ETIOLOGI
Etiologi pasti dari leukemia ini belum diketahui. Leukemia, sama halnya dengan kanker
lainnya, terjadi karena mutasi somatic pada DNA yang mengaktifkan onkogenesis atau
menonaktifkan gen suppressor tumor, dan menganggu regulasi dari kematian sel, diferensiasi
atau divisi.Tapi penelitian telah dapat mengemukakan factor resiko dari Leukemia ini, antara
lain:
1. Tingkat radiasi yang tinggiOrang – orang yang terpapar radiasi tingkat tinggi lebih mudah
terkenaleukemia dibandingkan dengan mereka yang tidak terpapar radiasi. Radiasitingkat tinggi
bisa terjadi karena ledakan bom atom seperti yang terjadi diJepang. Pengobatan yang
menggunakan radiasi bisa menjadi sumber daripaparan radiasi tinggi.
2. Orang-orang yang bekerja dengan bahan – bahan kimia tertentuTerpapar oleh benzene dengan
kadar benzene yang tinggi di tempat kerja dapatmenyebabkan leukemia. Benzene digunakan
secara luas di industri kimia.Formaldehid juga digunakan luas pada industri kimia, pekerja yang
terpapar formaldehid memiliki resiko lebih besar terkena leuikemia.
3. KemoterapiPasien kanker yang di terapi dengan obat anti kanker kadang – kadangberkembang
menjadi leukemia. Contohnya, obat yang dikenal sebagai agenalkilating dihubungkan dengan
berkembangnya leukemia akhir – akhir ini.
4. Down Syndrome dan beberapa penyakit genetic lainnyaBeberapa penyakit disebabkan oleh
kromosom yang abnormal mungkinmeningkatkan resiko leukemia.
5. Human T-cell Leukemia virus-I (HTVL-I)Virus ini menyebabkan tipe yang jarang dari leukemia
limfositik kronik yangdikenal sebagi T-cell leukemia.
6. Myelodysplastic syndromeOrang – orang dengan penyakit darah ini memiliki resiko
terhadapberkembangnya leukemia myeloid akut.
7. Fanconi AnemiaMenyebabkan akut myeloid leukemia
KLASIFIKASI
1. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik AkutAML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak
berdiferensiasi kesemua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit.Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuaibertambahnya usia. Merupakan
leukemia nonlimfositik yang paling seringterjadi. Pasien hanya dapat bertahan sampai 1 tahun,
kematian disebabkanoleh infeksi dan pendarahan.
2. Leukemia Mielogenus/Mieloblastik KronisCML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel
stem mieloid. Namunlebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit inilebih
ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip dengan
gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebihringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun,peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa,
limpamembesar.
3. Luekemia Limfositik AkutALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi
padaanak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insidenusia 4 tahun, setelah
usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfositimmatur berproliferasi dalam sumsum tulang
dan jaringan perifer,sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik KronisCLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai
70tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baruterdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
ANATOMI FISIOLOGI
1. Organ Pembentuk Darah
Sebelum bayi lahir, hatinya berperan sebagai organ utama dalam pembentukan darah. Saat
tumbuh menjadi seorang manusia, fungsi pokok hati adalah menyaring dan mendetoksifikasi
segala sesuatu yang dimakan, dihirup, dan diserap melalui kulit. Ia menjadi pembangkit tenaga
kimia internal, mengubah zat gizi makanan menjadi otot, energi, hormon, faktor pembekuan
darah, dan kekebalan tubuh. Yang menyedihkan, umumnya kita hanya memiliki sedikit
pemahaman tentang fungsi hati yang sedemikian rumit, vital, dan bekerja tiada henti.
2. Organ Yang Terlibat Dalam Sistem Kekebalan Tubuh
1. Nodus Limfe
Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi intel kepolisian yang
tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi dengan polisi
penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini adalah sistem
limfatik dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi dalam sistem ini adalah limfosit.
Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi umat
manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh, nodus limfa
yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang diproduksi oleh
nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah bening tempat
limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh limfatik.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik
menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh
limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah melaku-
kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini diteruskan ke
nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai merebak permusuhan,
pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah bening.
2. Timus
Selama bertahun-tahun timus dianggap sebagai organ vestigial atau organ yang belum
berkembang sempurna dan oleh para ilmuwan evolusionis dimanfaatkan sebagai bukti evolusi.
Namun demikian, pada tahun-tahun belakangan ini, telah terungkap bahwa organ ini merupakan
sumber dari sistem pertahanan kita.
