunikatif dan persuasif. Kegagalannya dalam menggunakan bahasa akan menghambat
pula usahanya dalam mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Dengan bahasa seseorang
dapat mengembangkan kepribadian dan nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih berkualitas.
nasional mempunyai fungsi khusus yang sesuai dengan kepentingan bahasa Indonesia Fungsi itu
adalah sebagai:
a. alat untuk menjalankan administrasi negara. Fungsi ini terlihat dalam surat-surat resmi,
surat keputusan, peraturan dan perundang-undangan, pidato dan pertemuan resmi;
b. alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang
berbeda-beda;
c. wadah penampung kebudayaan. Semua ilmu pengetahuan dan kebudayaan harus
diajarkan dan diperdalam dengan mempergunakan bahasa Indonesia sebagai medianya.
b. Ragam Lengkap
Namun, dalam suasana resmi seperti dalam pidato, ceramah lmiah, perkuliahan, serta
dalam rapat-rapat resmi mereka biasanya menggunakan kalimat-kalimat panjang, kemudian
pilihan kata dan ungkapannya pun sesuai dengan kaidah bahasa yang baku. Ragam ini sering
disebut dengan ragam lengkap (elaborate code).
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of
speech). Dalam ragam bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti tata
bahasa. kosakata, dan lafal dalam pengucapannya. Dalam hal ini dengan memperhatikan hal-hal
tersebut, pembicara dapat mengatur tinggi rendah suara atau tekanan yang dikeluarkan,
mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan
ide sang pembicara.
1) Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase
sederhana.
2) Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3) Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan dengan benar.
4) Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
b. Ragam Tulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan beberapa hal
seperti tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan pemilihan kosakata, dalam
hal ini kita dituntut untuk tepat dalam pemilihan unsur tata bahasa seperti bentuk kata, susunan
kalimat, pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan juga penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide kita.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi ha!-hal di bawah ini.
1) Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk dikemas menjadi media
atau materi yang lebih menarik dan menyenangkan.
2) Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan masyarakatnya.
3) Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata.
4) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan informasi, serta
dapat mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu meningkatkan wawasan si
pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis, yakni sebagi berikut
1) Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada.
Akibatnya, bahasa tulis pun harus disusun lebih sempurna.
2) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas dan jujur.
3) Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak dapat diperjelas.
Contoh Penggunaan
1) Ardi tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya terluka.
2) Kemarin malam, ada berita tentang kecelakaan mobil yang menabrak motor.
3) Adik sedang menggambar pemandangan alam di desa.
4) Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas yang diberikan kemarin.
5) Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan ini disebabkan rusaknya jalan.
6) Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke sungai.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar
pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka acuan norma bahasa dalam
penggunaannya. Ragam baku juga merupakan ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap
sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan
terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi,
atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam
bahasa resmi.
2) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi.
Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh
pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal
(sekolah)
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada
dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan
gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
3) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses
penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik
keseragaman. Contohnya Pelayan Pesawat dianjurkan untuk memakai
istilah pramugara dan pramugari.
b. Ragam Nonbaku
Kata tidak baku merupakan kebalikan dari kata baku, yang penggunaanya tidak sesuai
aturan dan kaidan berbahasa Indonesia yang sudah ditentukan sebelumnya.
Ketidak bakuan sebuah bahasa tidak hanya ditentukan dengan penulisan yang tidak
sesuai pedoman, namun juga bisa terjadi karena salah penulisan, pengucapan yang salah,
dan susunan kalimat yang tidak sesuai.
Kalimat tidak baku lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari karena terkesan
lebih santai dan tidak kaku. Kata tidak baku juga dapat digunakan saat berdiskusi
membahas suatu hal bersama teman atau keluarga.
Ciri-ciri Kata Tidak Baku
1) Umumnya digunakan dalam bahasa sehari-hari.
2) Dipengaruhi bahasa daerah dan bahasa asing tertentu.
3) Dipengaruhi dengan perkembangan zaman.
4) Bentuknya dapat berubah-ubah.
5) Memiliki arti yang sama, meski terlihat beda dengan bahasa baku.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma
kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi,
pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan BahasaIndonesia yang
tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato
kenegaraan hendaklah digunakan Bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu
memperhatikan norma bahasa.
Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah Bahasa itu meliputi kaidah
ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan
kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan
kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah
bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.
Dalam situasi apa digunakan yaitu pada situasi formal, penggunaan bahasa Indonesia yang benar
menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa.
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang baik dan benar adalah kaidah
bahasa dan kaidah itu sendiri meliputi 6 aspek diantaranya adalah : Tata bahasa (Kata dan
Kalimat), Kosakata,Ejaan;,Makna;, kelogisan, Dan Pada aspek tata bunyi.
TATA EJAAN BI
Catatan:
a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan
nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
1. 360 kelvin
2. 200 pascal
3. Bunga mawar
4. Kacang polong
b. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna
'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:
1. Ahmad Aldian bin Chandra
2. Aisyah binti Abu Bakar
3. Kahiyang Ayu boru Siregar
4. Hubertus Johannes van Mook
3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung. Misalnya:
1. Ibu bertanya, “ Siapa yang menjemput adik?”
2. Dian mengingatkan adiknya, “Jangan lupa sarapan ya, Dik!”
3. “Kakak lulus dengan nilai terbaik,” katanya.
4. Nenek berkata, “Jangan suka jajan sembarangan.”
4.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci,
dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:
1. Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengakui enam agama, yaitu
Islam, Buddha, Hindu, Protestan, Katolik, dan Konghucu
2. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka
3. Allah akan menjaga hamba-Nya yang beriman
4. Ya, Tuhan, berilah petunjuk pada hamba-Mu
5.) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya:
1. Pangeran Diponegoro
2. Sultan Hasanudin
3. Haji Ahmad Rifai
4. Nabi Musa
5. Syekh Abdul Fattah Rawa
6. Professor Yohanes Surya
7. Anggia Nur Fadhilah, Ahli Madya Kebidanan
8. Ardian Kusuma, Sarjana Akuntansi
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai
sebagai sapaan. Misalnya:
7.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Misalnya:
1. bangsa Singapura
2. suku Lampung
3. bahasa Jawa
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata
turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
8.) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
besar atau hari raya. Misalnya:
1. tahun Masehi
2. bulan Desember
3. bulan Ramadhan
4. hari Raya Idul Fitri
5. hari Waisak
6. hari Minggu
8.) b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Catatan:
Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis
dengan huruf kapital. Misalnya:
9.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:
1. Lampung
2. Asia Tenggara
3. Pulau Miangas
4. Dataran Tinggi
5. Selat Sunda
6. Asia Selatan
7. Gunung Rinjani
8. Jalan Malioboro
9. Sungai Kapuas
Catatan:
a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan
huruf kapital.
1. Berlayar ke teluk mandi di sungai
2. Menyebrangi selat berenang dindanau
3. Para wisatawan mendaki gunung
4. Banyak orang yang masih mencuci di sungai
b. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak
ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
1. jeruk bali
2. nangka belanda
3. petai cina
4. talas bogor
5. gula jawa
6. apel malang
7. pisang ambon
8. kunci inggris
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
1. Kita mengenal beberapa gula, seperti gula jaw, gula pasir, gula tebu, gula
aren, dan gula anggur.
2. Ada beberapa jenis pisang, yaitu pisang ambon, pisang kapok, pisang
raja, dan lain-lain
3. Kita mengenal beberapa jenis jeruk, yaitu jeruk bali, jeruk nipis, jeruk
mandarin, dan lain-lain
11.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
1. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
2. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra
3. Kami menyajikan makalah “Tata Ejaan Bahasa Indonesia”
4. Dia telah membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang
5. Mahasiswa membuat artikel Pengaruh Olahraga untuk Kesehatan Tubuh
12.)Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
atau sapaan. Misalnya:
1. S. E : Sarjana Ekonomi
2. S.H.I : Sarjana Hukum Islam
3. K.H : kiai haji
4. Hj. : hajah
5. R.A. : raden ajeng
6. Dg. : daeng
7. Dt. : datuk
8. A.Md.Keb : Ahli Madya Kebidanan
9. S.Keb : Sarjana Kebidanan
10. Tn. : Tuan
11. Ny. : Nyonya
12. Ipda : Inspektur Polisi Dua
Catatan:
b. Huruf Miring
1.) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama
surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka. Misalnya:
1. Rihana sudah merangkum buku Asuhan Kebidanan Kehamilan
2. Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala
3. Pusat Bahasa.2011. Kampus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi
Keempat (Cetakan Kedua).Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
4. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
5. Majalah Tempo berjudul Sang Dalang Perusak Bhinneka
2.) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Misalnya:
1. Mahasiswa diminta untuk membuat kalimat dengan ungkapan anak emas
2. Huruf terakhir kata cepat adalah t
3. Dia tidak membantu tapi dibantu
4. Dia bukan mengajar, tetapi diajar
5. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan tebal telinga
3.) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing. Misalnya:.
