Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang sistem kesehatan
nasional mengemukakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam melaksanakan
sistem kesehatan nasional terdapat berbagai program pembangunan
kesehatan yang merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
berupaya meningkatkan kualitas manusia. Masalah kesehatan utama adalah
bidang pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan terutama
pemberantasan penyakit menular khususnya penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA).2
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Penyakit ini menyerang salah satu atau lebih dari saluran pernapasan mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit infeksi
pada saluran pernapasan atas maupun bawah disebabkan oleh masuknya
kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam organ saluran
pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.8
ISPA merupakan penyakit yang sering di jumpai terutama pada anak-
anak dengan keadaan ringan sampai berat. ISPA yang berat jika masuk
kejaringan paru-paru dapat menjadi pneumonia yang merupakan penyakit
infeksi penyebab kematian. ISPA merupakan penyakit/pathogen yang
menular sehingga merupakan masalah yang terus berkembang dalam
kehidupan teruma di masyarakat.3
Berdasarkan laporan seksi P2 Dinas Kesehatan Kota Palu, Jumlah
penderita ISPA pada tahun 2015 adalah 3.494 penderita yang diantaranya
92,14% terjadi pada balita dan 7,86% terjadi pada golongan umur > 5 tahun. 6
Dari puskesmas Mamboro, jumlah penderita ISPA pada bulan Januari –
Oktober tahun 2018 kasus lama dan baru sebanyak 1300 penderita.

Gambaran 5 penyakit Rawat jalan Terbanyak Untuk Polik Umum di UPT


Puskesmas Mamboro bulan Januari- Oktober 2018

N JENIS PENYAKIT JUMLAH


O PASIEN
1 ISPA 1300
2 Hipertensi 436
3 Diare 231
4 DM 158
5 Tuberkulosis 107

Untuk menurunkan angka penderita Puskesmas sebagai ujung


tombak dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung
jawab terhadap kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki
peranan yang sangat penting demi mewujudkan masyarakat yang sehat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan refleksi kasus ini sebagai berikut :
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat –Kedokteran Komunitas
2. Sebagai gambaran penyebaran penyakit dan beberapa factor resiko
penyebarannya di wilayah kerja Puskesmas Mamboro

BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon
Kuantitatif
Tabel 2.1 prioritas masalah di puskesmas Mamboro

No Masalaah Besar Kegawat Kemungkinan Nilai


kesehatan masalah Daruratan Diatasi
1 ISPA 4 2 4 10
2 Hipertensi 4 3 3 10
3 Diare 3 3 3 9
4 DM 3 3 3 9
5 Tuberkulosis 4 3 4 11
 Semakin tinggi nilai total angka semakin besar prioritas masalah

Dilihat dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas pada puskesmas
Mamboro adalah ISPA, Hiprtensi dan Tuberculosis

KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi atau


prevalensi. Skor 1-10
Masalah kesehatan Besar masalah Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X (ISPA ) V 8

Y (Hipertensi) V 7

Z (Tuberculosis) V 6

Keterangan total skor:


Nilai 1-4 :Insidensi kurang Nilai 5-7: Insidensi sedang Nilai 8-10: Insidensi
sangat banyak

KRITERIA B :Kegawatan Masalah (SKOR 1-5)


Masalah kesehatan Keganasan Tingkat Biaya yang Nilai
urgency dikeluarkan
X (ISPA) 2 2 3 7
Y (Hipertensi) 3 3 2 8
Z (Tuberculosis) 3 3 3 9
Nilai 1-4 :tidak gawat Nilai 5-7: tidak terlalu gawat (sedang)

Nilai 8-10: gawat

KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan

Sangat sulit Z Y X sangat mudah

1 2 3 4 5

Keterangan :semakin kecil skor, maka penanggulangan masalah semakin sulit

KRITERIA D : PEARL factor


Masalah P E A R L Hasil
kesehatan perkalian
X 1 1 1 1 1 1
Y 1 1 1 1 1 1
Z 1 1 1 1 1 1
P : Propriety (Kesesuaian)
E : Economics (Ekonomi murah)
A : Accetable (Dapat diterima)
R : Recoursces Availability (Tersedianya sumber)
L : Legality(Legalitas terjamin)