3. Sumsum Tulang
Sumsum tulang janin di rahim ibunya tidak sepenuhnya mampu memenuhi fungsinya
memproduksi sel-sel darah. Sumsum tulang mam-pu mengerjakan tugas ini hanya setelah lahir.
Akankah bayi ini terkena anemia saat di dalam kandungan ?
Tidak. Pada tahap ini, limpa akan bermain dan memegang kendali. Merasakan bahwa tubuh
mem-butuhkan sel darah merah, trombosit, dan granulosit, maka limpa mulai memproduksi sel-
sel ini selain memproduksi limfosit yang merupakan tugas utamanya.
4. Limpa
Unsur menakjubkan lainnya dari sistem pertahanan kita adalah limpa. Limpa terdiri dari dua
bagian: pulp merah dan pulp putih. Limfosit yang baru dibuat di pulp putih mula-mula
dipindahkan ke pulp merah, lalu mengikuti aliran darah. Kajian saksama mengenai tugas yang
dilak-sanakan organ berwarna merah tua di bagian atas abdomen ini menying-kapkan gambaran
luar biasa. Fungsinya yang sangat sulit dan rumitlah yang membuatnya sangat menakjubkan.
Keterampilan limpa tidak hanya itu. Limpa menyimpan sejumlah ter-tentu sel darah (sel darah
merah dan trombosit). Kata “menyimpan” mungkin menimbulkan kesan seakan ada ruang
terpisah dalam limpa yang dapat dijadikan tempat penyimpanan. Padahal limpa adalah organ
kecil yang tak memiliki tempat untuk sebuah gudang. Dalam kasus ini limpa mengembang
supaya ada tempat tersedia untuk sel darah merah dan trombosit. Limpa yang mengembang
disebabkan oleh suatu penyakit juga memungkinkan memiliki ruang penyimpanan yang lebih
besar.
3. Pembentukan Dan Perkembangan Sistem Imun dan Sel-Sel Darah Dari Janin Hingga
Lansia
a. Usia janin minggu pertama
Kehidupan embrio sel darah premitif yang berinti diproduksi dalam yolk sac.
b. Usia janin minggu kedua
Pembentukkan terjadi pada pulau-pulau darah di sakus vitelinus/yolk sac (kantung kuning telur).
Pada minggu kedua ini terbentuk eritrosit premitif (sel yang masih berinti).
c. Usia janin minggu ke-empat
Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukkan otak,sumsum
tulang dan tulang belakang serta jantung dan aorta.
d. Usia janin minggu ke-lima
Pada minggu ke lima terbentuknya 3 lapisan yaitu lapisan ectoderm,mesoderm, dan endoderm.
Hati yang sebagai organ utama untuk memproduksi sel-sel darah merah terbentuk pada minggu-
minggu ini yang termasuk dalam lapisan endoderm.
e. Usia janin minggu ke-enam
Pembentukkan terjadi pada hepar dan lien juga pada timus (pembentukan limfosit). Pada
minggu-minggu ini juga terbentuk eritrosit yang sesungguhnya (sudah tidak berinti) juga
terbentuk semi granulosit dan tromobosit. Selain itu juga limfosit (dari timus).
f. Usia janin minggu ke-lima belas
Pada minggu-minggu ini tulang dan sumsung tulang terus berkembang.
g. Usia janin minggu ke-enam belas
Pembentukkan terjadi pada sumsung tulang karena sudah terjadi proses osifikasi(pembentukan
tulang). Tapi ada juga yang menyebutkan kalau terjadi di medulolimfatik (di medulla spinalis
dan limfonodi). Tapi limfonodi ini untuk maturasi. Dan pada minggu ke enambelas ini sudah
terbentuk darah lengkap.
h. Pada dasarnya sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai
seseorang berusia 5 tahun; tetapi sumsum dari tulang panjang, kecuali proksimal humerus dan
tibia, menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi lagi setelah kurang lebih berusia 20
tahun.
i. Di atas umur 20 tahun, kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang
membranosa, seperti vertebra, sternum, iga dan ilium. Sehingga bertambahnya usia tulang-tulang
ini sumsum menjadi kurang produktif.
