Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi atas dua,
yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka.1 Penyebab terbanyak fraktur adalah
kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.
Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan
patologi2.
Fraktur femur adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi
akibat trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian) 3.
Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling sering terkena
fraktur pada usia lanjut. Fraktur collum femur cenderung terjadi pada penderita
osteopenia diatas rata-rata, banyak diantaranya mengalami kelainan yang
menyebabkan kehilangan jaringan tulang dan kelemahan tulang, misalnya pada
penderita osteomalasia, diabetes, stroke, dan alkoholisme. Beberapa keadaan tadi
juga menyebabkan meningkatnya kecenderungan terjatuh. Selain itu, orang lanjut
usia juga memiliki otot yang lemah serta keseimbangan yang buruk sehingga
meningkatkan resiko jatuh1.
Kasus fraktur femur merupakan yang paling sering yaitu sebesar 39%
diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana penyebab
terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang biasanya disebabkan
oleh kecelekaan mobil, motor, atau kendaraan rekreasi (62,6%) dan jatuh dari
ketinggian (37,3%) dan mayoritas adalah pria (63,8%). Insiden fraktur femur pada
wanita adalah fraktur terbanyak kedua (17,0 per 10.000 orang per tahun) dan
nomer tujuh pada pria (5,3 per orang per tahun). Puncak distribusi usia pada
fraktur femur adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun) dan orang tua (diatas 70
tahun). Fraktur femur dapat menyebabkan komplikasi, morbiditas yang lama dan
juga kecacatan apabila tidak mendapatkan penanganan yang baik.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG FEMUR


Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada tubuh. Tulang femur
menghubungkan antara tubuh bagian panggul dan lutut. Kata “femur”
merupakan bahasa latin untuk paha. Femur pada ujung bagian atasnya
memiliki caput, collum, trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan
lebih kurang dua pertiga berbentuk seperti bola dan berartikulasi dengan
acetabulum dari tulang coxae membentuk articulation coxae. Pada pusat caput
terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan
ligamentum dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan
sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.4
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher
dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea
intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di
bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.4

Gambar 1. Anatomi Tulang Femur

2
Bagian batang femur umumnya berbentuk cembung ke arah depan.
Berbentuk licin dan bulat pada permukaan anteriornya, pada bagian
belakangnya terdapat linea aspera, tepian linea aspera melebar ke atas dan
ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista supracondylaris
medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis. Tepian
lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada
permukaan postertior batang femur, di bawah trochanter major terdapat
tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera.
Bagian batang melebar kearah ujung distal dan membentuk daerah segitiga
datar pada permnukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.4
Ujung bawah femur memilki condylus medialis dan lateralis, yang di
bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan
anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua
condylus ikut membentuk articulation genu. Di atas condylus terdapat
epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan
langsung dengan epicondylus medialis.4
Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan dan kiri. Saat
arteri ini memasuki daerah femur maka disebut sebagai arteri femoralis.
Perpanjangan dari arteri femoralis akan membentuk arteri yang
memperdarahi daerah genu dan ekstremitas inferior yang lebih distal. Aliran
balik darah menuju jantung dari bagian femur dibawa oleh vena femoralis
kanan dan kiri.4
2. DEFINISI
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,
baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur
adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengka.5
Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah suatu keadaan terputusnya
hubungan dari kepala atau leher femur disebabkan oleh trauma. 5 Fraktur kolum
femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal

3
femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan
kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter. 6 Fraktur
kepala femur atau leher femur terjadi akibat jatuh pada daerah trokhanter baik
karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi
seperti terpeleset dikamar mandi dimana panggul dalam keadaan fleksi atau
rotasi. Pada kondisi osteoporosis insiden fraktur padsa posisi ini tinggi.5
3. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan umur fraktur collum femur di Amerika Serikat adalah 63,3
kasus per 100.000 orang-tahun untuk perempuan dan 27,7 kasus per 100.000
orang-tahun untuk pria. Umur fraktur collum femur pada pasien usia lanjut
terjadi paling umum setelah jatuh ringan atau cedera memutar, dan mereka
lebih sering terjadi pada wanita. Selain itu, fraktur stres collum femoralis
ipsilateral sebagai konsekuensi langka artroplasti lutut total.6
Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia,
fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang
paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang
dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang
mengalami fraktur pada tulang femur. Dominasi kejadian di kalangan anak
muda dibawah 40 tahun dan kemudian menigkat pada orang tua. Luka fraktur
femur yang paling sering pada pasien yang berkunjung ke poli orthopaedi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2013 – 2016
adalah jenis luka close (tertutup) dengan prevalensi 80 kasus (71%) yang di
domnasi pada pasien dengan insiden kecelakaan lalu lintas, 32 kasus lainnya
(29%) adalah luka open (terbuka). 2
Sejumlah faktor mempengaruhi populasi lansia untuk patah tulang,
termasuk osteoporosis, gizi buruk, penurunan aktivitas fisik, gangguan
penglihatan, penyakit neurologis, keseimbangan yang buruk, dan atrofi otot.
Patah tulang panggul yang umum dan sering mengenai pada populasi geriatri.6
4. MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR
a. Low-energy trauma: paling umum pada pasien yang lebih tua.
- Direct: Jatuh ke trokanter mayor (valgus impaksi) atau rotasi eksternal

