Disusun Oleh :
Kadek Intan Purnama Sari
1935015
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat, karunia, hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Integumen: Psoriasis. Kami
berterima kasih kepada dosen mata kuliah pada stase Keperawatan Gerontik yakni
Ns. Lilik Pranata, S.Kep.,M. Kes yang sudah memberikan kami tugas ini.
Adapun makalah ini, telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan, baik dari segi penyusunan bahasanya, maupun segi lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya
bagi pembaca yang ingin memberi kritik dan saran kepada penulis sehingga penulis
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga makalah in bermanfaat bagi
pembuat dan pembacanya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR IS
A. PENGERTIAN ..................................................................................................................... 7
C. ETIOLOGI ......................................................................................................................... 11
D. PROGNOSIS ..................................................................................................................... 12
E. PATOFISIOLOGI .............................................................................................................. 13
F. MANIFESTASI KLINIK................................................................................................... 17
H. PENATALAKSANAAN ................................................................................................... 18
I. KOMPLIKASI ................................................................................................................... 18
A. PENGKAJIAN ................................................................................................................... 19
C. EVALUASI ........................................................................................................................ 23
B. SARAN .............................................................................................................................. 24
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui dan memahami apa saja konsep medik pada lansia dengan
gangguan integumen: Psoriasis ?
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep asuhan keperawatan
pada lansia dengan gangguan integumen: Psoriasis ?
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Konsep Medik
A. Definisi
yang dicirikan oleh lesi berupa plak eritema yang ditutupi oleh skuama tebal,
kasar, kering berwarna putih keperakan pada area predileksi seperti ekstensor
ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral bagian bawah,
bokong dan genitalia. Selain tempat-tempat tersebut lesi juga dapat dijumpai
dengan faktor genetik dan lingkungan. Etiologi masih belum jelas; dianggap
manifestasi klinis berupa plak eritema yang tertutup skuama putih berlapis.
0,09% hingga 11,4%, sehingga psoriasis menjadi masalah global yang serius. Di
Indonesia, data prevalensi psoriasis sekitar 2,5-3%, namun mungkin masih
abad dalam bidang kesehatan, khususnya pengobatan kulit seperti luka bakar,
double blind (RCT-DB) pertama oleh Syed, dkk. (1996), ekstrak Aloe vera 0,5%
dalam krim hidrofilik diberikan kepada 60 penderita psoriasis plak kronis derajat
ringan hingga sedang; didapatkan ekstrak Aloe vera dapat menyembuhkan 83%
Aloe vera atau lidah buaya, merupakan tanaman yang telah dikenal dan
kulit. Aloe vera berasal dari bahasa Arab „alloeh‟ yang berarti „zat pahit yang
berkilau‟ dan „vera‟ berasal dari bahasa Latin yang berarti „benar‟. Tanaman ini
berbentuk tabung warna kuning dan buahnya banyak mengandung biji. Tiap
daun terdiri dari tiga lapisan: lapisan dalam mengandung 99% air dan berisi
glucomannans, asam amino, lipid, sterol, dan vitamin; lapisan tengah merupakan
lateks berwarna kuning dan rasanya pahit, berisi anthraquinone dan c-glucosyl
chromone; lapisan luar sebagai kulit tebal yang tersusun atas 15-20 sel dan
melalui penurunan produksi sitokin seperti interleukin (IL)-6, IL-1ß, TNF-a dan
produksi TNF-a. Salicylic acid yang terkandung dalam Aloe vera dikenal
2. Jaringan limfoid
B. ETIOLOGI
Psoriasis pustulosa merupakan beberapa faktor resiko, yaitu pemakaian
atau penghentian kortikosteroid sistemikmendadak pada penderita yang
mempunyai riwayat psoriasis, obat-obatan seperti antimalaria, salisilat, iodine,
penisilin. Obat tropikal yang dapat menjadi pencetus adalah yang bersifat iritan
kuat seperti tar, antralin, dan kortikosteroid. Faktor pencetus lain adalah
kehamilan, alkohol, merokok, hipokalsemia skunder akibat stres emosional,
infeksi bakteri dan virus serta idiopatik.
C. Komplikasi
Menurut Siregar (2004), komplikasi yang dapat ditimbulkan psoriasis
adalah
1. Dapat menyerang sendi, menimbulkan atritis psoriasis
2. Psoriasis pustuulos, pada eritema timbul pustula miliar. Jika menyerang
telapak tangan dan kaki serta menyerang ujung jari disebut psoriasis
pustula Berber, namun jika pustula timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit
diluar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas/ rasa terbakar disebut
tipe Zumbusch, yang berproknosis kurang baik.
3. Psoriasis eritodemia, jika lesi psoriasis terdapat diseluruh tubuh, dengan
skuama halus dan gejala konstitusi berupa badan terasa panas-dingin.
