Kelompok 6
Reguler 3
Disusun oleh :
2. Berwujud Lambang
Lambang dalam bahasa juga merupakan bagian dari sistem. Lambang,
dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan simbol. Secara sederhana
lambang diartikan sebagai suatu tanda yang mengandung maksud tertentu.
Menurut W. et al. (2017:1.5) bahasa merupakan sistem simbol, baik berupa
bunyi dan/atau tulisan yang dipergunakan dan disepakati oleh suatu
kelompok sosial. Ditinjau dari ilmu bahasa (linguistik), lambang dapat
berbentuk, abjad, angka, dan pelafalannya (bunyi). Bunyi dikategorikan
sebagai lambang, sebab bunyi adalah bagian dari tanda.
3. Berupa Bunyi
Istilah bunyi dan suara adalah dua kata yang sama (bersinonim). Namun
demikian untuk membedakan dua kata tersebut dapat menyimak penjelasan
berikut. Suara adalah bunyi yang dikeluarkan dari alat ucap (manusia atau
hewan) dan gesekan benda. Bunyi adalah sesuatu yang terdengar oleh alat
dengar. Disebut suara ketika bunyi dihasilkan, disebut bunyi ketika suara itu
diterima.
Sama halnya dengan lambang, bunyi dalam bahasa juga merupakan bagian
dari sistem. Secara sederhana bunyi adalah sesuatu yang diterima oleh alat
pendengaran, baik dari gesekan benda, alat suara pada hewan atau manusia.
Namun, bunyi yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang
diucapkan oleh manusia yang berupa huruf, kata, kalimat, atau wacana.
Sehingga, walaupun dihasilkan oleh alat ucap manusia, teriakan, tangisan,
dan batuk bukan merupakan bunyi bahasa.
4. Bersifat Arbitrer (Manasuka)
Arbitrer, dalam bahasa Indonesia juga dapat diartikan sebagai manasuka,
berubah-ubah, tidak tetap, dan sewenang-wenang. Istilah arbitrer dalam
pengertian ini artinya tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa
(huruf, angka, dan bunyi) dengan konsep dari lambang tersebut.
Misalnya, konsep dari binatang berkaki empat yang biasa dipelihara untuk
ditunggangi atau angkutan dalam lambang bahasa Indonesia ditulis sebagai
kata kuda dan dibunyikan [kuda]. Sedangkan dalam bahasa lain, seperti
Bima disebut dengan [jara], bahasa Jawa [jaran], dan bahasa Inggris
[horse]. Walaupun hewannya sama, namun dilambangkan (tulis atau lisan)
secara berbeda. Jika memang ada hubungan yang wajib, maka sudah tentu
nama hewan itu ditulis dan disebut dengan kata yang sama pada semua
bahasa.
5. Bermakna
Ciri lain dari bahasa adalah memiliki makna. Makna atau arti adalah
pengertian yang diberikan pada suatu bentuk kebahasaan. Bentuk
kebahasaan atau yang juga disebut dengan satuan kebahasaan dapat berupa
morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Bentuk kebahasaan
tersebut pasti memiliki makna entah itu makan leksikal (morfem dan kata),
makna gramatikal (frase, klausa, dan kalimat), atau makna
pragmatik/konteks (wacana).
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipastikan bahwa semua ucapan yang tidak
bermakna bukanlah bahasa. Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa sebagai
bunyi, sebab tidak semua bunyi dapat disebut dengan bahasa. Pun begitu
dengan fungsi bahasa sebagai lambang, semua lambang yang tidak
mempunyai makna tidak dapat disebut dengan bahasa. Perlu diperhatikan
pula bahwa bentuk bahasa yang belum diketahui maknanya bukan berarti
tidak memiliki makna.
6. Konvensional
Konvensional artinya berdasarkan pemufakatan atau kesepakatan suatu
kelompok. Bahasa, walaupun bersifat arbitrer (manasuka) namun dalam
penggunaan lambang harus diikuti oleh setiap kelompok masyarakat
tersebut. Misalnya, kelompok masyarakat bahasa Indonesia harus mengikuti
aturan yang telah disepakati oleh masyarakat Indonesia. Begitu juga dalam
kelompok masyarakat bahasa daerah maupun komunitas yang lebih kecil.
7. Unik
Ciri selanjutnya dari bahasa adalah bahasa itu bersifat unik. Unik secara
singkat dapat diartikan sebagai ciri khas/ciri khusus. Bahasa bersifat unik
artinya bahasa memiliki ciri khas tersendiri pada setiap sistem dan
penggunaannya. Ciri khas tersebut berlaku pada semua bahasa yang ada di
dunia. Tentang keunikan ini, Chaer (2012:52) menyatakan jika keunikan
terjadi pada sekelompok bahasa yang berada dalam satu rumpun atau satu
kelompok bahasa, lebih baik jangan disebut keunikan, melainkan ciri dari
rumpun atau golongan bahasa itu. Misalnya rumpun bahasa Melayu-
Polinesia seperti bahasa Kalimantan, Filipina Utara, Sulawesi, Jawa, dan
Sumba. Bahasa dalam rumpun Melayu Polinesia tersebut memiliki ciri
awalan (prefix), sisipan (infix), akhiran (sufix), dan kombinasinya serta
reduplikasi untuk mengekspresikan berbagai nilai.
Ragam Lengkap
Namun, dalam suasana resmi seperti dalam pidato, cerama lmiah,
perkuliahan, serta dalam rapat-rapat resmi mereka biasanya
menggunakan kalimat-kalimat panjang, kemudian pilihan kata dan
ungkapannya pun sesuai dengan kaidah bahasa yang baku. Ragam
ini sering disebut dengan ragam lengkap (elaborate code).
ii. RagamLisan
Ragam bahasa lisan adalah suatu ragam bahasa yang
dihasilkan oleh alat ucap (organ of speech). Dalam ragam
bahasa lisan ini, kita harus memperhatikan beberapa hal seperti
tata bahasa. kosakata, dan lafal dalam pengucapannya. Dalam
hal ini dengan memperhatikan hal-hal tersebut, pembicara dapat
mengatur tinggi rendah suara atau tekanan yang dikeluarkan,
mimik/ekspresi muka yang ditunjukkan, serta gerak tangan atau
isyarat untuk mengungkapkan ide sangpembicara.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal berikutini.
a) Ragam bahasacakapan.
b) Ragam bahasapidato.
c) Ragam bahasakuliah.
d) Ragam bahasapanggung.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan. yakni seperti dibawah ini.
a) Memerlukan kehadiran oranglain.
b) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secaralengkap.
c) Terikat ruang danwaktu.
d) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Kelebihan ragam bahasa lisan. yakni sebagi berikut.
a) Dapat disesuaikan dengan situasi.
b) Faktorefisiensi.
c) Faktorkejelasan.
d) Faktorkecepatan.
e) Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang
memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan
olehpenutur.
f) Penggunaan bahasa lisan bisa berdacarkan
pengetahuan serta penalsiran dari informasi audit, visual
dan kognitif sangpenutur.