4
yang dipaksa pada ekstremitas bawah menjepit leher osteroporotik ke
bibir posterior acetabulum (yang mengakibatkan posterior kominusi)
- Indirect : Otot mengatasi kekuatan leher femur
b. High-energy trauma: Terjadi patah tulang leher femur pada pasien yang
lebih muda dan lebih tua, seperti kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh
dari ketinggian yang signifikan.
c. Cyclic loading-stress fractures: Terjadi pada atlet, militer, penari balet,
pasien dengan osteroporosis dan osteopenia berada pada risiko tertentu.
Fraktur biasanya disebabkan oleh jatuh biasa, walaupun demikian pada
orang-orang yang mengalami osteoporosis, energi lemah dapat menyebabkan
fraktur. Pada orang-orang yang lebih muda, penyebab fraktur umumnya karena
jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas. Terkadang fraktur collum
femur pada dewasa muda juga diakibatkan oleh aktivitas berat seperti pada atlit
dan anggota militer.1
5. KLASIFIKASI
Menurut lokasi fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan
basal, yang kesemuanya terletak di dalam simpai sendi panggul atau
intrakapsular; fraktur intertrokanter dan subtrokanter terletak ekstrakapsuler.6

Klasifikasi yang paling bermanfaat adalah Garden dimana klasifikasi ini


dibuat berdasarkan pergeseran yang nampak pada hasil sinar-x sebelum
reduksi.

5
a. Garden Type I : fraktur inkomplit, termasuk fraktur abduksi dimana caput
femoris miring ke arah valgus yang berhubungan dengan collum femoris
b. Garden Type II : fraktur komplit, namun tidak terdapat pergeseran
c. Garden Type III : fraktur komplit disertai pergeseran parsial
d. Garden Type IV : fraktur komplit dengan pergeseran keseluruhan

Fraktur Garden I dan II dimana hanya terjadi sedikit pergeseran, memiliki


prognosis yang lebih baik untuk penyatuan dibandingkan dengan fraktur

6
Garden III dan IV. Hal ini tentunya memiliki pengaruh yang penting terhadap
pilihan terapi.

Sedangkan klasifikasi menurut Pauwel berdasarkan sudut fraktur dari garis


horizontal yaitu:1
a. Tipe I : fraktur dengan garis fraktur 30˚ dengan bidang horizontal pada
posisi tegak
b. Tipe II : fraktur dengan garis fraktur 50˚ dengan bidang horizontal pada
posisi tegak
c. Tipe III : fraktur dengan garis fraktur 70˚ dengan bidang horizontal pada
posisi tegak.

6. GAMBARAN KLINIS

7
Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri pinggul. Pada fraktur
dengan pergeseran, tungkai pasien terletak pada rotasi eksternal dan terlihat
pemendekan bila dibandingkan dengan tungkai yang lain. Namun tidak semua
fraktur nampak demikian jelas. Pada fraktur yang terimpaksi pasien mungkin
masih dapat berjalan dan pasien yang sangat lemah atau cacat mental mungkin
tidak mengeluh, sekalipun mengalami fraktur bilateral. Fraktur collum femur
pada dewasa muda biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau jatuh
dari ketinggian serta sering dikaitkan dengan cedera multipel. Mendapatkan
keterangan yang akurat mengenai ada atau tidaknya sinkop, riwayat penyakit,
mekanisme trauma dan aktivitas keseharian sangat penting untuk menentukan
pilihan terapi.1
7. PEMRIKSAAN FISIK
Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap
mengenai kejadian trauma meliputi waktu, tempat, dan mekanisme trauma;
pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh, serta pencitraan
menggunakan foto polos sinar-x.1,6
a. Look (inspeksi)
- Deformitas: Deformitas dapat timbul dari tulang itu sendiri atau
penarikan dan kekakuan jaringan lunak.
- Sikap anggota gerak: Kebanyakan fraktur terlihat jelas, namun fraktur
satu tulang di lengan atau tungkai atau fraktur tanpa pergeseran
mungkin tidak nampak. Pada gambar bawah ini merupakan contoh
pengamatan sikap anggota gerak bawah yang terlihat memendek
disertai rotasi eksterna
b. Feel (Palpasi)
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan: Tanyakan pada pasien daerah mana yang terasa paling
sakit. Perhatikan ekspresi pasien sambal melakukan palpasi
- Krepitasi: Krepitasi tulang dari gerakan pada daerah fraktur dapat
diraba