1. Makanan yang mengandung monosodium glutamate tidak baik untuk
kesehatan
2. Indonesia pernah mengalami kerja paksa, Romusha
3. Semut termasuk kelompok serangga yang merupakan anggota keluarga dari
Artropoda
Catatan:
1. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing
atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring.
2. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang
akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip secara
langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
c. Huruf Tebal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tebal” bermakna berjarak lebih besar.
Huruf tebal dapat diartikan huruf yang dituliskan dengan jarak yang lebih besar daripada huruf
pada umumnya. Huruf tebal terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan huruf yang biasa.
Istilah huruf tebal digunakan untuk huruf yang dicetak tebal. Dalam cetakan komputer,
penulisan huruf tebal lebih mudah dilakukan karena ada ikon “Bold”. Akan tetapi dalam ketikan
manual atau tulisan tangan, huruf tebal ditandai dengan garis bawah ganda pada kata yang
dimaksud.
Dalam bahasa Indonesia, tata cara penulisan juga sangat diperhatikan. Tata cara
penulisan sangat penting karena makna yang ditimbulkan akan berbeda jika menggunakan tata
cara penulisan yang salah. Oleh karena itu pemerintah, khususnya kementerian pendidikan,
menyusun pedoman tentang tata tulis dalam bahasa Indonesia. Tata tulis ini ditujukan agar
adanya keseragaman dalam penulisan, yang bahasan ini tentunya tentang penggunaan huruf
tebal.
Pada mulanya penggunaan huruf tebal diatur sesuai Peraturan Menteri Pendidikan
Republik Indonesia No.46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Akan tetapi belum lama ini telah disusun pedoman ejaan yang telah
diperbaharui. Pedoman tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik
Indonesia No.50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Secara ringkas
namun lengkap, beberapa pedoman dalam penulisan huruf tebal adalah:
Penggunaan huruf tebal dalam laporan atau karya ilmiah digunakan untuk menuliskan
judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang/ simbol, daftar pustaka,
indeks, dan lampiran.
Contoh:
Judul :
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Bagian Bab :
1. Algoritma
a. Dasar Algoritma
b. Penyajian Algoritma
2. Graf
a. Dasar – dasar Graf
b. Keterhubungan (Connectivity)
3. Traveling salesman problem
4. Algoritma Optimasi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SIMBOL
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
Penggunaan huruf tebal dalam cetakan kamus berfungsi untuk menuliskan lema dan sublema.
Selain itu, huruf tebal ditujukan untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Polisemi adalah suatu kata yang bermakna lebih dari satu.
Contoh:
Pakai v cak 1 mengenakan; ber-…: pelajar SLTP – seragam putih biru; 2 dibubuhi
dengan …; diberi ber-…; dengan: satu gelas es teh – gula;
Pada kata yang telah ditulis miring, huruf tebal dapat digunakan. Perhatikan contoh
berikut:
Suku kata logi pada kata psikologi menunjukkan suatu keilmuan yang dipelajari, dalam hal ini
berhubungan dengan perilaku kejiwaan manusia.
Kata adenium pada nama ilmiah kamboja yaitu adenium obseum menunjukkan genus.
Huruf Tebal Tidak Dipakai untuk Penegasan Huruf atau Kata Tertentu
Penegasan atau pengkhususan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata tidak
menggunakan huruf tebal melainkan huruf miring.
Penggunaan huruf tebal dan huruf miring sering terbalik. Kata yang seharusnya di tulis
menggunakan huruf tebal terkadang ditulis dengan huruf miring. Begitu juga sebaliknya, kata
yang seharusnya di tulis menggunakan huruf miring terkadang ditulis dengan huruf tebal. Atau
terkadang malah tidak ditulis baik menggunakan huruf tebal maupun huruf miring. Oleh karena
itu, memahami cara penulisan yang benar dalam bahasa Indonesia sangatlah diperlukan.
2.) a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. PBB :Perserikatan Bangsa-Bangsa
2. WHO ;Organisasi Kesehatan Dunia
3. PGRI :Persatuan Guru Republik Indonesia
4. KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia
5. RUU : Rancangan Undang-Undang
6. NKRI :Negara Kesatuan Republik Indonesia
7. UI :Universitas Indonesia
8. KUHP :Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. NIM : Nomor Induk Mahasiswa
2. NIP : Nomor Induk Pegawai
3. KTP : Kartu Tanda Penduduk
4. SIM : Surat Izin Mengemudi
5. STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan
6. KTM : Kartu Tanda Mahasiswa
7. SMA : Sekolah Menengah Atas
8. MAN : Madrasah Aliah Negeri
9. SD : Sekolah Dasar
3.) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
1. hlm. : halaman
2. dll. : dan lain-lain
3. dst. : dan seterusnya
4. sda. : sama dengan di atas
5. sdr. : saudara
6. dsb. : dan sebagai berikut
7. yth. : yang terhormat
8. dkk. : dan kawan-kawan
9. ybs. : yang bersangkutan
10. yth. : yang terhormat
11. ttd. : tertanda
4.) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
1. a.n. : atas nama
2. d.a. : dengan alamat
3. u.b. : untuk beliau
4. u.p. : untuk perhatian
5. s.d. : sampai dengan
5.) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik. Misalnya:
1. km : kilometer
2. mm : millimeter
3. dm : desimeter
4. cm : sentimeter
5. Cu : kuprum
6. Ca : kalsium
7. kVA : kilovolt-ampere
8. l : liter
9. kg : kilogram
6.) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. LAN : Lembaga Administrasi Negara
3. PASI : Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
4. PRSI : Persatuan Renang Seluruh Indonesia
5. LKD : Lembaga Kemasyarakatan Desa
6. RISMA : Remaja Islam Masjid
7. BIN : Badan Intelijen Negara
7.) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
1. Unila : Universitas Lampung
2. Itera : Institut Teknologi Sumatera
3. Unpad : Universitas Padjadjaran
4. Kemenkes : Kementrian Kesehatan
5. Bulog : Badan Urusan Logistik
6. Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
7. Kowani : Kongres Wanita Indonesia
8. Kalteng : Kalimantan Tengah
9. Mabbim : Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia
10. Suramadu : Surabaya Madura
11. Sulsel : Sulawesi Selatan
8.) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1. puskesmas : pusat kesehatan masyarakat
2. rapim : rapat pimpinan
3. rudal : peluru kendali
4. jurdil : jujur dan adil
5. lakalantas : kecelakaan lalu lintas
6. toserba : toko serbaada
7. ipte : ilmu pengetahuan dan teknologi
8. pemilu : pemilihan umum
1.) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian. Misalnya:
1. Dia membeli mangga sampai tiga kali
2. Kami membeli makanan lebih dari empat jenis
3. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 115 minibus,
300 sedan.