Kelemahan ragam bahasa lisan, yakni seperti di bawah ini.
a) Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap,
bahkan terdapat frase-frasesederhana.
b) Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c) Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan
denganbenar.
d) Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidakformal.
Contoh Penggunaan
Ragam Lisan
1. Enggak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya
luka.
2. Semalam ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor.
3. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.
4. Pak Guru pagi ini menyuruh kami mengumpulkan tugas yang
kemarin.
5. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini
disebabkan oleh rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam
sungai.
RagamTulisan
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
Dalam ragam bahasa tulis, kita harus memperhatikan beberapa
hal seperti tata cara penulisan (ejaan) disamping aspek tata
bahasa dan pemilihan kosakata, dalam hal ini kita dituntut untuk
tepat dalam pemilihan unsur tata bahasa seperti bentuk kata,
susunan kalimat, pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan,
dan juga penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan
idekita.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi ha!-hal di bawah ini.
a) Ragam bahasateknis
b) Ragam bahasaundang-undang
c) Ragam bahasacatatan
d) Ragam bahasasurat
Ciri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut.
a) Tidak memerlukan kehadiran oranglain.
b) Adanya unsur gramatikal (hubungan antar unsur-unsur
bahasa dalam satuan yang lebih besar) yang dinyatakan
secara lengkap.
c) Tidak terikat oleh ruang danwaktu.
d) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa tulis, yakni sebagaiberikut
a) Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis
untuk dikemas menjadi media atau materi yang lebih
menarik danmenyenangkan.
b) Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan
kehidupan masyarakatnya.
c) Sebagai sarana untuk memperkayakosakata.
d) Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan,
memberikan informasi, serta dapat mengungkap unsur-
unsur emosi sehingga mampu meningkatkan wawasan
sipembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis, yakni sebagi berikut
a) Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti
bahasa lisan tidak ada. Akibatnya, bahasa tulis pun harus
disusun lebih sempurna.
b) Tidak mampu menyajikan berita secara lugas danjujur.
c) Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak
dapatdiperjelas.
ContohPenggunaan
Ragam Tulisan
1. Ardi tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya
terluka.
2. Kemarin malam, ada berita tentang kecelakaan mobil yang
menabrak motor.
3. Adik sedang menggambar pemandangan alam di desa.
4. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas
yang diberikan kemarin.
5. Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan ini
disebabkan rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke sungai.
iii. Ragambaku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh
sebagian besar pemakainya sebagai bahasa resmi dan
sebagaikerangka acuan normabahasa dalam penggunaannya.
Ragam baku juga merupakan ragam bahasa yang oleh penuturnya
dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi),
yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi,
atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut
ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
A. Pemakaian Huruf
1. Pemakaian Huruf Kapital
1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
1. Bagaimana caranya?
2. Kakek memetik mangga.
3. Saya harus rajin belajar.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang,
termasuk julukan. Misalnya:
1. James Watt
2. James Prescott Joule
3. Dewi Sartika
4. Raja Dangdut
5. Bapak Pendidikan
6. Bapak Pramuka Indonesia
7. Teuku Umar
8. Diandra Aurelia
Catatan:
a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
merupakan nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya:
1. 360 kelvin
2. 200 pascal
3. Bunga mawar
4. Kacang polong
4.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti
untuk Tuhan. Misalnya:
1. Pemerintah Republik Indonesia secara resmi mengakui enam
agama, yaitu Islam, Buddha, Hindu, Protestan, Katolik, dan
Konghucu
2. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka
3. Allah akan menjaga hamba-Nya yang beriman
4. Ya, Tuhan, berilah petunjuk pada hamba-Mu
5.) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti
nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
1. Pangeran Diponegoro
2. Sultan Hasanudin
3. Haji Ahmad Rifai
4. Nabi Musa
5. Syekh Abdul Fattah Rawa
6. Professor Yohanes Surya
7. Anggia Nur Fadhilah, Ahli Madya Kebidanan
8. Ardian Kusuma, Sarjana Akuntansi
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya:
6.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
1. Gubernur Lampung
2. Walikota Bandar Lampung
3. Profesor Supomo
4. Sekertaris Jendral Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
5. Direktur Poltekkes Tanjungkarang
6. Letnan Kolonel Untung Sutopo
7. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
7.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa. Misalnya:
1. bangsa Singapura
2. suku Lampung
3. bahasa Jawa
Catatan:
8.) a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, dan hari besar atau hari raya. Misalnya:
1. tahun Masehi
2. bulan Desember
3. bulan Ramadhan
4. hari Raya Idul Fitri
5. hari Waisak
6. hari Minggu
Catatan:
Catatan:
10.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga,
badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, dan untuk. Misalnya:
1. Republik Ceko
2. Dewan Perwakilan Rakyat
3. Komisi Yudisial
4. Ikatan Bidan Indonesia
5. Perserikatan Bangsa-Bangsa
6. Himpunan Mahasiswa Jurusan
7. Republik Rakyat Tiongkok
11.) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk
unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel,
dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata
tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak
pada posisi awal. Misalnya:
1. Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan
2. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra
3. Kami menyajikan makalah “Tata Ejaan Bahasa Indonesia”
4. Dia telah membaca buku Habis Gelap Terbitlah Terang
5. Mahasiswa membuat artikel Pengaruh Olahraga untuk
Kesehatan Tubuh
Catatan:
a. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau
pengacuan. Misalnya:
1. Kita harus menghormati ibu dan bapak kita.
2. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
b. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:
1. Sudahkah Anda tahu?
2. Siapa nama Anda?
3. Bagaimana kabar keluarga Anda?
4. Mengapa Anda tidak ikut bekerja?
3.) Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya:.
