Anda di halaman 1dari 106

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“RESUME BAHASA INDONESIA”

Kelompok 6
Reguler 3

Disusun oleh :

1. Tri Wahyu : 1815401134


2. Putri Krisdiana : 1815401135
3. Reni Safiri : 1815401136
4. Rispa Sari Putri A. : 1815401137
5. Sulis Julia Wati : 1815401138

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


D3 KEBIDANAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
PENGERTIAN BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Bahasa Indonesia


Berikut beberapa pengertian bahasa dari para ahli:
1. Plato
Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata
(nama benda) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide
seseorang dalam arus udara lewat mulut.
2. Ferdinand De Saussure
Bahasa merupakan ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan
bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang
berbeda dari kelompok yang lain.
3. Bill Adams
Definisi bahasa adalah suatu sistem pengembangan psikologi individu
dalam sebuah konteks inter-subyektif.
4. Wahyu Wibowo
Dalam bukunya Otonomi Bahasa 7 Strategi Tulis Pragmatik Bagi Praktisi
Bisnis dan Mahasiswa (2001), bahasa merupakan sistem simbol bunyi yang
bermakna dan berartikulasi yang bersifat arbitrer dan konvensional.

B. Sifat – Sifat Bahasa Indonesia


Sifat atau ciri bahasa adalah tanda khas yang hanya ada pada bahasa,
sehingga membedakannya dengan sesuatu hal lain. Sifat/ciri bahasa pada
dasarnya berangkat dari definisi tentang bahasa. Beberapa hal yang menjadi
dasar bahasa terdapat pada definisi bahasa, namun sebagian yang lain adalah
pengembangan dari definisi yang ada. Berikut adalah 13 sifat/ciri bahasa
menurut Chaer (2012:33):

1. Bahasa Adalah sebuah Sistem


Sistem adalah sesuatu yang tersusun, teratur, dan berpola. Kata sistem dapat
diartikan sebagai suatu susunan teratur yang berpola sehingga membentuk
suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Artinya, sistem bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri, sistem adalah keseluruhan dari sistem bawahan
yang membentuknya. 
Sebagai sebuah sistem, bahasa juga bersifat sistematis dan sistemis.
Sistematis artinya bahasa tersusun secara terartur dan berpola. Adapun
sistemis artinya bahasa tersusun dari beberapa sub-sistem. Sub-sistem
bahasa di antaranya sintaksis, morfologi, fonologi, semantik, dan leksikon.
Berikut adalah penjabaran secara ringkas tentang beberapa sub-sistem
bahasa tersebut.
Sintaksis adalah sub-sitem ilmu bahasa/linguistik yang mempelajari tentang
susunan kalimat. Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari
tentang bentuk kata. Fonologi adalah sub-sistem ilmu bahasa yang
mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa. Semantik adalah sub-sistem ilmu
bahasa yang mempelajari tentang makna. Leksikon adalah cabang ilmu
linguistik yang mempelajari tentang kosakata. 

2. Berwujud Lambang
Lambang dalam bahasa juga merupakan bagian dari sistem. Lambang,
dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan simbol. Secara sederhana
lambang diartikan sebagai suatu tanda yang mengandung maksud tertentu.
Menurut W. et al. (2017:1.5) bahasa merupakan sistem simbol, baik berupa
bunyi dan/atau tulisan yang dipergunakan dan disepakati oleh suatu
kelompok sosial. Ditinjau dari ilmu bahasa (linguistik), lambang dapat
berbentuk, abjad, angka, dan pelafalannya (bunyi). Bunyi dikategorikan
sebagai lambang, sebab bunyi adalah bagian dari tanda.

3. Berupa Bunyi
Istilah bunyi dan suara adalah dua kata yang sama (bersinonim). Namun
demikian untuk membedakan dua kata tersebut dapat menyimak penjelasan
berikut. Suara adalah bunyi yang dikeluarkan dari alat ucap (manusia atau
hewan) dan gesekan benda. Bunyi adalah sesuatu yang terdengar oleh alat
dengar. Disebut suara ketika bunyi dihasilkan, disebut bunyi ketika suara itu
diterima.
Sama halnya dengan lambang, bunyi dalam bahasa juga merupakan bagian
dari sistem. Secara sederhana bunyi adalah sesuatu yang diterima oleh alat
pendengaran, baik dari gesekan benda, alat suara pada hewan atau manusia.
Namun, bunyi yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang
diucapkan oleh manusia yang berupa huruf, kata, kalimat, atau wacana.
Sehingga, walaupun dihasilkan oleh alat ucap manusia, teriakan, tangisan,
dan batuk bukan merupakan bunyi bahasa.
4. Bersifat Arbitrer (Manasuka)
Arbitrer, dalam bahasa Indonesia juga dapat diartikan sebagai manasuka,
berubah-ubah, tidak tetap, dan sewenang-wenang. Istilah arbitrer dalam
pengertian ini artinya tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa
(huruf, angka, dan bunyi) dengan konsep dari lambang tersebut.
Misalnya, konsep dari binatang berkaki empat yang biasa dipelihara untuk
ditunggangi atau angkutan dalam lambang bahasa Indonesia ditulis sebagai
kata kuda dan dibunyikan [kuda]. Sedangkan dalam bahasa lain, seperti
Bima disebut dengan [jara], bahasa Jawa [jaran], dan bahasa Inggris
[horse]. Walaupun hewannya sama, namun dilambangkan (tulis atau lisan)
secara berbeda. Jika memang ada hubungan yang wajib, maka sudah tentu
nama hewan itu ditulis dan disebut dengan kata yang sama pada semua
bahasa.

5. Bermakna
Ciri lain dari bahasa adalah memiliki makna. Makna atau arti adalah
pengertian yang diberikan pada suatu bentuk kebahasaan. Bentuk
kebahasaan atau yang juga disebut dengan satuan kebahasaan dapat berupa
morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Bentuk kebahasaan
tersebut pasti memiliki makna entah itu makan leksikal (morfem dan kata),
makna gramatikal (frase, klausa, dan kalimat), atau makna
pragmatik/konteks (wacana).
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipastikan bahwa semua ucapan yang tidak
bermakna bukanlah bahasa. Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa sebagai
bunyi, sebab tidak semua bunyi dapat disebut dengan bahasa. Pun begitu
dengan fungsi bahasa sebagai lambang, semua lambang yang tidak
mempunyai makna tidak dapat disebut dengan bahasa. Perlu diperhatikan
pula bahwa bentuk bahasa yang belum diketahui maknanya bukan berarti
tidak memiliki makna.

6. Konvensional
Konvensional artinya berdasarkan pemufakatan atau kesepakatan suatu
kelompok. Bahasa, walaupun bersifat arbitrer (manasuka) namun dalam
penggunaan lambang harus diikuti oleh setiap kelompok masyarakat
tersebut. Misalnya, kelompok masyarakat bahasa Indonesia harus mengikuti
aturan yang telah disepakati oleh masyarakat Indonesia. Begitu juga dalam
kelompok masyarakat bahasa daerah maupun komunitas yang lebih kecil.

7. Unik
Ciri selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bersifat unik. Unik secara
singkat dapat diartikan sebagai ciri khas/ciri khusus. Bahasa bersifat unik
artinya bahasa memiliki ciri khas tersendiri pada setiap sistem dan
penggunaannya. Ciri khas tersebut berlaku pada semua bahasa yang ada di
dunia. Tentang keunikan ini, Chaer (2012:52) menyatakan jika keunikan
terjadi pada sekelompok bahasa yang berada dalam satu rumpun atau satu
kelompok bahasa, lebih baik jangan disebut keunikan, melainkan ciri dari
rumpun atau golongan bahasa itu. Misalnya rumpun bahasa Melayu-
Polinesia seperti bahasa Kalimantan, Filipina Utara, Sulawesi, Jawa, dan
Sumba. Bahasa dalam rumpun Melayu Polinesia tersebut memiliki ciri
awalan (prefix), sisipan (infix), akhiran (sufix), dan kombinasinya serta
reduplikasi untuk mengekspresikan berbagai nilai.

5. Fungsi Bahasa Pada Umumnya


Secara umum ada 4 fungsi bahasa
1. Bahasa sebagai alat komunikasi
Bahasa merupakan saluran maksud seseorang, yang melahirkan perasaan
dan memungkinkan masyarakat untuk bekerja sama. Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Pada saat menggunakan
bahasa sebagai komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau
pendengar menjadi sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang
dikatakan komunikatif karena bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang
memerlukan orang lain sebagai mitra berkomunikasi, manusia memakai dua
cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non verbal. Berkomunikasi secara
verbal dilakukan menggunakan alat/media bahasa (lisan dan tulis),
sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan menggunakan media
berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda lalu
lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.

2. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi social.


Pada saat beradaptasi dilingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa
yang digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang
akan menggunakan bahasa yang non standar pada saat berbicara dengan
teman- teman dan menggunakan bahasa standar pada saat berbicara dengan
orang tua atau yang dihormati. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa
memudahkan seseorang untuk berbaur dan menyesuaikan diri dengan
bangsa.

3. Sebagai alat kontrol Sosial.


Yang mempengaruhi sikap, tingkah laku, serta tutur kata seseorang. Kontrol
sosial dapat diterapkan pada diri sendiri dan masyarakat, contohnya buku-
buku pelajaran, ceramah agama, orasi ilmiah, mengikuti diskusi serta iklan
layanan masyarakat. Contoh lain yang menggambarkan fungsi bahasa
sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai
alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat
efektif untuk meredakan rasa marah kita.

4. Sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri.


Mampu mengungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan. Melalui
bahasa kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di
dalam hati dan pikiran kita. Ada 2 unsur yang mendorong kita untuk
mengekspresikan diri, yaitu:
- Agar menarik perhatian orang lain terhadap diri kita.
- Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
POLITIK BAHASA NASIONAL

A. Sejarah Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu,
para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan
Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2)
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah
Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan
tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang
Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa
negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara
lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak
zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca)
bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak
abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di
Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka
tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka
Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu
bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna
itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah
(Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor
ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa
Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga
dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai
bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun
sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar
Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar
agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada
bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), yang berdampingan
dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan
(lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas
dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti
tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M,
maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan
menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau,
antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa
Melayu tidak mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta
makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu
yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya
dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata
dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa
Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan
bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu.
Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang
menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan
bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan,
persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa
Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945,
telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh
berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa
persatuan atau bahasa nasional. Kedudukan ini dimiliki oleh bahasa Indonesia
sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 dan
dimungkinkan oleh kenyataan bahwa (1) bahasa Melayu, yang mendasari
bahasa Indonesia itu, telah dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca)
selama berabad-abad sebelumnya di seluruh kawasan Indonesia dan (2) di
dalam masyarakat Indonesia tidak terjadi persaingan bahasa, yaitupersaingan
di antara bahasa daerah yang satu dan bahasa daerah yang lain untuk
mencapai kedudukan sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai
1. Lambang kebanggaan nasional,
2. Lambang identitas nasional,
3. Alat pemersatu berbagai kelompok etnik yang berbeda latar belakang
sosial budaya dan bahasanya, serta
4. Alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah.
Kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia dapat disejajarkan dengan
kebanggaan kita terhadap bendera Merah Putih atau lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Rasa bangga terhadap bahasa Indonesia merupakan wujud
sikap positif pemakainya. Sikap positif itu tercermin jika kita lebih senang
menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa asing. Misalnya, dalam
ajang perhelatan dunia, seperti Thomas Cup, yang diselenggarakan di
Indonesia, Presiden Republik Indonesia memberikan sambutannya pada
upacara pembukaan kegiatan itu dalam bahasa Indonesia. Kita juga akan
bangga jika melihat papan nama yang bertuliskan Balai Sidang Jakarta atau
Rumah Makan Si Doel daripada Jakarta Convention Center atau Si Doel
Restaurant.
Jati diri atau identitas kita sebagai bangsa Indonesia, antara lain, dapat
diketahui melalui kemampuan kita menggunakan bahasa Indonesia, di
samping kartu identitas yang lain, seperti kartu tanda penduduk (KTP), surat
izin mengemudi (SIM), dan paspor. Oleh karena itu, melalui percakapan
seseorang dalam bahasa Indonesia, tentu dengan lafal bahasa Indonesia yang
baik, kita dapat menerka asal atau bangsa orang tersebut.
Sebagai alat pemersatu, bahasa Indonesia yang semula berasal dari
bahasa Melayu terbukti dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang
berbagai ragam etnis, budaya, agama, dan bahasa ibunya. Oleh karena itu,
pada 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia menyatakan sikap politiknya yang
dikenal dengan Sumpah Pemuda sebagai berikut:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,
tanah Indonesia.
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa
Indonesia.
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Pada teks di atas tampak jelas bahwa maksud ikrar pertama dan kedua
berbeda dengan ikrar ketiga. Ikrar pertama dan kedua berupa pernyataan
pengakuan terhadap tumpah darah dan bangsa yang satu, sedangkan ikrar
ketiga berupa pernyataan sikap untuk menjunjung atau menempatkan bahasa
Indonesia di atas bahasa daerah yang lain sebagai bahasa persatuan. Perlu
Anda ingat bahwa butir ketiga Sumpah Pemuda itu tidak berbunyi, Kami
putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa yang satu, bahasa Indonesia,
sebagaimana yang ada dalam ingatan (hafalan) anak didik atau masyarakat
pada umumnya. Hal itu terjadi karena adanya lagu Satu Nusa Satu Bangsa
yang larik pertamanya berbunyi, “Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa kita...”
Seandainya butir ketiga Sumpah Pemuda itu berbunyi demikian, sebanyak
726 bahasa daerah yang kini masih hidup dan masih digunakan masyarakat
penuturnya tentu tidak mempunyai hak hidup. Patut diakui bahwa para tokoh
pemuda kita pada waktu itu sangat cerdas dan berpikir jauh ke depan
sehingga ratusan bahasa daerah masih dapat bertahan hidup hingga kini.
Walaupun demikian, ada juga yang menduga bahwa bahasa daerah yang
jumlah penuturnya kecil lambat laun akan mengalami kepunahan.
Pernyataan sikap di atas dipertegas dalam penjelasan Pasal 36 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa bahasa-bahasa daerah yang dipelihara dengan baik, dihormati dan
dipelihara juga oleh negara.
Dengan alat bahasa Indonesia, bangsa Indonesia yang terdiri atas
berbagai suku bangsa itu mampu bersatu sehingga dapat mengusir penjajah
dari bumi Indonesia. Dapat dibayangkan seandainya tidak ada bahasa Melayu
atau bahasa Indonesia pada waktu prakemerdekaan itu, bangsa Indonesia
yang terdiri atas etnis Batak, Aceh, Minangkabau, Melayu, Sunda, Jawa, Bali,
Makassar, Banjar, Bugis, dan sebagainya akan mengungkapkan gagasannya
dalam bahasa etnis masing-masing. Jika itu yang terjadi, bagaimana mungkin
mereka dapat menyatukan gagasannya untuk berjuang melawan penjajah.
Sebagai alat perhubungan, bahasa Indonesia mampu memperhubungkan
bangsa Indonesia yang berlatar belakang sosial budaya dan bahasa ibunya
yang berbeda-beda. Berkat bahasa nasional, suku-suku bangsa yang berbeda
bahasa ibunya itu dapat berkomunikasi dengan lancar dan akrab.
Denganmodal bahasa Indonesia, kita dapat menjelajah seluruh wilayah negara
Republik Indonesia tanpa hambatan komunikasi.
Selain berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang terdapat
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab
XV, Pasal 36, yakni Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia


berfungsi sebagai
1. Bahasa resmi kenegaraan,
2. Bahasa pengantar resmi di lembaga pendidikan,
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional,
4. Bahasa resmi untuk pengembangan kebudayaan nasional,
5. Sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern,
6. Bahasa media massa,
7. Pendukung sastra indonesia, serta
8. Pemerkaya bahasa dan sastra daerah.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai dalam
penyelenggaraan kenegaraan, seperti dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan. Dokumen, surat keputusan, undang-undang, naskah pidato, dan
surat-menyurat kenegaraan yang disusun atau dikeluarkan pemerintah, badan,
atau lembaga pemerintahan lain harus tertulis dalam bahasa Indonesia.
Sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan, bahasa Indonesia
dipakai sebagai bahasa resmi di semua jenjang pendidikan, dari taman
kanakkanak sampai perguruan tinggi. Untuk mempermudah pemahaman
siswa, bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar di tingkat
permulaan, yakni di tingkat taman kanak-kanak sampai sekolah dasar tahun
ketiga. Di wilayah Jawa Barat, misalnya, bahasa Sunda dapat digunakan
sebagai bahasa pengantar di taman kanak-kanak sampai kelas tiga sekolah
dasar.
Sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, bahasa Indonesia
merupakan satu-satunya bahasa yang digunakan untuk membina dan
mengembangkan kebudayaan nasional yang memiliki ciri dan identitas
tertentu yang membedakannya dengan kebudayaan daerah. Misalnya, agar
seni batik tulis yang berasal dari kebudayaan Jawa atau tenun songket dari
Palembang dikenal oleh masyarakat Indonesia yang lebih luas,
bahasaIndonesia dipakai untuk mengenalkan dan mengembangkan
kebudayaan tersebut.
C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah
Dalam hubungan dengan kedudukan bahasa Indonesia, baik sebagai
bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara, bahasa-bahasa yang
digunakan masyarakat di Indonesia kecuali bahasa Indonesia, bahasa rumpun
Melayu, dan bahasa asing berkedudukan sebagai bahasa daerah. Kedudukan
tersebut berdasarkan kenyataan bahwa bahasa daerah itu digunakan sebagai
sarana perhubungan dan pendukung kebudayaan di daerah atau dalam
masyarakat etnik tertentu di Indonesia.Dalam hubungan itu, bahasa daerah
berfungsi sebagai
1. Lambang kebanggaan daerah,
2. Lambang identitas daerah,
3. Alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah,
4. Sarana pendukung budaya daerah dan bahasa indonesia, serta
5. Pendukung sastra daerah dan sastra indonesia.
Dalam hubungan dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah
berfungsi sebagai
1. Pendukung bahasa Indonesia
Bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang
keberadaannya diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2)
menegaskan bahwa “Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional.” dan juga sesuai dengan perumusan
Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, bahwa bahasa daerah
sebagai pendukung bahasa nasional merupakan sumber pembinaan
bahasa Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada bahasa Indonesia,
antara lain, bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa
kata. Demikian juga sebaliknya, bahasa Indonesia mempengaruhi
perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik antara bahasa
Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi dalam
perkembangannya.
2. Bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar di daerah
tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan/atau
pelajaran lain
Di daerah tertentu, bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar
di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga
(kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia , kecuali
daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah
sebagai bahasa ibu.
3. Sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia.
Seringkali istilah yang ada di dalam bahasa daerah belum muncul di
bahasa indonesia sehingga bahasa indonesia memasukkannya istilah
tersebut , contohnya “ gethuk “ { penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya
yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) }
karena di bahasa indonesia istilah tersebut belum ada, maka istilah
“gethuk“ juga di resmikan di bahasa indonesia sebagai istilah dari
“penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian
dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) “.

D. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Asing


Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, bahasa
selain bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa rumpun Melayu yang
digunakan di Indonesia berkedudukan sebagai bahasa asing. Bahasa asing itu,
baik yang digunakan dan diajarkan, maupun yang digunakan tanpa diajarkan
di lembaga pendidikan tingkat tertentu, tidak bersaing dengan bahasa
Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara.
Bahasa asing juga tidak bersaing dengan bahasa-bahasa daerah, baik sebagai
lambang nilai sosial budaya maupun sebagai alat perhubungan masyarakat
daerah.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa selain bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa rumpun Melayu, berfungsi sebagai
1. Alat perhubungan antarbangsa dan
2. Sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia juga dapat memiliki fungsi
lain. Bahasa Inggris, misalnya, merupakan bahasa asing yang diutamakan
sebagai sumber pengembangan bahasa Indonesia, terutama dalam kaitannya
dengan pengembangan tata istilah keilmuan. Sementara itu, bahasa Arab
berfungsi sebagai bahasa keagamaan dan budaya Islam. Jika diperlukan,
bahasa-bahasa asing lainnya juga dapat berfungsi sebagai pemerkaya
perbendaharaan kata bahasa Indonesia. 
RAGAM BAHASA INDONESIA
A. Ragam Bahasa
Pengertian
Sebagai gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh
faktor-faktor kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor di luar kebahasaan.
Faktor-faktor di luar kebahasaan yang berpengaruh terhadap pemakaian
bahasa antara lain faktor lokasi geografis, waktu, sosiokultural, dan faktor
situasi. Adanya faktor-faktor tersebut menimbulkan perbedaan-perbedaan
dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi
pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan
atau varian dalam bahasa yang masing-masing menyerupai pola umum
bahasa indukdisebutragambahasa.
Adapun pengertian ragam bahasa menurut beberapa ahli,
yaitu sebagai berikut.
1. Ragam bahasa menurut Bachman(1999)
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, kavvan bicara. orang yang dibicarakan, serta menurut
mediumpembicara.
2. Ragam bahasa menurut Dendy Sugono(1999)
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua
pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan takbaku. Dalam
situasi resmi. seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam
pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya, dalam situasi
takresmi, seperti di rumah, di taman, atau di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasabaku.
Dapat disimpulkan dari kedua pengertian di atasbahwa ragam
Bahasa ialah variasi Bahasa yang disesuaikan oleh pemakainya dan
dapat berupa Bahasa baku dan tak baku Bahasa formal dan tak
formal dan lain sebagainya.
B. Fungsi ragam bahasa
Fungsi bahasa Indonesia dalam kapasitasnya sebagai bahasa nasional:
1. Mampu menyatukan ribuan bahasa yang beragam di Indonesia
2. Speaker Indonesia mampu
3. Simbol kebanggaan nasional
4. Simbol identitas nasional
5. Berarti menyatukan berbagai kelompok etnis
6. Pemersatu alat perhubungan antara budaya dan antar-regional
Fungsi sebagai bahasa negara:
1. Bahasa resmi negara
2. Bahasa pengantar dalam pendidikan
3. Berarti komunikasi di tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan pembangunan nasional dan pelaksanaan
4. Budaya dan pengembangan alat-alat ilmu pengetahuan dan
teknologi
a. Factor penentudigunakannyaragam Bahasa
1. Waktu
Kronolek merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh
kelompok sosial pada masa atau waktu tertentu. Maksudnya variasi
bahasa yang digunakan pada tahun sembilan puluhan, variasi
bahasa yang digunakan pada tahun dua ribuan pasti akan berbeda.
Contohnya : pada zaman 90-an biang gossip disingkat (BIGOS)
dan pada saatinibiang gossip terkenaldengan (LambeTurah),
Semua ini berkembang sesuai dengan zaman.
2. Tempat
Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak
geografis atau tempatsering disebut dialek, hal yang mendasari
dialek adalah wilayah atau tempat tinggal si penutur,Contohnya
adalah Bahasa Lampung dialek A berbeda dengan bahasa
Lampung dialek O walaupun keduanya satu bahasa.
Meskipunbegitusetiap individu memiliki idioleknya masing-
masing, namun mereka tetap mempunyai kesamaan ciri yang
menandai bahwa mereka berada pada satu dialek yang berbeda
dengan kelompok lain.
3. Sosiokultural
Ragam Bahasa berdasarkan sosiokultural adalah bahasa yang
berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para
penuturnya contohnya Bahasa dikalangan masyarakat awam akan
berbeda dengan masyarakat terpelajar
4. Situasi
Ragam bahasa terjadi karena faktor situasi berbahasa. Bahasa dapat
berubah karena situasi tertentu. Misalnya dalam situasi formal,
bahasa yang digunakan akan menjadi Bahasa yang formal, dan
sopan. Berbeda bila bahasa digunakan dalam situasi non formal
misalnya ketika berbincang dengan temansebaya, atau teman
sekelompoknya. Bahasa yang digunakanialah bahasa sehari-hari,
namun memungkinkan juga Bahasa yang digunakan ialah bahasa
yang hanya dimengerti oleh sekelompok tersebut.

b. Ragam Bahasa Indonesia


i. Ragam Ringkas
Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana santai dan akrab
biasanya berbeda jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang
digunakan dalan suasana resmi. Dalam suasana akrab, santai, tidak
formal, misalnya, ada kecenderungan seorang memilih
menggunakan kalimat-kalimat pendek, bahkan sering menggunakan
kata-kata atau ungkapan yang maknanya hanya dipahami secara
jelas oleh peserta percakapan yang terbatas. Ragam ini sering
disebut dengan ragam ringkas (restricted code).

Ragam Lengkap
Namun, dalam suasana resmi seperti dalam pidato, cerama lmiah,
perkuliahan, serta dalam rapat-rapat resmi mereka biasanya
menggunakan kalimat-kalimat panjang, kemudian pilihan kata dan
ungkapannya pun sesuai dengan kaidah bahasa yang baku. Ragam
ini sering disebut dengan ragam lengkap (elaborate code).
ii. RagamLisan
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap (organ of speech). Dalam ragam
bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti
tata bahasa. kosakata, dan lafal dalam pengucapannya. Dalam
hal ini dengan memperhatikan hal-hal tersebut, pembicara dapat
mengatur tinggi rendah suara atau tekanan yang dikeluarkan,
mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak tangan atau
isyarat untuk mengungkapkan ide sangpembicara.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal berikutini.
a) Ragam bahasacakapan.
b) Ragam bahasapidato.
c) Ragam bahasakuliah.
d) Ragam bahasapanggung.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan. yakni seperti dibawah ini.
a) Memerlukan kehadiran oranglain.
b) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secaralengkap.
c) Terikat ruang danwaktu.
d) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Kelebihan ragam bahasa lisan. yakni sebagi berikut.
a) Dapat disesuaikan dengan situasi.
b) Faktorefisiensi.
c) Faktorkejelasan.
d) Faktorkecepatan.
e) Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang
memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan
olehpenutur.
f) Penggunaan bahasa lisan bisa berdacarkan
pengetahuan serta penalsiran dari informasi audit, visual
dan kognitif sangpenutur.
Kelemahan ragam bahasa lisan, yakni seperti di bawah ini.
a) Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap,
bahkan terdapat frase-frasesederhana.
b) Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c) Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan
denganbenar.
d) Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidakformal.
Contoh Penggunaan
Ragam Lisan
1. Enggak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya
luka.
2. Semalam ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor.
3. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.
4. Pak Guru pagi ini menyuruh kami mengumpulkan tugas yang
kemarin.
5. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini
disebabkan oleh rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam
sungai.
RagamTulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Dalam ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan beberapa
hal seperti tata cara penulisan (ejaan) disamping aspek tata
bahasa dan pemilihan kosakata, dalam hal ini kita dituntut untuk
tepat dalam pemilihan unsur tata bahasa seperti bentuk kata,
susunan kalimat, pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan,
dan juga penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan
idekita.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi ha!-hal di bawah ini.
a) Ragam bahasateknis
b) Ragam bahasaundang-undang
c) Ragam bahasacatatan
d) Ragam bahasasurat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut.
a) Tidak memerlukan kehadiran oranglain.
b) Adanya unsur gramatikal (hubungan antar unsur-unsur
bahasa dalam satuan yang lebih besar) yang dinyatakan
secara lengkap.
c) Tidak terikat oleh ruang danwaktu.
d) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa tulis, yakni sebagaiberikut
a) Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis
untuk dikemas menjadi media atau materi yang lebih
menarik danmenyenangkan.
b) Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan
kehidupan masyarakatnya.
c) Sebagai sarana untuk memperkayakosakata.
d) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan,
memberikan informasi, serta dapat mengungkap unsur-
unsur emosi sehingga mampu meningkatkan wawasan
sipembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis, yakni sebagi berikut
a) Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti
bahasa lisan tidak ada. Akibatnya, bahasa tulis pun harus
disusun lebih sempurna.
b) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas danjujur.
c) Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak
dapatdiperjelas.
ContohPenggunaan
Ragam Tulisan
1. Ardi tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya
terluka.
2. Kemarin malam, ada berita tentang kecelakaan mobil yang
menabrak motor.
3. Adik sedang menggambar pemandangan alam di desa.
4. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas
yang diberikan kemarin.
5. Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan ini
disebabkan rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke sungai.
iii. Ragambaku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar pemakainya sebagai bahasa resmi dan
sebagaikerangka acuan normabahasa dalam penggunaannya.
Ragam baku juga merupakan ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi),
yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi,
atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut
ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.

Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:


a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau
katarasa dibubuhiawalan pe-, akan terbentuk
kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk
kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa,
kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin,
bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata
pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan
mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko
tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya
disebutlangganan dan orang yang berlangganan itu
disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai
pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-
orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan
pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan
formal (sekolah)
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat
memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau
penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran
yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses
pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa.
Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-
titikkeseragaman. ContohnyaPelayan Pesawat dianjurkan untuk
memakai istilah pramugara danpramugari. 
/Ragam tidak baku banyak mengandung unsur-unsur dialek dan
bahasa daerah sehingga ragam bahasa tidak baku banyak sekali
variasinya. Selaindialek, ragambahasatidakbaku juga
bervariasidalamhallafalataupengucapan, kosa kata, strukturkalimat
dan sebagainya. Untukmengatasikeanekaragamanpemakaianbahasa
yang
merupakanvariasidaribahasatidakbakumakadiperlukanbahasabahas
abakuataubahasastandar.
D. Ragam Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
a. Pengertian
Bahasa Indonesia merupakan media komunikasi utama masyarakat
Indonesia. Ada kalanya Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua,
setelah bahasa ibunya oleh karena masyarakat Indonesia berada
dalam tataran situasi bilingual atau multilingual. Hal itu juga
dipengaruhi oleh perkembangan zaman, dan fenomena berbahasa
sesuai usia dan lingkungan pemakainya pada suatu masa
tertentu.Diawal abad ke20 para pejuang kemerdekaan Indonesia
sudah menyadari pentingnya kebutuhan satu bahasa nasional yang
mampu menyatukan seluruh rakyat Indonesia jika negera ini ingin
merdeka dari penjajahan Belanda. Dengan Sumpah Pemuda, pada
tanggal 28 Oktober1928, sekelompok pemuda tersebut bersumpah
satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu
Indonesia.Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang lahir
karena suatu keputusan dan perencanaan. Ketika kemerdekaan
Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945,
Bahasa Indonesia pun resmi menjadi bahasa nasional dalam arti
yang sesungguhnya.