4. Diantara 55 anggota yang hadir, 37 orang setuju, 15 orang tidak setuju, 3 orang
abstain
5. Di sebuah keranjang terdapat beberapa buah, 12 buah apel, 9 buah jeruk, dan 2
buah semangka
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata,
susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
3.) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca. Misalnya:
1. Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
2. Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
3. Dia memperoleh gaji sebesar 900 ribu rupiah setiap bulannya.
4. Tabungan nya sudah mencapai 15 juta rupiah
5. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4.) Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta
(b) nilai uang. Misalnya:
1. 2 tahun 6 bulan 5 hari
2. 1 jam 20 menit
3. 15 mililiter
4. Rp20.000,00
5. 0,5 sentimeter
6. 5 kilogram
7. 4 hektare
8. 10 liter
9. US$3,50
10. £5,10
11. ¥100
5.) Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
1. Jalan Kepodang No.1
2. Hotel Amelia, Kamar 5
3. Gedung Samuddra, Lantai II, Ruang 201
6.) Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci. Misalnya:
1. Surah yasin: 15
2. Markus 16:15-16
3. Bab VI, halaman 51
8.) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
1. abad XIX
2. abad ke-21
3. abad kelima belas
9.) Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut. Misalnya:
1. tujuh lembar uang 10.000-an (tujuh lembar uang sepuluh ribuan)
2. tahun 2000-an (tahun dua ribuan)
10.) Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Misalnya:
11.)Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan
seperti berikut. Misalnya:
1. Bukti pembelian barang seharga Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
2. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp700.500,00 (tujuh ratus ribu lima
ratus rupiah).
12.) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
1. Kelapadua
2. Tigaraksa
3. Kotonanampek
4. Simpanglima
5. Sukaramedua
2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
Catatan:
1. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu
perincian.
Misalnya:
2. Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti
pada Misalnya III.A.2.b).
3. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret
digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya:
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
1) pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
2) 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
3) 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
4) 00.00.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan
(yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, ilustrasi,
atau tabel.
Misalnya:
Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat serta (b)
tanggal surat.
Misalnya:
b. Tanda Koma
Misalnya:
Misalnya:
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya:
Misalnya:
3. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti
oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
1) Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar
di luar negeri.
2) Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang
pelajar
3) Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil menjadi
sarjana.
Misalnya:
1) O, begitu?
2) Wah, bukan main!
3) Hati-hati, ya, jalannya licin!
4) Nak, kapan selesai kuliahmu?
5) Siapa namamu, Dik?
6) Dia baik sekali, Bu.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya:
Misalnya:
3. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat
dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Misalnya:
5. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
6. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
1) B. Ratulangi, S.E.
2) Ny. Khadijah, M.A.
3) Bambang Irawan, M.Hum.
4) Siti Aminah, S.H., M.H.
7. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
1) 12,5 m
2) 27,3 kg
3) Rp500,50
4) Rp750,00
8. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
1) Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu tanpa
melalui tes.
Misalnya:
Bandingkan dengan:
Misalnya:
Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
1. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
1) Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
2. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Tata dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kaidah, aturan, dan susunan; cara
menyusun; system (biasanya digunakan dalam kata majemuk).
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari
satu atau lebih morfem contohnya : kebun, lihat, anak. Kata adalah merupakan bahasa
terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa atau
dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Tata kata adalah kaidah penyusunan huruf sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar
dan mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran dengan ciri-
ciri mempunyai arti dan bisa dibentuk menjadi sebuah kalimat. Tata kata terbagi menjadi
beberapa diantaranya, Kata Dasar, Kata Turunan, Kata Ulang, Kata Penghubung dan lain-
lain.
1. Kata Dasar
Kata dasar (akar kata) adalah kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan,
juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal tunggal dan bentuk dasar kompleks.
Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia dan juga semua bahasa yang serumpu dengan
bahasa Indonesia terjadi dari dua suku kata. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang
menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Misalnya : rumah, lari, nasi, padi,
pikul, jalan, tidur, makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah, dan lain
– lain. Ia masih utuh, belum mengalami perubahan. Kata dasar menjadi dasar pembentukkan
kata berimbuhan atau kata jadian, kata ulang, dan kata majemuk.
· 1. Ciri-ciri kata dasar:
a. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki imbuhan atau
yamg merupakan kata turunan..
Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar kompleks.
Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar yang hanya terdiri atas stu
morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks adalah kata dasar yang mempunyai dua
morfem atau lebih. Kata dasar kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami
beberapa proses, seperti pemberian imbuhan atau menngalami reduplikasi (perulangan
kata).
1) Api
2) Air
2. Kata Berimbuhan
Imbuhan atau afiks adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan
kata. Afiks atau imbuhan dibagi menjadi 4 yaitu: prefiks (awalan), sufiks (akhiran), infiks
(sisipan), dan konfiks (gabungan antara prefiks dan sufiks).
Jenis-jenis Imbuhan
a. Prefiks
Prefiks atau awalan adalah awalan yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar.
Contoh morfem prefiks adalah ber-,meng-,,peng-,dan per-.
Contoh penggunaan :
Ber- : Annisa berjalan dengan hati-hati ketika menyebrangi jembatan yang rapuh
b. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah apabila morfem terikat digunakan di bagian belakang kata.
Contoh morfem : -an,-kan,dan –i.
Contoh penggunaan :
-kan : Berikan bungkusan ini pada bibi
c. infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang di selipi di tengah kata dasar.
Contoh : -er-dan -el-.
Contoh penggunaan :
-er- : Gerigi pada kulit buah nangka terasa apabila diraba.
d. Konfiks
Konfiks adalah gabungan antara sufiks dan prefiks. Artinya gabungan antara imbuhan
depan dengan imbuhan akhiran yang terletak di belakang. Contoh morfennya ber-an.
Contoh penggunaan :
Ber-an : Tamu-tamu mulai berdatangan sejak siang tadi.
3. Kata Ulang
Pengulangan atau reduplikasi merupakan alat morfologi yang produktif di dalam
pembentukan kata. Pengulangan ini dapat di lakukan terhdap kata dasar, kata berimbuhan,
maupun kata gabung. Kata yang terbentuk sebagai hasil dari proses pengulangan ini bisa
dikenal dengan nama kata ulang.
Dilihat dari hasil pengulangan itu dapat dibedakan adanya empat macam kata ulang yaitu:
1. Kata ulang murni adalah kata ulang yang bagianya pengulangannya sama dengan kata
dasar yang diulangnya.
Contoh: rumah-rumah (bentuk dasar: rumah)
makan-makan (bentuk dasar: makan)
cepat-cepat (bentuk dasar: cepat)
2. Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang bagian perulangannya terdapat
perubahan bunyi, baik bunyi vokal maupun konsonan.
Contoh: perubahan vokal: bolak-balik
larak-lirik
tindak-tanduk
serba-serbi
perubahan konsona: sayur-mayur
lauk-pauk
ramah-tamah
3. Kata ulang sebagian, yaitu kata ulang yang pengulangannya hanya terjadi pada suku kata
awalnya saja dan disertai dengan penggantian vokal suku pertama itu dengan bunyi e pepet.
Contoh: leluhur (bentuk dasar: luhur)
lelaki (bentuk dasar: laki)
tetangga (bentuk dasr: tangga)
4. Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang disertai dengan pemberian imbuhan.
Menurut proses pembentukannya ada tiga macam kata ulang berimbuhan, yaitu:
a. Sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan, kemudian baru di ulang.
Umpamanya pada kata dasar atur, mula-mula diberi akhiran-an sehingga menjadi
aturan. Kemudian kata aturan diulang-ulang sehingga menjadi aturan-aturan.
b. Sebuah kata dasar mula-mula diulang, kemudian baru diberi imbuhan. Umpamnya
kata lari mula-mula diulang-ulang sehingga menjadi lari-lari. Kemudian kata lari diberi
awalan ber- sehingga menjadi berlari-lari.
c. Sebuah kata dasar diulang dan sekaligus Diberi imbuhan. Umpamanya pada kata
dasar hari sekaligus diulang dan diberi awalan ber- sehingga menjadi bentuk berhari-
hari.
Pengulangan kata berpungsi membentuk kata-kata tertentu yang sesuai untuk di
gunakan dalam satuan ajaran. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil proses
pengulangan itu, antara lain menyatakan:
1. jamak
2. janyak dan bermacam-macam
3. paling
4. Kata Majemuk
Kata majemuk merupakan gabungan dua atau lebih morfem atau kata dasar yang mengandung
satu makna atau pengertian baru. Kata-kata dalam kata majemuk tidak menonjolkan makna tiap
kata. Namun kelompok kata itu secara bersama-sama membentuk suatu arti atau makna baru.
