Anda di halaman 1dari 15

ASKEP ANAK DENGAN LEUKEMIA

2.1. Konsep Teori


DEFENISI
Penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopietik.
(Sylvia&Lorraine,1992). Proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang menggantikan elemen sumsum tulang normal. (Brunner&Suddarth,1996). Leukemia
adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa
nadi (Reeves, 2001). Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk keganasan
padasumsum tulang dan sistem limpatik (Wong, 1995).

ETIOLOGI
Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui. Leukemia, sama halnya dengan kanker 
lainnya,  terjadi  karena  mutasi  somatic  pada  DNA  yang mengaktifkan  onkogenesis  atau 
menonaktifkan  gen  suppressor  tumor,  dan menganggu regulasi dari kematian sel, diferensiasi
atau divisi.Tapi penelitian telah dapat mengemukakan factor resiko dari Leukemia ini, antara
lain:
1.      Tingkat radiasi yang tinggiOrang – orang yang terpapar radiasi tingkat tinggi lebih mudah
terkenaleukemia dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar radiasi. Radiasitingkat tinggi
bisa terjadi karena ledakan bom atom seperti yang terjadi diJepang. Pengobatan yang
menggunakan radiasi bisa menjadi sumber daripaparan radiasi tinggi.
2.      Orang-orang yang bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentuTerpapar oleh benzene dengan
kadar benzene yang tinggi di tempat kerja dapatmenyebabkan leukemia. Benzene digunakan
secara luas di industri kimia.Formaldehid juga digunakan luas pada industri kimia, pekerja yang
terpapar formaldehid memiliki resiko lebih besar terkena leuikemia.
3.      KemoterapiPasien kanker yang di terapi dengan obat anti kanker kadang – kadangberkembang
menjadi leukemia. Contohnya, obat yang dikenal sebagai agenalkilating dihubungkan dengan
berkembangnya leukemia akhir – akhir ini.
4.      Down Syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnyaBeberapa  penyakit  disebabkan  oleh 
kromosom  yang  abnormal  mungkinmeningkatkan resiko leukemia.
5.      Human T-cell Leukemia virus-I (HTVL-I)Virus ini menyebabkan tipe yang jarang dari leukemia
limfositik kronik yangdikenal sebagi T-cell leukemia.
6.      Myelodysplastic syndromeOrang  –  orang  dengan  penyakit  darah  ini  memiliki  resiko 
terhadapberkembangnya leukemia myeloid akut.
7.      Fanconi AnemiaMenyebabkan akut myeloid leukemia

KLASIFIKASI
1.      Leukemia Mielogenus/Mieloblastik AkutAML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak
berdiferensiasi kesemua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.Semua 
kelompok  usia  dapat  terkena;  insidensi  meningkat  sesuaibertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling seringterjadi. Pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun,
kematian disebabkanoleh infeksi dan pendarahan.
2.      Leukemia Mielogenus/Mieloblastik KronisCML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel
stem mieloid. Namunlebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit inilebih 
ringan.  CML  jarang  menyerang  individu  di  bawah  20  tahun.Manifestasi mirip dengan
gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebihringan,  pasien  menunjukkan  tanpa  gejala  selama 
bertahun-tahun,peningkatan  leukosit  kadang  sampai  jumlah  yang  luar  biasa, 
limpamembesar.
3.      Luekemia Limfositik AkutALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi
padaanak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insidenusia 4 tahun, setelah
usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfositimmatur  berproliferasi  dalam  sumsum  tulang 
dan  jaringan  perifer,sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4.      Leukemia Limfositik KronisCLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai
70tahun.  Manifestasi  klinis  pasien  tidak  menunjukkan  gejala,  baruterdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