1. Makanan yang mengandung monosodium glutamate tidak baik
untuk kesehatan
2. Indonesia pernah mengalami kerja paksa, Romusha
3. Semut termasuk kelompok serangga yang merupakan anggota
keluarga dari Artropoda
Catatan:
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama
diri ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. NIM : Nomor Induk Mahasiswa
2. NIP : Nomor Induk Pegawai
3. KTP : Kartu Tanda Penduduk
4. SIM : Surat Izin Mengemudi
5. STNK : Surat Tanda Nomor Kendaraan
6. KTM : Kartu Tanda Mahasiswa
7. SMA : Sekolah Menengah Atas
8. MAN : Madrasah Aliah Negeri
9. SD : Sekolah Dasar
3.) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik. Misalnya:
1. hlm. : halaman
2. dll. : dan lain-lain
3. dst. : dan seterusnya
4. sda. : sama dengan di atas
5. sdr. : saudara
6. dsb. : dan sebagai berikut
7. yth. : yang terhormat
8. dkk. : dan kawan-kawan
9. ybs. : yang bersangkutan
10. yth. : yang terhormat
11. ttd. : tertanda
4.) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik. Misalnya:
1. a.n. : atas nama
2. d.a. : dengan alamat
3. u.b. : untuk beliau
4. u.p. : untuk perhatian
5. s.d. : sampai dengan
6.) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik. Misalnya:
1. LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
2. LAN : Lembaga Administrasi Negara
3. PASI : Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
4. PRSI : Persatuan Renang Seluruh Indonesia
5. LKD : Lembaga Kemasyarakatan Desa
6. RISMA : Remaja Islam Masjid
7. BIN : Badan Intelijen Negara
7.) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1. Unila : Universitas Lampung
2. Itera : Institut Teknologi Sumatera
3. Unpad : Universitas Padjadjaran
4. Kemenkes : Kementrian Kesehatan
5. Bulog : Badan Urusan Logistik
6. Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
7. Kowani : Kongres Wanita Indonesia
8. Kalteng : Kalimantan Tengah
9. Mabbim : Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-
Malaysia
10. Suramadu : Surabaya Madura
11. Sulsel : Sulawesi Selatan
8.) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
1. puskesmas : pusat kesehatan masyarakat
2. rapim : rapat pimpinan
3. rudal : peluru kendali
4. jurdil : jujur dan adil
5. lakalantas : kecelakaan lalu lintas
6. toserba : toko serbaada
7. ipte : ilmu pengetahuan dan teknologi
8. pemilu : pemilihan umum
1.) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian. Misalnya:
1. Dia membeli mangga sampai tiga kali
2. Kami membeli makanan lebih dari empat jenis
3. Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50
bus, 115 minibus, 300 sedan.
4. Diantara 55 anggota yang hadir, 37 orang setuju, 15 orang tidak
setuju, 3 orang abstain
5. Di sebuah keranjang terdapat beberapa buah, 12 buah apel, 9 buah
jeruk, dan 2 buah semangka
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, susunan kalimatnya diubah. Misalnya:
1. Panitia mengundang 250 orang peserta.
2. Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
4.) Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi,
dan waktu serta (b) nilai uang. Misalnya:
1. 2 tahun 6 bulan 5 hari
2. 1 jam 20 menit
3. 15 mililiter
4. Rp20.000,00
5. 0,5 sentimeter
6. 5 kilogram
7. 4 hektare
8. 10 liter
9. US$3,50
10. £5,10
11. ¥100
5.) Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar. Misalnya:
1. Jalan Kepodang No.1
2. Hotel Amelia, Kamar 5
3. Gedung Samuddra, Lantai II, Ruang 201
6.) Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
1. Surah yasin: 15
2. Markus 16:15-16
3. Bab VI, halaman 51
9.) Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara
berikut. Misalnya:
1. tujuh lembar uang 10.000-an (tujuh lembar uang sepuluh ribuan)
2. tahun 2000-an (tahun dua ribuan)
12.) Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf. Misalnya:
1. Kelapadua
2. Tigaraksa
3. Kotonanampek
4. Simpanglima
5. Sukaramedua
D. Penulisan Kata
9.) Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pajak penuh sesak.
Saya pergi ke sekolah.
Buku itu sangat tebal.
10.) Kaa Berimbuhan
II.B.1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran)
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
berkelanjutan
mempermudah
gemetar
lukisan
kemauan
perbaikan
Catatan: Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -
wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
gerejawi
II.B.2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
adibusana
aerodinamika
antarkota
antibiotik
awahama
bikarbonat
biokimia
dekameter
demoralisasi
dwiwarna
ekabahasa
ekstrakurikuler
infrastruktur
inkonvensional
kontraindikasi
kosponsor
mancanegara
multilateral
narapidana
nonkolaborasi
paripurna
pascasarjana
pramusaji
prasejarah
proaktif
purnawirawan
saptakrida
semiprofesional
subbagian
swadaya
telewicara
transmigrasi
tunakarya
tritunggal
tansuara
ultramodern
Catatan:
(1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat
Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat
Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
14.) Partikel
II.G.1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
II.G.2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke
rumahku.
Catatan: Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
II.G.3. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
E. Pemenggalan Suku Kata dan Kata Ganti (ku, kau,-ku,-mu,dan –nya)
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Rumah itu telah kujual.
Majalah ini boleh kaubaca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
B. Kata Dasar
Kata dasar (akar kata) adalah kata yang paling sederhana yang belum
memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal tunggal
dan bentuk dasar kompleks. Umumnya kata dasar dalam bahasa Indonesia
dan juga semua bahasa yang serumpu dengan bahasa Indonesia terjadi dari
dua suku kata. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang menjadi dasar
awal pembentukan kata yang lebih besar. Misalnya : rumah, lari, nasi, padi,
pikul, jalan, tidur, makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah,
pindah, dan lain – lain. Ia masih utuh, belum mengalami perubahan. Kata
dasar menjadi dasar pembentukkan kata berimbuhan atau kata jadian, kata
ulang, dan kata majemuk.
· 1. Ciri-ciri kata dasar:
a. Satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
b. Merupakan Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki
imbuhan atau yamg merupakan kata turunan.
c. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan
mengalami perbedaan makna.
d. Kumpulan dari kata dasar dapat menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa
perlu dibubuhi imbuhan.
2. Jenis-jenis kata dasar
a. Kata dasar bersuku satu: teh, oh , ya, wah
b. Kata dasar bersuku dua: mata, kamu, tiga, bunga
c. Kata dasar bersuku tiga: telinga,kecapi, kemiri
d. Kata dasar bersuku empat: halilintar, kelelawar,
e. Kata dasar bersuku lima: Indonesia, administrasi
f. Kata dasar serupa bentuk ulang: kura-kura, bunga-bunga, kupu-kupu
Kata dasar terdiri atas dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar
kompleks. Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar
yang hanya terdiri atas stu morfem. Sementara itu, kata dasar kompleks
adalah kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar
kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami beberapa proses,
seperti pemberian imbuhan atau menngalami reduplikasi (perulangan
kata).