PENETAPAN NILAI
 ISPA
NPD : (A+B) C = (8+7) 4 = 15 x 4= 60
NPT : (A+B) CxD = (8+7) 4x1 = 15 x4 =60
 HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (7+8) 3 = 15x3 =45
NPT : (A+B) CxD = (7+8) 3x1 = 15x3 =45
 TUBERCULOSIS
NPD : (A+B) C = (6+9) 2 = 15 x2 = 30
NPT : (A+B) CxD = (6+9) 2x1 = 15 x 2= 30
KESIMPULAN
Masalah kesehatan A B C NPD D NPT Prioritas
(PEARL)
ISPA 8 7 4 60 1 60 1
HIPERTENSI 7 8 3 45 1 45 2
TUBERCULOSIS 6 9 2 30 1 30 3
Kesimpulan dari rumus ini yaitu penyakit ISPA merupakan prioritas
pertama dari 3 prioritas masalah yang ada di puskesmas Mamboro. Hal ini
berkaitan dengan tingkat morbiditas dan insidensi ISPA yang timbul di ruang
lingkup kerja Puskesmas Mamboro. Oleh karena itu akan di bahas mengenai suatu
kasus penyakit ISPA pada laporan kasus saat ini.

2.2 Kasus
A. Identitas pasien
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 50 tahun
Alamat : Mamboro
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan: 21 November 2018

II. Deskripsi kasus


A. Keluhan utama : Batuk berlendir
B. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki-laki berusia 50 tahun mengeluh batuk disertai lendiri
berwarna putih yang dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Ketika batuk
pasien juga sering merasakan sesak napas. Pasien mengatakan awalnya
flu disertai badan terasa panas namun sudah turun, keluhan juga disertai
sakit kepala dan badan terasa ngilu-ngilu. Pasien tidak mengalami adanya
mual dan muntah. Nafsu makan dan minum pasien mulai menurun.
Pasien mengatakan bahwa anaknya yang berusia 12 tahun juga
mengalami keluhan yang sama. Pasien mengaku sudah mengkonsumsi
jahe namun tidak ada perubahan. Buang air kecil normal dan buang air
besar biasa.

C. Riwayat Sosial dan lingkungan :


1. Pasien tinggal dengan anggota keluarga lainnya yang berjumlah 2
orang, terdiri dari :
- Anak Laki-laki yang berumur 17 tahun
- Anak terakhir yang berumur 12 tahun
2. Rumah tinggal pasien saat ini terdiri dari satu kamar tidur, satu dapur
dan satu kamar mandi. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga
cukup berdekatan sekitar 1-2 meter. Lantai rumah terbuat dari semen
sehingga gampang berdebu,. Kondisi rumah pasien saat ini kurang
bersih terutama pada bagian dapur kurang bersih dan kurang tertata
dengan baik. Pasien mengakui tidak setiap hari membersihkan
rumah.
3. Pasien makan tiga kali sehari dengan nasi dan lauk pauk seperti ikan,
tahu, tempe, sayur kelor, dll.
4. Pasien merupakan perokok aktif dan sering merokok di dalam
maupun teras rumah.
5. Pasien sehari-hari memasak dengan menggunakan kayu bakar,
dimana asap yang ditimbulkan menyebar sampai kedalam rumah.
6. Tidak terdapat tempat sampah di dalam rumah. Sampah hanya
dimasukkan dalam kantong plastik kemudian dibuang di belakang
rumah untuk dibakar, dimana asap yang ditimbulkan sering masuk
ke dalam kamar pasien.
D. Riwayat penyakit terdahulu
Sebelumnya pasien pernah menderita keluhan yang sama sejak 2
tahun yang lalu, namun hilang timbul.
E. Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan
Anak pasien yang berumur 12 tahun juga menderita keluhan yang
sama dengan pasien yaitu batuk dan beringus..
F. Riwayat alergi
Makanan : tidak ada
Obat : tidak ada

III. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran /GCS : Compos mentis/E4V5M6
2. Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 kali/menit, reguler
Respirasi : 22 kali/menit
Suhu : 37,20C
3. Pemeriksaan fisik umum
A. Kepala-leher
Kepala : normocephal
Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
Telinga : deformitas (-/-)
Hidung : deformitas (-)
Mulut : sianosis bibir (-)
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
B. Toraks
Inspeksi : simetris, tarikan dinding dadang (-/-)
Palpasi : simetris bilateral
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi: vesikular (+/+), rhonki basal (-/-), wheezing (-/-)
C. Abdomen
Inspeksi : tampak datar, distensi (-)
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : timpani 4 kuadran abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-)
D. Ekstremitas atas
Edema (-/-), akral hangat (+/+)
E. Ekstremitas bawah
Edema (-/-), akral hangat (+/+)
IV. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan

V. Diagnosis
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

VI. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
- Ambroxol tab 3x1
- Paracetamol tab 3x1
1. Non medikamentosa
Edukasi :
a. Menganjurkanpasien untuk menjaga kebersihan rumah
b. Memberikan makanan bergizi untuk membantu meningkatkan daya
tahan tubuh
c. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.
d. Menganjurkan pasien untuk berhenti merokok
e. Menganjurkan pasien untuk membuang sampah ditempat
pembuangan sampah umum, tidak membakar sampah di dekat rumah
f. Memakai masker saat memasak menggunakan kayu bakar dan
menyarankan untuk memasak menggunakan kayu bakar diluar
rumah agar asap tidak masuk kedalam rumah
g. Pasien harus datang kontrol ke puskesmas secepatnya jika keluhan
pasien semakin memberat.

VII. Identifikasi masalah


1. Bagaimana masalah ISPA di wilayah kerja Puskesmas Mamboro ?
2. Faktor risiko apa saja yang mempengaruhi masalah ISPA di wilayah
kerja Puskesmas Mamboro?
3. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait ISPA di wilayah
kerja Puskesmas Mamboro?