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai


dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam
situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat
arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan
BahasaIndonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam
situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan
hendaklah digunakan Bahasa Indonesia yang resmi dan formal
yang selalu memperhatikan norma bahasa.
Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia
yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia
yang berlaku. Kaidah Bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah
pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan
paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan
digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati secara
konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika
kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut
dianggap tidak benar atau tidak baku.
b. DalamSituasiApaDigunakan
yaitu pada situasi formal, penggunaanbahasa Indonesia yang
benar menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa.
c. Ketaatanterhadapkaidah yang berlaku
Kriteria yang digunakan untuk melihat penggunaan bahasa yang
baik dan benar adalah kaidah bahasa dan kaidah itu sendiri
meliputi 6 aspek diantaranya adalah : Tata bahasa (Kata dan
Kalimat), Kosakata,Ejaan;,Makna;, kelogisan, Dan Pada aspek
tata bunyi.
TATA EJAAN BAHASA INDONESIA (KAIDAH PUEBI)

A. Pemakaian Huruf
1. Pemakaian Huruf Kapital
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
1. Bagaimana caranya?
2. Kakek memetik mangga.
3. Saya harus rajin belajar.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan. Misalnya:
1. James Watt
2. James Prescott Joule
3. Dewi Sartika
4. Raja Dangdut
5. Bapak Pendidikan
6. Bapak Pramuka Indonesia
7. Teuku Umar
8. Diandra Aurelia

Catatan:

a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
1. 360 kelvin
2. 200 pascal
3. Bunga mawar
4. Kacang polong

b. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata


yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti, boru, dan van, atau
huruf pertama kata tugas. Misalnya:
1. Ahmad Aldian bin Chandra
2. Aisyah binti Abu Bakar
3. Kahiyang Ayu boru Siregar
4. Hubertus Johannes van Mook

3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.


Misalnya:
1. Ibu bertanya, “ Siapa yang menjemput adik?”
2. Dian mengingatkan adiknya, “Jangan lupa sarapan ya, Dik!”
3. “Kakak lulus dengan nilai terbaik,” katanya.
4. Nenek berkata, “Jangan suka jajan sembarangan.”

4.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti
untuk Tuhan. Misalnya:
1. Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengakui enam
agama, yaitu Islam, Buddha, Hindu, Protestan, Katolik, dan
Konghucu
2. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka
3. Allah akan menjaga hamba-Nya yang beriman
4. Ya, Tuhan, berilah petunjuk pada hamba-Mu

5.) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti
nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
1. Pangeran Diponegoro
2. Sultan Hasanudin
3. Haji Ahmad Rifai
4. Nabi Musa
5. Syekh Abdul Fattah Rawa
6. Professor Yohanes Surya
7. Anggia Nur Fadhilah, Ahli Madya Kebidanan
8. Ardian Kusuma, Sarjana Akuntansi
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:

1. Sehat selalu, Baginda


2. Selamat pagi, Panglima
3. Terima kasih, Direktur
4. Apa kabar, Ustaz
5. Terima kasih, Dokter

6.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
1. Gubernur Lampung
2. Walikota Bandar Lampung
3. Profesor Supomo
4. Sekertaris Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
5. Direktur Poltekkes Tanjungkarang
6. Letnan Kolonel Untung Sutopo
7. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan

7.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Misalnya:
1. bangsa Singapura
2. suku Lampung
3. bahasa Jawa

Catatan:

Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai


bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1. Gaya berpakaiannya kekorea-koreaan
2. Menginggriskan kata-kata
3. Icha berbicara sedikit kejawa-jawaan

8.) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
1. tahun Masehi
2. bulan Desember
3. bulan Ramadhan
4. hari Raya Idul Fitri
5. hari Waisak
6. hari Minggu

8.) b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama


peristiwa sejarah. Misalnya:

1. Konferensi Meja Bundar


2. Peristiwa Bandung Lautan Api
3. Perundingan Roem Royen
4. Peristiwa Rengasdengklok

Catatan:

Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama


tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:

1. Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa


Indonesia.
2. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Misalnya:
1. Lampung
2. Asia Tenggara
3. Pulau Miangas
4. Dataran Tinggi
5. Selat Sunda
6. Asia Selatan
7. Gunung Rinjani
8. Jalan Malioboro
9. Sungai Kapuas

Catatan:

a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak


ditulis dengan huruf kapital.
1. Berlayar ke teluk mandi di sungai
2. Menyebrangi selat berenang dindanau
3. Para wisatawan mendaki gunung
4. Banyak orang yang masih mencuci di sungai

b. Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama


jenis tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya:
1. jeruk bali
2. nangka belanda
3. petai cina
4. talas bogor
5. gula jawa
6. apel malang
7. pisang ambon
8. kunci inggris

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis


dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain
dalam kelompoknya. Misalnya:

1. Kita mengenal beberapa gula, seperti gula jaw, gula pasir,


gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
2. Ada beberapa jenis pisang, yaitu pisang ambon, pisang
kapok, pisang raja, dan lain-lain
3. Kita mengenal beberapa jenis jeruk, yaitu jeruk bali, jeruk
nipis, jeruk mandarin, dan lain-lain

Contoh berikut bukan nama jenis:

1. Dia mengoleksi batik Cirebom, batik Pekalongan, batik


Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura
2. Para penari menghafalkan tarian Lampung, tarian Aceh,
dan tarian Bali
3. Minggu depan akan ditayangkan film Indonesia, film
Korea, dan film Thailand

10.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:
1. Republik Ceko
2. Dewan Perwakilan Rakyat
3. Komisi Yudisial
4. Ikatan Bidan Indonesia
5. Perserikatan Bangsa-Bangsa
6. Himpunan Mahasiswa Jurusan
7. Republik Rakyat Tiongkok

11.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel,
dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata
tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak
pada posisi awal. Misalnya:
1. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
2. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra
3. Kami menyajikan makalah “Tata Ejaan Bahasa Indonesia”
4. Dia telah membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang
5. Mahasiswa membuat artikel Pengaruh Olahraga untuk
Kesehatan Tubuh

12.)Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama


gelar, pangkat, atau sapaan. Misalnya:
1. S. E : Sarjana Ekonomi
2. S.H.I : Sarjana Hukum Islam
3. K.H : kiai haji
4. Hj. : hajah
5. R.A. : raden ajeng
6. Dg. : daeng
7. Dt. : datuk
8. A.Md.Keb : Ahli Madya Kebidanan
9. S.Keb : Sarjana Kebidanan
10. Tn. : Tuan
11. Ny. : Nyonya
12. Ipda : Inspektur Polisi Dua

13.)Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk


hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman,
serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
1. “Dimana Bapak sekarang?” Tanya Mila.
2. “Ayo makan Dik!” kata orang itu.
3. Paket Saudara telah kami terima dalam kondisi baik.
4. “Lisa, Paman besok akan mengunjungi kita.” kata Lusi.
5. “Minum jus apa, Kak?”

Catatan:
a. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
1. Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
2. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
b. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
1. Sudahkah Anda tahu?
2. Siapa nama Anda?
3. Bagaimana kabar keluarga Anda?
4. Mengapa Anda tidak ikut bekerja?

2. Pemakaian Huruf Miring


1.) Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam
daftar pustaka. Misalnya:
1. Rihana sudah merangkum buku Asuhan Kebidanan Kehamilan
2. Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala
3. Pusat Bahasa.2011. Kampus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua).Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
4. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
5. Majalah Tempo berjudul Sang Dalang Perusak Bhinneka

2.) Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan


huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
1. Mahasiswa diminta untuk membuat kalimat dengan ungkapan
anak emas
2. Huruf terakhir kata cepat adalah t
3. Dia tidak membantu tapi dibantu
4. Dia bukan mengajar, tetapi diajar
5. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan tebal telinga

3.) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:.
1. Makanan yang mengandung monosodium glutamate tidak baik
untuk kesehatan
2. Indonesia pernah mengalami kerja paksa, Romusha
3. Semut termasuk kelompok serangga yang merupakan anggota
keluarga dari Artropoda

Catatan:

1. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi,


dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan
huruf miring.
2. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer),
bagian yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
3. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang
dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis
dengan huruf miring.

B. Singkatan dan Akronim


1.) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu. Misalnya:
1. SE : Sarjana Ekonomi
2. S.Sos. : Sarjana Sosial
3. S.Kom. : Sarjana Komunikasi
4. S.K.M : Sarjana Kesehatan Masyarakat
5. S.Psi. : Sarjana Psikologi
6. S.Tr.Keb : Sarjanan Terapan Kebidanan
7. Kol. Darmawati : Kolonel Darmawati
2.) a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik. Misalnya:
1. PBB :Perserikatan Bangsa-Bangsa
2. WHO ;Organisasi Kesehatan Dunia
3. PGRI :Persatuan Guru Republik Indonesia
4. KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia
5. RUU : Rancangan Undang-Undang
6. NKRI :Negara Kesatuan Republik Indonesia
7. UI :Universitas Indonesia
8. KUHP :Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. NIM : Nomor Induk Mahasiswa
2. NIP : Nomor Induk Pegawai
3. KTP : Kartu Tanda Penduduk
4. SIM : Surat Izin Mengemudi
5. STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan
6. KTM : Kartu Tanda Mahasiswa
7. SMA : Sekolah Menengah Atas
8. MAN : Madrasah Aliah Negeri
9. SD : Sekolah Dasar

3.) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik. Misalnya:
1. hlm. : halaman
2. dll. : dan lain-lain
3. dst. : dan seterusnya
4. sda. : sama dengan di atas
5. sdr. : saudara
6. dsb. : dan sebagai berikut
7. yth. : yang terhormat
8. dkk. : dan kawan-kawan
9. ybs. : yang bersangkutan
10. yth. : yang terhormat
11. ttd. : tertanda

4.) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
1. a.n. : atas nama
2. d.a. : dengan alamat
3. u.b. : untuk beliau
4. u.p. : untuk perhatian
5. s.d. : sampai dengan

5.) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan


mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
1. km : kilometer
2. mm : millimeter
3. dm : desimeter
4. cm : sentimeter
5. Cu : kuprum
6. Ca : kalsium
7. kVA : kilovolt-ampere
8. l : liter
9. kg : kilogram

6.) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. LAN : Lembaga Administrasi Negara
3. PASI : Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
4. PRSI : Persatuan Renang Seluruh Indonesia
5. LKD : Lembaga Kemasyarakatan Desa
6. RISMA : Remaja Islam Masjid
7. BIN : Badan Intelijen Negara

7.) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1. Unila : Universitas Lampung
2. Itera : Institut Teknologi Sumatera
3. Unpad : Universitas Padjadjaran
4. Kemenkes : Kementrian Kesehatan
5. Bulog : Badan Urusan Logistik
6. Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
7. Kowani : Kongres Wanita Indonesia
8. Kalteng : Kalimantan Tengah
9. Mabbim : Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-
Malaysia
10. Suramadu : Surabaya Madura
11. Sulsel : Sulawesi Selatan
8.) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1. puskesmas : pusat kesehatan masyarakat
2. rapim : rapat pimpinan
3. rudal : peluru kendali
4. jurdil : jujur dan adil
5. lakalantas : kecelakaan lalu lintas
6. toserba : toko serbaada
7. ipte : ilmu pengetahuan dan teknologi
8. pemilu : pemilihan umum

C. Angka dan Lambang Bilangan


Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor.
a. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
b. Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100), D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)

1.) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian. Misalnya:
1. Dia membeli mangga sampai tiga kali
2. Kami membeli makanan lebih dari empat jenis
3. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50
bus, 115 minibus, 300 sedan.
4. Diantara 55 anggota yang hadir, 37 orang setuju, 15 orang tidak
setuju, 3 orang abstain
5. Di sebuah keranjang terdapat beberapa buah, 12 buah apel, 9 buah
jeruk, dan 2 buah semangka

2.) Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:


1. Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
2. Tiga orang pemenang undian motor wajib membayar pajak
3. Empat orang peserta lomba berhasil masuk tahap selanjutnya
4. Dua buah senjata tajam diamankan polisi

Catatan: Penulisan berikut dihindari:

1. 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.


2. 3 orang pemenang undian motor wajib membayar pajak
3. 4 orang orang peserta lomba berhasil masuk tahap selanjutnya
4. 2 buah senjata tajam diamankan polisi

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
1. Panitia mengundang 250 orang peserta.
2. Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:


1. 250 orang peserta diundang panitia.
2. 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu

3.) Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian


dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:
1. Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya.
2. Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
3. Dia memperoleh gaji sebesar 900 ribu rupiah setiap bulannya.
4. Tabungan nya sudah mencapai 15 juta rupiah
5. Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan
biaya Rp10 triliun.

4.) Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi,
dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:
1. 2 tahun 6 bulan 5 hari
2. 1 jam 20 menit
3. 15 mililiter
4. Rp20.000,00
5. 0,5 sentimeter
6. 5 kilogram
7. 4 hektare
8. 10 liter
9. US$3,50
10. £5,10
11. ¥100
5.) Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar. Misalnya:
1. Jalan Kepodang No.1
2. Hotel Amelia, Kamar 5
3. Gedung Samuddra, Lantai II, Ruang 201

6.) Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
1. Surah yasin: 15
2. Markus 16:15-16
3. Bab VI, halaman 51

7.) Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.


1. Bilangan Utuh
1.) lima belas (15)
2.) empat puluh (40)
3.) dua ratus (200)
4.) tiga ribu (3.000)
2. Bilangan Pecahan
1.) dua perempat (2/4)
2.) lima satu-pertiga (5 1/3)
3.) dua belas persen (12%)
4.) satu permil (10/00)

8.) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


Misalnya:
1. abad XIX
2. abad ke-21
3. abad kelima belas

9.) Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya:
1. tujuh lembar uang 10.000-an (tujuh lembar uang sepuluh ribuan)
2. tahun 2000-an (tahun dua ribuan)

10.) Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan


dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi. Misalnya:

1. Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2. Telah diterima uang sebanyak Rp3.950.000,00 (tiga juta sembilan
ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit
handphone.

11.)Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf


dilakukan seperti berikut. Misalnya:

1. Bukti pembelian barang seharga Rp15.000.000,00 (lima belas juta


rupiah) harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
2. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp700.500,00 (tujuh
ratus ribu lima ratus rupiah).