8
- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan
anggota gerak yang terkena Refilling (pengisian) arteri pada kuku,
warna kulit pada bagian distal daerah trauma
c. Move (pergerakan)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif
dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri
hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar,
disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak
seperti pembuluh darah dan saraf.
8. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan sinar-x pelvis posisi anteroposterior (AP) dan sinar-x
proksimal femur posisi AP dan lateral diindikasikan untuk kasus curiga fraktur
collum femur. Dua hal yang harus diketahui adalah apakah ada fraktur dan
apakah terjadi pergeseran. Pergeseran dinilai dari bentuk yang abnormal dari
outline tulang dan derajat ketidaksesuaian antara garis trabekula di kaput
femur, collum femur, dan supra-asetabulum dari pelvis. Penilaian ini penting
karena fraktur terimpaksi atau fraktur yang tidak bergeser akan mengalami
perbaikan setelah fiksasi internal, sementara fraktur dengan pergeseran
memiliki angka nekrosis avaskular dan malunion yang tinggi. Magnetic
resonance imaging (MRI) saat ini merupakan pilihan pencitraan untuk fraktur
tanpa pergeseran atau fraktur yang tidak nampak di radiografi biasa. Bone scan
atau CT scan dilakukan pada pasien yang memiliki kontraindikasi MRI.1
9. TATALAKSANA
Pengobatan fraktur collum femoralis dapat berupa terapi konservatif
dengan indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif
hampir selalu dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua
karena perlu reduksi yang akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang
cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi. Jenis operasi yang dapat
dilakukan, yaitu pemasangan pin, pemasangan plate dan screw, dan artroplasti

9
yang dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti,
herniartroplasti, dan artroplasti total.6
Adapun Jenis-jenis operasi yaitu:1
a. Pemasangan pin
Pemasangan pin haruslah dengan akurasi yang baik karena pemasangan pin
yang tidak akurat ( percobaan pemasangan pin secara multiple atau di
bawah trokanter) telah diasosiasi dengan fraktur femoral sukbtrokanter.
b. Pemasangan plate dan screw
Fraktur leher femur sering dipasang dengan konfigurasi apex distal screw
atau apex proximal screw. Pemasangan screw secara distal sering gagal
berbanding dengan distal. fiksasi dengan cannulated screw hanya bisa
dilakukan jika reduksi yang baik telah dilakukan. Setelah fraktur direduksi,
fraktur ditahan dengan menggunakan screw atau sliding screw dan side
plate yang menempel pada shaft femoralis. Sliding hip screw (fixed-angle
device) ditambah derotation screw diindikasikan untuk fraktur cervical
basal dan patah tulang berorientasi vertikal.
c. Artroplasti; dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun, berupa:
- Eksisi artroplasti
- Hemiartroplasti
Diindikasikan untuk pasien usia lanjut dengan fraktur displaced
risiko yang lebih rendah untuk dislokasi berbanding artroplasti pinggul
total, terutama pada pasien tidak dapat memenuhi tindakan pencegahan
dislokasi (demensia, penyakit Parkinson). Prostesis disemen memiliki
mobilitas yang lebih baik dan kurang nyeri paha; prostesis tidak
disemen harus disediakan untuk pasien yang sangat lemah di mana
status pra cedera menunjukkan bahwa mobilitas tidak mungkin dicapai
setelah operasi
- Artroplasti total
Indikasi:
 Untuk pasien usia lanjut yang aktif dengan fraktur displaced.
 Pilihan untuk pasien dengan pra hip arthropathy (OA dan RA).