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua buah kata yang
menimbulkan suatu kata baru. sedangkan,pengertian proses pemajemukan kata menurut Tata
Baku Bahasa Indonesia (1988) yang menyatakan bahwa pemajemukan adalah proses
pembentukan kata melalui penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan kata
yangmenimbulkan pengertian baru yang khusus.
Kata Majemuk memiliki ciri khas berikut:
Gabungan kata – kata tersebut membentuk satu makna baru
Gabungan kata – kata tersebut ke luar membentuk satu pusat yang fokus terhadap kesatuan
gabungan kata itu, bukan dimaknai dengan masing-masing bagian yang membentuknya.
a. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata benda (nomina)
Misalnya: anak emas, kapal udara, sapu tangan, kiri kanan, Air bah, Air bersih, Air liur, Air
mata, Air mineral, Air minum, Air pasang, Air payau, Air raksa, Air sadah, Air sebak, Air
seni, Air suci, air mineral, akta kelahiran, alam baka, alam semesta, anggota badan.
b. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata kerja (verba)
Misalnya: anak pungut, kapal terbang, meja makan, adi daya, akal budi, anak didik.
c. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata sifat (adjektiva)
Misalnya: rumah sakit, orang tua, pejabat tinggi, arus mudik, adem ayem, akal sehat, anak
haram, anak muda, arus balik.
d. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata kerja (verba)
e. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (ajektiva) + kata benda (nomina)
Misalnya : Ahli bahasa, Ahli bedah, ahli bumi, ahli hadis, ahli hukum, ahli ibadah, ahli kitab,
ahli negara, ahli nujum, ahli patung, ahli pikir, ahli purbakala, ahli sejarah, ahli sihir, ahli
suluk, ahli tafsir, ahli kubur, ahli waris.
f. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata sifat (adjektiva)
Misalnya: cerdik pandai, tua muda, besar kecil, acuh tak acuh, adi daya.
g. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata kerja (verba)
Misalnya: maju mundur, naik turun, tinggi rendah, keluar masuk, pulang pergi, bolak balik,
pecah belah, sepak terjang, budi pekerti, tipu daya, akad nikah.
h. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata benda (nominal)
i. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata sifat (ajektiva)
j. Kata majemuk yang terbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata benda (nomina)
Misalnya: dwiwarna, pancaindera, sapta marga, pra jabatan, paska bencana, pancasila,
Setengah abad
k. Kata majemuk yang berbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata kerja (verba)
Misalnya : satu padu, serba salah.
l. Kata majemuk yang terbentuk dari kata keterangan (adverbia) + kata benda (nominal)
Misalnya : abad keemasan, acap kali, alat dapur, alat ukur, aneka warna
2. Unsur-Unsur Kalimat
Dalam setiap kalimat tentunya memiliki suatu unsur dalam penyusunan kalimatnya. Dari
gabungan unsur-unsur kalimat tersebut nantinya akan membentuk suatu kalimat yang memiliki
arti.
Adapun unsur-unsur dalam suatu kalimat seperti berikut ini:
1. Subjek/Subyek (S)
2. Predikat (P)
2. Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku). Sama halnya dengan subjek, predikat juga merupakan unsur
utama dalam suatu kalimat. Unsur yang dapat mengisi predikat dapat berupa kata, sebagai
contoh verba, adjektiva, atau nominal, numeral serta preposisional. Tak hanya itu, adapun frasa,
sebagai contoh frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
Simak contoh kalimat sebagai berikut:
a. Gilang bermain gitar di lantai atas.
b. Setiawan memasak samyang.
c. Putra sedang melihat game online.
Dari contoh tersebut, maka kata bermain , memasak, dan melihat merupakan sebuah
predikat.
Ciri-ciri predikat:
a. Menjawab pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana.
b. Bisa berupa kata “ialah” atau “adalah”.
3. Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat yang berawalan meng- dan kata
benda itu dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Objek bukan merupakan unsur wajib yang
harus ada di dalam sebuah kalimat. Letak objek biasanya terdapat setelah predikat dengan
kategori verbal transitif (kalimat aktif transitif) yang minimal memiliki tiga unsur utama (SPO).
Dalam kalimat aktif, objek akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Sebaliknya,
objek yang ada dalam kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya menjadi kalimat aktif.
Pada umumnya, objek berkategori nomina. Perhatikan contoh objek dalam suatu kalimat:
a. Laras bermain slime.
b. Zaidan membeli sebuah boneka.
c. Lele itu memakan pelet.
Dalam kalimat di atas, kata slime, sebuah boneka, dan pelet merupaan sebuah objek.
Ciri-ciri objek:
a. Berada di belakang predikat.
b. Dapat berubah menjadi subjek dalam kalimat pasif.
c. Tidak didahului dengan preposisi,
d. Diawali dengan kata “bahwa”
4. Pelengkap
Objek dan pelengkap mempunyai kesamaan. Dalam sebuah kaliam, keduanya memiliki
kesamaan yaitu: bersifat wajib ada sebab untuk melengkapi makna verba predikat kalimat,
menempati posisi dibelakang predikat serta tidak didahului preposisi. Perbedaan keduanya
terletak dalam kalimat pasif. Dalam kalimat pasif, pelengkap tidak menjadi subjek. Jika ada
objek dan juga pelengkap di dalam kalimat aktif, objeklah yang akan menjadi subjek kalimat
pasif, bukan pelengkap. Perhatikan contoh dari kalimat pelengkap:
a. Gilang selalu ingin berbuat baik.
b. Kaki Aji tersandung pintu.
c. Mukena itu terbuat dari sutra.
Ciri-ciri pelengkap:
a. Berada dibelakang kalimat.
b. Tidak didahului preposisi.
Ciri tersebut sama dengan objek. Hanya saja, objek berada langsung dibelakang kalimat,
sementara pelengkap masih bisa disisip dengan unsur lainnya, yakni objek. Contohnya ada pada
kalimat di bawah ini:
a. Anggi mengirimi Sri buku baru.
b. Mereka membelikan Ayahnya sepatu baru.
Kata buku baru dan sepatu baru berfungsi sebagai pelengkap serta tidak mendahului
predikat.
5. Keterangan (K)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat
yang lainnya.Keterangan adalah sebuah unsur kalimat yang menjelaskan lebih lanjut mengenai
sesuatu yang tertera di dalam sebuah kalimat. Contohnya keterangan akan memberikan informasi
mengenai tempat, waktu, cara, sebab, dan juga tujuan. Keterangan dapat berwujud kata, frasa,
atau anak kalimat. Keterangan yang berwujud frasa ditandai dengan preposisi. Seperti: di, ke,
dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan untuk. Keterangan yang berwujud anak
kalimat ditandai dengan konjungsi (kata penghubung). Seperti: ketika, karena, meskipun,supaya,
jika, dan sehingga.
Ciri-ciri keterangan:
a. Bukan termasuk ke dalam Unsur Utama (tidak bersifat wajib seperti subjek, predikat,
objek dan pelengkap ).
b. Tidak terikat dengan posisi (mempunyai kebebasan tempat diawal/diakhir , atau
diantara subjek dan predikat).
Jenis Keterangan
Keterangan dapat dibedakan berdasarkan fungsi atau perannya di dalam suatu kalimat.
Simak ulasan di bawah:
a. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berwujud kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan waktu berupa
kata merupakan kata yang menyatakan waktu, contoh: kemarin, besok, sekarang, kini, lusa,
siang, dan juga malam. Keterangan waktu berupa frasa adalah untaian kata yang juga
menyatakan waktu, contoh: kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan juga minggu depan.
Sedangkan keterangan waktu berupa anak kalimat ditandai dengan adanya konjungtor yang
juga menyatakan waktu.
Contoh: setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Contoh: Bulan depan akan diadakan cuti bersama.
b. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berwujud frasa yang menyebutkan tempat dengan ditandai oleh
preposisi, contoh: di, pada, dan juga dalam.
Contoh: Justin Bieber akan mengadakan konser di New Zealand.
c. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berwujud kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menjelaskan
cara. Keterangan cara yang berwujud kata ulang adalah perulangan adjektiva.Ket erangan
cara yang berwujud frasa ditandai dengan kata “dengan” atau “secara”. Keterangan cara
yang berwujud anak kalimat ditandai dengan kata “dengan” dan “dalam”.