BAB III
PEMBAHASAN

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan faktor-


faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu :
1. Faktor genetik (keturunan)
2. Perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat
3. Faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik)
4. Faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya).1,4
Namun yang paling berperan dalam terjadinya ISPA adalah faktor perilaku,
lingkungan serta pelayanan kesehatan.
1. Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang dapat diambil dari kasus ini adalah pasien
merupakan perokok aktif dan terkadang merokok sampai 2 bungkus per
hari. Kemudian, perilaku keluarga yang memasak menggunakan kayu bakar
didalam rumah sehingga asap masuk kedalam rumah dan terhirup setiap
harinya. Selain itu perilaku mengumpulkan sampah dalam rumah dengan
menggunakan kantong plastik dan setelah penuh sampah tersebut dibuang di
belakang rumah untuk dibakar sehingga asap yang ditimbulkan sering
masuk ke dalam rumah terutama di kamar. Hal tersebut juga dilakukan oleh
sebagian besar masyarakat di lingkungan tempat tinggal pasien.
Kebiasaan merokok di dalam rumah dapat menimbulkan asap yang
tidak hanya dihisap oleh perokok, tetapi juga dihisap oleh orang yang ada
disekitarnya termasuk anak-anak. Satu batang rokok yang dibakar anak
mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon
monoksida, nitrogenoksida, hydrogen cianida, ammonia, akrolein, acetilen,
benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,
ortcresorperyline dan lainnya, sehingga paparan asap rokok dapat
mengingkatkan risiko kesakitan pernafasan khususnya pada anak berusia
kurang dari 2 tahun. Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang
pembentukanlendir, debu dan bakteri yang tertumpuk tidak
dapatdikeluarkan, menyebabkan bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin
di jaringan paru mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara tertahan
di paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara. 10
Pencemaran udara di dalam rumah banyak terjadi di Negara-negara
berkembang. Diperkirakan setengah dari rumahtangga di dunia, memasak
dengan bahan bakar yang belum diproses seperti kayu, sisa tanaman dan
batubara sehingga akan melepaskan emisi sisa pembakaran di dalam
ruangan tersebut. Pembakaran pada kegiatan rumah tangga dapat
menghasilkan pencemaran udara di dalam rumah adalah asap dapur. Asap
dari bahan bakar kayu merupakan faktor resiko dengan kejadian ISPA pada
balita. Penelitian menunjukan anak balita yang tinggal di rumah dengan
jenis bahan bakar yang digunakan adalah kayu memiliki resiko terkena
ISPA sebesar 2,8 kali lebih besar dibandingkan anak balita yang tinggal di
rumah dengan jenis bahan bakar yang digunakan minyak/gas. 10
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu
ruangan dan pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah
maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari
pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu
ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh
buruk itu ialah :
a. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.
b. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia.
c. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.
d. Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh
badan manusia.
e. Kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena
penguapan air dan kulit pernafasan manusia.9
Pembuangan sampah adalah kegiatan menyingkirkan sampah dengan
metode tertentu dengan tujuan agar sampah tidak lagi mengganggu
kesehatan lingkungan atau kesehatan masyarakat. Ada dua istilah yang
harus dibedakan dalam lingkup pembuangan sampah solid waste
(pembuangan sampah saja) dan final disposal (pembuangan akhir).
Pembuangan sampah yang berada di tingkat pemukiman yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Penyimpanan setempat (onsite storage)
Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak
bersarangnya tikus, lalat dan binatang pengganggu lainnya serta tidak
menimbulkan bau. Oleh karena itu persyaratan kontainer sampah
harus mendapatkan perhatian.
b. Pengumpulan sampah
Terjaminnya kebersihan lingkungan pemukiman dari sampah
juga tergantung pada pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh
pihak pemerintah atau oleh pengurus kampung atau pihak pengelola
apabila dikelola oleh suatu real estate misalnya. Keberlanjutan dan
keteraturan pengambilan sampah ke tempat pengumpulan merupakan
jaminan bagi kebersihan lingkungan pemukiman.9
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan pertama yang dapat diambil dari kasus ini adalah
keadaan rumah yang belum sesuai dengan kriteria rumah sehat. Rumah
tersebut tidak memiliki ventilasi yang baik sehingga sirkulasi dalam rumah
tidak baik.
Faktor lingkungan kedua yang dapat diambil dari kasus ini adalah
keadaan ekonomi keluarga yang tergolong menengah kebawah sehingga
pola makan keluarga tidak mencapai 4 sehat 5 sempurna.
Menurut Depkes RI (2002), ada beberapa prinsip standar rumah sehat.
Prinsip ini dapat dibedakan atas dua bagian :
1) Yang berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas :
a. Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air
minum, sistem sanitasi, pembuangan sampah, saluran air,
kebersihan personal dan domestik, penyiapan makanan yang aman
dengan struktur rumah yang aman dengan memberi perlindungan.
b. Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit
kronis dengan memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi
udara rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada
penggunaan rumah sebagai tempat bekerja.
c. Stress psikologi dan sosial melalui ruang yang adekuat,
mengurangi privasi, nyaman, memberi rasa aman pada individu,
keluarga dan akses pada rekreasi dan sarana komunitas pada
perlindungan terhadap bunyi.
2) Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan
terdiri atas :
a. Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas
kesehatan umumnya dan kelompok masyarakat melalui berbagai
saluran media dan kampanye.
b. Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus
mendukung penggunaan tanah dan sumber daya perumahan untuk
memaksimalkan aspek fisik, mental dan sosial.
c. Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan
dan hunian harus didasarkan pada proses perencanaan, formulasi
dan pelaksanaan kebijakan publik dan pemberian pelayanan dengan
kerjasama intersektoral dalam manajemen dan perencanaan
pembangunan, perencanaan perkotaan dan penggunaan tanah,
standar rumah, dan konstruksi rumah, pengadaan pelayanan bagi
masyarakat dan monitoring serta analisis situasi secara terus
menerus.
d. Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan,
perencanaan dan penentuan kebijakan akan pengadaan dan
penggunaan rumah sebagai sarana peningkatan kesehatan.
e. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kgiatan
mandiri diantara keluarga dan perkampungan.9
Menurut Depkes RI (2002), indikator rumah yang dinilai adalah
komponen rumah yang terdiri dari : langit-langit, dinding, lantai, jendela
kamar tidur, jendela ruang keluarga dan ruang tamu, ventilasi, dapur dan
pencahayaan dan aspek perilaku. Aspek perilaku penghuni adalah
pembukaan jendela kamar tidur, pembukaan jendela ruang keluarga,
pembersihan rumah dan halaman.9
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor pelayanan kesehatan yang dapat diambil dari kasus ini adalah
masih kurangnya sosialisasi mengenai penyakit ISPA. Pelayanan kesehatan
merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan
pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat
dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi
pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas
dalam memperoleh perlayanan serta program pelayanan kesehatan itu
sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.9

BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Angka kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Mamboro masih tinggi
sebagai peringkat pertama dari sepuluh penyakit terbanyak dalam 2 tahun
terakhir, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yaitu :
1. Perilaku masyarakat yang masih kurang terhadap kebersihan diri dan
lingkungannya.
2. Lingkungan fisik (perumahan), ekonomi (pembiayaan) maupun sosial
(kondisi masyarakat sekitar pasien) yang masih kurang guna mendukung
pencapaian kondisi sehat dari masyarakat.
3. Pelayanan kesehatan yang belum maksimal dan kurang menjangkau
masyarakat akan terpenuhinya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk
merubah pola pikir serta perilakunya dalam hal kesehatan pribadinya
maupun keluarganya.

II. Saran
Upaya pencegahan (preventif) terhadap penyakit dapat dilaksanakan
dengan mengaplikasikan lima tingkat pencegahan penyakit (five level
prevention), sebagai berikut :
1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan cara :
a. Meningkatkan penyuluhan mengenai ISPA
b. Meningkatkan penyuluhan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Perlindungan khusus
Perlindungan khusus dalam mencegah terjadinya penularan ISPA dapat
dilakukan dengan cara :
a. Menggunakan masker saat sedang batuk atau flu
3. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Diagnosis dini dan pengobatan segera dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit yang lebih berat. Upaya yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Penatalaksanaan yang tepat pada puskesmas melalui MTBS
4. Pambatasan Cacat
Pembatasan cacat merupakan pencegahan untuk terjadinya kecatatan atau
kematian akibat gizi buruk. Adapun upaya yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Melakukan pengobatan dan perawatan sesuai pedomansehingga
penderita sembuh dan tidak terjadi komplikasi.
b. Meningkatkan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk
memungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan
Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2007.

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden Republik


Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional.
Peraturan Presiden Republik Indonesia : Jakarta. 2012.
3. Endah, NP., Daroham., Mutiatikum. Penyakit ISPA Hasil RISKESDAS di
Indonesia, Puslitbang Biomedis dan Farmasi : Jakarta. 2007.

4. World Health Organization (WHO).Pencegahan dan Pengendalian


Pernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung menjadi Epidemic dan Pandemic
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pedoman Interim World Health
Organization (WHO). 2009.

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Kerja Jangka


Menengah Nasional Dalam Penanggulanagn Pneumonia Tahun 2005-2009.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2009.

6. Dinas Kesehatan Kota Palu.Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Palu. Dinas
Kesehatan Kota Palu :Palu. 2015.

7. UPTD Puskesmas Mamboro. Buku Profil Puskesmas Mamboro. Dinas


Kesehatan Kota Palu :Mamboro. 2015.

8. Kementrian kesehatan RI. 2013. Hasil riset kesehatan dasar : Bab 3 .


penyakit tidak menular.

9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Prinsip Standar Rumah Sehat.


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2001.

LAMPIRAN FOTO
Gambar 1. Kunjungan ke pasien ( di ruang tamu saudara pasien )

Gambar 2. Tampakan depan rumah pasien


Gambar 3. Tampakan Dapur pasien dan tempat masak gunakan kayu bakar

Gambar 4 Tampakan temapt tidur pasien

LAPORAN KASUS November 2018

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

(ISPA)
DISUSUN OLEH:

NAMA : HASNA

STAMBUK : N 111 17 007

PEMBIMBING KLINIK : dr. Diah Mutiarasari,.MPH

dr. Hj. Tenrisa’na Rifai

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT –

KEDOKTERAN KOMUNITIAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2018

Anda mungkin juga menyukai