10
 Jika pengobatan telah terlambat untuk beberapa minggu dan
curiga kerusakan acetabulum.
 Pasien dengan metastatic bone disease seperti Paget’s Disease
 Hasil fungsional lebih baik daripada hemiarthroplasty
 Tingkat dislokasi lebih tinggi dari hemiarthroplasty

11
10. KOMPLIKASI
a. Komplikasi umum
Pasien yang berusia tua sangat rentan untuk menderita komplikasi umum
seperti thrombosis vena dalam, emboli paru, pneumonia dan ulkus
dekubitus.
b. Nekrosis avaskular
Nekrosis iskemik dari caput femoris terjadi pada sekitar 30 kasus dengan
fraktur pergeseran dan 10 persen pada fraktur tanpa pergeseran. Hampir
tidak mungkin untuk mendiagnosisnya pada saat fraktur baru terjadi.
Perubahan pada sinar-x mungkin tidak nampak hingga beberapa bulan
bahkan tahun. Baik terjadi penyatuan tulang maupun tidak, kolaps dari
caput femoris akan menyebabkan nyeri dan kehilangan fungsi yang
progresif.
c. Non-union
Lebih dari 30 persen kasus fraktur collum femur gagal menyatu, terutama
pada fraktur dengan pergeseran. Penyebabnya ada banyak: asupan darah
yang buruk, reduksi yang tidak sempurna, fiksasi tidak sempurna, dan
penyembuhan yang lama
d. Osteoartritis
Nekrosis avaskular atau kolaps kaput femur akan berujung pada
osteoartritis panggung. Jika terdapat kehilangan pergerakan sendi serta
kerusakan yang meluas, maka diperlukan total joint replacement
e. Anggota gerak memendek
f. Malunion
g. Malrotasi berupa rotasi eksterna
11. PROGNOSIS
Fraktur collum femur juga dilaporkan sebagai salah satu jenis fraktur dengan
prognosis yang tidak terlalu baik, disebabkan oleh anatomi collum femur itu
sendiri, vaskularisasinya yang cenderung ikut mengalami cedera pada cedera
neck femur, serta letaknya yang intrakapsuler menyebabkan gangguan pada
proses penyembuhan tulang.6

12
12. NEGLECTED FRACTURE
Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur dengan
atau tanpa dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani dengan tidak
semestinya sehingga menghasilkan keadaan keterlambatan dalam
penanganan, atau kondisi yang lebih buruk dan bahkan kecacatan.7
Menurut Prof dr. Subroto Sapardan, dalam penelitiannya di RSCM dan RS
Fatmawati Jakarta, Februari – April 1975, Neglected fracture adalah
penanganan patah tulang pada extremitas (anggota gerak) yang salah oleh
bone setter (dukun patah), yang masih sering dijumpai di masyarakat
Indonesia. Pada umumnya neglected fracture terjadi pada yang berpendidikan
dan berstatus sosio-ekonomi yang rendah.7
Berdasarkan pada beratnya kasus akibat dari penanganan patah tulang
sebelumnya, neglected fracture dapat diklasifikasikan menjadi 4 derajat :7
a. Neglected derajat satu
Bila pasien datang saat awal kejadian maupun sekarang, penanganannya
tidak memerlukan tindakan operasi dan hasilnya sama baik.
b. Neglected derajat dua
Keadaan dimana apabila pasien datang saat awal kejadian,
penanganannya tidak memerlukan tindakan operasi, sedangkan saat ini
kasusnya menjadi lebih sulit dan memerlukan tindakan operasi. Setelah
pengobatan, hasilnya tetap baik.
c. Neglected derajat tiga
Dilakukan operasi. Jadi pasien datang saat awal maupun sekarang tetap
memerlukan tindakan operasi dan hasilnya kurang baik.
d. Neglected derajat empat
Keterlambatan di sini sudah mengancam nyawa atau bahkan
menyebabkan kematian pasien. Pada kasus ini penanganannya
memerlukan tindakan amputasi.
Arief Darmawan menyebutkan bahwa neglected fracture adalah fraktur
yang penanganannya lebih dari 72 jam, umumnya terjadi pada masyarakat

13
yang memiliki pendidikan dan status sosio-ekonomi rendah. Arief Darmawan
membagi derajat neglected fracture berdasarkan waktu, yaitu :7
a. Derajat I : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari sampai dengan 3 minggu
b. Derajat II : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu sampai dengan 3
bulan
c. Derajat III : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan sampai dengan 1
tahun
d. Derajat IV : fraktur yang telah terjadi lebih dari 1 tahun

Gambar 1. X-Ray Gambar 2. X-Ray Gambar 3. X-Ray


Showing Neglected Showing Neglected Showing Neglected
Dislocation Left Hip Dislocation Of Elbow Dislocation Of Elbow
With Fracture (D) And Wrist
Acetabulum.

BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
I. Identitas

14
Nama : Ny. Y
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal masuk : 13 februari 2019
Tanggal pemeriksaan : 01 maret 2019
Ruangan : kenanga kelas 1
Alamat : jl. Karawasa poso kota
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : nyeri pada panggul kiri
Anamnesis terpimpin :
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada panggul kiri yang
diraskan sejak kurang lebih 8 bulan yang lalu. Pasien menginjak mainan
anak-anak kemudian terpeleset dan terjatuh ke sisi kiri dengan panggul kiri
membentur lantai. Pasien telah dilakukan operasi sebanyak 2x sebelumnya di
RS Poso pada bulan agustus 2018, namun pasien masih mengeluh nyeri pada
panggul kiri sehingga dilakukan kembali operasi di RSUD undata pada
tanggal 27 februari 2019. Pasien tidak ada riwayat mual (-), muntah (-),
demam (-), bab (+) biasa dan bak(+) lancar dengan kateter.
Riwayat penyakit sebelumnya:
Pasien riwayat operasi 2x kali (post orif) di RS poso pada tanggal 8
agustus dan 24 agustus 2018, Hipertensi (+), DM tipe 2 (+)
Riwayat penyakit dalam keluarga :
Tidak ada riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-) atau alergi (-) dalam
keluarga, tidak ada anggota keluarga yang mengeluh hal serupa.
Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan
Pasien merupakan ibu rumah tangga dan lebih banyak menghabiskan
waktu di rumah bersama anak dan cucunya.
III. STATUS GENERALISATA
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 140/0 mmhg

15
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36, 6 derajat celcius
Iv. Pemeriksaan fisik
Kepala : normocephali
Konjungtiva : anemis -/-, sklera ikterik -/-
Pupil : isokor +/+
Leher : pembesaran kelenjar getah bening -/-
Thoraks
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan simetris bilateral, tidak ada jejas
Palpasi : vocal fremitus sama bilateral
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler +/+, rh-/-, wh-/-
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di sic v midclavicula sinistra
Perkusi : redup
Auskultasi : bunyi jantung s1/s2 reguler
Abdomen
Inspeksi : bentuk kesan cembung
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : timpani diseluruh kuadran abdomen
Palpasi : nyeri tekan epigastrium(-)
Ekstremitas
Superior : akral hangat +/+, edema -/-
Inferior : akral hangat +/+, edema -/-
Pemeriksaan lokalis
Look : tampak adanya luka bekas operasi
Feel : nyeri tekan pada bekas operasi (+), pulsasi a. Dorsalis pedis (+), CRT
<2 krepitasi (-)

16
Move : pergerakan aktif dan pasif pada ekteremitas bawah sinistra terbatas
(fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi) akibat nyeri
FOTO KLINIS

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium : tanggal 1/03/2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Darah rutin :

Leukosit 11,3 103/ul 4,5-13

Eritrosit 3,88 106/ul 3,8-5,2

Hemoglobin 10,8 G/dl 12,8-16,8

Hematokrit 30,8 % 35-47

Trombosit 202 103/ul 154-442

Clothing time - Menit 4-12

Bleeding time - Menit 1-4

Glucose sewaktu 178 Mg/dl 80-199

17
Ureum 23 Mg/dl 18-55

Creatinin 1,2 Mg/dl 0,70-1,30

Kimia klinik: Non reaktif

Hbsag

 Foto pelvis ap (08/08/2018)

18
 Foto pelvis ap (30 januari 2019)

19
VI. RESUME

Pasien perempuan usia 63 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan


nyeri pada panggul kiri yang diraskan sejak kurang lebih 8 bulan yang lalu.
Pasien menginjak mainan anak-anak kemudian terpeleset dan terjatuh ke sisi
kiri dengan panggul kiri membentur lantai. Pasien telah dilakukan operasi
sebanyak 2x sebelumnya di rs poso pada bulan agustus 2018, namun pasien
masih mengeluh nyeri pada panggul kiri sehingga dilakukan kembali operasi
di RSUD undata pada tanggal 27 februari 2019. BAB (+) biasa dan BAK(+)
lancar dengan kateter.
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan
darah : 140/80 mmhg, pernafasan : 20x/menit, nadi: 88x/menit,suhu : 36,6c.
Pada pemeriksaan status lokalis di dapatakan adanya luka operasi, nyeri tekan
pada bekas operasi, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba, CRT kurang dari 2
detik dan pergerakan aktif dan pasif pada ektremitas bawah sisnitra terbatas.