12.) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf. Misalnya:

1. Kelapadua
2. Tigaraksa
3. Kotonanampek
4. Simpanglima
5. Sukaramedua

C. Pemakaian Tanda Baca


3. Pemakaian Tanda Baca Titik
III.A.1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
 Mereka duduk di sana.
 Dia akan datang pada pertemuan itu.
III.A.2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
 I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
    A. Bahasa Indonesia
      1. Kedudukan
      2. Fungsi
    B. Bahasa Daerah
      1. Kedudukan
      2. Fungsi
    C. Bahasa Asing
      1. Kedudukan
      2. Fungsi
 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
...
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung
dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional, dan
c) alat pemersatu bangsa;
2) bahasa negara ....
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu
angka (seperti pada Misalnya III.A.2.b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel, bagan,
grafik, atau gambar.
Misalnya:
 Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
 Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
 Bagan 2 Struktur Organisasi
 Bagan 2.1 Bagian Umum
 Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa Indonesia
 Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
 Gambar 1 Gedung Cakrawala
 Gambar 1.1 Ruang Rapat
III.A.3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
 pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20
detik)
 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
 00.00.30 jam (30 detik)
III.A.4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun,
judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat
terbit.
Misalnya:
 Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
 Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta: Gramedia.
III.A.5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
 Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
 Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
 Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
 Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
 Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa halaman 1305.
 Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
 Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
 Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
 Gambar 3 Alat Ucap Manusia
 Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan pengirim surat
serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
 Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
 Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
 Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
 21 April 2013
 Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)

3. Pemakaian Tanda Koma


Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya:
 Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
 Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
 Satu, dua, ... tiga!
III.B.2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan,
dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Misalnya:
 Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
 Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
 Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
III.B.3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului
induk kalimatnya.
Misalnya:
 Kalau diundang, saya akan datang.
 Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
 Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan: Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
 Saya akan datang kalau diundang.
 Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
 Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang luas.
III.B.4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan
itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
 Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh
beasiswa belajar di luar negeri.
 Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia
menjadi bintang pelajar
 Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya berhasil
menjadi sarjana.
III.B.5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru,
seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan,
seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
 O, begitu?
 Wah, bukan main!
 Hati-hati, ya, jalannya licin!
 Nak, kapan selesai kuliahmu?
 Siapa namamu, Dik?
 Dia baik sekali, Bu.
III.B.6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Misalnya:
 Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup ini."
 "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya, "karena manusia
adalah makhluk sosial."
Catatan: Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang
berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian lain yang
mengikutinya.
Misalnya:
 "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
 "Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
 "Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.
III.B.7. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian
alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan.
Misalnya:
 Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayumanis, Kecamatan
Matraman, Jakarta 13130
 Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6,
Jakarta
 Surabaya, 10 Mei 1960
 Tokyo, Jepang
III.B.8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
 Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu
Agung.
 Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat
Bahasa.
 Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di
Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara Beta.
III.B.9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau
catatan akhir.
Misalnya:
 Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
 Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
 W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-
mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
III.B.10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya:
 B. Ratulangi, S.E.
 Ny. Khadijah, M.A.
 Bambang Irawan, M.Hum.
 Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan: Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti
Khadijah Mas Agung).
III.B.11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
 12,5 m
 27,3 kg
 Rp500,50
 Rp750,00
III.B.12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi.
Misalnya:
 Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum
diolah.
 Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan
paduan suara.
 Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendiri Gerakan
Nonblok.
 Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda
koma!
 Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu
tanpa melalui tes.
III.B.13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Misalnya:
 Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
 Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
 Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
 Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
III.D.1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan.
Misalnya:
 Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
 Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
III.D.2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
 Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
 Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
III.D.3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
 Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
 Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.
III.D.4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
 Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
III.D.5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b)
surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
 Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
 Surah Albaqarah: 2—5
 Matius 2: 1—3
 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
 Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.

D. Penulisan Kata
9.) Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
 Kantor pajak penuh sesak.
 Saya pergi ke sekolah.
 Buku itu sangat tebal.
10.) Kaa Berimbuhan
II.B.1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran)
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
 berjalan
 berkelanjutan
 mempermudah
 gemetar
 lukisan
 kemauan
 perbaikan
Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -
wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
 sukuisme
 seniman
 kamerawan
 gerejawi
II.B.2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
 adibusana
 aerodinamika
 antarkota
 antibiotik
 awahama
 bikarbonat
 biokimia
 dekameter
 demoralisasi
 dwiwarna
 ekabahasa
 ekstrakurikuler
 infrastruktur
 inkonvensional
 kontraindikasi
 kosponsor
 mancanegara
 multilateral
 narapidana
 nonkolaborasi
 paripurna
 pascasarjana
 pramusaji
 prasejarah
 proaktif
 purnawirawan
 saptakrida
 semiprofesional
 subbagian
 swadaya
 telewicara
 transmigrasi
 tunakarya
 tritunggal
 tansuara
 ultramodern
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
 non-Indonesia
 pan-Afrikanisme
 pro-Barat
 non-ASEAN
 anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat
Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
 Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
 Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat
Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
 Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
 Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.

11.) Kata Ulang


Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-
unsurnya.
Misalnya:
 anak-anak
 biri-biri
 lauk-pauk
 berjalan-jalan
 buku-buku
 cumi-cumi
 mondar-mandir
 mencari-cari
 hati-hati
 kupu-kupu
 ramah-tamah
 terus-menerus
 kuda-kuda
 kura-kura
 sayur-mayur
 porak-poranda
 mata-mata
 ubun-ubun
 serba-serbi
 tunggang-langgang
Catatan: Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
 surat kabar → surat-surat kabar
 kapal barang → kapal-kapal barang
 rak buku → rak-rak buku
 kereta api cepat → kereta-kereta api cepat
Catatan
Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama lembaga,
dokumen, dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang sempurna diberi
huruf kapital pada huruf pertama tiap unsurnya, sedangkan bentuk ulang lain
hanya diberi huruf kapital pada huruf pertama unsur pertamanya. Misalnya:
 Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
 Slogan "Terus-menerus Ramah-tamah" dikampanyekan gubernur baru itu.

12.) Gabungan Kata


II.D.1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
 duta besar
 model linear
 kambing hitam
 persegi panjang
 orang tua
 rumah sakit jiwa
 simpang empat
 meja tulis
 mata acara
 cendera mata
II.D.2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
 anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
 anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
 ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
 ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)
 buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)
 buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)
II.D.3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
 bertepuk tangan
 menganak sungai
 garis bawahi
 sebar luaskan
II.D.4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Misalnya:
 dilipatgandakan
 menggarisbawahi
 menyebarluaskan
 penghancurleburan
 pertanggungjawaban
II.D.5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Misalnya:
 acapkali
 adakalanya
 apalagi
 bagaimana
 barangkali
 beasiswa
 belasungkawa
 bilamana
 bumiputra
 darmabakti
 dukacita
 hulubalang
 kacamata
 kasatmata
 kilometer
 manasuka
 matahari
 olahraga
 padahal
 peribahasa
 perilaku
 puspawarna
 radioaktif
 saptamarga
 saputangan
 saripati
 sediakala
 segitiga
 sukacita
 sukarela
 syahbandar
 wiraswata
13.) Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
 Di mana dia sekarang?
 Kain itu disimpan di dalam lemari.
 Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
 Mari kita berangkat ke kantor.
 Saya pergi ke sana mencarinya.
 Ia berasal dari Pulau Penyengat.
 Cincin itu terbuat dari emas.

14.) Partikel
II.G.1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
 Bacalah buku itu baik-baik!
 Apakah yang tersirat dalam surat itu?
 Siapakah gerangan dia?
 Apatah gunanya bersedih hati?
II.G.2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana.
 Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
 Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke
rumahku.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
 Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
 Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
 Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
 Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
II.G.3. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
 Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
 Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
 Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
E. Pemenggalan Suku Kata dan Kata Ganti (ku, kau,-ku,-mu,dan –nya)
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Rumah itu telah kujual.
 Majalah ini boleh kaubaca.
 Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
 Rumahnya sedang diperbaiki.

TATA KATA BAHASA INDONESIA


A. Tata Kata
Tata dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah kaidah, aturan, dan
susunan; cara menyusun; system (biasanya digunakan dalam kata majemuk).
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang mengandung arti
dan terdiri dari satu atau lebih morfem contohnya : kebun, lihat, anak. Kata
adalah merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Umumnya kata
terdiri dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-
kata dapat membentuk frasa, klausa, atau kalimat. Tata kata adalah kaidah
penyusunan huruf sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar dan
mempunyai arti sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran
dengan ciri-ciri mempunyai arti dan bisa dibentuk menjadi sebuah kalimat.
Tata kata terbagi menjadi beberapa diantaranya, Kata Dasar, Kata Turunan,
Kata Ulang, Kata Penghubung dan lain-lain.

B. Kata Dasar
Kata dasar (akar kata) adalah kata yang paling sederhana yang belum
memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal tunggal
dan bentuk dasar kompleks. Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia
dan juga semua bahasa yang serumpu dengan bahasa Indonesia terjadi dari
dua suku kata. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang menjadi dasar
awal  pembentukan kata yang lebih besar. Misalnya : rumah, lari, nasi, padi,
pikul, jalan, tidur, makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah,
pindah, dan lain – lain. Ia masih utuh, belum mengalami perubahan. Kata
dasar menjadi dasar pembentukkan kata berimbuhan atau kata jadian, kata
ulang, dan kata majemuk.
·     1. Ciri-ciri kata dasar:
a. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki
imbuhan atau yamg merupakan kata turunan.
c. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan
mengalami perbedaan makna.
d. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa
perlu dibubuhi imbuhan.
2. Jenis-jenis kata dasar
a. Kata dasar bersuku satu: teh, oh , ya, wah
b. Kata dasar bersuku dua: mata, kamu, tiga, bunga
c. Kata dasar bersuku tiga: telinga,kecapi, kemiri
d. Kata dasar bersuku empat: halilintar, kelelawar,
e. Kata dasar bersuku lima: Indonesia, administrasi
f. Kata dasar serupa bentuk ulang: kura-kura, bunga-bunga, kupu-kupu
Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar
kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar
yang hanya terdiri atas stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks
adalah kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar
kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami beberapa proses,
seperti pemberian imbuhan atau menngalami reduplikasi (perulangan
kata).
Contoh Kata Dasar Tunggal:
1) Api
2) Air
3) Rumah
4) Badai
Contoh Kata Dasar Kompleks:
1) Bersantai
2) Memakai
3) Melarang
4) Berkemah

C. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan
imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran. Kata dasar tersebut telah dirangkai
dengan imbuhan-imbuhan itu. Dari contoh-contoh ini diharapkan dapat mengingat
kembali aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti
aturan penulisan kata
·     Macam-Macam Imbuhan
1. Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-
imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-, di-, ter-, ke-,
pe-, per-, dan se-
Contoh:
 berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-])

2. Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-
bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. 
Contoh:
gemetar (kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])
 3. Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada
beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah,
-tah, dan –pun.
Contoh:                                                                                                                        
     catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an])

1. Pengimbuhan
Imbuhan atau afiks adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai
untuk menurunkan kata. Afiks atau imbuhan dibagi menjadi 4 yaitu: prefiks
(awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), dan konfiks (gabungan antara
prefiks dan sufiks).
- Jenis-jenis Imbuhan
a. Prefiks
Prefiks atau awalan adalah awalan yang ditempatkan di bagian muka suatu
kata dasar.
Contoh morfem prefiks adalah ber-,meng-,,peng-,dan per-.
Contoh penggunaan :
Ber- : Annisa berjalan dengan hati-hati ketika menyebrangi jembatan yang
rapuh

b. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah apabila morfem terikat digunakan di bagian
belakang kata.
Contoh morfem : -an,-kan,dan –i.
Contoh penggunaan :
-kan : Berikan bungkusan ini pada bibi

c. infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang di selipi di tengah kata dasar.
Contoh : -er-dan -el-.
Contoh penggunaan :
-er- : Gerigi pada kulit buah nangka terasa apabila diraba.

d. Konfiks
Konfiks adalah gabungan antara sufiks dan prefiks. Artinya gabungan
antara imbuhan depan dengan imbuhan akhiran yang terletak di belakang.
Contoh morfennya ber-an.
Contoh penggunaan :
Ber-an : Tamu-tamu mulai berdatangan sejak siang tadi.

2. Pengulangan
Pengulangan atau reduplikasi merupakan alat morfologi yang produktif di
dalam pembentukan kata. Pengulangan ini dapat di lakukan terhdap kata dasar,
kata berimbuhan, maupun kata gabung. Kata yang terbentuk sebagai hasil dari
proses pengulangan ini bisa dikenal dengan nama kata ulang.
Dilihat dari hasil pengulangan itu dapat dibedakan adanya empat macam kata
ulang yaitu:
1.   Kata ulang murni adalah kata ulang yang bagianya pengulangannya sama
dengan kata dasar yang diulangnya.
Contoh: rumah-rumah (bentuk dasar: rumah)
makan-makan (bentuk dasar: makan)
cepat-cepat (bentuk dasar: cepat)
2.   Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang bagian perulangannya
terdapat perubahan bunyi, baik bunyi vokal maupun konsonan.
Contoh: perubahan vokal: bolak-balik
larak-lirik
tindak-tanduk
serba-serbi
perubahan konsona: sayur-mayur
lauk-pauk
ramah-tamah
3.      Kata ulang sebagian, yaitu kata ulang yang pengulangannya hanya
terjadi pada suku kata awalnya saja dan disertai dengan penggantian vokal
suku pertama itu dengan bunyi e pepet.
Contoh: leluhur (bentuk dasar: luhur)
lelaki (bentuk dasar: laki)
tetangga (bentuk dasr: tangga)
4.      Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang disertai dengan pemberian
imbuhan. Menurut proses pembentukannya ada tiga macam kata ulang
berimbuhan, yaitu:
a.       Sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan, kemudian baru di
ulang. Umpamanya pada kata dasar atur, mula-mula diberi akhiran-an
sehingga menjadi aturan. Kemudian kata aturan diulang-ulang sehingga
menjadi aturan-aturan.
b.      Sebuah kata dasar mula-mula diulang, kemudian baru diberi
imbuhan. Umpamnya kata lari mula-mula diulang-ulang sehingga
menjadi lari-lari. Kemudian kata lari diberi awalan ber- sehingga
menjadi berlari-lari.
c.       Sebuah kata dasar diulang dan sekaligus Diberi imbuhan.
Umpamanya pada kata dasar hari sekaligus diulang dan diberi awalan
ber- sehingga menjadi bentuk berhari-hari.
Pengulangan kata berpungsi membentuk kata-kata tertentu yang sesuai
untuk di gunakan dalam satuan ajaran. Sedangkan makna yang didapat sebagai
hasil proses pengulangan itu, antara lain menyatakan:
1. jamak
2. janyak dan bermacam-macam
3. banyak dengan ukuran satuan yang disebut karya dasarnya
4. banyak yang disebut kata dasarnya
5. agak atau sedikiit bersifat
6. menyerupai atau seperti
7. suungguh-sungguh atau bener-benar yang disebut kata dasarnya
8. pertentangan
9. berulangkali
10. berbalasan
11. dilakukan tanpa tujuan
12. tentang atau masalah
13. bersamaan wktu
14. paling
15. dikerjakan asl saja
16. sepanjang atau seluruh
17. pernah atau tidak lagi
18. terdiri dari
19. intensitas
20. penegasan

3. Pemajemukan
Kata majemuk merupakan gabungan dua atau lebih morfem atau kata dasar
yang mengandung satu makna atau pengertian baru. Kata-kata dalam kata
majemuk tidak menonjolkan makna tiap kata. Namun kelompok kata itu secara
bersama-sama membentuk suatu arti atau makna baru.
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua
buah kata yang menimbulkan suatu kata baru. sedangkan,pengertian proses
pemajemukan kata menurut Tata Baku Bahasa Indonesia (1988) yang menyatakan
bahwa pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan
morfem dengan kata, atau kata dengan kata   yangmenimbulkan pengertian baru
yang khusus.
Kata Majemuk memiliki ciri khas berikut:
 Gabungan kata – kata tersebut membentuk satu makna baru
 Gabungan kata – kata tersebut ke luar membentuk satu pusat yang fokus
terhadap kesatuan gabungan kata itu, bukan dimaknai dengan masing-
masing bagian yang membentuknya.
 Gabungan kata – kata tersebut walaupun dipisah maknanya tidak jauh
berbeda dibandingkan ketika menjadi kata majemuk
 Umumnya terdiri dari dua kata dasar (tanpa imbuhan).
 Frekuensi (keseringan) pemakaiannya tinggi.
 Kebanyakan sifatnya endosentris yaitu terbentuk menurut hukum
Diterangkan Menerangkan (DM)  (Diterangkan mendahului Menerangkan).
Klasifikasi Kata Majemuk Berdasarkan Metode Penulisannya
Berdasarkan metode penulisannya, kata majemuk diklasifikasikan menjadi dua :
1. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa merupakan kata majemuk yang metode penulisannya
disatukan atau dirangkaikan. Seakan sudah melebur menjadi satu kata.
contohnya :
- hulubalang (gabungan morfem hulu dan balang)
- matahari (gabungan morferm mata dan hari)
- bumiputra(gabungan morferm bumi dan putra)
- airmata (gabungan morfem air dan mata)
2. Kata majemuk non-senyawa
Kata majemuk non-senyawa merupakan kata majemuk yang metode penulisan
morfem dasarnya tetap dipisah.
Contohnya :
- Sapu tangan (terbentuk dari morfem sapu dan morfem tangan)
- Kumis kucing (terbentuk dari morfem kumis dan morfem kucing)
- Cerdik pandai (terbentuk dari morfem cerdik dan morfem pandai)