ANATOMI FISIOLOGI
1.        Organ Pembentuk Darah
Sebelum bayi lahir, hatinya berperan sebagai organ utama dalam pembentukan darah. Saat
tumbuh menjadi seorang manusia, fungsi pokok hati adalah menyaring dan mendetoksifikasi
segala sesuatu yang dimakan, dihirup, dan diserap melalui kulit. Ia menjadi pembangkit tenaga
kimia internal, mengubah zat gizi makanan menjadi otot, energi, hormon, faktor pembekuan
darah, dan kekebalan tubuh. Yang menyedihkan, umumnya kita hanya memiliki sedikit
pemahaman tentang fungsi hati yang sedemikian rumit, vital, dan bekerja tiada henti.
2.        Organ Yang Terlibat Dalam Sistem Kekebalan Tubuh
1. Nodus Limfe
Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi intel kepolisian yang
tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi dengan polisi
penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini adalah sistem
limfatik dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi dalam sistem ini adalah limfosit.
Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi umat
manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa
yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang diproduksi oleh
nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah bening tempat
limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh limfatik.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik
menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh
limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melaku-
kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke
nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan,
pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening.
2. Timus
Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum
berkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis dimanfaatkan sebagai bukti evolusi.
Namun demikian, pada tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan
sumber dari sistem pertahanan kita.
3. Sumsum Tulang
Sumsum tulang janin di rahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi fungsinya
memproduksi sel-sel darah. Sumsum tulang mam-pu mengerjakan tugas ini hanya setelah lahir.
Akankah bayi ini terkena anemia saat di dalam kandungan ?
Tidak. Pada tahap ini, limpa akan bermain dan memegang kendali. Merasakan bahwa tubuh
mem-butuhkan sel darah merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulai memproduksi sel-
sel ini selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas utamanya.
4. Limpa
Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua
bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula
dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang
dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran
luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan.
Keterampilan limpa tidak hanya itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah
merah dan trombosit). Kata “menyimpan” mungkin menimbulkan kesan seakan ada ruang
terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan. Padahal limpa adalah organ
kecil yang tak memiliki tempat untuk sebuah gudang. Dalam kasus ini limpa mengembang
supaya ada tempat tersedia untuk sel darah merah dan trombosit. Limpa yang mengembang
disebabkan oleh suatu penyakit juga memungkinkan memiliki ruang penyimpanan yang lebih
besar.
3.        Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari Janin Hingga
Lansia
a.       Usia janin minggu pertama
Kehidupan embrio sel darah premitif yang berinti diproduksi dalam yolk sac.
b.      Usia janin minggu kedua
Pembentukkan terjadi pada pulau-pulau darah di sakus vitelinus/yolk sac (kantung kuning telur).
Pada minggu kedua ini terbentuk eritrosit premitif (sel yang masih berinti).
c.       Usia janin minggu ke-empat
Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukkan otak,sumsum
tulang dan tulang belakang serta jantung dan aorta.
d.      Usia janin minggu ke-lima
Pada minggu ke lima terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan ectoderm,mesoderm, dan endoderm.
Hati yang sebagai organ utama untuk memproduksi sel-sel darah merah terbentuk pada minggu-
minggu ini yang termasuk dalam lapisan endoderm.
e.       Usia janin minggu ke-enam
Pembentukkan terjadi pada hepar dan lien juga pada timus (pembentukan limfosit). Pada
minggu-minggu ini juga terbentuk eritrosit yang sesungguhnya (sudah tidak berinti) juga
terbentuk semi granulosit dan tromobosit. Selain itu juga limfosit (dari timus).
f.       Usia janin minggu ke-lima belas
Pada minggu-minggu ini tulang dan sumsung tulang terus berkembang.
g.      Usia janin minggu ke-enam belas
Pembentukkan terjadi pada sumsung tulang karena sudah terjadi proses osifikasi(pembentukan
tulang). Tapi ada juga yang menyebutkan kalau terjadi di medulolimfatik (di medulla spinalis
dan limfonodi). Tapi limfonodi ini untuk maturasi. Dan pada minggu ke enambelas ini sudah
terbentuk darah lengkap.
h.      Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai
seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang panjang, kecuali proksimal humerus dan
tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi lagi setelah kurang lebih berusia 20
tahun.
i.        Di atas umur 20 tahun, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang
membranosa, seperti vertebra, sternum, iga dan ilium. Sehingga bertambahnya usia tulang-tulang
ini sumsum menjadi kurang produktif.
TANDA DAN GEJALA
Leukemia Mieloblastik Akut
1.      Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang
2.      Anemia
3.      Perdarahan, petekie
4.      Nyeri tulang
5.      Infeksi
6.      Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum
7.      Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
8.      Sakit kepala
Leukemia Mieloblastik Kronik
1.      Rasa lelah
2.      Penurunan berat badan
3.      Rasa penuh di perut
4.      Kadang – kadang rasa sakit di perut
5.      Mudah mengalami perdarahan
6.      Diaforesis meningkat
7.      Tidak tahan panas
Leukemia Limfositik Akut
1.      Malaise, demam, letargi, kejang
2.      Keringat pada malam hari
3.      Hepatosplenomegali
4.      Nyeri tulang dan sendi
5.      Anemia
6.      Macam – macam infeksi
7.      Penurunan berat badan
8.      Muntah
9.      Gangguan penglihatan
10.  Nyeri kepala
Leukemia Limfositik Kronik
1.      Mudah terserang infeksi
2.      Anemia
3.      Lemah
4.      Pegal – pegal
5.      Trombositopenia
6.      Respons antibodi tertekan
7.      Sintesis immonuglobin tidak cukup
PATOFISIOLOGI LEUKEMIA WOC

PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis AMLTerapi induksi dan terapi konsolidasi
         Terapi induksi (kemoterapi) → untuk membunuh selleukimia
         Cytarabine (cystosal, ara C) daunorubbin (daunomycin,cerubidine) atau  mitoxantrone  atau 
idarubicin,  mercaptopurine(purinethol)
         Supportive  care  (darah  dan  platelet)  untuk  infeksi,perdarahan, mukositis dan diare.
         Granulocyte growth factor.Terapi konsolidasi/post remisi (untuk menghilangkan sisa sel
leukimia yangtidak terdeteksi secara klinis) → CytarabineTransplantasi sumsum tulang Donor 
sumsum  tulang  menggantikan  produksi  sel  darah.  Sebelumnya dilakukan kemoterapi dan
radiasi untuk menghancurkan sumsum iskemik.Bisa terjadi resiko penolakan dan infeksi.
2. Penatalaksanaan medis KMLFase kronis
         Interferon  dan cytocyne  untuk  memperbaiki  kelainankromosom
         Hydroxyurea atau busulfan (myleran) untuk mengurangiSDP
         Leukopheresis : memisahkan dan membuang leukosit
         Antracyline (daunomycin) untuk mengurangi SDP secaracepatFase transformasi
         Terapi induksi dan transplantasi sumsum tulang.
3. Penatalaksaan medis ALL
         Terapi induksi dengan tambahan kortikosteroid dan vinca alkaloid
         Intrathecal kemoterapi (methotrexate) sebagai profilaksis SSP6
         Maintenance : kemoterapi dosis rendah selama 3 tahun
         Anti virus untuk mengurangi efek samping kortikosteroid
         Transpalantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan penyakit
4. Penatalaksaan medis KLL
         Koemoterapi dengan kortikosteroid dan klorambusil (leukeran)
         Cyplofosfamide, vincristine, doxorubicin
         Imunoglobin  IV  untuk menangani efek samping obatseperti infeksi: pneumocystis, listeria,
mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.
2.2. Asuhan Keperawatan
ILUSTRASI KASUS
An.D kelihatan lesu, lemas dan pucat. Pasien baru masuk bagian anak untuk yangke dua kalinya
atas indikasi  ALL. Prositostatika.
Pemeriksaan Fisik :
I. Identitas Pasien
Nama anak                  : An.D
Tanggal masuk            : 20-10-2009
No.RM                        : 613096
Tempat/tgl lahir           : Pondok/ 05-10-2004
BB/TB saat lahir          : 3500 gram/ 111 cm
Jenis Kelamin              : Laki-laki
Pendidikan anak          : Taman Kanak-kanak
Anak Ke                      : 1 (satu)dalam keluarga
Nama ayah                  : Mahatir
Pekerjaan                     : Sopir Pendidikan :D3
Nama ibu                     : Nike
Pekerjaan                     : Ibu RT
Pendidikan                  : D3
Alamat                         : Pondok, Kota Padang
Diagnosa Medis          : LLA. Prositostatika

II. Keluhan Utama


Alasan  masuk  ke  RS: An.D  kelihatan  lesu,  lemas  dan  pucat  dan diindikasikan  ALL.
Prositostatika.