20
Pada hasil laboratorium (leukosit 11,3, eritrosit 3,88, hb 10,8). Pada
pemeriksaan foto x ray pada pelvis kesan fraktur neck os femur sinistra dan
tampak adanya 2 buah screws yang terpasang

VII. DIAGNOSIS AKHIR

Neglected Fraktur Neck Femur Sinistra Post Orif

VII. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
1. Ivfd rl 20 tpm
2. Inj. Ranitidin 1 ampl/8 jam
3. Inj. Ketorolac 1 ampl/ 8 jam
4. Inj. Ambacin 1 gr/12 jam
5. Inj. Gentamicin / 12 jam
b. Operatif
Pro Hemiartroplasti Hip Joint Sinistra

Pasca Operasi (RSUD UNDATA)


 Foto hip joint sinistra (28/02/2019)

21
22
Follow up

Hari/ta
Subjektif Objektif Assesment Penanganan
nggal

Pasien mengeluh Ku: baik Fraktur neck 1. Ivfd rl 20


nyeri pada daerah Td: 140/100 femur sinistra tpm
bekasoperasi, bab N: 80x/m post orif + post 2. Ranitidin 1
(+), bak (+) R: 20x/m hemiartroplasti ampul/8
dengan kateter. S: 36,6°c hip joint (h-3) jam
Pergerakan 3. Ketorolac
aktif dan pasif 1 ampul /8

02/3/20 pada jam

19 ekterimtas 4. Ambacim
bawah sinistra 1gr/12 jam
terbatas 5. Gentamici
n 1ampul
/12 jam
6. Gv
7. Bladder
training
03/03/2 Pasien mengeluh Ku: baik Fraktur neck -Ivfd rl 20 tpm
019 nyeri pada daerah Td: 140/90 femur sinistra - Ranitidin 1
bekasoperasi, (+) N: 86x/m post orif + post ampul/8 jam
bab (+), bak (+) R: 20x/m hemiartroplasti -Ketorolac 1
S: 36,5°c hip joint (h-4) ampul /8 jam
Pergerakan -Ambacim
aktif dan pasif 1gr/12 jam
padaekterimtas -Gentamicn 1
bawah sinistra ampul/12 jam
terbatas
04/03/2 Pasien mengeluh Ku: baik Fraktur neck Ivfd rl 20 tpm

23
019 nyeri pada daerah Td: 130/90 femur sinistra - Ranitidin 1
bekasoperasi, (+) N: 76x/m post orif + post ampul/8 jam
bab (+), bak (+) R: 20x/m hemiartroplasti -Ketorolac 1
S: 36,5°c hip joint (h-5) ampul /8 jam
Pergerakan -Ambacim
aktif dan pasif 1gr/12 jam
pada -Gentamicn 1
ekterimtas ampul/12 jam
bawah sinistra
terbatas

05/03/2 Pasien mengeluh Ku: baik Fraktur neck Ivfd rl 20 tpm


019 nyeri pada daerah Td: 130/90 femur sinistra - Ranitidin 1
bekasoperasi, (+) N: 88x/m post orif + post ampul/8 jam
bab (+), bak (+) R: 20x/m hemiartroplasti -Ketorolac 1
S: 36,7°c hip joint (h-6) ampul /8 jam
Pergerakan -Ambacim
aktif dan pasif 1gr/12 jam
pada -Gentamicn 1
ekterimtas ampul/12 jam
bawah sinistra -Mobilisasi
terbatas duduk

6/03/20 Pasien mengeluh Ku: baik Fraktur neck Ivfd rl 20 tpm

24
19 nyeri pada daerah Td: 120/90 femur sinistra -Ambacim
bekasoperasi, (+) N: 92x/m post orif + post 1gr/12 jam
sudah berkurang. R: 20x/m hemiartroplasti -Gentamicn 1
bab (+), bak (+) S: 36,7°c hip joint (h-7) ampul/12 jam
Pergerakan -Asam
aktif terbatas mefenamat
dan pergerakan 3x1
pasif bebas -neurodex 2x1
terbatas pada -Mobilisasi
ekterimtas duduk
bawah sinistra
terbatas

07/03/2 Pasien mengeluh Ku: baik Fraktur neck Ivfd rl 20 tpm


019 nyeri pada daerah Td: 130/90 femur sinistra -Ambacim
bekasoperasi, (+) N: 86x/m post orif + post 1gr/12 jam
sudah berkurang. R: 20x/m hemiartroplasti -Gentamicn 1
bab (+), bak (+) S: 36,7°c hip joint (h-8) ampul/12 jam
Pergerakan -Asam
aktif terbatas mefenamat
dan pergerakan 3x1
pasif bebas -neurodex 2x1
terbatas pada -Mobilisasi
ekterimtas duduk
bawah sinistra
terbatas

