Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MUDHARABAH

KELOMPOK 8

NAMA : M.HAFID
CAMELIA

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP YAPIS DOMPU
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kesehatan dan kekuatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini.
Sesuai dengan sifat keterbatasan manusia, Kami menyadari bahwa Makalah yang disusun ini 
masih banyak kekurangan, Walaupun kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam
membuat ini dan untuk itu pula kami mengharapkan saran serta kritikan dari semua pihak
baik dari Bapak dosen atau pembaca dari makalah ini.
Dan harapan kami mudah-mudahan makalah yang disusun ini  dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan sebagai akhir kata, Kami mengucapkan
terima kasih.

                                                                     Dompu, 8 january 2021

Penulis
Daftar isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................3
C. TUJUAN MAKALAH..............................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. PENGERTIAN AL-MUDHARABAH......................................................................................4
B. JENIS-JENIS AL-MUDHARABAH.........................................................................................4
C. LANDASAN SYARI’AH AL-MUDHARABAH.....................................................................6
D. APLIKASI MUDHARABAH DALAM PERBANKAN...........................................................7
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUDHARABAH.......................................9
F. CONTOH KASUS.....................................................................................................................9
BAB III................................................................................................................................................12
PENUTUP...........................................................................................................................................12
Kesimpulan......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Munculnya bank syari’ah maka propogandanya dikatakan sebagai bank bagi
hasil. Hal ini dilakukan untuk membedakan bank syari’ah dangan bank konvensional
yang beroperasional dengan sistem bunga. Namun praktik bank syari’ah belum
sepenuhnya menggunakan sistem bagi hasil. Karena selain sistem bagi hasil masih
ada sistem jual beli, sewa menyewa. Dengan demikian, bank syari’ah memiliki ruang
gerak produk yang lebih luas dibandingkan dengan bank konvensional.
Dalam operasional bank Syariah, mudharabah merupakan salah satu bentuk
akad pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari mudharabah
ini merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Dalam penentuan kontraknya, harus dilakukan diawal ketika akan memulai akad
mudharabah tersebut.
Prinsip bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi
operasional bank syari’ah secara keseluruhan. Secara syari’ah prinsip berdasarkan
pada kaidah mudharabah akan berfungsi sebagai mitra baik dengan penabung
demikian juga dengan pengusaha yang meminjam dana.
Dalam kontrak mudharabah ini, mudharib (si pengelola) harus menjalankan
kewajibannya menjalankan usaha dengan cara sebaik-baiknya. Dalam menjalankan
usaha, harus jelas dan sesuai dengan prisip syariah. Maka dari itu penulis ingin lebih
jauh mengetahui bagaimana jalannya system pembiayan ini (mudharabah) dalam
suatu operasional bank syariah secara jelas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian mudharabah
2. Jenis-jenis al-mudharabah
3. Landasan syariah al-mudharabah
4. Aplikasi mudharabah dalam perbankan
5. Fakor-faktor yang mempengaruhi mudharabah
        
C. TUJUAN MAKALAH
Makalah ini dibuat dengan tujuan selain memenuhi tugas kuliah dan dengan
tujuan agar Mahasiswa mengetahui apa itu Mudharabah, Rukun dan Syarat
Mudharabah, Pembatalan Mudharabah dan lain lain.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AL-MUDHARABAH
Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti
memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan diatas yang
maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan
usahanya.
Sedangkan pengertian mudharabah yang secara teknis adalah suatu akad kerja
sama untuk suatu usaha antara dua belah pihak dimana pihak yang pertama ( shahibul
maal ) menyediakan seluruh modalnya dan sedangkan pihal yang lain menjadi
pengelolanya. Keuntungan dari usahanya tersebut secara Mudharabah akan dibagi
hasilnya menurut kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal, dan apabila
usaha tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh
pihak pemodal selama kerugian tersebut bukan disebabkan kelalaian pengelola modal.
Dan jika kerugian tersebut disebabkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola
modal, maka pengelola modal yang harus bertanggung jawab atas kerugian yang telah
dialaminya.
Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan di
mana pemilik modal ( shahibul maal ) menyetorkan modalnya kepada seorang
pengusaha yang sering disebut dengan ( mudharib ), untuk diniagakan dengan
keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah
pihak sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal jika
disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola modal
yang harus menanggung kerugian tersebut.
Pada hakikatnya pengertian dari mudharabah adalah suatu bentuk kerja sama
antara shohibul maal dan mudhorib, dimana dana 100% dari shohibul maal.
Sedangkan mudhorib hanya sebagai pengelola yang keuntungannya akan dibagi
sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati di awal.
Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan berdasarkan prinsip
berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle), dilakukan sekurang-
kurangnyaoleh dua pihak, dimana yang pertama memiliki dan menyediakan modal,
disebut shohibul maal, sedang ke dua memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas
pengelolaan dana / menejemen usaha halal tertentu, disebut mudhorib.