Klasifikasi Kata Majemuk Berdasarkan Kelas atau Golongan Kata


Pembentuknya
Berdasarkan kelas kata pembentuknya, kata majemuk diklasifikasikan menjadi :
1. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata benda (nomina)
Misalnya: anak emas, kapal udara, sapu tangan, kiri kanan, Air bah, Air
bersih, Air liur, Air mata, Air mineral, Air minum, Air pasang, Air payau, Air
raksa, Air sadah, Air sebak, Air seni, Air suci, air mineral, akta kelahiran,
alam baka, alam semesta, anggota badan.
2. Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata kerja (verba)
Misalnya: anak pungut, kapal terbang, meja makan, adi daya, akal budi, anak
didik.
3.Kata majemuk yang terbentuk dari kata benda (nomina) + kata sifat (adjektiva)
Misalnya: rumah sakit, orang tua, pejabat tinggi, arus mudik, adem ayem, akal
sehat, anak haram, anak muda, arus balik.
4. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata kerja (verba)
Misalnya: Salah guna, adil makmur.
5. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (ajektiva) + kata benda (nomina)
Misalnya : Ahli bahasa, Ahli bedah, ahli bumi, ahli hadis, ahli hukum, ahli
ibadah, ahli kitab, ahli negara, ahli nujum, ahli patung, ahli pikir, ahli
purbakala, ahli sejarah, ahli sihir, ahli suluk, ahli tafsir, ahli kubur, ahli
waris.
6. Kata majemuk yang terbentuk dari kata sifat (adjektiva) + kata sifat (adjektiva)
Misalnya: cerdik pandai, tua muda, besar kecil, acuh tak acuh, adi daya.
7. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata kerja (verba)
Misalnya: maju mundur, naik turun, tinggi rendah, keluar masuk, pulang
pergi, bolak balik, pecah belah, sepak terjang, budi pekerti, tipu daya, akad
nikah.
8. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata benda (nominal)
Misalnya : agenda rapat, Akad nikah, alih bahasa, angkat kaki
9. Kata majemuk yang terbentuk dari kata kerja (verba) + kata sifat (ajektiva)
Misalnya : Amar makruf
10. Kata majemuk yang terbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata benda
(nomina)
Misalnya: dwiwarna, pancaindera, sapta marga, pra jabatan, paska bencana,
pancasila, Setengah abad
11. Kata majemuk yang berbentuk dari kata bilangan (numeralia) + kata kerja
(verba)
Misalnya : satu padu, serba salah.
12. Kata majemuk yang terbentuk dari kata keterangan (adverbia) + kata benda
(nominal)
Misalnya : abad keemasan, acap kali, alat dapur, alat ukur, aneka warna

Klasifikasi Kata Majemuk Ditinjau dari Segi Hubungan Kata


Pembentuknya.
Berdasarkan hubungan kata pembentuknya kata majemuk dibedakan menjadi
empat meliputi :
1. Kata majemuk yang kata pertamanya merupakan sebuah awalan (prefiks).
Misalnya : pra jabatan, pra sarana, pribumi, tanadil, prasejarah,
swasembada, miskomunikasi, swalayan, swadaya
2. Kata majemuk yang kata pertamanya menjadi pangkal kata.
Misalnya : kapal udara, rumah sakit, meja belajar.
3. Kata majemuk yang kata keduanya menjadi pangkal kata.
Misalnya : bumiputra, mahasiswa, purbakala, mahaguru
4. Kata majemuk yang kata pertamanya memiliki hubungan setara / sederajat
dengan kata keduanya.
Misalnya : besar kecil, naik turun, pulang pergi, sanak saudara

TATA KALIMAT BAHASA INDONESIA

Bahasa adalah sarana berpikir baik untuk menyampaikan pesan kepada


orang lain atau untuk menerima pesan dari orang lain. Pikiran yang disampaikan
dalam pembicaraan atau perkataan melalui jalur kata yang terpilih dan tersusun
menurut kaidah tertentu. Bahasa yang merupakan simbol yang terkurung atas
satuan-satuan tertentu yang terhubung sebagai suatu sistem. Satuan yang
mengandung makna berupa kata atau frasa (kelompok kata), sedangkan satuan
yang lebih besar yang mengandung pikiran berupa kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur struktur minimal
subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinyamenunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Intonasi akhir kata dalam bahasa tulis adalah berupa tanda
baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dilaksanakan oleh
pendengar / pembaca secara tepat pula. Kalau disampaikan yang disampaikan
tepat, pendengar / pemahaman dapat memahami pemahaman tersebut dengan
mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. 
1. Konsep Dasar Kalimat
Kalimat biasanya merupakan serangkaian kata yang disusun sesuai dengan
kaidah yang berlaku.Setiap kata yang terlibat disusun sesuai dengan
kaidahnya.Pada setiap kata juga termasuk ke dalam kelas atau kategori serta
memiliki fungsi dalam kalimat tersebut.Urutan dari rentetan kata juga akan
memnentukan jenis kalimat yang dihasilkan.Kalimat merupakan satuan sintaksis
yang telah disusun dari konstituen dasar, pada umumnya barupa klausa, yang
telah dilengkapi dengan konjungsi jika diperlukan, serta disertai dengan intonasi
final.Peran kalimat memang sangatlah penting karena harus mampu
menyampaikan informasi, menanyakan hal, bahkan untuk mengekspresikan emosi
yang sedang dirasa.Kalimat dapat dibagi-bagi berdasarkan jenis dan fungsinya,
retorikanya, gramatikalnya. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak
lengkap, kalimat aktif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki unsir subjek dan unsur predikat,
pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya  dapat
disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik(.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-
unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti.

2. Unsur-Unsur Kalimat
Dalam setiap kalimat tentunya memiliki suatu unsur dalam penyusunan
kalimatnya.Dari gabungan unsur-unsur kalimat tersebut nantinya akan
membentuk suatu kalimat yang memiliki arti.
Adapun unsur-unsur dalam suatu kalimat seperti berikut ini:
1. Subjek/Subyek (S)
2. Predikat (P)
3. Objek/Obyek (O)
4. Pelengkap
5. Keterangan (K)

Ciri dan Contoh dari Masing Masing Unsur Kalimat


- Subjek/Subyek (S)
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukanpelaku,sosok(benda),sesuatu
hal, ataumasalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.Di dalam pola
penulisan kalimat bahasa Indonesia, pada umumnya subjek terletak sebelum
predikat, kecuali jenis kalimat inversi.Pada umumnya, subjek berwujud nomina.
contoh berikut:
Mereka datang dari Bandung.
- Predikat (P)
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan)
apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku). Sama halnya dengan subjek,
predikat juga merupakan unsur utama dalam suatu kalimat. Unsur yang dapat
mengisi predikat dapat berupa kata, sebagai contoh verba, adjektiva, atau
nominal, numeral serta preposisional. Tak hanya itu, adapun frasa, sebagai contoh
frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
Simak contoh kalimat sebagai berikut:
a. Gilang bermain gitar di lantai atas.
- Objek (O)
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat yang berawalan
meng- dan kata benda itu dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.Objek bukan
merupakan unsur wajib yang harus ada di dalam sebuah kalimat.Letak objek
biasanya terdapat setelah predikat dengan kategori verbal transitif (kalimat aktif
transitif) yang minimal memiliki tiga unsur utama (SPO).Dalam kalimat aktif,
objek akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan.Sebaliknya, objek
yang ada dalam kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya menjadi
kalimat aktif.Pada umumnya, objek berkategori nomina.
contoh objek dalam suatu kalimat:
a. Laras bermain slime.
- Pelengkap
Objek dan pelengkap mempunyai kesamaan.Dalam sebuah kaliam,
keduanya memiliki kesamaan yaitu: bersifat wajib ada sebab untuk melengkapi
makna verba predikat kalimat, menempati posisi dibelakang predikat serta tidak
didahului preposisi.Perbedaan keduanya terletak dalam kalimat pasif. Dalam
kalimat pasif, pelengkap tidak menjadi subjek.Jika ada objek dan juga pelengkap
di dalam kalimat aktif, objeklah yang akan menjadi subjek kalimat pasif, bukan
pelengkap.
contoh dari kalimat pelengkap:
Gilang selalu ingin berbuat baik.

-Keterangan (K)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang
bagian kalimat yang lainnya. Keterangan adalah sebuah unsur kalimat yang
menjelaskan lebih lanjut mengenai sesuatu yang tertera di dalam sebuah kalimat.
Contohnya keterangan akan memberikan informasi mengenai tempat, waktu, cara,
sebab, dan juga tujuan.Keterangan dapat berwujud kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berwujud frasa ditandai dengan preposisi. Seperti: di, ke, dari,
dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan untuk. Keterangan yang
berwujud anak kalimat ditandai dengan konjungsi (kata penghubung).Seperti:
ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan sehingga.
Ciri-ciri keterangan:
a. Bukan termasuk ke dalam Unsur Utama (tidak bersifat wajib
seperti subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
b. Tidak terikat dengan posisi (mempunyai kebebasan tempat
diawal/diakhir , atau diantara subjek dan predikat).
Jenis Keterangan
a. Keterangan Waktu
b. Keterangan Tempat
c. Keterangan Cara
d. Keterangan Sebab
e. Keterangan Tujuan
f. Keterangan Aposisi
g. Keterangan Tambahan
h. Keterangan Pewatas

3. Jenis-Jenis Kalimat
1.      Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a.      Kalimat langsung adalah kalimat yng secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang
memberikan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda titik dua (“...”) dan dapat
berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh : “saya sangat
terkejut” , kata ibu,”karna melihat ular”.
b.      Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali
ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai
dengan tana petik dua dan sedahdirubah menjadi kalimat berita.
Contoh : adik berkata bahwa sepeda itu harus segera dibawa
kebengkel

2.      Berasarkan Struktur Gramatikal


Menurut strukturnya, kalimat bahasa indonesia dapat berupa kalimat tunggal
dan dapat pula berupa kalimat majemuk.
a. Kaimat Tunggal
Yaitu kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
b. Kalimat Majemuk setara
Kalimat majemuk setara terjadi dari dua klimat tunggal atau lebih.
Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjdi 4 jenissebagai berikut.
1)      Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh
kata dan atau serta,jika kalimat tunggal itu sejalan. Dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara perjumlahan.
2)      Kedua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu apat
dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu
menunjukanpertentangan,dan hasilnya disebut kalimat majemuk
setara pertentangan. Kata-kata penghubung lain yang dapat
digunakan dalam kalimat majemuk setara pertentangan
ialah sedangkan dan melainkan.
3)      Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubugkan oleh
kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya
berurutan ,dan hasilnya disebut kalimat majemuk perurutan.
4)      Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih iyu dihubungkan oleh
kata atau jika kalimat itu menunjukan pemilihan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
c.  Kalimat majemuk setara rapatan
Yaitu suatu bentuk yang meraptkan dua atau lebih kalimat tunggal.
Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang sama.
Contoh :
Kami berlatih .
Kami bertanding .
Kami berhasil menang
Kami berlatih,kamibertanding,dan kami berhasil menang.
Kami berlatih,bertanding,dan berhasil menang.
d. Kalimat majemuk tidak setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang
bebas (klausa bebas) dan satu suku kalimat atau lebih yang tiak bebas
(klausa terikat).
e.       Kalimat majemuk taksetaraberusur sama
Kalimat majemuk taksetara dapat dirapatkan andaikata unsur-usur
subjeknya sama
Contoh :
Kami sudah lelah
Kami ingin pulang
Karena sudah lelah ,kami ingin pulang
f.       Kalimat majemuk campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat)
dan kalimat majemuk setara ,atau terdiri atas kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk tak setara (BERTINGKAT). Misalnya
1.      Karena hari sudah malam,kami berhenti dan langsung pulang
(bertingkaat  + setara )
2.      Kami pulang tetapi mereka masih bekerja karena tugas nya belum
selesai. (setara + bertingkat )

3.      Berdasarkan bentuk gayanya (retorika)


Menurut gaya penyampaiannya kalimat maajemuk dapat digolongkan
menjadi tiga macam ,yaitu :
a.       Kalimat yang melepas
Kalimat ini disusun dengan diawali unsur utama,yaitu induk kalimat
dan ikuti oleh unsur tambahan,yaitu anak kalimat. gaya penyajian
kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan-seakan
dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalau pun unsur ini tidak di
ucapkan,kalimat itu sudah bermakna lengkap. Misalnya : Saya akan
dibelikan motor oleh ayah jika saya lulus ujian sekolah.
b.      Kalimat yang berklimaks
Yaitu kalimat yang disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Misalnya : Karena sulit kendaraan,ia
datang terlambat ke sekolahnya.
c.   Kalimat yang berimbang
Yaitu kalimat yang disusun dalam bentuk maemuk setara atau
majemuk campuran,gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang.
Misalnya : Jika stabilitas nasiaonal mantap, masyarakat dapat bekerja
dengan tenang dan  dan dapat beribadah dengan leluasa.

4.      Jenis kalimat Menurut Fungsinya


Sesuai Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia (2003:337) disebutkan
berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya kalimat dibedakan atas
empat macam,yaitu :
a.       Kalimat berita atau pernyataan (deklaratif),
b.      Kalimat tanya (introgatif),
c.       Kalimat perintah (imperatif),dan
d.      Kalimat seru (ekslamatif)

5.      Kalimat Berita (Deklaratif)
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai  untuk menyatakan suatu
berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu : bersifat bebas,boleh langsung atau
tak langsung,aktif atau pasif,tunggal atau majemuk , berintonasi
menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik (.).
Contoh :
a.       Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
b.      Perayaan HUT RI 63 berlangsung meriah.

6.      Kalimat Tanya (Introratif)     


Kalimat tanya adlah kalimat yang dipakai untuk memperoleh
informasi.Ciri –ciri kalimat tanya, yaitu : diakhiri tanda tanya(?),
berintonasi naik dan sering pula hadir kata apa(kah), bagaimana,
dimana, siapa, yang mana,dll. Contoh :
a.       Apakah barang ini milikmu?
b.      Kapan adikmu kembali ke Indonesia?