D. PROGNOSIS
PPG bersifat kronis dan residif. Pada pasien lebih tua, PPG dapat
mengancam jiwa sampai dengan angka martalitas 25% mortalitas ini dapat
disebabkan oleh penyakit itu sendiri atau karena komplikasi dan efeksamping
pengobatan. Kematian dapat sering terjadi dan disebabkan oleh cardiorespiratory
failure selama tahap eritrodermik atau infeksi respiratory atau karena psoriasis
pustular yang tidak terkontrol. Pasien dengan riwayat psoriasis vulgaris kronis
cenderung memiliki prognosis lebih baik bila dibandingkan dengan pasien yang
memiliki riwayat psoriasis atipik. Pada anak-anak selama infeksi skunder yang
serius dapat dihindari, PPG memiliki prognosos baik.
E. PATOFISIOLOGI
F. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi gejala berawal dengan makula dan papula eritematosa
dengan ukuran lentikular-numular, yang menyebar dengan sentrifugal.dengan
penyebaran yang seperti ini ada beberapa pentuk psoriasis (siregar, 2004).
Menurut Mansjoer (2000), keadaan umum tidak dipengaruhi hanya
pada psoriasis yang dapat menjadi eritrodema. Sebagian pasien mengeluh
gatal ringan.tempat predileksi pada kulit kepala, perbatasan daerah dahi dan
rambut, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, dan daerah
lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi
dan skuama diatas eritema berbatas tegas dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhan sering eritema ditengah sering menghikang dan hanya terdapat
dipringgir. Skuama berlapis-lapis, kasar, berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan setiap seseorang itu berbeda mulai dari lentikuler
nomular sampai pelekat dan dapat berkonfluensi, jika seluruhnya dan
sebagian l;entikuler disebup psoriasis gutata, biasanya terdapat pada anak-
anak juga dewasa dan biasanya terjadi setelah adanya infeksi akut oleh
streptokokus.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan kobner
(Isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dulu dianggap khas,
sedangkan yang terahir tidak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan
didapati pula pada penyakit lain, misalnya liekn planus dan veruka plana
juvenilis. Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warna menjadi
putih setelah digores, seperti lilin yang digores, akibat berubahnya indikasi
bias cahaya pada lapisan skuama (Mansjoer, 2000).
Psoriasis juga dapat terjadi kelainan kuku yakni sebanyak 50% yang
khas adalah Ipitting nail (nail pit) berupa lekukan-lekukan miliar. Kelainan
yang tidak khas adalah kuku yang keruh, tebal dibagian distalnya terangkat
dikarenakan terdapatnya lapisan tanduk dibawahnya dan onikulisis. Selain itu
penyakit ini dapat menyebabkan kelainan pada sendi. Umumnya bersifat
poliartikular, tempat predilaksi pada sendi membesar, dan menjadi ankilosis
dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa juga ditemukan (Mansjoer,
2000).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis psoriasis vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala
berisisik pada lokasi predileksi. Keluhan dapat bersifat akut (hitungan hari)
perluasan lesi yang progresif (Krueger dan Bowcock, 2005). Selain hal diatas,
obatan yang dapat memicu psoriasis vulgaris, onset penyakit dan adanya
riwayat psoriasis pada anggota keluarga lain. Psoriasis beronset dini dengan
dengan lesi yang lebih luas dan bersifat rekuren. Selain lesi kulit penderita
presentasi klasik dan yang paling sering dijumpai pada psoriasis. Lesi klasik
psoriasis berupa plak eritema berbatas tegas dan ditutupi skuama berwarna
putih. Skuama pada lesi tampak berwarna putih menyerupai lilin ketika
point bleeding) yang disebut sebagai tanda Auspitz. Kulit sehat yang
jangka waktu kurang lebih dua minggu (fenomena koebner atau isomorfik).
Fenomena Kaarsvlek dan tanda Auspitz merupakan ciri khas lesi psoriasis
vulgaris yang sangat mudah diperiksa secara klinis (Kuchekar dkk., 2011;
dijumpai pada bagian ekstensor ekstremitas terutama siku dan lutut, kulit
kepala, lumbosakral bagian bawah, bokong dan genitalia Selain di tempat-
tempat tersebut lesi juga dapat dijumpai pada umbilikus dan celah intergluteal
(Meffert, 2016).
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Sinaga (2013), sampai saat ini penyakit psoriasis belum diketahui
penyebab secara pasti segingga belum ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan secara total, penyakit psoriasis tetapi dapat membantu untuk
mengontrol gejala dari penyakit tersebut.
1. Pengobatan promotif
Menenangkan pasien dan memberikan dukungan emosional adalah hal
yang sangat tidk terhingga nulainya. Menekankan bahwa psoriasis tidak
menular dan suatusaat akan mengalami remisi sepontan dan tersedianya
pengobatan yang bervariasi untuk setiap bentuk dari psoriasis.
2. Pengobatan preventif
Menghindari atau mengurangi faktor pencetus, yaitu stres psikis,
infeksi fokal, endokrin, serta pola hidup lain yang dapat meningkatkan
resiko penurunan sistem imun seperti seks bebas sehingga bisa tertular
penyakit AIDS.
3. Pengobatan kuratif
a. Tropikal
1) Preparat ter mempunyai efek anti radang. Ada 3 jenis: (a).