Contoh Kata Dasar Tunggal:
1) Api
2) Air
3) Rumah
4) Badai
Contoh Kata Dasar Kompleks:
1) Bersantai
2) Memakai
3) Melarang
4) Berkemah
C. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang telah berubah karena mendapatkan
imbuhan baik itu awalan, sisipan, dan akhiran. Kata dasar tersebut telah dirangkai
dengan imbuhan-imbuhan itu. Dari contoh-contoh ini diharapkan dapat mengingat
kembali aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti
aturan penulisan kata
· Macam-Macam Imbuhan
1. Awalan (Prefiks)
Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-
imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-, di-, ter-, ke-,
pe-, per-, dan se-
Contoh:
berlari (kata dasar [lari], mendapat awalan [ber-])
2. Sisipan (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-
bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-.
Contoh:
gemetar (kata dasar [getar], mendapat sisipan [-em-])
3. Akhiran (sufiks)
Akhiran sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada
beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah,
-tah, dan –pun.
Contoh:
catatan (kata dasar [catat], mendapat akhiran [-an])
1. Pengimbuhan
Imbuhan atau afiks adalah bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai
untuk menurunkan kata. Afiks atau imbuhan dibagi menjadi 4 yaitu: prefiks
(awalan), sufiks (akhiran), infiks (sisipan), dan konfiks (gabungan antara
prefiks dan sufiks).
- Jenis-jenis Imbuhan
a. Prefiks
Prefiks atau awalan adalah awalan yang ditempatkan di bagian muka suatu
kata dasar.
Contoh morfem prefiks adalah ber-,meng-,,peng-,dan per-.
Contoh penggunaan :
Ber- : Annisa berjalan dengan hati-hati ketika menyebrangi jembatan yang
rapuh
b. Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah apabila morfem terikat digunakan di bagian
belakang kata.
Contoh morfem : -an,-kan,dan –i.
Contoh penggunaan :
-kan : Berikan bungkusan ini pada bibi
c. infiks
Infiks atau sisipan adalah afiks yang di selipi di tengah kata dasar.
Contoh : -er-dan -el-.
Contoh penggunaan :
-er- : Gerigi pada kulit buah nangka terasa apabila diraba.
d. Konfiks
Konfiks adalah gabungan antara sufiks dan prefiks. Artinya gabungan
antara imbuhan depan dengan imbuhan akhiran yang terletak di belakang.
Contoh morfennya ber-an.
Contoh penggunaan :
Ber-an : Tamu-tamu mulai berdatangan sejak siang tadi.
2. Pengulangan
Pengulangan atau reduplikasi merupakan alat morfologi yang produktif di
dalam pembentukan kata. Pengulangan ini dapat di lakukan terhdap kata dasar,
kata berimbuhan, maupun kata gabung. Kata yang terbentuk sebagai hasil dari
proses pengulangan ini bisa dikenal dengan nama kata ulang.
Dilihat dari hasil pengulangan itu dapat dibedakan adanya empat macam kata
ulang yaitu:
1. Kata ulang murni adalah kata ulang yang bagianya pengulangannya sama
dengan kata dasar yang diulangnya.
Contoh: rumah-rumah (bentuk dasar: rumah)
makan-makan (bentuk dasar: makan)
cepat-cepat (bentuk dasar: cepat)
2. Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang bagian perulangannya
terdapat perubahan bunyi, baik bunyi vokal maupun konsonan.
Contoh: perubahan vokal: bolak-balik
larak-lirik
tindak-tanduk
serba-serbi
perubahan konsona: sayur-mayur
lauk-pauk
ramah-tamah
3. Kata ulang sebagian, yaitu kata ulang yang pengulangannya hanya
terjadi pada suku kata awalnya saja dan disertai dengan penggantian vokal
suku pertama itu dengan bunyi e pepet.
Contoh: leluhur (bentuk dasar: luhur)
lelaki (bentuk dasar: laki)
tetangga (bentuk dasr: tangga)
4. Kata ulang berimbuhan, yaitu kata ulang yang disertai dengan pemberian
imbuhan. Menurut proses pembentukannya ada tiga macam kata ulang
berimbuhan, yaitu:
a. Sebuah kata dasar mula-mula diberi imbuhan, kemudian baru di
ulang. Umpamanya pada kata dasar atur, mula-mula diberi akhiran-an
sehingga menjadi aturan. Kemudian kata aturan diulang-ulang sehingga
menjadi aturan-aturan.
b. Sebuah kata dasar mula-mula diulang, kemudian baru diberi
imbuhan. Umpamnya kata lari mula-mula diulang-ulang sehingga
menjadi lari-lari. Kemudian kata lari diberi awalan ber- sehingga
menjadi berlari-lari.
c. Sebuah kata dasar diulang dan sekaligus Diberi imbuhan.
Umpamanya pada kata dasar hari sekaligus diulang dan diberi awalan
ber- sehingga menjadi bentuk berhari-hari.
Pengulangan kata berpungsi membentuk kata-kata tertentu yang sesuai
untuk di gunakan dalam satuan ajaran. Sedangkan makna yang didapat sebagai
hasil proses pengulangan itu, antara lain menyatakan:
1. jamak
2. janyak dan bermacam-macam
3. banyak dengan ukuran satuan yang disebut karya dasarnya
4. banyak yang disebut kata dasarnya
5. agak atau sedikiit bersifat
6. menyerupai atau seperti
7. suungguh-sungguh atau bener-benar yang disebut kata dasarnya
8. pertentangan
9. berulangkali
10. berbalasan
11. dilakukan tanpa tujuan
12. tentang atau masalah
13. bersamaan wktu
14. paling
15. dikerjakan asl saja
16. sepanjang atau seluruh
17. pernah atau tidak lagi
18. terdiri dari
19. intensitas
20. penegasan
3. Pemajemukan
Kata majemuk merupakan gabungan dua atau lebih morfem atau kata dasar
yang mengandung satu makna atau pengertian baru. Kata-kata dalam kata
majemuk tidak menonjolkan makna tiap kata. Namun kelompok kata itu secara
bersama-sama membentuk suatu arti atau makna baru.
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua
buah kata yang menimbulkan suatu kata baru. sedangkan,pengertian proses
pemajemukan kata menurut Tata Baku Bahasa Indonesia (1988) yang menyatakan
bahwa pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan
morfem dengan kata, atau kata dengan kata yangmenimbulkan pengertian baru
yang khusus.