Contoh: Ibu memotong ikan dengan menggunakan pisau dapur.
d. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berwujud frasa dan anak kalimat. Keterangan sebab yang berwujud frasa
ditandai dengan adanya kata “karena” atau “lantaran” yang diikuti dengan nomina atau
frasa nomina. Keterangan sebab yang berwujud anak kalimat ditandai dengan adanya
konjungtor “karena” atau “lantaran”.
Contoh: Bapak menyuruhku menjauhi Gilang karena tidak berperilaku baik.
e. Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan dapat berupa frasa ataupun anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berwujud frasa ditandai dengan kata “untuk” atau “demi”. Sementara keterangan tujuan
yang berupa anak kalimat ditandai dengan adanya konjungtor supaya, agar, dan untuk.
Contoh: Sebelum berangkat ke Jakarta, Gilang memeluk ibunya supaya hatinya tenang.
f. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi akan memberikan penjelasan nomina, contoh: subjek atau objek. Jika
ditulis, keterangan aposisi diapit dengan tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Contoh: Dosen saya, Bapak Sudarso, terpilih menjadi dosen teladan.
g. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan akan memberikan penjelasan nomina (subjek ataupun objek. Namun
berbeda halnya dengan keterangan aposisi.
Keterangan aposisi bisa menggantikan unsur yang diterangkan. Sementara keterangan
tambahan tidak bisa menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh: Gilang, mahasiswa tingkat dua, mendapatkan beasiswa ke luar negeri.
h. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas ini akan memberikan pembatas antara nomina. Contoh: subjek,
predikat, objek, keterangan, dan juga pelengkap.
Jika keterangan tambahan bida dihilangkan, maka keterangan pewatas ini tidak dapat
dihilangkan.
Contoh: Mahasiswa yang mendapatkan IP tiga lebih akan mendapatkan beasiswa penuh.
5. Kalimat Berita (Deklaratif)
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu berita. Ciri-ciri
kalimat berita, yaitu : bersifat bebas,boleh langsung atau tak langsung,aktif atau
pasif,tunggal atau majemuk , berintonasi menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik
(.).
Contoh :
a. Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
b. Perayaan HUT RI 63 berlangsung meriah.
8. Kalimat Seruan (Ekslamatif)
Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan
emosi yang kuat,termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan.
Kalimat ini berintonasi naik dan diakhiri tanda seru (!). Contoh :
a. Hai,ini dia orang yang kita cari!
b. Wah,pintar benar anak ini !
3. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun
tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata
lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau
pembacanya seperti apa yang dimaksud dengan penulis.
1. Menurut Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi : Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat
yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca.
2. Menurut Arifin : Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai
dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca.
3. Menurut Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan : Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan
jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.
4. Menurut Abdul Rozak : Kalimat Efektif adalah kalimat yang mampu membuat isi atau
maksud yang disampaikan dengan lengkap dalam pikiran pembaca persis seperti apa yang
disampaikan.
Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah
dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa syarat sebagai
berikut:
Kalimat efektif memiliki Syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :
1. Kesepadanan Struktur
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan penggunaan kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di
depan subjek.
Contohnya :
1. Bagi semua siswa kelas VII harus mengikuti kegiatan studi tur (tidak efektif).
2. Semua siswa kelas VII harus mengikuti kegiatan studi tour (efektif).
3. Kepada hadirin dimohon berdiri.(tidak efektif) Kata depan kepada pada kalimat di
atas tidak berfungsi apa-apa, bahkan justru mengganggu kesepadanan sebuah
kalimat.
4. Kalimat tersebut akan lebih baik (sepadan) kalau kata depan kepada dihilangkan
sehingga menjadi: Hadirin dimohon berdiri. (efektif )
Contohnya :
1. Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa (tidak efektif)
2. Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh warga desa(efektif)
Beberapa kata penghubung intrakalimat (seperti sehingga, dan, atau, lalu, kemudian,
sedangkan, bahkan) tidak digunakan pada kalimat tunggal, misalnya sebagai berikut :
1. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
1. Kami datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama
2. Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mnegikuti acara
pertama.
2. Kepararelan bentuk.
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Yang
dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba,
maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun jika kata pertama berbentuk nomina,
maka kata selanjutnnya berbentu nomina.
Contohnya :
1. Langkah –langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
mengaplikasikan defenisi kalimat efektif (tidak efektif).
2. Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami,mengetahui, dan
mengaplikasikan defenisi kalimat efektif (efektif).
3. Semakin berumur seharusnya manusia itu semakin bermoral, bijaksana, dan tanggung
jawab.
Dalam kalimat itu terdapat sebuah kata yang tidak sejajar dengan bentuk kata
yang lainnya yang sama-sama mewakili fungsi predikat, yakni kata tanggung jawab yang
merupakan bentuk nominal, padahal yang lainnya berbentuk ajektival. Kalimat tersebut
akan lebih baik kalau diubah menjadi seperti: Semakin berumur seharusnya manusia itu
semakin bermoral, bijaksana, dan bertanggung jawab.
3. Kehematan Kata.
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan.
Untuk menghindari pemborosan kata didalam kalimat. Hal yang harus diperhatikan
adalah:
Contohnya :
1. Saya tidak suka apel dan saya tidak suka papaya (tidak efektif).
2. Saya tidak suka pisang dan anggur (efektif).
3. Karena dia tidak diundang, dia tidak datang pada acara itu.
Penyebutan kata dia sebagai subjek pada anak kalimat tidak diperlukan karena
subjek yang sama sudah disebutkan pada induk kalimatnya. Penyebutan kata dia
pada anak kalimat di atas merupakan pemborosan kata yang sebaiknya dihindari.
Perbaikan kalimat di atas adalah sebagai berikut : Karena tidak diundang, dia
tidak datang pada acara itu.
Contohnya :
Contohnya:
4. Kecermatan.
Yang dimaksud dengan kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga
tidak menimbulkan keracunan dan makna garis.
Contohnya :
Kalimat di atas mempunyai penafsiran ganda, yakni siapakah yang baru: Apakah Pak
Lurah itu yang baru menikah atau baru dilantik menjadi lurah? Untuk menghindari
penafsiran ganda itu, perlu digunakan tanda hubung (-) seperti pada perbaikan kalimat
di bawah ini:
1. Dialah istri-Pak Lurah yang baru. (bila yang baru adalah istrinya) atau
2. Dialah istri Pak Lurah-yang baru. (bila yang baru adalah jabatan lurahnya. (efektif)
5. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat.
Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat. Ada beberapa cara:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan Negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
Contohnya :
1. Bukan seribu, sejuta, seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar (Salah).
2. Bukan seratus, seribu, sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar (Benar).
Contohnya:
6. Kepaduan
Kalimat Efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.Berikut ini ciri-ciri kalimat yang padu ialah :
Oleh karena itu, hindari penggunaan kalimat yang panjang dan bertele-tele. Contohnya:
b. Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verba secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat persona
Contohnya:
1. Surat itu saya sudah baca. Kalimat tersebut tidak menunjukkan kepaduan karena aspek
terletak di antara agen dan verba. Seharusnya kalimat itu seperti:
2. Surat itu sudah saya baca.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat kata kerja
transiti dan ojek penderita.
Contohnya :
7. Kelogisan.
Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide yang ada dalam kalimat itu dapat diterima atau
dimengerti oleh akal dan sesuai kaidah EBI.
Contohnya:
1. Pengertian Paragraf
Kata paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu dari kata para yang berakti sebelum’ dan
kata grafeinyang berakti ‘menulis’, ‘menggores’. Paragraf atau alinea merupakan gabungan dari
beberapa kalimat yang saling berkaitan dan membentuk sebuah gagasan.
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun
(sistematis), yang memungkinkan sesuatu gagasan pokok dapat dikomoniksikan kepada pembaca
secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan
pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf
susunannya akan menyulitkan membaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat,
oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan
susunan yang has. Disamping itu, karena paragraf merupakan bagian suatu pasal, maka antar
paragraf satu dengan yang harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan
rangka sesuruh karangan . Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragraf ditulis
dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis.