7.      Kalimat Perintah (Imperatif)


Kalimat perintah (imperatif) dipakai untuk menyuruh dan melarang
orang berbuat sesuatu. Kalimat perintah berintonasi menurun dan
diakhiri tanda titik (.) atau seru (!). Kalimat perintah dapat dipilah lagi
menjadi kalimat perintah suruhan,kalimat perintah halus,kalimat
perintah permohonan,kalimat perintah ajakan dan harapan,kalimat
perintah larangan,dan kalimat perintah pembiaran. Contoh :
a. Tolonglah bawa motor ini ke bengkel.(k.perintah halus)
b. Buka pintu itu! (k.perintah suruhan)
c.   Jangan buang sampah di sungai itu! (k.perintah larangan)
d. Mohon hadiah ini kamu terima. (k.perintah permohonan/
permintaan)
e.   Ayolah, kita belajar. (k.perintah ajakan dan harapan)
f.     Biarlah dia pergi bersama temannya. (k.perintah pembiaraan)

8.      Kalimat Seruan (Ekslamatif)  
Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk
mengungkapkan perasaan emosi yang kuat,termasuk kejadian yang tiba-
tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat ini berintonasi naik dan
diakhiri tanda seru (!). Contoh :
a.       Hai,ini dia orang yang kita cari!
b.      Wah,pintar benar anak ini !

4. Pengertian Kalimat Efektif


            Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat
sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat
itu dapat terjamin.Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah
bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya
seperti apa yang dimaksud dengan penulis.
Pengertian menurut ahli :
1. Menurut Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi : Kalimat efektif dipahami
sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut
mudah dipahami oleh pembaca.
2. Menurut Arifin : Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria
jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca.
Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas,
dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika memiliki beberapa
syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya
dengan cepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
2. Syarat Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki Syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut :
KesepadananStruktur :Kesepadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau
pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadaan
dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan
fikiran.
Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadaan struktur, yaitu:
-Memiliki Subjek dan Predikat yang jelas.
- Tidak memiliki Subjek yang ganda di dalam kalimat tunggal
- Beberapa kata penghubung intrakalimat
Kepararelan bentuk :Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah
jika kata pertama berbentuk verba,maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun
jika kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnnya berbentu nomina.
KehematanKata :Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang
tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata didalam kalimat. Hal
yang harus diperhatikan adalah:
Menghindari unsur yang sama dalam majemuk.
Contohnya :Saya tidak suka apel dan saya tidak suka papaya (tidak efektif).

Menghindari kesinoniman dalam kalimat.


Contohnya :Saya hanya memiliki tiga buah buku saja (tidak efektif).
Menghindari penjamakan pada kata jamak.
Contohnya:Para mahasiswa-mahasiswi berunjuk rasa di depan gedung rektorat
(tidak efektif).
Kecermatan :Yang dimaksud dengan kecermatan adalah cermat dan tepat dalam
memilih kata sehingga tidak menimbulkan keracunan dan makna garis.

Ketegasan: Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap


ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat
Kepaduan: Kalimat Efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga informasi
yang disampaikan tidak terpecah-pecah. Berikut ini ciri-ciri kalimat yang padu
Kelogisan: Yang dimaksud dengan kelogisan adalah ide yang ada dalam kalimat
itu dapat diterima atau dimengerti oleh akal dan sesuai kaidah EBI.
3. Contoh Kalimat Efektif
 Diana membeli kue untuk adiknya.
 Anak-anak harus berhati-hati jika melewati lorong.
 Setiap hari Jumat anak-anak latihan pramuka.
 Pihak sekolah memasang CCTV untuk keamanan sekolah.
 Ibu belanja buah, sayur, telur, daging sapi, dan beras di pasar.
 Putri mengayuh sepeda  dengan kencang.
 Upacara tersebut dihadiri oleh semua siswa. (kalimat efektif)
 Warga dusun karang ijo saling membantu mengatasi bencana.
 Anak-anak perlu berhati-hati jika melewati sungai.
 Seluruh mahasiswa dikenakan peraturan yang sama.
 Penelitian ini akan memberi banyak manfaat bagi warga.
 Sesampainya di rumah nenek, Riko langsung berkebun dengan kakek.
 Siang ini merupakan siang yang cerah.
TATA PARAGRAF

A. Konsep Dasar Paragraf


Kata paragraf berasal dari kata Yunani, yaitu dari kata para yang berakti
sebelum’ dan kata grafeinyang berakti ‘menulis’, ‘menggores’. Paragraf atau
alinea merupakan  gabungan dari beberapa kalimat yang saling berkaitan dan
membentuk sebuah gagasan.
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan
runtun (sistematis), yang memungkinkan sesuatu gagasan pokok dapat
dikomoniksikan kepada pembaca secara  efektif. Paragraf merupakan satuan
terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari
pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf susunannya akan
menyulitkan membaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh
karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan
organisasi dan susunan yang has. Disamping itu, karena paragraf merupakan
bagian suatu pasal, maka antar paragraf satu dengan yang harus saling
berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka sesuruh karangan .
Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragraf ditulis dengan
baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis.
Dalam kenyataan, terkadang kita bertemu dengan paragraf atau alenia yang
hanya terdiri atas satu kalimat. Bentuk seperti itu dianggap sebagai bentuk
paragraf yang kurang ideal dan dianggap sebagai pengecualian. Dalam tulisan
ilmiah, paragraf semacam itu jarang dipakai. Ada beberapa alasan mengapa hanya
terdapat satu kalimat dalam paragraf,  yaitu (a) paragraf atau alenia tersebut
kurang baik untuk dikembangkan  oleh penulisnya atau penulis kurang memahami
hakikat paragraf, (b) sengaja dibuat oleh pengarang dengan maksud hanya
mengemukakan gagasannya terdapat pada paragraf berikutnya.
Selain itu, dalam sebuah paragraf, hanya boleh ada satu ide pokok atau pikiran
utama. Andaikan dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu ide pokok atau pikiran
utama, alinea harus dipecah menjadi lebih dari satu paragraf.
Keraf (1991:63) mengemukan ada dua tujuan mengapa paragraf diperlukan,
yaitu:
1. Untuk memudahkan pengetian dan pemahaman. Oleh karena itu, dalam
sebuah alinea hanya boleh ada satu tema. Bila terdapat dua tema, paragraf itu
harus dipecah menjadi dua paragraf.
2. Untuk memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.
Dengan demikian, kita memiliki kesempatan untuk berhenti lebih lama
daripada perhentian pada ahir kalimat. Disamping itu, kita juga bisa
berkonsentrasi terhadap tema paragraf.
Paragraf disebut juga alinea. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
tersusun secara logis dan sistematis  yang mengandung satu kesatuan ide pokok.
Disamping itu, secara teknis paragraf merupakan satuan terkecil dari sebuah
kalangan. Bisaanya paragraf itu terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan baik
isi maupun bentuknya. Isi kalimat-kalimat pembangun paragraf itu membentuk
satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam
karangannya. Jadi, dengan kata lain bahwa paragraf  adalah satuan terkecil dari
karangan yang bisaanya terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan dan
merupakan uraian tentang sebuah ide pokok.

B. Jenis – Jenis Paragaraf dan Contoh


1. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya
a. Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau
menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan
itu. Sebab itu sifat dari paragraf semacam itu harus menarik minat dan perhatin
pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yag sedang
diuraikan. Paragraf yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang
panjang hanya akan meimbulkan kebosanan pembaca.

Contoh dari paragraf pembuka adalah tulisan  tentang  cerita dongeng


“Cinderella” selalu  ditulis, Pada zaman  dahulu kala  hiduplah….  Cobalah
dengan  gaya berbeda.  Misalnya  pembuka  pada  cerita “Cinderella”,  Ini  adalah
Kisah  tentang sepasang sepatu  yang  mengubah  nasib seorang  gadis.

Contoh  lain  kita  bisa  memulai paragraf pembuka  dengan  kalimat  tanya.

Misalnya,

Kesulitan apa ya  yang saya  alami  dalam menulis? Hmm, topik yang menarik di
awal pertemuan pertama yang ditugaskan Omjay dalam pelatihan menulis online
ini. Menarik karena saya  punya kesulitan, yakni tidak pernah menyelesaikan
tulisan saya.

b.  Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang
terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.

Inti persoalan yang akan dikemukakan penulisan terdapat dalam paragraf-paragraf


ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf prnghubung harus diperhatikan
agar hubungan antara satu paragraf dengan paragraf yang lainnya itu teratur dan
disusun secara logis.

Sifat paragraf-paragraf penghubung bergantung pola dari jenis karangannya.


Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-
paragraf itu harus disusun berasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian
itu mengandung perntagan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai
dasar atau landasan untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang
menekankan pendapat pengarang.

Contoh dari paragraph penghubung atau isi :

Mengapa  tulisan saya sering tidak selesai ya? Kesulitannya apa yaa. Saya
mencoba menganalisis diri dalam menulis nih. Pertama, saya tidak PD alias tidak
percaya diri kalau mengungkapkan pikiran.

Terkadang saya menghindari tulisan yang dapat menimbulkan perbedaan cara


pandang terhadap sesuatu hal atau  yang bisa menimbulkan polemik. Saya
khawatir mereka tidak dapat menangkap apa yang saya maksud. Dalam tulisan
kita dibantu tanda baca untuk berekspresi. Berbeda dengan berbicara kita dibantu
dengan ekspresi wajah dan gestur.

c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung
kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf
penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap
diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti
terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus
merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu
serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.

Contoh paragraph penutup :


Ternyata  menyelesaikan tulisan  sebanyak 700  kata  itu  cukup  menantang  buat
saya. Tetapi  ini  tantangan  yang  menarik.  Semoga  saya  bisa mengikuti
pelatihan  ini  sampai  selesai  dengan  mengerjakan  tugas-tugas  tepat  waktu
dan  dapat melanjutkan  Kebiasaan  menulis  setiap  harinya. Terima  kasih
Omjay  dengan  kesempatan  belajar  ini.

2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama


1) Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di awal sebuah paragraf dan bersifat deduksi. Kata deduksi asalnya dari
bahasa latin : deducere, dedectum deduxi, yang artinya “menuntun ke bawah”;
ataupun ‘menurunkan’; deductio artinya ‘penuntun atau pengantaran’.

Paragraf ini paragraf yang diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum, lalu
dijabarkan dan dikembangkan menjadi pernyataan yang sifatnya khusus.
Pernyataan yang sifatnya khusus tersebut dapat berupa rincian, penjelasan, bukti-
bukti maupun contoh-contoh. Karena paragraf tersebut dikembangkan dari
pernyataan yang umum kemudian mengemukakan pernyataan – pernyataan yang
sifatnya khusus, dapat kita dikatakan bahwa penaralan paragraf deduktif
tersebut dari umum ke khusus.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deduktif:


Zaman sekarang kebudayaan Indonesia telah berangsur – angsur punah. Anak-
anak akrab dan hafal dengan kebudayaan luar negeri. Anak-anak sangat gemar
dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear,
Frozen dan kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun
remaja-remaja yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film
seperti Spiderman, Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah
seperti Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya. Selain itu dalam hal permainan mereka lebih menyukai kartu
remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau komputer hingga game
online ketimbang permainan asli daerah kita seperti engklek, gobak sodor,
dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya.
2) Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di akhir sebuah paragraf dan bersifat induksi. Kata induksi asalnya dari
bahasa latin : duxi, ducere, ductum yang artinya membawa ke; atau memasukan
kedalam. selanjutnya istilah induksi dapat dijelaskan dengan metode pemikiran
yang berasal dari hal yang khusus untuk menentukan simpulan atau hukum di
akhir paragraf. Karena kalimat-kalimat atau pernyataan khusus dapat berupa
penjabaran dan contoh-contoh, dan pernyataan umum itu berupa hukum atau
simpulan, sehingga paragraf induktif berkembang dari contoh dan rincian menjadi
simpulan.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf induktif :


Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena yang sekarang sedang berkembang
adalah cerita – cerita dari luar negeri lebih familiar bagi anak-anak diantaranya
cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen  dan
kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun remaja-remaja
yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film seperti Spiderman,
Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah seperti Malin Kundang. Timun
Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain sebagainya. Selain itu dalam
hal permainan mereka lebih menyukai kartu remi,  puzzle UNO,  dan permainan
lainnya dari PS atau komputer hingga game online ketimbang permainan asli
daerah kita seperti engklek, gobak sodor, dakonan, gundu, egrang dan lain
sebagainya. Hal-hal di atas mengindikasikan bahwa sekarang ini kebudayaan luar
lebih disukai dan menjadi kiblat untuk anak – anak maupun para remaja
Indonesia.

3) Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan perpaduan antara paragraf deduktif
dengan paragraf induktif.  Paragraf deduktif-induktif ini, posisi gagasan pokok
atau kalimat utamanya di awal dan akhir sebuah paragraf. Sebuah wacana yang
menggunakan jenis paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang bersifat
umum di awal paragraf dan akhir paragraf sedangkan kalimat-kalimat yang berada
di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir) sifatnya khusus
berupa rincian atau contoh-contoh.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deduktif-induktif:


Zaman sekarang kebudayaan Indonesia telah berangsur – angsur punah. Anak-
anak akrab dan hafal dengan kebudayaan luar negeri. Anak-anak sangat gemar
dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob, Avatar, Naruto, Marsha and The Bear,
Frozen dan kartun-kartun lainnya yang ditayangkan di televisi. Begitu pun
remaja-remaja yang lebih menggandrungi drama korea maupun  film- film
seperti Spiderman, Harry Potter, Batman ketimbang cerita asli daerah
seperti Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya. Selain itu dalam hal permainan mereka lebih menyukai kartu
remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau komputer hingga game
online ketimbang permainan asli daerah kita seperti engklek, gobak sodor,
dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya. Hal-hal di atas mengindikasikan
bahwa kebudayaan luar lebih disukai dan menjadi kiblat untuk anak – anak
maupun para remaja Indonesia.

4) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di tengah sebuah paragraf. Sebuah wacana yang menggunakan jenis
paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang bersifat khusus di awal paragraf
dan akhir paragraf isinya berupa rincian atau contoh-contoh sedangkan kalimat-
kalimat yang berada di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir)
sifatnya umum.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf ineratif:


Anak-anak zaman sekarang lebih gemar dengan cerita Upin – Ipin, Spongebob,
Avatar, Naruto, Marsha and The Bear, Frozen dan kartun-kartun lainnya yang
ditayangkan di televisi. Begitu pun remaja-remaja yang lebih menggandrungi
drama korea maupun  film- film seperti Spiderman, Harry Potter,
Batman. Budaya asli indonesia sudah berangsur-angsur punah. Cerita asli daerah
seperti Malin Kundang Timun Mas, Roro Jonggrang, Ande-ande Lumut, dan lain
sebagainya secara senggaja ditinggalkan. Selain itu dalam hal permainan mereka
lebih menyukai kartu remi, puzzle UNO, dan permainan lainnya dari PS atau
komputer hingga game online ketimbang permainan asli daerah kita
seperti engklek, gobak sodor, dakonan, gundu, egrang dan lain sebagainya.

3. Jenis Paragraf Berdasarkan Kontennya

Jenis jenis paragraf berdasarkan kontennya sangat banyak digunakan, terutama


bagi anda yang ingin menjadi jurnalis.

1) Paragraf naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis
wacana narasi. Narasi adalah tipe wacana yang berisi kejadian atau kisah. Secara
etimologis, naratif berasal dari bahasa latin yaitu narrare berarti menceritakan atau
bercerita, narratio berarti penceritaan serta narrativus berarti bersifat penceritaan.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf naratif :


Pak Rudi adalah salah satu guru honorer di Kabupaten Grobogan yang setiap hari
mengajar di SD N 1 Karangrejo. Pekerjaan tersebut tetap ia lakukan hingga siang
hari. Dari pekerjaannya sebagai guru honor tersebut ia hanya mendapatkan balas
jasa sebesar Rp500.000,00, sesuai UMP guru di Kabupaten Grobogan. Meskipun
begitu, Pak Rudi menjalaninya dengan penuh keikhlasan demi mengamalkan
ilmu-ilmunya.

2) Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana deskripsi. Wacana deskripsi adalah tipe wacana yang berisi
penggambaran atau pemaparan dengan jelas, rinci dan lengkap mengenai suatu
hal, baik seseorang, suasana, benda, tempat, sifat, hewan maupun tumbuhan
tertentu. Secara etimologis deskriptif berasal dari bahsa latin yaitu describere
berarti membuat gambaran dan descriptio artinya pembeberan atau
penggambaran.
Dalam mengembangkan paragraf ini penulis menjabarkan sesuatu secara lengkap,
cermat dan terperinci. Sehingga pembaca mendapatkan gambaran jelas tentang hal
yang diceritakan.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf deskriptif :


Langit Grobogan mulai terang. Walau jalan raya sempit, tidak sedikit kendaraan
yang memadatinya dan terdengar menderu. Anak sekolah memdominasi jalanan
tersebut. Pekerja pun turut meramaikan jalanan dengan terburu-buru. Perlahan
keramaian kendaraan di jalan berkurang hingga siang hari. Meskipun jalanan
sempit namun pepohonan di sekitar jalanan meneduhi para pengguna jalan.

3) Paragraf ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana ekspositori. Wacana ekspositori adalah tipe wacana yang berisi
penjelasan, membentangkan dan pemaparan akan sesuatu, sehingga pembaca
memdapatkan pengetahuan dan wawasan yang telah disampaikan penulis.

Ekspositori berasal dari bahasa latin yaitu exponere yang berarti membentangkan
atau memaparkan. Dalam memaparkannya, penulis menyebutkan contoh, proses
atau bukti-bukti konkret terhadap sesuatu.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf ekspositori :


Kabupaten Grobogan menjadi kabupaten terluas urutan kedua di Provinsi Jawa
Tengah setelah Cilacap. Awalnya kabupaten Grobogan beribukota di Kecamatan
Grobogan namun kemudian berpindah ke Kecamatan Purwodadi. Makanan khas
daerah ini ialah becek. Beberapa tempat wisata yang bisa kita kunjungi di
Kabupaten Grobogan diantaranya Kedung Ombo, Pemandangan
Jatipohon, api abadi mrapen dan Bledug Kuwu.

4) Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana argumentasi. Wacana argumentasi adalah tipe wacana yang
berisi pendapat, pembuktian, pendirian, gagasan, dalih, dasar atau hujah  terhadap
sesuatu.
Argumentatif berasal dari bahasa Latin yaitu rguere berarti membuktikan atau
meyakinkan seseorang dan argumentatio berarti pembuktian. Dalam
mengembangkan paragraf ini, penulis menjadikan pembaca yakin dengan
menyertakan bukti konkret sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Sehingga pembaca
dapat menyakini argumen penulis.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf argumentatif :


Polusi udara terjadi di seluruh negara, bahkan di daerah Grobogan utamanya
terjadi di kota purwodadi. Kendaraan bermotor menjadi sumber utama polusi di
daerah ini. Hal ini mengakibatkan udara menjadi tercemar. Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Grobogan mencatat bahwa Tahun 2016 terjadi kenaikan tingkat
kendaraan dari tahun sebelumnya, berakibat naiknya polutan udara sebanyak
125%.

5) Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana persuasi. Wacana persuasi adalah tipe wacana yang berisi ajakan,
bujukan atau himbauan kepada seseorang dengan memberikan alasan dan prospek
bagus bagi yang meyakini, melaksanakan sesuatu, atau membeli benda tertentu.

Contoh wacana yang menggunakan paragraf persuatif:


Slogan Grobogan Bersemi sudah sepatutnya tidak sekedar klaim belaka.
Kendaraan bermotor yang bejubel telah merampas udara bersih yang menjadi hak
kita sebagai warga Grobogan. Bukan lagi zamannya kita mengkambing hitamkan
orang lain. Langkah solutifnya, mari semi kan tumbuhan-tumbuhan hijau di
sekitar kita.

Uraian penggunaan paragraf beserta contohnya dalam kalimat di atas diharapkan


dapat menjadi acuan bagi anda yang sedang mempelajari penggunaan paragraf
yang baik dan benar. Jenis jenis paragraf di atas sangat penting digunakan sesuai
dengan fungsi dan maksud yang ingin anda sampaikan melalui tulisan / paragraf
yang anda buat.
C. Syarat Paragraf
Paragraf yang efektif memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Kesatuan Makna (Koherensi)
Sebuah paragraf dikatakan mengandung kesatuan makna jika seluruh kalimat
dalam paragraf itu hanya membicarakan satu ide pokok, satu topik, atau satu
masalah saja. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang menyimpang dari
masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat lebih dari
satu ide atau masalah.
2. Kesatuan Bentuk (Kohesi)
Kesatuan bentuk paragraf atau kohensi terwujud jika aliran kalimat berjalan
mulus, lancar, dan logis. Koherensi itu dapat dibentuk dengan cara repetisi,
penggunaan kata ganti, penggunaan kata sambung atau frasa penghubung
antarkalimat.

3. Hanya Memiliki Satu Pikiran Utama


Paragraf yang baik harus hanya memiliki satu pikiran utama atau gagasan
pokok. Jika dalam satu paragraf terdapat dua atau lebih pikiran utama, paragraf
tersebut tidak efektif. Paragraf tersebut harus dipecah agar tetap memiliki hanya
satu pikiran utama. Satu pikiran utama itu didukung oleh pikiran-pikran penjelas.
Pikiran-pikiran penjelas ini lazimnya terwujud dalam bentuk kalimat-kalimat
penjelas yang tentu harus selalu mengacu pada pikiran utama.
Selain dengan repetisi dan kata ganti, pertalian antarkalimat dapat dijalin
dengan kata atau frasa penghubung. Dalam peranannya sebagai penghubung, ada
beberapa macam kata atau frasa yang dapat dipakai untuk maksud yang berbeda.
Tabel berikut ini memuat contoh kata dan frasa penghubung lengkap dengan
fungsinya masing-masing.

Fungsi Contoh Kata dan Frasa


Menyatakan hubungan: Akibatnya, karena itu, maka, oleh sebab
Akibat/hasil itu, dengan demikian, jadi

Pertambahan Berikutnya, demikian juga, kemudian,


selain itu, lagi pula, lalu, selanjutnya,
tambahan lagi
Perbandingan
Dalam hal yang sama, lain halnya
dengan, sebaliknya, lebih baik dari itu,
berbeda dengan itu
Pertentangan
Akan tetapi, bagaimanapun, meskipun
begitu, namun, sebaliknya, walaupun
Tempat demikian

Berdekatan dengan itu, di sini, di


Tujuan seberang sana, tak jauh dari sana, di
bawah,  persis, di depan … di
Waktu sepanjang…
Agar, untuk/guna, untuk maksud itu

Singkatan Baru-baru ini, beberapa saat kemudian,


mulai sebelum, segera, sesudah, sejak,
ketika

Singkatnya, ringkasnya, akhirnya,


sebagai simpulan, pendek kata

D. Pola-Pola Pengembangan Paragraf

1. Pola Klimaks-Antikklimaks, merupakan pola yang berisi rincian gagasan


paragraf mulai yang dari yang terbawah hingga yang teratas. Atau, bisa juga
berisi rincian gagasan yang dimulai dari puncak menuju ke gagasan yang
terendah.
2. Pola Kausalitas, merupakan pola paragraf yang berisi sebab akibat suatu hal,
di mana sebab menjadi gagasan utama, dan akibat  menjadi penjelasnya.
3. Pola Sudut Pandang, merupakan pola yang berisi sudut pandang penulis
terhadap suatu hal.
4. Pola Definisi Luas, merupakan pola yang berisi definisi suatu hal atau gagasan
abstrak yang luas.
5. Pola Pertentangan, berisi beberapa gagasan paragraf yang saling bertentangan
satu sama lain.
6. Pola Perbandingan,  berisi beberapa gagasan yang diperbandingan satu sama
lain.
7. Pola Generalisasi,  merupakan pola yang berisi simpulan umum dari beberapa
gagasan khusus. Atau, bisa juga berisi pengembangan dari gagasan yang
bersifat umum.
8. Pola Klasifikasi, merupakan pola yang pengelompokkan suatu topik tertentu
ke dalam kelompok tertentu, Pola ini biasanya mengandung kata antara lain,
dibagi, dan sejenisnya.
9. Pola Analogi, merupakan pola yang berisi perumpamaan suatu hal dengan hal
lainnya.
10. Pola Contoh, merupakan pola paragraf yang berisi contoh dari topik atau
gagasan yang bertujuan untuk menguatkan gagasan tersebut.

E. Contoh Paragraf Berdasarkan Pola Pengembangannya


1. Pola Klimaks-Antiklimaks

Badan Fahmi tersungkur jatuh ke tanah. Sontak, semua orang yang ada di
sekitarnya panik dan membopong badan Fahmi ke klinik terdekat. Selama di
klinik, Fahmi belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, keluarga Fahmi
pun datang ke klinik untuk melihat kondisinya. Sontak, keluarga Fahmi pun
menjadi cemas hatinya tatkala melihat Fahmi yang terkulai lemas di pembaringan
klinik.

2. Pola Kausalitas
Pendidikan moral sudah semestinya diterapkan lagi dalam kegiatan proses
belajar dewasa ini. Sebab, anak-anak zaman sekarang sudah semakin jauh dari
nilai moralitas. Hal ini bisa dilihat dari maraknya kenakalan remaja dan pergaulan
bebas yang mereka lakukan. Untuk itu, pendidikan moral harus kembali
diterapkan di dalam proses belajar mengajar anak agar mereka menjadi anak yang
bermoral baik.

3. Pola Sudut Pandang


Ini adalah tahun keduaku sekolah di SMAN 7. Aku mengambil jurusan IPS
dan kini aku berada di kelas X1 IPS 6. Di sini, aku berkenalan dengan sejumlah
teman baru yang belum pernah kutemui sebelumnya. Salah satu diantara teman
baru tersebut adalah Anwar. Dia adalah satu murid kelas kami yang
menyenangkan, karena dia murid yang ramah serta sering membantu teman-teman
lainnya.

4. Pola Definisi Luas


Navigasi merupakan fitur pencarian yang terletak di bagian blog. Fitur ini
mempunyai fungsi yang dapat membuat pembaca bisa menemukan tema atau
judul tulisan yang hendak dibaca oleh pembaca di dalam blog tersebut.

5. Pola Pertentangan
Semangat belajar Alina menurun menjelang ujian kenaikan kelas. Hal ini bisa
dilihat dari seringnya dia terlambat masuk ke kelas, serta dalam mengumpulkan
tugas. Selain itu, Alina sering sekali terlihat tidak fokus saat belajar di dalam
kelas. Kondisi yang dialami Alina tersebut berbeda  dengan apa yang dialami
Alisya saat ini. Semangat belajarnya justru semakin tinggi, dan dia pun semakin
rajin dan fokus dalam belajar.

6. Pola Perbandingan
Tempe mengandung zat protein yang lebih banyak ketimbang tahu. Hal itu
disebabkan proses pembuatan tempe lebih sedikit dibanding dengan proses
pembuatan tahu. Adapun zat protein yang dimiliki tempe adalah sebear 15,4 gram,
5,4 gram lebih besar dibanding protein pada tahu.

7. Pola Generalisasi

Pendidikan moral harus diajarkan sejak kecil di lingkungan keluarga. Adapun


cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan nilai-nilai moral ke anak
adalah dengan memberikan kisah-kisah tentang orang yang mempunyai moral
yang baik. Selain itu, orang tua juga mesti bisa mencontohkan nilai-nilai moral
dalam kehidupan sehari-hari.

8. Pola Klasifikasi
Alat musik yang biasanya dimainkan dalam sebuah grup musik (band) dibagi
atas beberapa macam, yaitu gitar, bass, drum, piano atau kibord. Sementara itu,
orang-orang yang memainkan alat-alat tersebut dikelompokkan menjadi gitaris,
bassis, drumer, dan kibordis.

9. Pola Analogi
Seekor kuda akan merasa keletihan jika terus-menerus dipacu. Begitu pula
manusia. Saat manusia dipaksa untuk terus bekerja, maka manusia pun akan
mengalami keletihan yang teramat sangat. Untuk itu, istirahatkanlah tubuh sejenak
di sela-sela waktu kerja agar tidak keletihan.

10. Pola Contoh


Selain digoreng, tempe ternyata bisa diolah menjadi varian olahan lain yang
tidak kalah enak. Misalnya saja tempe bacem. Olahan dari tempe ini dibuat
dengan cara merebus tempe bersamaan dengan berbagai macam bumbu yang
membuat tempe menjadi berwarna kecoklatan.
KARYA TULIS ILMIAH DALAM BAHASA INDONESIA

A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah

Karya ilmiah adalah karangan yang memaparkan pendapat, hasil pengamatan,


tinjauan, dan penelitian dalam bidang tertentu yang disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan, bersantun bahasa, dan isi yang
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.

Pengertian karya ilmiah menurut para Ahli:

1. Menurut Sudjiman dan Sugono (1991) adalah karya tulis dengan


penyusunan berdasarkan kajian ilmiah. Sedangkan menurut Suriasumantri
(1995) dalam Finoza (2010), karya tulis ilmiah adalah tulisan yang
memuat argumentasi penalaran keilmuan serta dikomunikasikan lewat
bahasa tulisan yang baku dengan sistematis-metodis dan sintesis analitis.
2. Menurut Eko Susilo (1995) karya ilmiah adalah salah satu karangan atau
tulisan yang didapat sesuai sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil
pengamatan, pemantauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun
menurut metode tertentu serta sistematika penulisan yang bersantun
bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau
keilmiahannya.
3. Menurut Dwiloka dan Riana, karya ilmiah atau artikel ilmiah merupakan
karya seorang ilmuwan (pembangunan) yang hendak membangun ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang didapat melalui literatur,
pengalaman, serta penelitian.
4. Menurut Drs. Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi, pengertian karya
ilmiah adalah serangkaian kegiatan penulisan yang berlandaskan pada
hasil penelitian yang disusun secara sistematis mengikuti metodologi
ilmiah, yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban ilmiah dari suatu
permasalahan.

Pengertian karya tulis ilmiah menurut KBBI merupakan karya tulis yang dibuat
menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan berdasarkan fakta (observasi,
eksperimen, dan kajian pustaka).

Pengertian karya tulis ilmiah menurut wikipedia adalah laporan tertulis diterbitkan
yang mengungkapkan hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh
seseorang atau tim dengan memenuhi kaidah serta etika keilmuan yang ditaati
oleh masyarakat keilmuan.

B. Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah

1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan
dimaknai oleh pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan.
Pembaca harus bisa langsung memahami konten dari karya ilmiah.

2. Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus
memberikan pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa
yang tidak membingungkan. Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu
bisa langsung diterima oleh pembacanya.

3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari
penulisnya. Sebab, karya ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan
dari hasil analisis penelitian, bukan dari perasaan subjektif dari penulisnya.