Kata Majemuk memiliki ciri khas berikut:
Gabungan kata – kata tersebut membentuk satu makna baru
Gabungan kata – kata tersebut ke luar membentuk satu pusat yang fokus
terhadap kesatuan gabungan kata itu, bukan dimaknai dengan masing-
masing bagian yang membentuknya.
Gabungan kata – kata tersebut walaupun dipisah maknanya tidak jauh
berbeda dibandingkan ketika menjadi kata majemuk
Umumnya terdiri dari dua kata dasar (tanpa imbuhan).
Frekuensi (keseringan) pemakaiannya tinggi.
Kebanyakan sifatnya endosentris yaitu terbentuk menurut hukum
Diterangkan Menerangkan (DM) (Diterangkan mendahului Menerangkan).
Klasifikasi Kata Majemuk Berdasarkan Metode Penulisannya
Berdasarkan metode penulisannya, kata majemuk diklasifikasikan menjadi dua :
1. Kata Majemuk senyawa
Kata majemuk senyawa merupakan kata majemuk yang metode penulisannya
disatukan atau dirangkaikan. Seakan sudah melebur menjadi satu kata.
contohnya :
- hulubalang (gabungan morfem hulu dan balang)
- matahari (gabungan morferm mata dan hari)
- bumiputra(gabungan morferm bumi dan putra)
- airmata (gabungan morfem air dan mata)
2. Kata majemuk non-senyawa
Kata majemuk non-senyawa merupakan kata majemuk yang metode penulisan
morfem dasarnya tetap dipisah.
Contohnya :
- Sapu tangan (terbentuk dari morfem sapu dan morfem tangan)
- Kumis kucing (terbentuk dari morfem kumis dan morfem kucing)
- Cerdik pandai (terbentuk dari morfem cerdik dan morfem pandai)
2. Unsur-Unsur Kalimat
Dalam setiap kalimat tentunya memiliki suatu unsur dalam penyusunan
kalimatnya.Dari gabungan unsur-unsur kalimat tersebut nantinya akan
membentuk suatu kalimat yang memiliki arti.
Adapun unsur-unsur dalam suatu kalimat seperti berikut ini:
1. Subjek/Subyek (S)
2. Predikat (P)
3. Objek/Obyek (O)
4. Pelengkap
5. Keterangan (K)
-Keterangan (K)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang
bagian kalimat yang lainnya. Keterangan adalah sebuah unsur kalimat yang
menjelaskan lebih lanjut mengenai sesuatu yang tertera di dalam sebuah kalimat.
Contohnya keterangan akan memberikan informasi mengenai tempat, waktu, cara,
sebab, dan juga tujuan.Keterangan dapat berwujud kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berwujud frasa ditandai dengan preposisi. Seperti: di, ke, dari,
dalam, pada, kepada, terhadap, tentang,oleh, dan untuk. Keterangan yang
berwujud anak kalimat ditandai dengan konjungsi (kata penghubung).Seperti:
ketika, karena, meskipun,supaya, jika, dan sehingga.
Ciri-ciri keterangan:
a. Bukan termasuk ke dalam Unsur Utama (tidak bersifat wajib
seperti subjek, predikat, objek dan pelengkap ).
b. Tidak terikat dengan posisi (mempunyai kebebasan tempat
diawal/diakhir , atau diantara subjek dan predikat).
Jenis Keterangan
a. Keterangan Waktu
b. Keterangan Tempat
c. Keterangan Cara
d. Keterangan Sebab
e. Keterangan Tujuan
f. Keterangan Aposisi
g. Keterangan Tambahan
h. Keterangan Pewatas
3. Jenis-Jenis Kalimat
1. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Kalimat langsung adalah kalimat yng secara cermat menirukan ucapan
orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang
memberikan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga).
Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda titik dua (“...”) dan dapat
berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh : “saya sangat
terkejut” , kata ibu,”karna melihat ular”.
b. Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali
ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai
dengan tana petik dua dan sedahdirubah menjadi kalimat berita.
Contoh : adik berkata bahwa sepeda itu harus segera dibawa
kebengkel
5. Kalimat Berita (Deklaratif)
Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu
berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu : bersifat bebas,boleh langsung atau
tak langsung,aktif atau pasif,tunggal atau majemuk , berintonasi
menurun dan kalimatnya diakhiri tanda titik (.).
Contoh :
a. Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi.
b. Perayaan HUT RI 63 berlangsung meriah.
8. Kalimat Seruan (Ekslamatif)
Kalimat seru (ekslamatif) adalah kalimat yang dipakai untuk
mengungkapkan perasaan emosi yang kuat,termasuk kejadian yang tiba-
tiba dan memerlukan reaksi spontan. Kalimat ini berintonasi naik dan
diakhiri tanda seru (!). Contoh :
a. Hai,ini dia orang yang kita cari!
b. Wah,pintar benar anak ini !
Contoh lain kita bisa memulai paragraf pembuka dengan kalimat tanya.
Misalnya,
Kesulitan apa ya yang saya alami dalam menulis? Hmm, topik yang menarik di
awal pertemuan pertama yang ditugaskan Omjay dalam pelatihan menulis online
ini. Menarik karena saya punya kesulitan, yakni tidak pernah menyelesaikan
tulisan saya.
b. Paragraf Penghubung
Yang dimaksud dengan paragraf penghubung adalah semua paragraf yang
terdapat di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Mengapa tulisan saya sering tidak selesai ya? Kesulitannya apa yaa. Saya
mencoba menganalisis diri dalam menulis nih. Pertama, saya tidak PD alias tidak
percaya diri kalau mengungkapkan pikiran.
c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung
kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf
penghubung.
Apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah karangan haruslah tetap
diperhatikan agar paragraf penutup tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak berarti
terlalu pendek. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf itu harus
merupakan suatu kesimpulan yang bulat atau betul-betul mengakhiri uraian itu
serta dapat menimbulkan banyak kesan kepada pembacanya.
Paragraf ini paragraf yang diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum, lalu
dijabarkan dan dikembangkan menjadi pernyataan yang sifatnya khusus.
Pernyataan yang sifatnya khusus tersebut dapat berupa rincian, penjelasan, bukti-
bukti maupun contoh-contoh. Karena paragraf tersebut dikembangkan dari
pernyataan yang umum kemudian mengemukakan pernyataan – pernyataan yang
sifatnya khusus, dapat kita dikatakan bahwa penaralan paragraf deduktif
tersebut dari umum ke khusus.