Dalam kenyataan, terkadang kita bertemu dengan paragraf atau alenia yang hanya terdiri atas
satu kalimat. Bentuk seperti itu dianggap sebagai bentuk paragraf yang kurang ideal dan
dianggap sebagai pengecualian. Dalam tulisan ilmiah, paragraf semacam itu jarang dipakai. Ada
beberapa alasan mengapa hanya terdapat satu kalimat dalam paragraf, yaitu (a) paragraf atau
alenia tersebut kurang baik untuk dikembangkan oleh penulisnya atau penulis kurang
memahami hakikat paragraf, (b) sengaja dibuat oleh pengarang dengan maksud hanya
mengemukakan gagasannya terdapat pada paragraf berikutnya.
Selain itu, dalam sebuah paragraf, hanya boleh ada satu ide pokok atau pikiran utama.
Andaikan dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide pokok atau pikiran utama, alinea harus
dipecah menjadi lebih dari satu paragraf.
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua tujuan mengapa paragraf diperlukan, yaitu:
1. Untuk memudahkan pengetian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam sebuah alinea hanya
boleh ada satu tema. Bila terdapat dua tema, paragraf itu harus dipecah menjadi dua paragraf.
2. Untuk memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal. Dengan demikian,
kita memiliki kesempatan untuk berhenti lebih lama daripada perhentian pada ahir kalimat.
Disamping itu, kita juga bisa berkonsentrasi terhadap tema paragraf.
Paragraf disebut juga alinea. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun secara logis
dan sistematis yang mengandung satu kesatuan ide pokok. Disamping itu, secara teknis paragraf
merupakan satuan terkecil dari sebuah kalangan. Bisaanya paragraf itu terdiri atas beberapa
kalimat yang berkaitan baik isi maupun bentuknya. Isi kalimat-kalimat pembangun paragraf itu
membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam
karangannya. Jadi, dengan kata lain bahwa paragraf adalah satuan terkecil dari karangan yang
bisaanya terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan dan merupakan uraian tentang sebuah ide
pokok.
Contoh dari paragraf pembuka adalah tulisan tentang cerita dongeng “Cinderella” selalu
ditulis, Pada zaman dahulu kala hiduplah…. Cobalah dengan gaya berbeda. Misalnya
pembuka pada cerita “Cinderella”, Ini adalah Kisah tentang sepasang sepatu yang mengubah
nasib seorang gadis.
Contoh lain kita bisa memulai paragraf pembuka dengan kalimat tanya.
Misalnya,
Kesulitan apa ya yang saya alami dalam menulis? Hmm, topik yang menarik di awal
pertemuan pertama yang ditugaskan Omjay dalam pelatihan menulis online ini. Menarik karena
saya punya kesulitan, yakni tidak pernah menyelesaikan tulisan saya.
b. Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat di
antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu
dalam membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan agar hubungan antara satu
paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-
karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun
berasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung perntagan pendapat,
maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah
kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
Mengapa tulisan saya sering tidak selesai ya? Kesulitannya apa yaa. Saya mencoba menganalisis
diri dalam menulis nih. Pertama, saya tidak PD alias tidak percaya diri kalau mengungkapkan
pikiran.
Terkadang saya menghindari tulisan yang dapat menimbulkan perbedaan cara pandang terhadap
sesuatu hal atau yang bisa menimbulkan polemik. Saya khawatir mereka tidak dapat menangkap
apa yang saya maksud. Dalam tulisan kita dibantu tanda baca untuk berekspresi. Berbeda dengan
berbicara kita dibantu dengan ekspresi wajah dan gestur.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau
bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang
telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap diperhatikan agar
paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti terlalu pendek. Hal yang paling
esensial adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-
betul mengakhiri uraian itu serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
Paragraf ini paragraf yang diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum, lalu dijabarkan dan
dikembangkan menjadi pernyataan yang sifatnya khusus. Pernyataan yang sifatnya khusus
tersebut dapat berupa rincian, penjelasan, bukti-bukti maupun contoh-contoh. Karena paragraf
tersebut dikembangkan dari pernyataan yang umum kemudian mengemukakan pernyataan –
pernyataan yang sifatnya khusus, dapat kita dikatakan bahwa penaralan paragraf deduktif
tersebut dari umum ke khusus.
2) Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya di
akhir sebuah paragraf dan bersifat induksi. Kata induksi asalnya dari bahasa latin : duxi,
ducere, ductum yang artinya membawa ke; atau memasukan kedalam. selanjutnya istilah induksi
dapat dijelaskan dengan metode pemikiran yang berasal dari hal yang khusus untuk menentukan
simpulan atau hukum di akhir paragraf. Karena kalimat-kalimat atau pernyataan khusus dapat
berupa penjabaran dan contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau simpulan,
sehingga paragraf induktif berkembang dari contoh dan rincian menjadi simpulan.
3) Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan perpaduan antara paragraf deduktif dengan
paragraf induktif. Paragraf deduktif-induktif ini, posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya di
awal dan akhir sebuah paragraf. Sebuah wacana yang menggunakan jenis paragraf ini
dikembangkan dengan kalimat yang bersifat umum di awal paragraf dan akhir paragraf
sedangkan kalimat-kalimat yang berada di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat
akhir) sifatnya khusus berupa rincian atau contoh-contoh.
4) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat utamanya di
tengah sebuah paragraf. Sebuah wacana yang menggunakan jenis paragraf ini dikembangkan
dengan kalimat yang bersifat khusus di awal paragraf dan akhir paragraf isinya berupa rincian
atau contoh-contoh sedangkan kalimat-kalimat yang berada di tengah paragraf (diantara kalimat
awal dan kalimat akhir) sifatnya umum.
Jenis jenis paragraf berdasarkan kontennya sangat banyak digunakan, terutama bagi anda
yang ingin menjadi jurnalis.
1) Paragraf naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis wacana
narasi. Narasi adalah tipe wacana yang berisi kejadian atau kisah. Secara etimologis, naratif
berasal dari bahasa latin yaitu narrare berarti menceritakan atau bercerita, narratio berarti
penceritaan serta narrativus berarti bersifat penceritaan.
2) Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis wacana
deskripsi. Wacana deskripsi adalah tipe wacana yang berisi penggambaran atau pemaparan
dengan jelas, rinci dan lengkap mengenai suatu hal, baik seseorang, suasana, benda, tempat, sifat,
hewan maupun tumbuhan tertentu. Secara etimologis deskriptif berasal dari bahsa latin yaitu
describere berarti membuat gambaran dan descriptio artinya pembeberan atau penggambaran.
Dalam mengembangkan paragraf ini penulis menjabarkan sesuatu secara lengkap, cermat dan
terperinci. Sehingga pembaca mendapatkan gambaran jelas tentang hal yang diceritakan.
3) Paragraf ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis wacana
ekspositori. Wacana ekspositori adalah tipe wacana yang berisi penjelasan, membentangkan dan
pemaparan akan sesuatu, sehingga pembaca memdapatkan pengetahuan dan wawasan yang telah
disampaikan penulis.
Ekspositori berasal dari bahasa latin yaitu exponere yang berarti membentangkan atau
memaparkan. Dalam memaparkannya, penulis menyebutkan contoh, proses atau bukti-bukti
konkret terhadap sesuatu.
4) Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis wacana
argumentasi. Wacana argumentasi adalah tipe wacana yang berisi pendapat, pembuktian,
pendirian, gagasan, dalih, dasar atau hujah terhadap sesuatu.
Argumentatif berasal dari bahasa Latin yaitu rguere berarti membuktikan atau meyakinkan
seseorang dan argumentatio berarti pembuktian. Dalam mengembangkan paragraf ini, penulis
menjadikan pembaca yakin dengan menyertakan bukti konkret sesuai dengan fakta-fakta yang
ada. Sehingga pembaca dapat menyakini argumen penulis.
5) Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis wacana
persuasi. Wacana persuasi adalah tipe wacana yang berisi ajakan, bujukan atau himbauan kepada
seseorang dengan memberikan alasan dan prospek bagus bagi yang meyakini, melaksanakan
sesuatu, atau membeli benda tertentu.