8/3/201 Pasien mengeluh Ku: baik Fraktur neck Ivfd rl 20 tpm

25
nyeri pada daerah Td: 160/90 femur sinistra -Ambacim
bekasoperasi, (+) N: 80x/m post orif + post 1gr/12 jam
sudah berkurang. R: 20x/m hemiartroplasti -Gentamicn 1
9 bab (+), bak (+) S: 36,7°c hip joint (h-9) ampul/12 jam
Pergerakan -Asam
aktif dan pasif mefenamat
bebas terbatas 3x1
pada -neurodex 2x1
ekterimtas -Mobilisasi
bawah sinistra duduk
terbatas

Pasien mengeluh Ku: baik Fraktur neck -Cefadroxil


nyeri pada daerah Td: 140/90 femur sinistra 500mg 3x1
bekasoperasi, (+) N: 88x/m post orif + post -Asam
9/3/201 sudah berkurang. R: 20x/m hemiartroplasti mefenamat
9 bab (+), bak (+) S: 36,6°c hip joint (h-10) 3x1
Pergerakan -neurodex 2x1
aktif dan pasif -GV
bebas terbatas Boleh pulang
pada
ekterimtas
bawah sinistra
terbatas

BAB IV

26
PEMBAHASAN

Pasien perempuan usia 63 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan


nyeri pada panggul kiri yang diraskan sejak kurang lebih 8 bulan yang lalu.
Pasien menginjak mainan anak-anak kemudian terpeleset dan terjatuh ke sisi
kiri dengan panggul kiri membentur lantai. Pasien telah dilakukan operasi
sebanyak 2x sebelumnya di rs poso pada bulan agustus 2018, namun pasien
masih mengeluh nyeri pada panggul kiri sehingga dilakukan kembali operasi
di RSUD undata pada tanggal 27 februari 2019. BAB (+) biasa dan BAK(+)
lancar dengan kateter.
Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan
darah : 140/80 mmhg, pernafasan : 20x/menit, nadi: 88x/menit,suhu : 36,6c.
Pada pemeriksaan status lokalis di dapatakan adanya luka operasi, nyeri tekan
pada bekas operasi, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba, CRT kurang dari 2
detik dan pergerakan aktif dan pasif pada ektremitas bawah sisnitra terbatas
akibat nyeri.
Pada hasil laboratorium (leukosit 11,3, eritrosit 3,88, hb 10,8). Pada
pemeriksaan foto x ray pada pelvis kesan fraktur neck os femur sinistra dan
tampak adanya 2 buah screws yang terpasang.
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pasien di diagnosis dengan Neglected Fraktur Neck Femur Sinistra
Post Orif. Hal ini berdasarklan dengan teori, dimana dikatan fraktur neck
femur karena adanya suatu keadaan terputusnya hubungan dari kepala atau
leher femur disebabkan oleh trauma dan neck femur adalah tempat yang
paling sering terkena fraktur pada usia lanjut dengan gejala klinis nyeri pada
pinggul dan adanya riwayat jatuh, selain itu pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya pergerakan terbatas dari daerah yang mengalami fraktur
serta dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa Pemeriksaan sinar-x
pelvis posisi anteroposterior (AP) dan sinar-x proksimal femur posisi AP dan
lateral diindikasikan untuk kasus curiga fraktur collum femur. Dua hal yang
harus diketahui adalah apakah ada fraktur dan apakah terjadi pergeseran.

27
Pergeseran dinilai dari bentuk yang abnormal dari outline tulang dan derajat
ketidaksesuaian antara garis trabekula di kaput femur, collum femur, dan
supra-asetabulum dari pelvis. Berdsarkan dari pemeriksaan sinar-x klasifikasi
dari fraktur neck femur dapat ditentukan menurut klasifikasi dari garden
yaitu:
e. Garden Type I : fraktur inkomplit, termasuk fraktur abduksi dimana caput
femoris miring ke arah valgus yang berhubungan dengan collum femoris
f. Garden Type II : fraktur komplit, namun tidak terdapat pergeseran
g. Garden Type III : fraktur komplit disertai pergeseran parsial
h. Garden Type IV : fraktur komplit dengan pergeseran keseluruhan
Pada kasus ini berdasarkan dari foto x ray masuk dalam klasifikasi garden
tipe IV
Selain itu pada kasus ini juga didiagnosis neglected fraktur. Hal ini
sesuai dengan teori dimana dikatakan neglected fraktur apabila terdapat
farktur yang tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya sehingga
menghasilkan keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi yang
lebih buruk dan bahkan kecacatan. Pada kasus ini pasien dilakukan
penagangan operatif satu bulan setelah mengalami trauma, selain itu
penangan yang diberikan tidak semestinya, dimana tindakan operatif yang
dilakukan sebelumya yaitu pemasangan screw pada pasien yang berumur 63
tahun dan didapatkan pemasangan yang tidak sesuai dapat dilihat dari gambar
radiologi, dimana fiksasi atau penyambungan tulang tidak sesuai berdasarkan
struktur anatomi sehingga pasien masih mengeluhkan nyeri yang hebat,
sehingga dianjurkan untuk melakukan tindakan operatif kembali yaitu
hemiartroplasti,. Berdasarkan dari teori Pengobatan fraktur collum femoralis
dapat berupa terapi konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas dan
terapi operatif. Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan baik pada orang
dewasa muda ataupun pada orang tua karena perlu reduksi yang akurat dan
stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah
komplikasi. Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan pin,
pemasangan plate dan screw, dan artroplasti yang dilakukan pada penderita

28
umur di atas 55 tahun, berupa: eksisi artroplasti, hemiartroplasti, dan
artroplasti total. Beberapa ahli mengusulkan bahwa prognosis untuk fraktur
stadium III dan IV tak dapat diramalkan sehingga penggantian prostetik
selalu lebih baik. Karena itu, kebijaksanaan kita adalah mencoba reduksi dan
fiksasi pada semua pasien yang berumur dibawah 75 tahun dan
mempersiapkan penggantian untuk pasien yang sangat tua dan sangat lemah
dan pasien yang gagal menjalani reduksi tertutup. Penggantian pinggul total
mungkin lebih baik kalau terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan
dicurigai ada kerusakan asetabulum, atau pada pasien dengan penyakit
metastatik atau penyakit paget. Pada pasien yang berusia lanjut, hanya dua
proses yang harus dipertimbanagkan, yaitu ;
a. Kalau nyeri tidak hebat, pengankatan tumit dan penggunaan tongkat yang
kuat atau kruk penopang siku sering sudah mencukupi.
b. Kalau nyerimya hebat, maka tak perduli apakah caput avaskular atau
tidak, kaput ini terbaik dibuang; kalau pasien cukup sehat, dilakukan
pergantian sendi total.

BAB V

29
KESIMPULAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Neglected fracture


dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur dengan atau tanpa dislokasi yang
tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya sehingga menghasilkan
keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi yang lebih buruk dan
bahkan kecacatan. Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah suatu keadaan
terputusnya hubungan dari kepala atau leher femur disebabkan oleh trauma.
Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling sering terkena
fraktur pada usia lanjut.
Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap
mengenai kejadian trauma meliputi waktu, tempat, dan mekanisme trauma;
pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh, serta pencitraan menggunakan
foto polos sinar-x.
Pengobatan fraktur collum femoralis dapat berupa terapi konservatif
dengan indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan operatif
hampir selalu dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada orang tua
karena perlu reduksi yang akurat dan stabil dan diperlukan mobilisasi yang cepat
pada orang tua untuk mencegah komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

30
1. Cokorda Gde. Fraktur Neck Femur. Spesialis Bedah Orthopaedi Dan

Traumatologi. Unuversitas Udayana Denpasar;2018

2. Riswanda N & Dwi A. The Characteristic Of Patients With Femoral

Fracture In Department Of Orthopaedic And Traumatology Rsud Dr.

Soetomo Surabaya 2013 – 2016. Journal Of Orthopaedi & Traumatology

Surabaya;2017

3. Agus Desiartama. Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum Pusat

Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal Medika, Vol. 6 No.5, Mei; 2017

4. Tortora, Gj. Principles Of Human Anatomy And Physiology. 14th Edition.

Wiley: Usa. 2014. 129 P

5. Zairin NH. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika:

Jakarta,2014

6. Koval Kj. Hip Fractures: I. Overview And Evaluation And Treatment Of

Femoral-Neck Fractures.J Am Acad Orthop Surg. 2013

7. Ayu Puspita Sari. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Keterlambatan Berobat Pada Pasien Patah Tulang Yang Menggunakan

Sistem Pembiayaan Jamkesmas. Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro;2012

31

Anda mungkin juga menyukai