3) Paragraf Deduktif-Induktif
Paragraf deduktif-induktif merupakan perpaduan antara paragraf deduktif
dengan paragraf induktif. Paragraf deduktif-induktif ini, posisi gagasan pokok
atau kalimat utamanya di awal dan akhir sebuah paragraf. Sebuah wacana yang
menggunakan jenis paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang bersifat
umum di awal paragraf dan akhir paragraf sedangkan kalimat-kalimat yang berada
di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir) sifatnya khusus
berupa rincian atau contoh-contoh.
4) Paragraf Ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang posisi gagasan pokok atau kalimat
utamanya di tengah sebuah paragraf. Sebuah wacana yang menggunakan jenis
paragraf ini dikembangkan dengan kalimat yang bersifat khusus di awal paragraf
dan akhir paragraf isinya berupa rincian atau contoh-contoh sedangkan kalimat-
kalimat yang berada di tengah paragraf (diantara kalimat awal dan kalimat akhir)
sifatnya umum.
1) Paragraf naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan jenis
wacana narasi. Narasi adalah tipe wacana yang berisi kejadian atau kisah. Secara
etimologis, naratif berasal dari bahasa latin yaitu narrare berarti menceritakan atau
bercerita, narratio berarti penceritaan serta narrativus berarti bersifat penceritaan.
2) Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana deskripsi. Wacana deskripsi adalah tipe wacana yang berisi
penggambaran atau pemaparan dengan jelas, rinci dan lengkap mengenai suatu
hal, baik seseorang, suasana, benda, tempat, sifat, hewan maupun tumbuhan
tertentu. Secara etimologis deskriptif berasal dari bahsa latin yaitu describere
berarti membuat gambaran dan descriptio artinya pembeberan atau
penggambaran.
Dalam mengembangkan paragraf ini penulis menjabarkan sesuatu secara lengkap,
cermat dan terperinci. Sehingga pembaca mendapatkan gambaran jelas tentang hal
yang diceritakan.
3) Paragraf ekspositori
Paragraf ekspositori adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana ekspositori. Wacana ekspositori adalah tipe wacana yang berisi
penjelasan, membentangkan dan pemaparan akan sesuatu, sehingga pembaca
memdapatkan pengetahuan dan wawasan yang telah disampaikan penulis.
Ekspositori berasal dari bahasa latin yaitu exponere yang berarti membentangkan
atau memaparkan. Dalam memaparkannya, penulis menyebutkan contoh, proses
atau bukti-bukti konkret terhadap sesuatu.
4) Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif adalah paragraf yang kontennya berhubungan
dengan jenis wacana argumentasi. Wacana argumentasi adalah tipe wacana yang
berisi pendapat, pembuktian, pendirian, gagasan, dalih, dasar atau hujah terhadap
sesuatu.
Argumentatif berasal dari bahasa Latin yaitu rguere berarti membuktikan atau
meyakinkan seseorang dan argumentatio berarti pembuktian. Dalam
mengembangkan paragraf ini, penulis menjadikan pembaca yakin dengan
menyertakan bukti konkret sesuai dengan fakta-fakta yang ada. Sehingga pembaca
dapat menyakini argumen penulis.
5) Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah paragraf yang kontennya berhubungan dengan
jenis wacana persuasi. Wacana persuasi adalah tipe wacana yang berisi ajakan,
bujukan atau himbauan kepada seseorang dengan memberikan alasan dan prospek
bagus bagi yang meyakini, melaksanakan sesuatu, atau membeli benda tertentu.
Badan Fahmi tersungkur jatuh ke tanah. Sontak, semua orang yang ada di
sekitarnya panik dan membopong badan Fahmi ke klinik terdekat. Selama di
klinik, Fahmi belum sadarkan diri juga. Beberapa saat kemudian, keluarga Fahmi
pun datang ke klinik untuk melihat kondisinya. Sontak, keluarga Fahmi pun
menjadi cemas hatinya tatkala melihat Fahmi yang terkulai lemas di pembaringan
klinik.
2. Pola Kausalitas
Pendidikan moral sudah semestinya diterapkan lagi dalam kegiatan proses
belajar dewasa ini. Sebab, anak-anak zaman sekarang sudah semakin jauh dari
nilai moralitas. Hal ini bisa dilihat dari maraknya kenakalan remaja dan pergaulan
bebas yang mereka lakukan. Untuk itu, pendidikan moral harus kembali
diterapkan di dalam proses belajar mengajar anak agar mereka menjadi anak yang
bermoral baik.
5. Pola Pertentangan
Semangat belajar Alina menurun menjelang ujian kenaikan kelas. Hal ini bisa
dilihat dari seringnya dia terlambat masuk ke kelas, serta dalam mengumpulkan
tugas. Selain itu, Alina sering sekali terlihat tidak fokus saat belajar di dalam
kelas. Kondisi yang dialami Alina tersebut berbeda dengan apa yang dialami
Alisya saat ini. Semangat belajarnya justru semakin tinggi, dan dia pun semakin
rajin dan fokus dalam belajar.
6. Pola Perbandingan
Tempe mengandung zat protein yang lebih banyak ketimbang tahu. Hal itu
disebabkan proses pembuatan tempe lebih sedikit dibanding dengan proses
pembuatan tahu. Adapun zat protein yang dimiliki tempe adalah sebear 15,4 gram,
5,4 gram lebih besar dibanding protein pada tahu.
7. Pola Generalisasi
8. Pola Klasifikasi
Alat musik yang biasanya dimainkan dalam sebuah grup musik (band) dibagi
atas beberapa macam, yaitu gitar, bass, drum, piano atau kibord. Sementara itu,
orang-orang yang memainkan alat-alat tersebut dikelompokkan menjadi gitaris,
bassis, drumer, dan kibordis.
9. Pola Analogi
Seekor kuda akan merasa keletihan jika terus-menerus dipacu. Begitu pula
manusia. Saat manusia dipaksa untuk terus bekerja, maka manusia pun akan
mengalami keletihan yang teramat sangat. Untuk itu, istirahatkanlah tubuh sejenak
di sela-sela waktu kerja agar tidak keletihan.
Pengertian karya tulis ilmiah menurut KBBI merupakan karya tulis yang dibuat
menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan berdasarkan fakta (observasi,
eksperimen, dan kajian pustaka).
Pengertian karya tulis ilmiah menurut wikipedia adalah laporan tertulis diterbitkan
yang mengungkapkan hasil penelitian atau pengkajian yang dilakukan oleh
seseorang atau tim dengan memenuhi kaidah serta etika keilmuan yang ditaati
oleh masyarakat keilmuan.
1. Reproduktif
Artinya karya ilmiah ditulis oleh peneliti atau penulis harus diterima dan
dimaknai oleh pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan.