Uraian penggunaan paragraf beserta contohnya dalam kalimat di atas diharapkan dapat menjadi
acuan bagi anda yang sedang mempelajari penggunaan paragraf yang baik dan benar. Jenis jenis
paragraf di atas sangat penting digunakan sesuai dengan fungsi dan maksud yang ingin anda
sampaikan melalui tulisan / paragraf yang anda buat.
3. Syarat-syaraf Paragraf
Badan Fahmi tersungkur jatuh ke tanah. Sontak, semua orang yang ada di sekitarnya panik
dan membopong badan Fahmi ke klinik terdekat. Selama di klinik, Fahmi belum sadarkan diri
juga. Beberapa saat kemudian, keluarga Fahmi pun datang ke klinik untuk melihat kondisinya.
Sontak, keluarga Fahmi pun menjadi cemas hatinya tatkala melihat Fahmi yang terkulai lemas di
pembaringan klinik.
2. Pola Kausalitas
Pendidikan moral sudah semestinya diterapkan lagi dalam kegiatan proses belajar dewasa ini.
Sebab, anak-anak zaman sekarang sudah semakin jauh dari nilai moralitas. Hal ini bisa dilihat
dari maraknya kenakalan remaja dan pergaulan bebas yang mereka lakukan. Untuk itu,
pendidikan moral harus kembali diterapkan di dalam proses belajar mengajar anak agar mereka
menjadi anak yang bermoral baik.
5. Pola Pertentangan
Semangat belajar Alina menurun menjelang ujian kenaikan kelas. Hal ini bisa dilihat dari
seringnya dia terlambat masuk ke kelas, serta dalam mengumpulkan tugas. Selain itu, Alina
sering sekali terlihat tidak fokus saat belajar di dalam kelas. Kondisi yang dialami Alina tersebut
berbeda dengan apa yang dialami Alisya saat ini. Semangat belajarnya justru semakin tinggi,
dan dia pun semakin rajin dan fokus dalam belajar.
6. Pola Perbandingan
Tempe mengandung zat protein yang lebih banyak ketimbang tahu. Hal itu disebabkan
proses pembuatan tempe lebih sedikit dibanding dengan proses pembuatan tahu.
Adapun zat protein yang dimiliki tempe adalah sebear 15,4 gram, 5,4 gram lebih besar dibanding
protein pada tahu.
7. Pola Generalisasi
Pendidikan moral harus diajarkan sejak kecil di lingkungan keluarga. Adapun cara yang bisa
dilakukan orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai moral ke anak adalah dengan memberikan
kisah-kisah tentang orang yang mempunyai moral yang baik. Selain itu, orang tua juga mesti bisa
mencontohkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
8. Pola Klasifikasi
Alat musik yang biasanya dimainkan dalam sebuah grup musik (band) dibagi atas beberapa
macam, yaitu gitar, bass, drum, piano atau kibord. Sementara itu, orang-orang yang memainkan
alat-alat tersebut dikelompokkan menjadi gitaris, bassis, drumer, dan kibordis.
9. Pola Analogi
Seekor kuda akan merasa keletihan jika terus-menerus dipacu. Begitu pula manusia. Saat
manusia dipaksa untuk terus bekerja, maka manusia pun akan mengalami keletihan yang teramat
sangat. Untuk itu, istirahatkanlah tubuh sejenak di sela-sela waktu kerja agar tidak keletihan.
10. Pola Contoh
Selain digoreng, tempe ternyata bisa diolah menjadi varian olahan lain yang tidak kalah enak.
Misalnya saja tempe bacem. Olahan dari tempe ini dibuat dengan cara merebus tempe bersamaan
dengan berbagai macam bumbu yang membuat tempe menjadi berwarna kecoklatan.
Karya ilmiah adalah karangan yang memaparkan pendapat, hasil pengamatan, tinjauan, dan
penelitian dalam bidang tertentu yang disusun menurut metode tertentu dengan sistematika
penulisan, bersantun bahasa, dan isi yang kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
1. Menurut Sudjiman dan Sugono (1991) adalah karya tulis dengan penyusunan berdasarkan
kajian ilmiah. Sedangkan menurut Suriasumantri (1995) dalam Finoza (2010), karya tulis
ilmiah adalah tulisan yang memuat argumentasi penalaran keilmuan serta
dikomunikasikan lewat bahasa tulisan yang baku dengan sistematis-metodis dan sintesis
analitis.
2. Menurut Eko Susilo (1995) karya ilmiah adalah salah satu karangan atau tulisan yang
didapat sesuai sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, pemantauan,
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu serta sistematika
penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
atau keilmiahannya.
3. Menurut Dwiloka dan Riana, karya ilmiah atau artikel ilmiah merupakan karya seorang
ilmuwan (pembangunan) yang hendak membangun ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni yang didapat melalui literatur, pengalaman, serta penelitian.
4. Menurut Drs. Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi, pengertian karya ilmiah adalah
serangkaian kegiatan penulisan yang berlandaskan pada hasil penelitian yang disusun
secara sistematis mengikuti metodologi ilmiah, yang bertujuan untuk mendapatkan
jawaban ilmiah dari suatu permasalahan.
Pengertian karya tulis ilmiah menurut KBBI merupakan karya tulis yang dibuat menggunakan
prinsip-prinsip ilmiah dan berdasarkan fakta (observasi, eksperimen, dan kajian pustaka).
Pengertian karya tulis ilmiah menurut wikipedia adalah laporan tertulis diterbitkan yang
mengungkapkan hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh seseorang atau tim dengan
memenuhi kaidah serta etika keilmuan yang ditaati oleh masyarakat keilmuan.
1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan dimaknai oleh
pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan. Pembaca harus bisa langsung
memahami konten dari karya ilmiah.
2. Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus memberikan
pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa yang tidak membingungkan.
Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu bisa langsung diterima oleh pembacanya.
3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari penulisnya. Sebab,
karya ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan dari hasil analisis penelitian,
bukan dari perasaan subjektif dari penulisnya.
6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang memiliki satu
makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis dan
kecermatan penelitian. Kedua hal itu penting karena karya ilmiah harus bisa
menyampaikan maksud dari penelitian yang dilakukan oleh penulis tanpa
membingungkan.
7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan babnya dan
bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele atau tepat sasaran. Sebuah
karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus memiliki alur logika yang saling
bersambung. Selain itu, penyampaiannya harus tepat sasaran dengan apa yang ingin
disampaikan.
8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya ilmiah tidak
dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus menunjukkan fakta-fakta
dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak memiliki kecondongan subjektifitas.
9. Menggunakan Kalimat Efektif
Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini berkaitan
dengan semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat dalam karya ilmiah agar
pembaca tidak dipusingkan dengan penggunaan kalimat yang berputar-putar. Penggunaan
kalimat seperti itu hanya akan membuat pembaca bingung.
1. Makalah
Makalah merupakan karya ilmiah yang menyajikan sebuah masalah yang penyelesaianya
mengandalkan berbagai macam data yang ada di lapangan. Karya ilmiah ini bersifat
empiris dan juga objektif. Dalam penyajiannya, makalah biasanya dipresentasikan dalam
sebuah kegiatan seminar.
Sistematika Makalah ada tiga bagian, yaitu:
a. Pendahuluan (Bagian awal)
b. Pembahasan (Bagian inti)
c. Kesimpulan (Bagian Penutup)
2. Artikel
Dalam konteks jurnalistik, pengertian karya ilmiah artikel merupakan karya ilmiah yang
memuat pendapat subjektif pembuatnya mengenai sebuah peristiwa ataupun masalah
tertentu, sedangkan jika dipandang dari sudut pandang ilmiah, artikel dapat diartikan
sebagai karya tulis yang sengaja dirancang untuk dimuat dalam jurnal ataupun kumpulan
artikel yang dibuat dengan memperhatikan kaidah penulisan ilmiah dan mengikuti
pedoman ilmiah yang berlaku.