III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1.      Prenatal:
Ibu dari anak mengatakan selama hamil an. D, ia tidak mengalamikelainan dan gizinya cukup.
2.      Intranatal:
Ibu mengatakan, an.D lahir dengan normal di bantu oleh bidan. Lahir dengan cukup umur yaitu 9
bulan. Berat badan lahir 3500 gram dan panjang badan 42cm. Saat lahir, An. R menangis
spontan.
3.      Postnatal:
Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang banyak setelahmelahirkan. Kondisinya
normal.
IV. Riwayat Kesehatan Dahulu
1.      Penyakit yang diderita sebelumnya :
Ibu mengatakan, an.D pernah menderita ALL. Prositostatika.
2.      Pernah dirawat di RS :
Sebelumnya, an.D pernah di rawat di RS
3.      Obat-obatan yang pernah digunakan :
Orang  tua  an.D  mengatakan  bahwa  dulu  an.D   pernahmengkomsumsi kortikosteroid,
sitostatik dan imunoterapi.
4.      Alergi :
An.D tidak memiliki riwayat alergi.
5.      Kecelakaan :
An.D  tidak pernah jatuh yang sampai mencederai kepalanya.Kalaupun jatuh, an.D tidak sampai
mengelami luka berat.
6.      Riwayat imunisasi :
I II III
BCG 1BLN 2BLN 3BLN
DPT 1BLN 2BLN 3BLN
POLIO 9BLN
CAMPAK 1BLN
HEPATITIS B 0BLN 2BLN 6BLN

VII. Riwayat Tumbuh Kembang V. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Tanggal 21 Oktober 2009 kemaren, an.D telah mendapatkan kemo terapi.Saat pengkajian tanggal
22 Oktober 2009, an. D sedang demam, suhu 38,6 C. An.D tidak mau makan, perutnya kembung
dan lidahnya terdapatsariawan.. Setelah diberi roti, an.D muntah. An.D mengeluhkan nyeri
padasendinya  dan  terasa  pegal-pegal.  An.D  meraba-raba  perutnya  danmengatakan sakit pada
perutnya.

VI. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu an.D mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi penyakit turunan yang seperti
dialami oleh an.D

1.      Kemandirian dan bergaul :


Sebelum sakit, an.D mampu melakukan aktivitas sehari-hari sepertimakan sendiri, pasang baju
sendiri. An.D berteman baik dengan temansebaya. Tapi semenjak sakit, An. D sudah tidak
mampu melakukanaktifitas sehari-hari dan memiliki keterbatasan dalam bermain denganteman-
temannya.
2.      Motorik kasar :
Umur 3 bulan, an.D sudah bisa tengkurap. Umur 8 bln anak sudah bisaduduk, umur 9 bln berdiri
dan umur 10,5 bulan sudah bisa berjalan.
3.      Motorik halus :
Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa menulis coret-coretan
4.      Kognitif dan bahasa :
Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa memahami perintah dari orang lain,an.D mengerti apa yang
ditanyakan orang padanya. Perkembanganbahasa normal, anak mulai bisa bicara umur 12
bulan.5. Psikososial :Saat pengkajian, An.D mau berinteraksi dengan orang lain selain orangtua 
bila di beri mainan terlebih dahulu.
5.      Lain-lain : Emosi an.D saat ini labil

VIII. Riwayat Sosial


1.      Yang mengasuh klien :
Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
2.      Hubungan dengan anggota keluarga :
An.D merupakan anak kandung dari Ibu Nike dan Bpk mahatir. Saatpengkajian, Bapak dari
An.D sering memaksa anaknya makan-minumdengan paksa dan sedikit marah-marah pada
an.DMenurut Ibunya, An.D sangat sayang sama adiknya. Mereka jarang sekali ribut.
3.      Hubungan dengan teman sebaya :
Sebelum sakit, an.D berteman baik dengan teman sebayanya.
4.      Pembawaan secara umum :
Normal, tidak mengalami kelainan mental ataupun IQ yang lemah(anak tidak sinroma down)
5.      Lingkungan rumah :
- Luas rumah 8 x 10 m
- Ventilasi cukup, penerangan cukup
- Pakai sumur gali- Sampah dibakar
- Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-kira 10 m