Pembaca harus bisa langsung memahami konten dari karya ilmiah.
2. Tidak Ambigu
Ciri ini ada kaitannya dengan reproduktif. Sebuah karya ilmiah harus
memberikan pemahaman secara detil dan tidak dikemas dengan bahasa
yang tidak membingungkan. Dengan begitu, maksud dari karya ilmiah itu
bisa langsung diterima oleh pembacanya.
3. Tidak Emotif
Artinya, karya ilmiah ditulis tidak melibatkan aspek perasaan dari
penulisnya. Sebab, karya ilmiah harus memaparkan fakta yang didapatkan
dari hasil analisis penelitian, bukan dari perasaan subjektif dari penulisnya.
6. Bersifat Dekoratif
Artinya penulis karya ilmiah harus menggunakan istilah atau kata yang
memiliki satu makna. Rasional artinya penulis harus menonjolkan
keruntutan pikiran yang logis dan kecermatan penelitian. Kedua hal itu
penting karena karya ilmiah harus bisa menyampaikan maksud dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis tanpa membingungkan.
7. Terdapat Kohesi
Artinya karya ilmiah harus memiliki kesinambungan antar bagian dan
babnya dan bersifat straight forward maksudnya ialah tidak bertele-tele
atau tepat sasaran. Sebuah karya ilmiah setiap bagian atau babnya harus
memiliki alur logika yang saling bersambung. Selain itu, penyampaiannya
harus tepat sasaran dengan apa yang ingin disampaikan.
8. Bersifat Objektif
Karya ilmiah harus bersifat objektif. Hal ini sangat penting karena karya
ilmiah tidak dibuat berdasarkan perasaan penulisnya. Karya ilmiah harus
menunjukkan fakta-fakta dan data-data dari hasil analisisnya. Jadi, tidak
memiliki kecondongan subjektifitas.
1. Makalah
Makalah merupakan karya ilmiah yang menyajikan sebuah masalah yang
penyelesaianya mengandalkan berbagai macam data yang ada di lapangan.
Karya ilmiah ini bersifat empiris dan juga objektif. Dalam penyajiannya,
makalah biasanya dipresentasikan dalam sebuah kegiatan seminar.
Sistematika Makalah ada tiga bagian, yaitu:
a. Pendahuluan (Bagian awal)
b. Pembahasan (Bagian inti)
c. Kesimpulan (Bagian Penutup)
2. Artikel
Dalam konteks jurnalistik, pengertian karya ilmiah artikel merupakan
karya ilmiah yang memuat pendapat subjektif pembuatnya mengenai
sebuah peristiwa ataupun masalah tertentu, sedangkan jika dipandang dari
sudut pandang ilmiah, artikel dapat diartikan sebagai karya tulis yang
sengaja dirancang untuk dimuat dalam jurnal ataupun kumpulan artikel
yang dibuat dengan memperhatikan kaidah penulisan ilmiah dan
mengikuti pedoman ilmiah yang berlaku.
Sistematika Artikel:
a. Judul
b. Nama Penulis -- tanpa gelar akademik
c. Abstrak --ringkasan tulisan, gambaran umum isi artikel.
d. Kata Kunci --3-5 keywords.
e. Pendahuluan -- latar belakang masalah dan rumusan singkat (1-2
kalimat) pokok bahasan dan tujuannya.
f. Kerangka Teori (Kajian Teori) --dasar teori yang menjadi acuan.
g. Pembahasan --kupasan, analisis, argumentasi, komparasi, keputusan,
dan pendirian atau sikap penulis
h. Penutup -- simpulan dan saran
i. Daftar Pustaka
3. Skripsi
Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa untuk bisa
mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi memuat tulisan berisi pendapat
penulis dengan mengacu ataupun berdasarkan teori yang telah diterbitkan
sebelumnya.
4. Kertas Kerja
Kertas Kerja atau Work paper pada dasarnya sama dengan makalah,
namun dibuat dengan analisis yang lebih mendalam dan tajam serta
dipresentasikan pada seminar atau lokakarya yang biasanya dihadiri oleh
ilmuwan.
5. Paper
Paper adalah sebutan khusus untuk makalah di kalangan mahasiswa dalam
kaitannya dengan pembelajaran dan pendidikannya sebelum
menyelesaikan jenjang studi Diploma, S1, S2 dan atau S3. Sistematika
penulisannya pun sama dengan artikel dan makalah, tergantung panduan
yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan.
6. Tesis
Tesis adalah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan program
studi S2 atau Pascasarjana yang bersifat lebih mendalam dibandingkan
dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang didapat dari
penelitian yang dilakukan individu yang bersangkutan.
7. Disertasi
Disertasi atau Ph.D thesis diperuntukkan bagi mahasiswa program S3 atau
meraih gelar Doktor/Dr. yang mengemukakan analisis yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasarkan dengan data dan fakta yang sahih atau
valid dengan analisis yang terinci. Disertasi berisi suatu temuan penulis
sendiri yang berupa temuan orisinal.
1. Topik
Pada karya ilmiah, Topik adalah hal paling dasar yang harus ditentukan
terlebih dahulu. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan topik yaitu ;
a. Sesuai dengan prodi/bidang ilmu yang dikuasai
b. Menarik, utamanya bagi peneliti itu sendiri
c. Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik
yang diperkirakan akan menjadi masalah ataupun sudah menjadi
masalah. Masalah tidaklah selalu negatif, bisa jadi masalah bersifat
positif.
d. Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
e. Terbatas, walaupun bersifat dasar dan umum, topik haruslah tetap
terbatas akan suatu bidang tertentu.
f. Memperhatikan proses pengumpulan data
g. Bermanfaat
Dalam pembuatan topik perhatikan pokok masalah yang ada, lalu tuangkan dalam
dua kata agar memiliki sifat keterbatasan, contoh-contoh topik:
2. Tema
Tema merupakan topik yang sudah bertujuan. Sederhananya tema adalah
topik yang sudah dberikan kata operasional ( mengandung pe-an), contoh:
a. Topik : Material Mesin, Tema : (Perawatan) (Material Mesin)/
Pemilihan Material Mesin.