4. Menggunakan Bahasa Baku


Menggunakan bahasa baku agar mudah dipahami. Penggunaan bahasa
baku itu meliputi setiap aspek penulisannya. Mulai dari penulisan sumber,
teori, hingga penulisan kesimpulan. Ketidakbakuan pada tulisan karya
ilmiah hanya akan membuat pembacanya bingung dan apa yang ingin
disampaikan dalam tulisan tidak dipahami pembaca.

5. Menggunakan Kaidah Keilmuan


Penulisan karya ilmiah harus menggunakan kaidah keilmuan atau istilah-
istilah akademik dari bidang penelitian si penulis. Hal itu bertujuan untuk
menunjukkan bahwa peneliti atau penulisnya memiliki kapabilitas pada
bidang kajian yang dibahas dalam karya ilmiah. Penggunaan kaidah atau
istilah ilmiah itu juga menjadi takaran seberapa ahli peneliti pada bidang
keilmuannya.

6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang
memiliki satu makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan
keruntutan pikiran yang logis dan kecermatan penelitian. Kedua hal itu
penting karena karya ilmiah harus bisa menyampaikan maksud dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis tanpa membingungkan.
7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan
babnya dan bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele
atau tepat sasaran. Sebuah karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus
memiliki alur logika yang saling bersambung. Selain itu, penyampaiannya
harus tepat sasaran dengan apa yang ingin disampaikan.

8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya
ilmiah tidak dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus
menunjukkan fakta-fakta dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak
memiliki kecondongan subjektifitas.

9. Menggunakan Kalimat Efektif


Dan, penulisan karya ilmiah harus menggunakan kalimat efektif. Ciri ini
berkaitan dengan semua ciri sebelumnya. Tujuan penggunaan kalimat
dalam karya ilmiah agar pembaca tidak dipusingkan dengan penggunaan
kalimat yang berputar-putar. Penggunaan kalimat seperti itu hanya akan
membuat pembaca bingung.

C. Jenis-jenis Karya Ilmiah


Beberapa jenis karya ilmiah yang paling banyak diterbitkan oleh manusia
adalah sebagai berikut :

1. Makalah
Makalah merupakan karya ilmiah yang menyajikan sebuah masalah yang
penyelesaianya mengandalkan berbagai macam data yang ada di lapangan.
Karya ilmiah ini bersifat empiris dan juga objektif. Dalam penyajiannya,
makalah biasanya dipresentasikan dalam sebuah kegiatan seminar.
Sistematika Makalah ada tiga bagian, yaitu:
a. Pendahuluan (Bagian awal)
b. Pembahasan (Bagian inti)
c. Kesimpulan (Bagian Penutup)

2. Artikel
Dalam konteks jurnalistik, pengertian karya ilmiah artikel merupakan
karya ilmiah yang memuat pendapat subjektif pembuatnya mengenai
sebuah peristiwa ataupun masalah tertentu, sedangkan jika dipandang dari
sudut pandang ilmiah, artikel dapat diartikan sebagai karya tulis yang
sengaja dirancang untuk dimuat dalam jurnal ataupun kumpulan artikel
yang dibuat dengan memperhatikan kaidah penulisan ilmiah dan
mengikuti pedoman ilmiah yang berlaku.
Sistematika Artikel:
a. Judul
b. Nama Penulis -- tanpa gelar akademik
c. Abstrak --ringkasan tulisan, gambaran umum isi artikel.
d. Kata Kunci --3-5 keywords.
e. Pendahuluan -- latar belakang masalah dan rumusan singkat (1-2
kalimat) pokok bahasan dan tujuannya.
f. Kerangka Teori (Kajian Teori) --dasar teori yang menjadi acuan.
g. Pembahasan --kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan,
dan pendirian atau sikap penulis
h. Penutup -- simpulan dan saran
i. Daftar Pustaka

3. Skripsi
Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa untuk bisa
mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi memuat tulisan berisi pendapat
penulis dengan mengacu ataupun berdasarkan teori yang telah diterbitkan
sebelumnya.

4. Kertas Kerja
Kertas Kerja atau Work paper pada dasarnya sama dengan makalah,
namun dibuat dengan analisis yang lebih mendalam dan tajam serta
dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya dihadiri oleh
ilmuwan.

5. Paper
Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan mahasiswa dalam
kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum
menyelesaikan jenjang studi Diploma, S1, S2 dan atau S3. Sistematika
penulisannya pun sama dengan artikel dan makalah, tergantung panduan
yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan.

6. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan program
studi S2 atau Pascasarjana yang bersifat lebih mendalam dibandingkan
dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang didapat dari
penelitian yang dilakukan individu yang bersangkutan.

7. Disertasi
Disertasi atau Ph.D thesis diperuntukkan bagi mahasiswa program S3 atau
meraih gelar Doktor/Dr. yang mengemukakan analisis yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan dengan data dan fakta yang sahih atau
valid dengan analisis yang terinci. Disertasi berisi suatu temuan penulis
sendiri yang berupa temuan orisinal.

D. Memilih Topik dan Judul

1. Topik
Pada karya ilmiah, Topik adalah hal paling dasar yang harus ditentukan
terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan topik yaitu ;
a. Sesuai dengan prodi/bidang ilmu yang dikuasai
b. Menarik, utamanya bagi peneliti itu sendiri
c. Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik
yang diperkirakan akan menjadi masalah ataupun sudah menjadi
masalah. Masalah tidaklah selalu negatif, bisa jadi masalah bersifat
positif.
d. Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
e. Terbatas, walaupun bersifat dasar dan umum, topik haruslah tetap
terbatas akan suatu bidang tertentu.
f. Memperhatikan proses pengumpulan data
g. Bermanfaat

Dalam pembuatan topik perhatikan pokok masalah yang ada, lalu tuangkan dalam
dua kata agar memiliki sifat keterbatasan, contoh-contoh topik:

a. Mesin > Mesin Magnetik / Material Mesin


b. Jembatan > Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan
c. Minyak > Minyak Goreng
d. magnet > magnet neodymium
e. GMAW kecepatan tinggi > humpping bead GMAW kecepatan tinggi
f. baja paduan rendah > ketangguhan baja paduan rendah
g. Dari OJT atau kerja praktek di departemen inspection di perusahaan
bidang migas, maka akan di jumpai topik:
1) erosi korosi
2) korosi sumuran
3) box-up repair
4) patching repair
5) marine growth preventer
6) coating blistering
7) interferensi arus

2. Tema
Tema merupakan topik yang sudah bertujuan. Sederhananya tema adalah
topik yang sudah dberikan kata operasional ( mengandung pe-an), contoh:
a. Topik : Material Mesin, Tema : (Perawatan) (Material Mesin)/
Pemilihan Material Mesin.
b. Topik : Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan, Tema : (penguatan)
(Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan)
c. Topik : Minyak Goreng, Tema : (Pembuatan) (Minyak Goreng)
d. Topik : metode manufaktur baru, Tema : (Pengembangan) (metode
manufaktur baru)
e. Topik : humpping bead GMAW kecepatan tinggi , Tema : (humpping
bead) (GMAW kecepatan tinggi)

3. Judul
Judul memiliki sifat lebih spesifik ketimbang topik dan tema, perubahan
dari tema ke judul cukup ditambahkan keterangan seperti tempat, metode
penelitian,dll. Contohnya:
a. Judul : Perawatan Material Mesin di Bengkel A dengan Metode X
b. Judul : (penguatan) (Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan) dengan
metode XXXXX
c. Judul : (Pembuatan) (Minyak Goreng) dari jagung
d. Judul : (Pengembangan) (metode manufaktur baru) untuk (magnet
neodimium)
e. Judul : (Pengaruh aliran fluida) terhadap (humpping bead) pada
( GMAW kecepatan tinggi)

E. Teknik Penulisan Karya Ilmiah


1. Bagian Pembuka
a. Kulit Luar/Kover
Halaman ini memuat 1) Judul karangan ilmiah lengkap dengan anak judul
(jika ada) 2) Keperluan Penyusunan 3) Nama Penyusun 4) logo lembaga
pendidikan 5) Nama Lembaga Pendidikan 6) Nama Kota 7) Tahun
Penyusunan

b. Halaman persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyusun karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda tangan
dan nama terang pembimbing, dan 4) kata persetujuan

c. Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik oleh
kepala sekolah. Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyiapkan karya ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta tanggal,
bulan, dan tahun, 4) tanda tangan dan nama terang guru pembimbing dan
kepala sekolah serta cap stempel.

d. Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama
siswa, ditulis dari belakang (seperti penulisan nama pengarang pada daftar
pustaka) apabila terdiri dari dua bagian nama atau lebih, 2) tahun
pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda petik, huruf kapital hanya
pada awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5) nama kota,
6) nama sekolah.
Penulisan isi abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan spasi
tunggal. Paragraf pertama berisi uraian singkat mengenai latar belakang
masalah dan tujuan penelitian. Paragraf kedua berisi metode penelitian,
mencakup populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.

e. Kata.Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada
pembaca tentang penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya
singkat tapi jelas. Yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1) puji
syukur kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa karya dibuat, (3)
kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih kepada pihak
yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6)
tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun karangan ilmiah.
f. Daftar isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah beserta
letak nomor halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan
lampiran. Komponen isi karya ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi
antara lain meliputi judul-judul bab dan subbab. Penulisan daftar isi harus
mempertahankan konsistensi dalam pencantuman komponen-komponen
tersebut secara jelas, dan terperinci.

g. Daftar Tabel, gambar, grafik, bagan/skema, singkatan/lambang (jika ada)


Daftar tabel, gambar, , grafik, bagan/skema, singkatan/lambang berisi
nomor urut halaman tempat tabel, gambar, , grafik, bagan/skema,
singkatan/lambang tersebut disajikan. Tiap-tiap jenis dikelompokkan dan
diberi nomor urut tersendiri. Tajuk daftar tabel, gambar, , grafik,
bagan/skema, singkatan/lambang dituliskan dengan huruf kapital semua,
dan terletak di tengah-tengah penulisan.

2. Bagian.Pendahuluan

a. Latar Belakang Masalah.


Bagian ini memuat alasan penulis mengambil judul itu dan manfaat praktis
yang dapat diambil dari karangan ilmiah tersebut. Alasan-alasan ini
dituangkan dalam paragraf-paragraf yang dimulai dari hal yang bersifat
umum sampai yang bersifat khusus.

b. Rumusan masalah.
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan, dan
ini ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas
sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-kalimat
pertanyaan secara jelas.

c. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas.
Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang
berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus
sesuai dengan tujuan pembahasan.

d. Tujuan.
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan
tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan
judul.

e. Landasan Teori.
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran langkah
kerja sehingga membantu penulis dalam membahas masalah yang sedang
diteliti secara mendalam.

f. Hipotesis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis adalah sesuatu yang
dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi,
dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan dengan demikian
hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang dirumuskan dan untuk
sementara diterima, serta masih harus dibuktikan kebenarannya dengan
data-data otentik yang ada, pada bab-bab berikutnya. Hipotesis harus
dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta jelas.

g. Sumber data atau kajian pustaka.


Sumber data atau kajian pustaka yang digunakan penulis karangan ilmiah
biasanya adalah kepustakaan, tempat kejadian peristiwa (hasil observasi),
interview, seminar, diskusi, dan sebagainya termasuk juga mengutip dari
berbagai sumber.

h. Metode, dan teknik.


Metode Pengumpulan Data, metode pengumpulan data adalah cara
mencari data bagi suatu penulisan, ada yang secara deduktif dan atau
induktif. Mencari data dapat dilakukan dengan cara studi pustaka,
penelitian lapangan, wawancara, dll.

Teknik Penelitian adalah penjabaran metode penelitian, sistem atau metode


penelitian dengan meneliti langsung objeknya, teknik penelitian yang dapat
digunakan ialah teknik wawancara, angket, daftar kuesioner, dan observasi.
Semua ini disesuaikan dengan masalah yang dibahas.

3. Bagian Isi
a. BAB II/Landasan Teori
Sementara pada bagian bab II adalah penulisan landasan teori dan tinjauan
pustaka. Di sini Anda bisa menuliskan referensi apa saja yang Anda
gunakan untuk menunjang penelitian Anda. Landasan teori juga harus
ditulis secara terstruktur sesuai dengan tahapan pembahasan penelitian.
Selanjutnya akan diteruskan pada bab pembahasan.

b. BAB III/Pembahasan / Penyajian Hasil Penelitian


Dalam bagian inti ini dalam penelitian karya tulis ilmiah memaparkan
penelitian yang dilakukan dengan mengambil studi kasus pada bagian
pendahuluan. Dalam bagian inti pembahasan dalam karya tulis ilmiah
diuraikan terkait landasan teori yang mendukung penelitian yang
dilakukan.
Pengambilan landasan teori ini bisa dari perkataan para ahli yang
melakukan bidang studi yang terkait dengan studi penelitian yang
dilakukan. Bahkan, bisa membuat landasan teori baru jika benar-benar
studi penelitian dalan karya tulis ilmiah merupakan studi yang unik dan
menarik.
Kemudian, pada bagian inti dari penulisan karya tulis ilmiah ini
memberikan pokok-pokok yang diambil dalam melakukan penelitian.
Apakah penelitian ini menggunakan rumus khusus atau berupa kuesioner
studi lapangan perlu dipaparkan dengan jelas. Sehingga, data yang akan
ditampilkan dalam studi penelitian ini jelas dan gamblang.

4. Bagian Penutup
a. Kesimpulan, dan Saran
Pada bagian penutup ini memaparkan kesimpulan akhir dari penelitian
karya tulis ilmiah yang dilakukan. Apakah penelitian yang dilakukan
mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang diangkat ataukah
sebagai batu loncatan awal untuk penelitian lanjutan pun harus dipaparkan.
Lalu, disamping memaparkan n kesimpulan yang didapatkan. Pada bagian
ini juga perlu memberikan penjelasan terkait saran dan harapan
kedepannya untuk karya tulis ilmiah tersebut.
Agar dapat menjadi landasan teori berikutnya saat membuat karya tulis
ilmiah yang mengangkat tema yang sama walu dengan tempat yang
berbeda. Pada bagian terdapat kesimpulan, dan saran. Pada bagian
kesimpulan, berisi tentang kesimpulan penelitian. Biasanya jawaban dari
rumusan masalah.

b. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi semua buku atau tulisan
ilmiah yang menjadi rujukan dalam melakukan penelitian. Maksudnya
ketika Anda ingin menulis karya ilmiah yang bisa berupa artikel, makalah,
atau presentasi Anda harus membuat daftar pustaka atau mudahnya itu
harus mencantumkan sumber rujukan penelitian.

Jika membuat tulisan ilmiah tapi sumber rujukannya (daftar pustaka) salah
atau bahkan tidak ada, maka tulisan ilmiah tersebut dikatakan tidak dapat
dipercaya alias hoaks..

Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi
tanda baca dan dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka
dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan acuan penyusunan
karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan, termasuk artikel, makalah,
skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.

Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang
atau lembaga yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor
urut. Jika tanpa nama pengarang atau lembaga, yang menjadi dasar urutan
adalah judul pustaka. Contoh penulisan daftar pustaka: Eneste, Panusuk.
1983. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: Gramedia.

Untuk majalah atau jurnal mengikuti sistematika sebagai berikut: nama


penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama majalah/jurnal dengan singkatan
resminya, nomor penerbitan dan halaman.

c. Penulisan Lampiran (jika diperlukan)

Anda mungkin juga menyukai