B. JENIS-JENIS AL-MUDHARABAH
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara penyedia modal
(shahibul maal) dan pengelola modal (mudharib) yang cakupannya sangat luas
dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah yang akan
digunakan untuk usahanya.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted
mudharabah atauspecified mydharabah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqah, yaitu mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat
usahanya. Dengan adanya pembatasan tersebut seringkali mencerminkan
kecenderungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usahanya.

C. LANDASAN SYARI’AH AL-MUDHARABAH


Pada dasarnya landasan dasar syari’ah mudharabah lebih mencerminkan anjuran
untuk melakukan usaha. Landasannya tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Al-Qur’an
... ‫ وءاخرون يضربون فى األرض يبتغون من فضل هللا‬....
“… dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT …” (al-Muzzammil: 20)
‫ فاء ذا قضيت الصلوة فا نتشروا في األرض وابتغوا من فضل هللا‬....
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah SWT …” (al-Jumu’ah: 10)
‫ ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال من ربكم‬...
“Tidak ada dosa ( halangan ) bagi kamu untuk mencari karunia
Tuhanmu ….” (al-Baqarah: 198)
Ayat-ayat yang senada masih banyak yang terdapat dalam al-Qur’an
yang dipandang oleh para fuqoha sebagai basis dari yang diperbolehkannya
mudharabah. Kandungan ayat-ayat di atas mencakup usaha mudharabah
karena mudharabah dilaksanakan dengan berjalan-jalan di muka bumi dan ia
merupakan salah satu bentuk mencari keutamaan Allah.
b. Al-Hadits
{ ‫د‬tt‫اس بن عب‬tt‫يدنا العب‬tt‫ كان س‬: ‫روى ابن عباس رضي هللا عنهما انه قال‬
‫نزل‬tt‫را والي‬tt‫المطلب إذا دفع المال مضاربة اشترط على صاحبه أن اليسلك به بح‬
‫رطه‬tt‫غ ش‬tt‫من فبل‬tt‫ك ض‬tt‫ل ذل‬tt‫إن فع‬tt‫ة ف‬tt‫د رطب‬tt‫ة ذات كب‬tt‫ه داب‬tt‫به واديا وال يشترى ب‬
‫}رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فأجازه ن‬
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Mutholib “jika memberikam dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berdahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan
tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.
Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah
pun membolehkannya.” (HR Thabrani)
{ ‫عن صالح بن صهيب عن أبيه قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ثالث فيهن البركة‬
‫} البيع إلى أجل والمقارضة وأخالط البر بالشعير للبيت ال للبيع‬
Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga
hal yang di dalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-
Tijarah)
c. Ijma
Imam Zailai telah memyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatin secara mudharabah.

D. APLIKASI MUDHARABAH DALAM PERBANKAN


Mudharabah dalam perbankan syari’ah biasanya diterapkan pada produk-
produk pembiayaan dan pendanaan. Sedangkan pada sisi penghimpunan dana
mudharabah diterapkan pada
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus,
yaitu seperti tabungan haji, dan tabungan kurban, dan sebagainya;
b. Diposito biasa dan special, diposito special (special investment), dimana dana
yang dititipkan nasabah, khusus untuk bisnis tertentu, misalnya saja dalam
murabahah ataupun ijarah saja.

Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk


a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa;
b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang
telah ditetapkan oleh shahibul maal.

Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau mencampurkan


dana mudharabah. Seperti dalam penjelasan dibawah ini, yaitu;
a. Dana harta-harta lainnya, Pemisahan total antara dana mudharabah
termasuk harta mudharib.
Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan dari
teknik ini ialah bahwa pendapatan dan biaya dapat dipisahkan dari masing-
masing dana dan dapat dihitung dengan tepat. Selain itu, keuntungan atau
kerugian dapat dihitung dan dialokasikan dengan benar. Sedangkan
kekurangan teknik ini terutama menyangkut masalah moral hazard dan
preferensi invertasi seorang mudharib.
b. Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana
lainnya.
System ini menghilangkan munculnya masalah etika dan moral
hazard seperti di atas, namun dalanm system ini pendapatan dan biaya
mudharabah tercampur dengan pendapatan dan biaya lainnya.
Mudharabah dalam bank syari’ah terdapat manfaat dan risikonya,
manfaat mudharabah tersebut terbagi menjadi lima, yaitu
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan
usaha nasabah semakin meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau
hasil usaha bank sehingga bank tidak pernah mengalami negative
spread.
3.Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau
kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
4. Bank akan lebih selktif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-
benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang
konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda
dengan prinsip bungan tetap dimana bank akan menagih penerima
pembiayaan dari nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun
keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi
krisis ekonomi.
Sedangkan resiko dari mudharabah, yaitu;
1. streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang
disebut dalam kontrak;
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja;
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabah tidak jujur.
Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari’ah, terdapat pula
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan mudharabah.
Berdasarkan teori perbankan kontemporer, prinsip mudharabah dijadikan
sebagai alternatif penerapan sistem bagi hasil. Meskipun demikian, dalam
praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil dalam memainkan operasional
investasi dana bank peranannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamatan
perbankan syari’ah, hal ini terjadi karena beberapa alasan, diantaranya