Sistematika Artikel:
a. Judul
b. Nama Penulis -- tanpa gelar akademik
c. Abstrak --ringkasan tulisan, gambaran umum isi artikel.
d. Kata Kunci --3-5 keywords.
e. Pendahuluan -- latar belakang masalah dan rumusan singkat (1-2 kalimat) pokok
bahasan dan tujuannya.
f. Kerangka Teori (Kajian Teori) --dasar teori yang menjadi acuan.
g. Pembahasan --kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan, dan pendirian
atau sikap penulis
h. Penutup -- simpulan dan saran
i. Daftar Pustaka
3. Skripsi
Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa untuk bisa mendapatkan
gelar sarjana (S1). Skripsi memuat tulisan berisi pendapat penulis dengan mengacu
ataupun berdasarkan teori yang telah diterbitkan sebelumnya.
4. Kertas Kerja
Kertas Kerja atau Work paper pada dasarnya sama dengan makalah, namun dibuat
dengan analisis yang lebih mendalam dan tajam serta dipresentasikan pada seminar atau
lokakarya yang biasanya dihadiri oleh ilmuwan.
5. Paper
Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan mahasiswa dalam kaitannya
dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum menyelesaikan jenjang studi Diploma,
S1, S2 dan atau S3. Sistematika penulisannya pun sama dengan artikel dan makalah,
tergantung panduan yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan.
6. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan program studi S2 atau
Pascasarjana yang bersifat lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis
mengungkapkan pengetahuan baru yang didapat dari penelitian yang dilakukan individu
yang bersangkutan.
7. Disertasi
Disertasi atau Ph.D thesis diperuntukkan bagi mahasiswa program S3 atau meraih gelar
Doktor/Dr. yang mengemukakan analisis yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan
dengan data dan fakta yang sahih atau valid dengan analisis yang terinci. Disertasi berisi
suatu temuan penulis sendiri yang berupa temuan orisinal.
1. Topik
Pada karya ilmiah, Topik adalah hal paling dasar yang harus ditentukan terlebih dahulu.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan topik
yaitu ;
a. Sesuai dengan prodi/bidang ilmu yang dikuasai
b. Menarik, utamanya bagi peneliti itu sendiri
c. Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik yang diperkirakan
akan menjadi masalah ataupun sudah menjadi masalah. Masalah tidaklah selalu
negatif, bisa jadi masalah bersifat positif.
d. Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
e. Terbatas, walaupun bersifat dasar dan umum, topik haruslah tetap terbatas akan suatu
bidang tertentu.
f. Memperhatikan proses pengumpulan data
g. Bermanfaat
Dalam pembuatan topik perhatikan pokok masalah yang ada, lalu tuangkan dalam dua kata agar
memiliki sifat keterbatasan, contoh-contoh topik:
2. Tema
Tema merupakan topik yang sudah bertujuan. Sederhananya tema adalah topik yang
sudah dberikan kata operasional ( mengandung pe-an), contoh:
a. Topik : Material Mesin, Tema : (Perawatan) (Material Mesin)/ Pemilihan Material
Mesin.
b. Topik : Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan, Tema : (penguatan) (Struktur
Jembatan/ Kontruksi Jembatan)
c. Topik : Minyak Goreng, Tema : (Pembuatan) (Minyak Goreng)
d. Topik : metode manufaktur baru, Tema : (Pengembangan) (metode manufaktur baru)
e. Topik : humpping bead GMAW kecepatan tinggi , Tema : (humpping bead) (GMAW
kecepatan tinggi)
3. Judul
Judul memiliki sifat lebih spesifik ketimbang topik dan tema, perubahan dari tema ke
judul cukup ditambahkan keterangan seperti tempat, metode penelitian,dll. Contohnya:
a. Judul : Perawatan Material Mesin di Bengkel A dengan Metode X
b. Judul : (penguatan) (Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan) dengan metode
XXXXX
c. Judul : (Pembuatan) (Minyak Goreng) dari jagung
d. Judul : (Pengembangan) (metode manufaktur baru) untuk (magnet neodimium)
e. Judul : (Pengaruh aliran fluida) terhadap (humpping bead) pada ( GMAW kecepatan
tinggi)
b. Halaman persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa yang menyusun
karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda tangan dan nama terang pembimbing,
dan 4) kata persetujuan
c. Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik oleh kepala sekolah.
Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa yang menyiapkan karya
ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta tanggal, bulan, dan tahun, 4) tanda tangan dan
nama terang guru pembimbing dan kepala sekolah serta cap stempel.
d. Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama siswa, ditulis
dari belakang (seperti penulisan nama pengarang pada daftar pustaka) apabila terdiri dari
dua bagian nama atau lebih, 2) tahun pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda
petik, huruf kapital hanya pada awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5)
nama kota, 6) nama sekolah.
Penulisan isi abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan spasi tunggal.
Paragraf pertama berisi uraian singkat mengenai latar belakang masalah dan tujuan
penelitian. Paragraf kedua berisi metode penelitian, mencakup populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
e. Kata.Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca tentang
penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya singkat tapi jelas. Yang
dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1) puji syukur kepada Tuhan, (2) keterangan
dalam rangka apa karya dibuat, (3) kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima
kasih kepada pihak yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6)
tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun karangan ilmiah.
f. Daftar isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah beserta letak nomor
halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan lampiran. Komponen isi karya
ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi antara lain meliputi judul-judul bab dan subbab.
Penulisan daftar isi harus mempertahankan konsistensi dalam pencantuman komponen-
komponen tersebut secara jelas, dan terperinci.
2. Bagian Pendahuluan
b. Rumusan masalah.
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan, dan ini ada kaitannya
dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas sebelumnya. Permasalahan ini
dirumuskan dalam kalimat-kalimat pertanyaan secara jelas.
c. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas. Pembatasan masalah
hendaknya terinci dan istilah istilah yang berhubungan dirumuskan secara tepat.
Rumusan ruang lingkup harus sesuai dengan tujuan pembahasan.
d. Tujuan.
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan tujuan ini ada
kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan judul.
e. Landasan Teori.
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam pembahasan. Teori
ini juga berguna untuk membantu gambaran langkah kerja sehingga membantu penulis
dalam membahas masalah yang sedang diteliti secara mendalam.
f. Hipotesis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis adalah sesuatu yang dianggap benar
untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dsb) meskipun kebenarannya
masih harus dibuktikan dengan demikian hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan
yang dirumuskan dan untuk sementara diterima, serta masih harus dibuktikan
kebenarannya dengan data-data otentik yang ada, pada bab-bab berikutnya. Hipotesis
harus dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta jelas.
Teknik Penelitian adalah penjabaran metode penelitian, sistem atau metode penelitian
dengan meneliti langsung objeknya, teknik penelitian yang dapat digunakan ialah teknik
wawancara, angket, daftar kuesioner, dan observasi. Semua ini disesuaikan dengan masalah yang
dibahas.
3. Bagian Isi
a. BAB II/Landasan Teori
Sementara pada bagian bab II adalah penulisan landasan teori dan tinjauan pustaka. Di
sini Anda bisa menuliskan referensi apa saja yang Anda gunakan untuk menunjang
penelitian Anda. Landasan teori juga harus ditulis secara terstruktur sesuai dengan
tahapan pembahasan penelitian. Selanjutnya akan diteruskan pada bab pembahasan.
b. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi semua buku atau tulisan ilmiah yang
menjadi rujukan dalam melakukan penelitian. Maksudnya ketika Anda ingin menulis
karya ilmiah yang bisa berupa artikel, makalah, atau presentasi Anda harus membuat
daftar pustaka atau mudahnya itu harus mencantumkan sumber rujukan penelitian.
Jika membuat tulisan ilmiah tapi sumber rujukannya (daftar pustaka) salah atau bahkan
tidak ada, maka tulisan ilmiah tersebut dikatakan tidak dapat dipercaya alias hoaks..
Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi tanda baca dan
dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka dicantumkan semua kepustakaan, baik
yang dijadikan acuan penyusunan karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan,
termasuk artikel, makalah, skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.
Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang atau lembaga
yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor urut. Jika tanpa nama
pengarang atau lembaga, yang menjadi dasar urutan adalah judul pustaka. Contoh
penulisan daftar pustaka: Eneste, Panusuk. 1983. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta:
Gramedia.
Untuk majalah atau jurnal mengikuti sistematika sebagai berikut: nama penulis, tahun
terbit, judul tulisan, nama majalah/jurnal dengan singkatan resminya, nomor penerbitan
dan halaman.