TANDA DAN GEJALA
Leukemia Mieloblastik Akut
1. Rasa lemah, pucat, nafsu makan hilang
2. Anemia
3. Perdarahan, petekie
4. Nyeri tulang
5. Infeksi
6. Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati dan kelenjar mediatinum
7. Kadang – kadang ditemukan hipertrofi gusi khususnya pada M4 dan M5
8. Sakit kepala
Leukemia Mieloblastik Kronik
1. Rasa lelah
2. Penurunan berat badan
3. Rasa penuh di perut
4. Kadang – kadang rasa sakit di perut
5. Mudah mengalami perdarahan
6. Diaforesis meningkat
7. Tidak tahan panas
Leukemia Limfositik Akut
1. Malaise, demam, letargi, kejang
2. Keringat pada malam hari
3. Hepatosplenomegali
4. Nyeri tulang dan sendi
5. Anemia
6. Macam – macam infeksi
7. Penurunan berat badan
8. Muntah
9. Gangguan penglihatan
10. Nyeri kepala
Leukemia Limfositik Kronik
1. Mudah terserang infeksi
2. Anemia
3. Lemah
4. Pegal – pegal
5. Trombositopenia
6. Respons antibodi tertekan
7. Sintesis immonuglobin tidak cukup
PATOFISIOLOGI LEUKEMIA WOC
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis AMLTerapi induksi dan terapi konsolidasi
Terapi induksi (kemoterapi) → untuk membunuh selleukimia
Cytarabine (cystosal, ara C) daunorubbin (daunomycin,cerubidine) atau mitoxantrone atau
idarubicin, mercaptopurine(purinethol)
Supportive care (darah dan platelet) untuk infeksi,perdarahan, mukositis dan diare.
Granulocyte growth factor.Terapi konsolidasi/post remisi (untuk menghilangkan sisa sel
leukimia yangtidak terdeteksi secara klinis) → CytarabineTransplantasi sumsum tulang Donor
sumsum tulang menggantikan produksi sel darah. Sebelumnya dilakukan kemoterapi dan
radiasi untuk menghancurkan sumsum iskemik.Bisa terjadi resiko penolakan dan infeksi.
2. Penatalaksanaan medis KMLFase kronis
Interferon dan cytocyne untuk memperbaiki kelainankromosom
Hydroxyurea atau busulfan (myleran) untuk mengurangiSDP
Leukopheresis : memisahkan dan membuang leukosit
Antracyline (daunomycin) untuk mengurangi SDP secaracepatFase transformasi
Terapi induksi dan transplantasi sumsum tulang.
3. Penatalaksaan medis ALL
Terapi induksi dengan tambahan kortikosteroid dan vinca alkaloid
Intrathecal kemoterapi (methotrexate) sebagai profilaksis SSP6
Maintenance : kemoterapi dosis rendah selama 3 tahun
Anti virus untuk mengurangi efek samping kortikosteroid
Transpalantasi sumsum tulang dapat menyembuhkan penyakit
4. Penatalaksaan medis KLL
Koemoterapi dengan kortikosteroid dan klorambusil (leukeran)
Cyplofosfamide, vincristine, doxorubicin
Imunoglobin IV untuk menangani efek samping obatseperti infeksi: pneumocystis, listeria,
mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.
2.2. Asuhan Keperawatan
ILUSTRASI KASUS
An.D kelihatan lesu, lemas dan pucat. Pasien baru masuk bagian anak untuk yangke dua kalinya
atas indikasi ALL. Prositostatika.
Pemeriksaan Fisik :
I. Identitas Pasien
Nama anak : An.D
Tanggal masuk : 20-10-2009
No.RM : 613096
Tempat/tgl lahir : Pondok/ 05-10-2004
BB/TB saat lahir : 3500 gram/ 111 cm
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan anak : Taman Kanak-kanak
Anak Ke : 1 (satu)dalam keluarga
Nama ayah : Mahatir
Pekerjaan : Sopir Pendidikan :D3
Nama ibu : Nike
Pekerjaan : Ibu RT
Pendidikan : D3
Alamat : Pondok, Kota Padang
Diagnosa Medis : LLA. Prositostatika
DIAGNOSA 2 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Intervensi :
a. Observasi dan catat masukan makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsimakanan.
b. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan.
c. Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional : makanan sedikit dapat meningkatkan pemasukan dengan mencegah distensi
lambung.
d. Berikan penyuluhan pada orang tua klien pentingnya nutrisi yangadekuat.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan orang tua tentang pentingnya makanan bagi tubuh
dalam membantu proses penyembuhan.
e. Tingkatkan masukan cairan diatas kebutuhan minuman
Rasional : guna mengkompensasi tambahan kebutuhan cairan.
f. Dorong anak untuk minum.
Rasional : meningkatkan kepatuhan.
g. Ajarkan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi
Rasional : menghindari keterlambatan therapi rehidrasi.
h. Tekankan pentingnya menghindari panas yang berlebihan.
Rasional : menghindari penyebab kehilangan cairan.