a. Standar moral
Terdapat anggapan bahwa standar moral ynag berkembang di
kebanyakan komunitas muslim tidak memberi kebebasan penggunaaan
bagi hasil sebagai mekanisme investasi.
b. Ketidakefektifan modal pembiayaan bagi hasil
Pembiayaan bagi hasil (mudharabah) tidak menyediakan berbagai
macam kebutuhan pembiayaan dari ekonomi kontemporer.
c. Berkaitan dengan para pengusaha
Keterkaitan bank dengan pembiayaan sistem bagi hasil untuk
membantu perkembangan usaha lebih banyak melibatkan pengusaha
secara langsung daripada sistem lainnya pada bank konvensional. Bank
syari’ah memerlukan informasi yang lebih rinci tentang aktivitas bisnis
yang dibiayai dan besar kemungkinan pihak bank turut mempengaruhi
setiap pengambilan keputusan bisnis mitranya.
d. Dari segi biaya
Pemberian pembiayaan berdasrkan sistem bagi hasil memerlukan
kewaspadaan yang lebih tinggi dari pihak bank.
e. Segi teknis
Problem teknis menyangkut penggunaan sistem bagi haasil
berkaitan dengan pihak bank, nasabah, perhitungan keuntungan.bank
membutuhkan pengetahuan yang luas mengenai perilaku aktivitas
ekonomi yang berguna untuk memprediksi keuntungan. Dari sisi nasabah,
kebutahurufan masih menyelimuti dunia muslim.
f. Kurang menariknya sistem bagi hasil dalm aktivitas bisnis
Dalam dunia bisnis dan industri, biaya yang dikeluarkan dari dana-
dana yang diperoleh berdasarkan sistem bagi hasil tidak diketahui secara
pasti.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUDHARABAH


Faktor yang mempengaruhi mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu;

a. Faktor Langsung
Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi
hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil
(profit sharing ratio).
a. Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan dari
total dana, jika bank menentukan investment rate sebesar 80 %, hal ini
berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
b. Jumlah dana yang trsedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana
dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode dibawah
ini:
c. Rata-rata saldo minimum bulanan
b. Rata-rata total saldo harian.
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan.
c. Nisbah (profit sharing ratio)
1) Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang hasur ditentukan dan disetujui
pada awal perjanjian;
2) Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berdeda;
3) Nisbah juga dapat berdeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalkan
saja deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan;
4) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai
dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
d. Faktor Tidak Langsung
Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil, yaitu:
1. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
a) bank dan nasabah melakukan share dalam dalam pendapatan dan biaya,
pendapatan yang akan dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang
diterima dikurangi biaya-biaya;
2. jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing.
a) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)
bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan
pendapatan dan biaya.

F. CONTOH KASUS
1. Contoh kasus perhitungan dalam bank syari’ah, yaitu:
Bapak Kevin mempunyai deposito Rp 10.000.000, dalam jangka waktu
1 bulan (1 Desember 2001 – 1 Januari 2002), dan nisbah bagi hasil antara
nasabah dan bank 57% : 43%. Jika keuntungan bank yang diperoleh untuk
deposito 1 bulan per 31 Desember 2001 adalah Rp 20.000.000 dan rata-rata
deposito jangka waktu 1 bulan adalah Rp 950.000.000, berapakah keuntungan
yang harus diperoleh oleh bapak Kevin?
Jawab:
Keuntungan yang diperoleh bapak Kevin adalah:
(Rp 10.000.000 : Rp 950.000.000) x Rp 20.000.000 x 57% = Rp 120.000