b. Topik : Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan, Tema : (penguatan)
(Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan)
c. Topik : Minyak Goreng, Tema : (Pembuatan) (Minyak Goreng)
d. Topik : metode manufaktur baru, Tema : (Pengembangan) (metode
manufaktur baru)
e. Topik : humpping bead GMAW kecepatan tinggi , Tema : (humpping
bead) (GMAW kecepatan tinggi)
3. Judul
Judul memiliki sifat lebih spesifik ketimbang topik dan tema, perubahan
dari tema ke judul cukup ditambahkan keterangan seperti tempat, metode
penelitian,dll. Contohnya:
a. Judul : Perawatan Material Mesin di Bengkel A dengan Metode X
b. Judul : (penguatan) (Struktur Jembatan/ Kontruksi Jembatan) dengan
metode XXXXX
c. Judul : (Pembuatan) (Minyak Goreng) dari jagung
d. Judul : (Pengembangan) (metode manufaktur baru) untuk (magnet
neodimium)
e. Judul : (Pengaruh aliran fluida) terhadap (humpping bead) pada
( GMAW kecepatan tinggi)
b. Halaman persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyusun karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda tangan
dan nama terang pembimbing, dan 4) kata persetujuan
c. Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik oleh
kepala sekolah. Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa
yang menyiapkan karya ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta tanggal,
bulan, dan tahun, 4) tanda tangan dan nama terang guru pembimbing dan
kepala sekolah serta cap stempel.
d. Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama
siswa, ditulis dari belakang (seperti penulisan nama pengarang pada daftar
pustaka) apabila terdiri dari dua bagian nama atau lebih, 2) tahun
pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda petik, huruf kapital hanya
pada awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5) nama kota,
6) nama sekolah.
Penulisan isi abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan spasi
tunggal. Paragraf pertama berisi uraian singkat mengenai latar belakang
masalah dan tujuan penelitian. Paragraf kedua berisi metode penelitian,
mencakup populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.
e. Kata.Pengantar
Kata pengantar dibuat untuk memberikan gambaran umum kepada
pembaca tentang penulisan karangan ilmiah. Kata pengantar hendaknya
singkat tapi jelas. Yang dicantumkan dalam kata pengantar adalah (1) puji
syukur kepada Tuhan, (2) keterangan dalam rangka apa karya dibuat, (3)
kesulitan/ hambatan yang dihadapi, (4) ucapan terima kasih kepada pihak
yang membantu tersusunnya karangan ilmiah, (5) harapanpenulis, (6)
tempat, tanggal, tahun, dan nama penyusun karangan ilmiah.
f. Daftar isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah beserta
letak nomor halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan
lampiran. Komponen isi karya ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi
antara lain meliputi judul-judul bab dan subbab. Penulisan daftar isi harus
mempertahankan konsistensi dalam pencantuman komponen-komponen
tersebut secara jelas, dan terperinci.
2. Bagian.Pendahuluan
b. Rumusan masalah.
Permasalahan yang timbul akan dibahas dalam bagian pembahasan, dan
ini ada kaitannya dengan latar belakang masalah yang sudah dibahas
sebelumnya. Permasalahan ini dirumuskan dalam kalimat-kalimat
pertanyaan secara jelas.
c. Ruang Lingkup.
Ruang lingkup ini menjelaskan pembatasan masalah yang dibahas.
Pembatasan masalah hendaknya terinci dan istilah istilah yang
berhubungan dirumuskan secara tepat. Rumusan ruang lingkup harus
sesuai dengan tujuan pembahasan.
d. Tujuan.
Bagian ini mencantumkan garis besar tujuan pembahasan dengan jelas dan
tujuan ini ada kaitannya dengan rumusan masalah dan relevansinya dengan
judul.
e. Landasan Teori.
Landasan teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi dalam
pembahasan. Teori ini juga berguna untuk membantu gambaran langkah
kerja sehingga membantu penulis dalam membahas masalah yang sedang
diteliti secara mendalam.
f. Hipotesis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hipotesis adalah sesuatu yang
dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi,
dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan dengan demikian
hipotesis merupakan kesimpulan/perkiraan yang dirumuskan dan untuk
sementara diterima, serta masih harus dibuktikan kebenarannya dengan
data-data otentik yang ada, pada bab-bab berikutnya. Hipotesis harus
dirumuskan secara jelas dan sederhana, serta jelas.
3. Bagian Isi
a. BAB II/Landasan Teori
Sementara pada bagian bab II adalah penulisan landasan teori dan tinjauan
pustaka. Di sini Anda bisa menuliskan referensi apa saja yang Anda
gunakan untuk menunjang penelitian Anda. Landasan teori juga harus
ditulis secara terstruktur sesuai dengan tahapan pembahasan penelitian.
Selanjutnya akan diteruskan pada bab pembahasan.
4. Bagian Penutup
a. Kesimpulan, dan Saran
Pada bagian penutup ini memaparkan kesimpulan akhir dari penelitian
karya tulis ilmiah yang dilakukan. Apakah penelitian yang dilakukan
mampu memberi solusi terhadap permasalahan yang diangkat ataukah
sebagai batu loncatan awal untuk penelitian lanjutan pun harus dipaparkan.
Lalu, disamping memaparkan n kesimpulan yang didapatkan. Pada bagian
ini juga perlu memberikan penjelasan terkait saran dan harapan
kedepannya untuk karya tulis ilmiah tersebut.
Agar dapat menjadi landasan teori berikutnya saat membuat karya tulis
ilmiah yang mengangkat tema yang sama walu dengan tempat yang
berbeda. Pada bagian terdapat kesimpulan, dan saran. Pada bagian
kesimpulan, berisi tentang kesimpulan penelitian. Biasanya jawaban dari
rumusan masalah.
b. Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar yang berisi semua buku atau tulisan
ilmiah yang menjadi rujukan dalam melakukan penelitian. Maksudnya
ketika Anda ingin menulis karya ilmiah yang bisa berupa artikel, makalah,
atau presentasi Anda harus membuat daftar pustaka atau mudahnya itu
harus mencantumkan sumber rujukan penelitian.
Jika membuat tulisan ilmiah tapi sumber rujukannya (daftar pustaka) salah
atau bahkan tidak ada, maka tulisan ilmiah tersebut dikatakan tidak dapat
dipercaya alias hoaks..
Tajuk daftar pustaka dituliskan dengan huruf kapital semua tanpa diberi
tanda baca dan dituliskan di tengah-tengah. Dalam daftar pustaka
dicantumkan semua kepustakaan, baik yang dijadikan acuan penyusunan
karangan maupun yang dijadikan bahan bacaan, termasuk artikel, makalah,
skripsi, disertasi, buku, dan lain-lain.
Semua acuan dalam daftar pustaka disusun menurut abjad nama pengarang
atau lembaga yang menerbitkan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor
urut. Jika tanpa nama pengarang atau lembaga, yang menjadi dasar urutan
adalah judul pustaka. Contoh penulisan daftar pustaka: Eneste, Panusuk.
1983. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: Gramedia.