IX. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum            : sadar/compos mentis
2. TB/BB (cm)                 :111 cm/ 15 kg
3. Kepala                          :46 cm
a.       Lingkar kepala :
b.      Rambut :
  kebersihan.(bersih)
  warna. (hitam)
  Tekstur (kasar)
  distribusi rambut.(merata)
  Kuat/mudah tercabut....( kuat )
4. Mata :
a)      Sklera                   :Normal/non ikterik
b)      Konjungtiva                     :anemis
c)      Palpebra :
d)     Pupil : ukuran ........ 2mm ......... bentuk ..... isokor ......... reaksi cahaya ........+ / normal .........
5. Telinga :
a)      Simetris                : ya
b)      Serumen               : Ada
c)      Pendengaran                     : Baik
6. Hidung                        :
a)      Septum simetris :ya
b)      Sekret :tidak
c)      Polip :tidak
7. Mulut: Kebersihan(kurang). Warna(merah) Kelembaban(kering),gusi berdarah
 3 hari yang lalu.
a)      Lidah :Ada sariawan ± 1 cm
b)      Gigi : caries pada gigi atasnya (keropos semua gigi yangdi atas)
8. Leher :
a)      Kelenjer getah bening :Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1 ½ cm dan diinguinal dextra ada 3
bh diameter  ½ x 1 ½ x 2 cm
b)      Kelenjer tiroid :Tidak ada pembengkakanc. JVP : 5-2 cm H2O
9. Dada :
a)      Inspeksi :Normal
b)      Palpasi :Normal
10. Jantung :
a)      Inspeksi : iktus cordis di RIC V
b)      Auskultasi :-
c)      Palpasi :-
11. Paru-paru :
a)      Inspeksi :simetris
b)      Palpasi :fremitus kiri = kanan
c)      Perkusi :-
d)     Auskultasi :vesikuler
12. Perut :
a)      Inspeksi :ada purpura
b)      Palpasi :Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
c)      Perkusi :timpanid. Auskultasi :bising usus normal (4x/menit)
13. Punggung :bentuk normal
14. Ekstremitas :Kekuatan dan tonus otot baik
15. Genitalia :-
16. Kulit :
a)      Warna :sawo matang
b)      Turgor :kembali dalam waktu 2 detik
c)      Integritas :ada purpura di abdomen
d)     Elastisitas :elastis
17. Pemeriksaan Neurologis : an.D dalam kondisi sadar/compos mentis
X. Pemeriksaan Tumbuh Kembang
a. DDST (terlampir)
b. Status Nutrisi (terlampir)
XI. Pemeriksaan Psikososial
An. D saat dilakukan pengkajian, kurang mau berinteraksi denganorang lain. Ketika diberi
mainan, an. D baru mau berkomunikasidengan orang .
XII. Pemeriksaan Spritual
Orang tua anak mengatakan mereka juga berdoa untuk kesembuhan anaknya.
XIII. Pemeriksaan Penunjang
a.       Laboratorium :            - Hb : 8,4 gr %                        - Trombosit : 34.000/mm3
a.       - Leukosit : 1800/mm3            - Ht : 26 %
b.      Rontgen :-
c.       Lain-lain :-
XIV. Kebutuhan Dasar Sehari-hari
No Jenis kebutuhan Di rumah/sebelum sakit Di rumah sakit
Sering di buatkan nasi
lunak karena an.R ML,TKTP1300kal
Makan
memang susah disuruh ori/hari
makan
Jus terung pirus, air
Minum Kurang minum
putih,susu
Tidur 8 jam/ hari 12 jam/hari
Mandi 2x/hari 1x/hari
Eliminasi BAB 1X/hari
Bermain sendiri
Normal seperti anak seb dengan permainan
Bermain
ayanya seadanya seperti
topeng - topengan
ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan Diagnosa keperawatan
DS : Gangguan nutrisi kurang Gangguan nutrisi kurang
        Keluarga mengatakan dari kebutuhan tubuh. dari kebutuhan tubuh 
Anak menolak untuk b.d intake yang tidak
makan sejak seminggu adekuat
yang lalu
        Keluarga mengatakan
biasanya anak hanya
mampu menghabiskan
1/4porsi makan yang
diberikan
DO :
        Berat badan anak turun
dari 17 kg menjadi 15 kg-
Berat badan anak
berdasarkan skala NCHS
menunjukkan gizi yang
kurang yaitu76,19%
        Lidah anak terdapat
sariawan dengan diameter
± 1 cm
        Porsi makan yang diberi
RS belum dimakan anak -
LILA anak 14 cm
DS : Resiko infeksi Resiko infeksi b.d
        keluarga inadekuat pertahanan
mengatakangusi    An.D sekunder atau penurunan
berdarah2 hari yang lalu. respon kekebalan
DO :
        Leukosit :1800/mm3
        Hb : 8,4 gr %
        ada purpura diabdomen
        imunosupresi
        gusi terlihatberwarna
merah- suhu 38,6 C
DS : program terapeutik terapeutik b.d
        keluarga mengatakan kompleksitas program
mereka tidak mengetahui pengobatan
cara merawat keluarga
dengan leukemia
        ibu An.D mengatakan
sering lupa memberikan
obat pada
An.D( pemberian obat
tidak teratur ).
DO :
        An.D sudah dua kali
dirawat di RS dengan
diagnosis penyakit yang
sama
(ALL.Prositostatika )
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA 1. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d inadekuat pertahanansekunder atau penurunan
respon kekebalan.
Tujuan :
         Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
         Menunjukkan  higiene pribadi yang adekuat
         Mengindikasikan  status  gastrointestinal,  pernafasan,  dan  imundalam batas normal
         Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi
         Melaporkan tanda dan gejala infeksi serta mengikuti prosedur pernafasan dan pemantauan
Intervensi :
a.       Istirahatkan klien pada ruangan khusus/ isolasi
Rasional    : 
dengan mengistirahatkan pada ruangan isolasi dapat menghindari terkontaminasi dengan klien
sehingga infeksi dapat dicegah.
b.      Anjurkan klien atau orang tua untuk memelihara kebersihan diridan lingkungan klien
Rasional   :   dengan memelihara kebersihan diri dan lingkungan dapat menghambat perkembang
biakan kuman.
c.       Laporkan segera adanya tanda-tanda infeksi
Rasional    :   hindari keterlambatan pengobatan.
d.      Tindakan kepatuhan terhadap therapi AB
Rasional    :  untuk mencegah dan pengobatan infeksi.