2. Contoh kasus perhitungan dalam bank kovensional, yaitu:


Pada tanggal 1 Desember 2003, bapak rizal membuka deposito sebesar
Rp 10.000.000, jangka waktu 1 bulan dengan tingkat bunga 9% p.a. Berapa
bunga yang diperoleh bapak rizal pada saat jatuh tempo?
Jawab:
Bunga yang harus diperoleh bapak rizal adalah:
(Rp 10.000.000 x 31 hari x 9%) : 365 hari = Rp 76.438
Dari cotoh kasus di atas dapat disimpulkan, bahwa:
a. Perhitungan pada bank syari’ah, besar kecilnya pendapatan yang diperoleh
deposan bergantung pada:
1) Pendapatan bank
2) Nisbah bagi hasil antara nasabah dengan bank
3) Nominal deposito nasabah
4) Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada bank.
b. Sedangkan perhitungan pada bank konvensional, besar kecilnya
pendapatan yang diperoleh deposanbergantung pada:
1) Tingkat bunga yang berlaku pada bank tersebut
2) Nominal deposito nasabah
3) Jangka waktu deposito.
Bank syari’ah pada dasarnya member keuntungan kepada deposan
dengan pendekatan Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan pada bank
konvensional yaitu dengan pendekatan biaya, yang artinya dalam mengakui
pendapatan bank syari’ah masih menimbang rasio antara dana pihak ketiga
dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari
perpaduan antara dua faktor tersebut. Sedangkan dalam bank konvensional
langsung menganggap semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa harus
membertimbangkan berapakah pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana
yang dihimpun tersebut,
Dalam pembiayaan mudharabah tujuan yang utama adalah
memperoleh keuntungan yang nantinya akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan yang biasa disebut dengan bagi hasil. Dimana, keuntungan adalah
jumlah yang didapat sebagai dari kelebihan modal. Keuntungan adalah tujuan
akhir dari mudharabah. Syarat keuntungan berikut harus dipenuhi
a. Harus untuk kedua pihak dan tidak ada satu pihak pun yang mengambil
seluruhnya tanpa yang lainnya.
b. Bagian keuntungan proporsional dari tiap pihak harus diketahui pada
waktu berkontrak dan harus sebagai presentasi dari keuntungan. Bagian
pengelola harus sacara eksplisit ditanyakan pada watu berkontrak. Tetapi
harus diketahui bahwa dibolehkan untuk menyesuaikan presentasi alokasi
keuntungan diantara kedua pihak pada waktu berikutnya.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat mudharabah, dan
pengelola tidak boleh menanggung bagian apapun darinya kecuali
diakibatkan dari kesalahan yang disengaja atau lalai.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
A. Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan di berikan kepada
nasabah dalam suatu Bank. secara umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis,
yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.

Dalam sistem Mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua


pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola, keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak. Manfaat dari Mudharabah ini adalah Bank akan menikmati
peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat
Akad Mudharabah harus berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah
dimana si pengelola harus menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang
tinggi, sesuai dengan prisip Syari’ah dan berupaya agar usahanya tidak terjadi
kerugian. Kerugian bisa di akibatkan oleh beberapa hal, yaitu:
1. Disebabkan oleh resiko bisnis;
2. Disebabkan oleh musibah atau bencana alam dan
3. Disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh
sipengelola.
Apabila kerugian terjadi disebabkan oleh resiko bisnis dan bencana
alam maka atas kerugian tersebut ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik
modal tetapi kalau kerugian itu terjadi disebabkan oleh kelalaian atau
penyimpangan yang sengaja dilakukan oleh sipengelola maka, atas segala
kerugian itu harus ditanggung oleh si mudharib sepenuhnya dan modal yang
diberikan harus dikembalikan oleh mudharib sepenuhnya. Oleh karena itu
untuk memperkecil kesempatan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh
kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh mudharib atau sipengelola
maka, shahibul mal harus dapat membuat aturan atau peringatan yang dapat
mengurangi kesempatan mudharib untuk melakukan tindakan yang
merugikan.
Pembiayaan mudharabah dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor
tidak langsung. Adapun tujuan akhir dari pembiayaan mudharabah adalah
memperoleh keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA

Ilmi, makhalul SM. Teori dan praktek lembaga mikro keuangan syari’ah. 2002. Yogyakarta:
UII press.
Drs, Muhammad.M.Ag. Manajemen Bank Syari’ah.  2005. Yogyakarta, (UPP) AMPYKPN
Muhammad. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. 2005. Yogyakarta: akademi manajemen
perusahaan YKPN
Syafi’I Antonio, Muhammad. Bank Syari’ah: dari teori ke praktik.2001Jakarta : gema insani
press
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia. “Bank Syari’ah: Konsep,
Produk dan Implementasi Operasional bank syari’ah”. 2002. Jakarta: Djambatan

Anda mungkin juga menyukai