Fosil iktiol/ kursng efektif untuk psoriasis, (b). Kayu
(Oleumkadini dan oleum ruski) sedikit memberikan efek
iritasi, (c). Batu Bara (Liantar dan Likuor karbonis
detergen); pada psoriasis yang telah menahun lebihbaik
digunakan ter yang berasal dari batubara dengan
konsentrasi 2-5% dimulai dengan konsentrasi rendah, jika
tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih
efektif, maka daya penetrasinya harus dipertinggi dengan
cara menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3%
atau lebih. Untuk mengurangi daya iritasi, dapat dibubuhi
sang oksidasi 10% sebagai vehikulum dalam bentuk salep.
2) Kortikosteroid, harus dipilih golongan kortikosteroid yang
pantas dan vehikilumnya baik pada lokasinya misalnya
senyawa flour. Jika lesinya hanya beberapa dapat pula
disuntikkan triamsinolon asetonid intralesi. Pada setiap
muka didaerah lipatan digunakan krem. Ditempat lain
digunakan salep, pada daerah muka lipatan dan genitalia
eksternal dipilih potensi sedang, diantaranya
teleangiekstasi, sedangkan dilipatan berupa strie
atrofikans.
3) Ditranol (Antralin), konsentrasi yang digunakan kebiasaan
0,2%-0,8% dalam pasta atau salep, penyembuhan biasanya
terjadi dalam waktu 3 minggu.
4) Etetrinat (Tegison, Tigason), digunakan bagi psoriasis
yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain. Dosis
bervariasi, pada bulan pertama diberikan 1 mg/kg berat
badan. Jika belum terjadi perbaikan dosis dapat dinaikan
menjadi 0,5 mg/kg berat badan.
b. Pengobatan dengan penyinaran/ Fototerapi
Fototerapi yang dikenal A (UVA) dan ultraviolet B (UVB),
fototerapi memiliki kemampuan menginduksi opotosis,
imunosupresan, mengubah profil sitokin dan mekanismelainnya.
Diketahui efek biologik UVB terbesan kisaran 311-313 nm oleh
karena itu sekarang disediakan lampu UVB (TL-01) yang dapat
memancarkan sinar monokromatik dan disebut spektrum sempit
(jacoeb, 2015).
c. Pengobatan sistemik
Kortikosteroid hanya dapat digunakan pada
psoriasiseritrodermik, psoriasis pustulosa generalisata dan
psoriasis artristik. Dosis pemulaan 40-60 mg prednison sehari.
Jika telah sembuh dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian
diberikan dosis pemeliharaan, penghentian obat secara mendadak
akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis
pustulosa generalisata. Obat sistomatik biasanya digunakan
Metrotreksat pemberian os 2 hari berturut-turut dalam seminggu
dengan dosis sehari peroral 12,5 mg. Dapat pula diberikan secara
intramuskular dengan dosis 15-12 mg/minggu. Efek samping pada
hati, ginjal dan sum-sum tulang belakang.
d. Pengobatan psikologis
Psikoterapi digunakan untuk membenahi pikiran dari pikiran
inilah mampu untuk mengontrol kondisi tubuh. Terapi relaksasi
seperti meditasi juga mampu untuk mengendalikan emosi yang
memicu stres dan menekan kemunculan dan tingkat keparahan
psoriasis. Selain itu cognitive behavior therepy CBT juga efektif
digunakan untuk merubah pola pikir negatif penderita dengan
mengalihkan pandangan dan pemikiran baru bahwa penderita
tidak mengalmi sakit lebih parah dibandingkan dirinya.
BAB III
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERATAN PADA LANSIA DENGAN
GANGGUAN INTEGUMEN: PSORIASIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan fisik
7. Pola persepsi kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumnya
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil
c. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu, mis: vitamin, jamu
d. Adakah konsultasi rutin ke dokter
e. Hygine personal yang kurang
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan
8. Pola nutrisi metabolik
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali
sehari makan
b. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas
c. Jenis makanan yang dikonsumsi
d. Napsumakan menurun
e. Muntah-muntah
f. Penurunan berat badan
g. Turgorkulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa
terbakar atau perih
9. Pola eliminasi
a. Sering berkeringat
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel
10. Pola aktivitas dan latihan
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu
b. Kelemahan umum, malaise
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktifitas ringan
e. Perubahan pola napas saat saat melakukan aktifitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
erat dengan faktor genetik dan lingkungan. Etiologi masih belum jelas;
manifestasi klinis berupa plak eritema yang tertutup skuama putih berlapis.
B. SARAN
Padila (2013) Buku Ajar Keperawatan Gerontik. 1st edn. Yogyakarta: Nuha Medika.
Azizah, L. M. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. 1st edn. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nyoman Suryawati, Juliyanti. 2018 Aloe Vera sebagai Terapi Alternatif Psoriasis.
Denpasar, Bali, Indonesia vol. 45 no. 12 th. Hal,940-941.
Grace Waworuntu,dkk (2017)’ profil kadar vascular endothelial growth factor (vegf)
Serum berdasarkan karakteristik pasien psoriasis vulgaris Di rsup h. Adam
malik medan’ Vol. 44 No.14 Tahun 2017; 8 -14