DIAGNOSA 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Intervensi :
a.       Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional   : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsimakanan.
b.      Timbang berat badan setiap hari.
Rasional   :  mengawasi penurunan berat badan.
c.       Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional  :  makanan  sedikit  dapat  meningkatkan  pemasukan  dengan mencegah distensi
lambung.
d.      Berikan penyuluhan pada orang tua klien pentingnya nutrisi yangadekuat.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang pentingnya makanan bagi tubuh
dalam membantu proses penyembuhan.
e.       Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan minuman
Rasional : guna mengkompensasi tambahan kebutuhan cairan.
f.       Dorong anak untuk minum.
Rasional : meningkatkan kepatuhan.
g.      Ajarkan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi
Rasional : menghindari keterlambatan therapi rehidrasi.
h.      Tekankan pentingnya menghindari panas yang berlebihan.
Rasional : menghindari penyebab kehilangan cairan.

DIAGNOSA 3: Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d kompleksitas program


pengobatan
Batasan Karakteristik
         Subjektif:
  Pengungkapan  secara  verbal  keinginan  untuk  mengelola  pengobatanpenyakit untuk mencegah
gejala sisa
  Pengungkapan secara verbal kesulitan pengaturan atau integrasi dari salahsatu atau lebih efek atau
pencegahan komplikasi
  Pengungkapan secara verbal bahwa keluarga tidak dapat bertindak untuk mengurangi factor
resiko dan gejala sisa
         Objektif
  Percepatan gejala-gejala penyakit dari anggota keluarga
  Aktivitas keluarga yang tidak tepat dalam mencapai tujuan programpengobatan untuk pencegahan
  Kurangnya perhatian terhadap penyakit atau gejala sisa
         Tujuan/Kriteria HasilKeluarga akan:
  Menunjukkan keinginan untuk mengelola regimen atau program terapeutik
  Mengidentifikasi factor-faktor pengganggu program terapeutik
  Mengatur kegiatan yang biasa dibutuhkan ke dalam program pengobatananggota keluarga,
misalnya diet, aktivitas sekolah
  Mengalami penurunan gejala sakit diantara anggota keluarga
         Intervensi
  Kaji status koping dan proses keluarga saat ini
  Kaji tingkat pemahaman anggota keluarga pada penyakit, komplikasi, dan penanganan yang
disarankan
  Kaji kesiapan anggota keluarga untuk mempelajarinya
  Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat dalam perawatan pasien
  Tentukan sumber pemberi perawatan utama secara fisik, emosional, dan pen didikan
  Tentukan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga, dengan cara yangsesuai dengan usia dan
penyakit
         Pendidikan untuk pasien dan keluarga
  Berikan keterampilan yang dibutuhkan untuk terapi pasien kepada pemberi perawatan
  Ajarkan  strategi  untuk  mempertahankan/memperbaiki  kesehatan pasien
  Memudahkan  pemahaman  keluarga  dalam  aspek  penyakit  secara medis
  Bantu  pemberi  perawatan  utama  untuk  mendapatka  persediaan perawatan yang dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai